Anda di halaman 1dari 92

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : INDIRAWATI SAFITRI

NIM : 3101411108

PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN : SEJARAH

A. JUDUL PENELITIAN
PENGEMBANGAN KUNCI DETERMINASI KLASIFIKASI ZAMAN
BATU DAN FLASHCARD SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
INKUIRI DALAM RANGKA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SEJARAH SISWA KELAS X SMAN 1 KARANG TENGAH DEMAK 2014
/ 2015
B. LATAR BELAKANG

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut


semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan
strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.
Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam makro, meso,
maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan
nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global
( Mulyasa, 2006: 4). Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

1
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Mengacu pada sistem pendidikan, satuan
pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Salah satu pembelajaran yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan
yaitu pembelajaran sejarah, pembelajaran sejarah di era global dewasa ini
menghadapi tantangan dan dituntut kontribusinya untuk lebih menumbuhkan
kesadaran sejarah, baik pada posisinya sebagai anggota masyarakat maupun
warga negara, serta mempertebal semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah
air tanpa mengabaikan rasa kebersamaan dalam kehidupan antar bangsa di
dunia. Pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kesadaran sejarah guna
membangun kepribadian dan sikap mental peserta didik, serta
membangkitkan kesadaran akan suatu dimensi yang paling mendasar dari
keberadaan manusia, yakni kontinuitas. Kontinuitas pada dasarnya adalah
gerakan peralihan secara terus menerus dari masa lampu ke masa kini dan
masa depan. Selain itu pembelajaran sejarah di tuntut pula untuk
memperhatikan pengembangan ketrampilan berfikir dalam proses
pembelajarannya. Melalui pembelajaran sejarah peserta didik diajak
menelaah keterkaitan kehidupan yang di alami diri, masyarakat dan
bangsanya, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi muda yang memiliki
kesadaran sejarah ,mendapatkan inspirasi ataupun hikmah dari kisah-kisah
pahlawan, maupun tragedi nasional yang pada akhirnya memdorong
terbentuknya pola berfikir ke arah berfikir secara rasional, kritis, empiris dan
yang tidak kalah pentingnya ialah pembelajaran sejarah yang

2
mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan ( Wiyanarti,
2012: 2) .
Tujuan pembelajaran sejarah menurut Bourdillon ( 1994) idealnya
adalah membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut : (1)
memahami masa lalu dalam konteks masa kini, (2) membangkitkan minat
terhadap masa lalu yang bermakna, (3) membantu memahami identitas diri,
keluarga, masyarakat dan bangsanya, (4) membantu memahami akar budaya
dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata, (5) memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain di
berbagai belahan dunia, (6) melatih berinkuiri dan memecahkan masalah, (7)
memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan sejarah sejarah, dan
(8) mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih
tinggi. Pokok-pokok pemikiran tersebut juga terkandung di dalam rumusan
tujuan pendidikan sejarah di Indonesia. Hal senada dikemukakan juga dalam
rumusan tujuan pendidikan sejarah di Indonesia, yang menyatakan bahwa
pendidikan sejarah bertujuan untuk menyadarkan siswa akan adanya proses
perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk
membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan,
memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa
depan ditengah-tengah perubahan dunia ( Depdiknas,2003).
Namun, selama ini pembelajaran sejarah di identikan sebagai
pembelajaran yang membosankan di kelas. Baik strategi, metode maupun
teknik pembelajaran lebih banyak bertumpu pada pendekatan berbasis guru
yang monoton dan meminimalkan partisipasi peserta didik. Guru di posisikan
sebagai satu-satunya dan pokok sumber informasi, peserta didik tertinggal
sebagai objek penderita manakala guru sebagai segala sumber dan pengelola
informasi hanya mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab yang
konvensional. Padahal disisi lain tidak semua materi dalam pembelajaran
sejarah bisa diterangkan melalui metode ceramah/ konvensional. Jika semua
pembelajaran sejarah hanya bertumpu pada yang konvensional, maka
pembelajaran sejarah disamping membosankan, juga hanya menjadi wahana

3
pengembangan ketrampilan berfikir tingkat rendah dan tidak memberi
peluang kemampuan berinkuiri maupun memecahkan masalah. Memahami
kenyataan umum pembelajaran sejarah di lapangan tersebut, yang menjadi
penyebab utama adalah guru. Untuk itu para guru sejarah di lapangan di
tantang untuk memiliki motivasi, keinginan, antusiasme dan kreatifitas
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mengajar melalui pengayaan
dan penguasaan berbagai model dan strategi pembelajaran sejarah.
Berdasarkan kondisi pembelajaran sejarah di lapangan tersebut, maka
diperlukan pengkajian dan latihan penguasaan model-model pembelajaran
bagi para guru sejarah. Model – model pembelajaran yang di kembangkan
idealnya adalah yang bisa meningkatkankan minat belajar dan menumbuhkan
kesadaran sejarah peserta didik dan sekaligus merasakan manfaat belajar
sejarah. Oleh karena itu model pembelajaran yang dikembangkan di arahkan
untuk menumbuhkan motivasi ,minat, kreativitas melalui partisipasi aktif
yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya kemampuan yang bersifat
inovatif dari para peserta didik (Wiyanarti, 2012: 2- 4).
Selain itu Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling
menonjol yakni selain dari model mengajar terdapat pula media pengajaran
sebagai alat bantu mengajar, sehingga pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa agar dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, bahan
pengajaran juga akan lebih mudah dipahami, model mengajar akan lebih
bervariasi, dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain (Sudjana dan Rivai, 2009: 2).
Salah satu media yang dapat menjadi alternatif dalam mengatasi
permasalahan di atas adalah dengan menggunakan kunci determinasi dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri pada materi praaksara
khususnya dalam memahami klasifikasi zaman batu pada pembelajaran
sejarah. Pemanfaatan kunci determinasi dan flashcard diharapkan lebih
memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut dan memungkinkan
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kunci determinasi

4
merupakan media yang digunakan dalam proses identifikasi suatu makhluk
hidup. Dalam pembelajaran sejarah, kunci determinasi dapat dimanfaatkan
untuk mengklasifikasikan jenis-jenis manusia dan kebudayaan pada zaman
batu. Sedangkan untuk mengamati jenis manusia dan hasil kebudayaan pada
zaman batu yang beraneka ragam yang tidak mungkin untuk didatangkan
langsung di kelas maka diperlukan suatu sumber yang dapat memberikan
informasi yang lengkap tentang hasil kebudayaan tersebut. Hal tersebut dapat
diatasi dengan bantuan media flashcard yang berisi gambar jenis-jenis
manusia dan hasil kebudayaan pada zaman batu ( tua, tengah dan baru )
disertai dengan deskripsi singkat seputar ciri-ciri pada zaman tersebut.
Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang
ukurannya seukuran postcard dengan disertai keterangan di belakangnya.
Menurut Watson & Miller (2009) penggunaan kunci determinasi dalam
pembelajaran memiliki keunggulan karena mengembangkan daya kreativitas
dan penalaran siswa, memotivasi siswa untuk belajar dan memudahkan siswa
memahami, membandingkan dan menganalisis materi yang sedang dipelajari.
Model pembelajaran inkuiri dipilih dalam penelitian karena melalui model ini
siswa lebih dilibatkan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan, memperoleh
informasi, dan mengorganisasi informasi melalui kegiatan mengklasifikasikan
kehidupan dan kebudayaan pada zaman batu tua yang terdapat dalam
Flashcard menggunakan kunci determinasi ( Purnamasari, 2012: 2).

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
yang merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti
dan penutup. Pada kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan
penyingkapan (discovery) dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya

5
berbasis pemecahan masalah (project based learning)disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Dalam ranah kognitif ntuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/ inquiry learning). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 81 A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum
berdasarkan Pedoman Umum Pembelajaran mencakup kerangka konseptual
dan operasional tentang strategi pembelajaran bahwa Strategi pembelajaran
sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang
dimuat dalam Kurikulum 2013. Dalam arti bahwa kurikulum memuat apa
yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran
merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta
didik. Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan
pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan
lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut
pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan
untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan
yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan
berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan


mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik
untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru

6
mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak
tangga yang membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi, yang
semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri.
Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi
“aktif mencari tahu”.
Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melatih siswa
menemukan masalah, mengumpulkan, mengorganisasi data, serta
memecahkan masalah berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru
sehingga siswa menemukan konsep-konsep yang diharapkan. Apabila siswa
belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan inkuiri, maka
diperlukan bimbingan yang cukup luas dari guru melalui pembelajaran inkuiri
terbimbing ( Purnamasari, 2012: 4).
Dalam hal ini perlu dikembangkan kunci determinasi dan flashcard
sebagai media pembelajaran berbasis inkuiri, karena alat dan media tersebut
masih jarang digunakan pada pembelajaran sejarah khususnya dalam
penggunaan kunci determinasi, kunci determinasi pada dasarnya merupakan
alat yang digunakan dalam membantu mengklasifikasikan kelas/ ordo yang
digunakan dalam pembelajaran biologi, hal tersebut diperkuat oleh Rahayu
dalam penelitiannya menggunakan kunci determinasi yang berisi daftar ciri-
ciri yang disusun berurut sedemikian rupa, mengantarkan seseorang untuk
menemukan nama spesies suatu makhluk hidup. Susunan kalimat dalam
kunci determinasi merupakan suatu pilihan, dan pilihan dapat dilakukan
diantara dua keadaan berlawanan yang nantinya menghasilkan penerimaan
salah satu pilihan atau penolakan lainnya. Kunci determinasi dimulai dengan
nomor pertama (1) kemudian dilanjutkan dengan nomor-nomor berikutnya
sesuai dengan nomor yang tercantum dibelakangnya begitu seterusnya
hingga didapatkan berturut-turut: ordo, famili, genus dan spesies yang
bersangkutan ( Mayr 1971 dalam Rahayu 2010).
Berkaitan dengan hal klasifikasi, pembelajaran sejarah juga tidak
terlepas dari hal tersebut. Terdapat beberapa materi yang dapat dipermudah
penyampaiannya melalui kunci determinasi, khususnya pada materi zaman

7
batu dalam masa pra aksara. Dijelaskan masa pra akasara itu sendiri dibagi
atas beberapa tingkatan, begitupula jenis manusia purba yang terbagi atas
tingkatan tersebut, kemudian terdapat hasil-hasil budaya dari masing-masing
tingkat kehidupan pada masa itu hingga munculnaya pembabakan masa
paleolithikum, mesolithikum, neolithikum, hingga munculnya kebudayaan
zaman batu besar megalithikum, hal tersebut dapat diklasifikasikan melalui
kunci determinasi, dan mengarahkan siswa berpikir secara inkuiri, dimana
melatih siswa untuk menganalisis dan menemukan sendiri jawaban serta
berpikir dalam alur yang terarah/ tidak lepas dari konteksnya. Selain itu
flahscard sendiri membantu siswa menemukan dan mencocokan pernyataan
dengan hal/ benda yang ada digambar hal ini juga dapat membantu
menambah pengetahuan siswa karena terdapat deskripsi singkat didalamnya.
Mengacu pada hal tersebut, maka perlu dikembangkan kunci determinasi dan
flashcard sebagai media yang cocok dalam pembelajaran sejarah berbasis
inkuiri.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pembelajaran sejarah dengan judul “Pengembangan Kunci
Determinasi Klasifikasi Zaman Batu dan Flashcard sebagai Media
Pembelajaran Inkuiri dalam Rangka Peningkatan Hasil Belajar Sejarah
Siswa Kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak 2014 / 2015”.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mengembangkan kunci determinasi zaman batu dan


flashcard yang cocok atau sesuai sebagai media pembelajaran inkuiri
pada mata pelajaran sejarah kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak
2014/2015?
2. Bagaimana efektivitas hasil pengembangan kunci determinasi zaman
batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri pada mata
pelajaran sejarah kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak 2014/2015?

8
D. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui pengembangan kunci determinasi zaman batu dan flashcard


yang cocok atau sesuai sebagai media pembelajaran inkuiri pada mata
pelajaran sejarah kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak 2014/2015.
2. Menganalisis efektivitas hasil pengembangan kunci determinasi zaman
batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri pada mata
pelajaran sejarah kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak 2014/2015.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis
Menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan
sumbangan informasi yang selanjutya dapat memberi motivasi penelitian
tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini.
2. Maanfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Memberikan hal baru bagi siswa dalam proses belajar mengajar
agar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam mata
pelajaran sejarah.
2) Membentuk siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar
mengajar dan tidak lagi terjadi kemonotonan.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh guru mata pelajaran
Sejarah terutama dalam memanfaatkan model pembelajaran di
sekolah yang peneliti lakukan dan memanfatkan media-media
yang inovatif dalam pembelajaran sejarah.
2) Dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar agar tingkat
keberhasilan belajar siswa juga dapat meningkat.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat sebagai masukan dalam upaya mewujudkan keberhasilan
belajar sejarah setelah penelitian ini dilakukan.

9
2) Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam
usaha perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan
keberhasilan belajar siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah.
d. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman, wawasan dan pengetahuan tentang
pengembangan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri serta dapat kita
jadikan sebagai salah satu tolak ukur, supaya keberhasilan belajar
juga dapat meningkat. Diharapkan peneliti sebagi calon guru
sejarah siap melaksanakan tugas sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman.

F. BATASAN ISTILAH

1. Kunci determinasi
Kunci determinasi merupakan media yang digunakan dalam proses
identifikasi suatu makhluk hidup ( Purnamasari, 2012: 2). Kunci
determinasi atau kunci dikotom adalah cara atau langkah untuk
mengenali organisme dan mengelompokkannya pada takson makhluk
hidup.Kunci dikotomis berisi deskripsi ciri-ciri organisme yang disajikan
dengan karakter berlawanan. Kunci dikotomis terdiri dari sederetan
pernyataan yang terdiri dari dua baris dengan ciri yang berlawanan.
Tujuan kunci determinasi adalah mengenali ciri-ciri makhluk hidup, lalu
makhluk hidup tersebut ditetapkan identitas supaya dapat diklasifikasikan
menurut takson secara benar ( Aslan, 2012).

2. Zaman Batu
Manusia purba pada masa praaksara telah mengenal teknologi ,
pada waktu itu bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya peralatan atau
teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada tahap
paling awal alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya

10
serta bersifat trial and eror. Mula-mula mereka hanya menggunakan
benda-benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada zaman
ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu,
para ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era praaksara ini
menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan. Dalam buku R.
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I, dijelaskan
bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga yaitu,
Paleolitikum ( batu tua), Mesolitikum (batu tengah) dan Neolitikum (batu
baru) ( Sejarah Indonesia, 2013: 34).
3. Flashcard
Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu
bergambar yang ukurannya seukuran postcard dengan disertai keterangan
di belakangnya. Flash Cards sebagai kartu kecil yang berisi gambar,
teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada
sesuatu yang berhubungan dengan gambar-gambar yang dapat digunakan
untuk melatih mengeja dan memperkaya kosakata.
4. Media
(Anni, 2011: 196) Media meruapakan alat/ wahana yang digunakan
dalam kegiatan guna mempermudah suatu proses tertentu. Media
digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena: 1) media
dapat memp erbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata
menjadi dapat dilihat dengan jelas; 2) dapat menyajikan benda yang jauh
dari subyek belajar; 3) menyajikan peristiwa yang komplek, rumit dan
berlangsung epat menjadi sistematik dan sederhana sehingga mudah
diikuti (Suparman dalam Anni, 2011: 196). Untuk meningkatkan fungsi
media, media gunakan dalam pembelajaran sebagai alat/ wahana yang
digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu
penyampaian pesan pembelajaran. (Sudjana, 2009 : 1- 4) Media
Pengajaran merupakan alat bantu mengajar yang ada dalam komponen
metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

11
Sebab media pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung
strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar.
5. Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri ( SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan startegi heuristic, yang berasal
dari bahasa Yunani, yaitu heuriskin yang berarti saya menemukan
( Sanjaya, 2006: 194). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1999)
pembelajaran inkuiri merupakan suatu strategi yang berpusat pada siswa
dimana kelompok-kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau
mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu
prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
6. Hasil belajar
Belajar sebagai suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang
relatif lama. Pembelajaran sebagai suatu proses yang mengandung suatu
unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran (instruksional),
pengalaman (proses) pembelajaran dan hasil belajar. Hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik ( Sudjana, 1993:3).
7. Kurikulum 2013
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan

12
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum
2013 mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan ummat manusia.
8. Pembelajaran sejarah
Secara harfiah, “Sejarah” berasal dari kata arab “ Syajarah” yang
berarti pohon. Arti kata sejarah yang sebenarnya diadopsi dari beberapa
arti kata dalam bahasa asing seperti Yunani “Istoria”, Latin “Historia”,
Perancis “Historie” dan bahasa Inggris “History”, serta bahasa Jerman
“Geschichte”. Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas
belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa
masa lampau yang erat hubungannya dengan masa kini ( Widja,
1989:23).

G. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menggunakan metode Inquiry yang telah


dilaksanakan oleh M. Yusril Alam pada siswa SD Kelas V hasil
penelitian menunjukkan dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman
siswa pada mata pelajaran PAI. Penelitian yang dilaksanakan Dwi
Kurniaturohima dengan penerapan metode inquiry dalam meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMP
salahudin malang, terbukti dapat Terbukti dapat meningkatkan keaktifan

13
dan prestasi belajar. Terlihat dari bertambahnya semangat dan antusias
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Keaktifan dapat terlihat dari
rasa ingin tahu yang besar dari pertanyaan dari materi yang kurang
difahami, dan aktif dalam kerja kelompok sehingga dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa dan mencapai standar yang diharapkan. Penelitian
yang dilaksanakan Yakarim Huda yang telah dilaksanakan menggunakan
metode Inquiry dengan media VCD terbukti dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa di MAN Malang I.

2. Tabel penelitian terdahulu

No Peneliti Judul penelitian Hasil penelitian persamaan Perbedaan


1. M. “Penerapan Dapat disimpulkan Metode Penerapan
Yusril Pendekatan bahwa Inquiry pendekatan
Alam, Kontekstual penerapan pendekatan kontekstual,
2009 dengan kontekstual dengan pencapaian
Metode Inkuiry metode nya
pada Bidang Inkuiry pada bidang untuk
Studi studi meningkat-
Pendidikan PAI dapat kan
Agama meningkatkan kreatifitas,
Islam dalam kreativitas dan penerapan
Meningkatkan pemahaman dijenjang
Kreativitas dan siswa kelas V di SDN Sekolah
Pemahaman Muneng II Kediri Dasar
Siswa
Kelas V di SDN
Muneng II Kediri”
2. Dwi “Penerapan Terbukti dapat Metode Penerapan
Kurniat Metode inquiry meningkatkan inquiry, pembelajar-
urohim dalam keaktifan dan prestasi pencapaianny an
a, 2010 meningkatkan belajar. Terlihat dari a kooperatif
Keaktifan bertambahnya untuk Model
dan Prestasi semangat meningkat- Group
Belajar siswa dan antusias dalam kan Investigasi,

14
pada mata mengikuti KBM. keaktifan dan dijenjang
pelajaran Keaktifan dapat terlihat prestasi Sekolah
ekonomi di SMP dari rasa ingin tahu belajar siswa Menengah
Salahudin yang Pertama
Malang” besar dari pertanyaan (MTs) kelas
dari VIII
materi yang kurang
difahami, dan aktif
dalam
kerja kelompok
sehingga
dapat mempengaruhi
hasil
belajar siswa dan
mencapai
standar yang
diharapkan
3. Yakari “Penerapan Menenuhi kriteria valid, Metode Menggunak
m metode yang mana dapat Inquiry,penca an
Huda, Inquiry dengan meningkatkan prestasi paiannya media
2009 media VCD dalam belajar siswa meningkat- VCD,
meningkatkan kan dijenjang
prestasi belajar prestasi Sekolah
siswa Mata belajar siswa Menengah
Pelajaran Atas,
Ekonomi pencapaian
di MAN Malang I” meningkat-
kan
keaktifan
siswa.

15
3. Belajar dan Pembelajaran

(1) Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Konsep
tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi. Belajar
merupakan proses disposisi atau kearah organisme mengubah
perilakunya karena hasil dari pengalaman(Gagne dan Berliner dalam
Anni,2011: 82). Morganet.al dalam Anni (2011:82) menyatakan bahwa
belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi dari praktek
atau pengalaman.
Menurut teori konstruktivisme (Anni,2011:59) belajar berarti
mengkontruksi makna atau informasi dan masukan masukan yang masuk
ke dalam otak.( Dimyati dan Mudjiono,2009 : 9-16) beberapa ahli
mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar.
1) Belajar menurut Gagne
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang akan memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Komponen esensial
belajar adalah sebagai berikut:
a) Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses
kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.
b) Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motoik, sikap dan siasat kognitif.
2) Belajar menurut pandangan Piaget
Bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu
melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan
tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan
lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Belajar
pengetahuan meliputi tiga fase. Fase eksplorasi, pengenalan konsep,
dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari

16
gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa
mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase
aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala
lain lebih lanjut.
3) Belajar menurut Rogers
Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip
pemdidikan, yaitu:
a) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar.
b) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
c) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami
sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus-
menerus.
e) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi
secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
f) Belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila
siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat
memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik
diri.
g) Belajar mengalai menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan
sungguh-sungguh.

Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran


yang perlu dilakukan oleh guru meliputi:
(1) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih
belajar seara terstruktur.
(2) Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
(3) Guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

17
(4) Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu
menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
(5) Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
(6) Guru sebaiknya menggunakan pengajaran berpogram, agar
tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.

 Faktor yang mempengaruhi belajar


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut
Suryabrata (1990: 249) diklasifikasikan menjadi 2 :
I. Faktor-faktor yang berasal dari luar pelajar.
- Faktor-faktor non-sosial, misalnya keadaan udara, suhu,
waktu, buku-buku dan alat peraga.
- Faktor-faktor sosial, yaitu faktor yang berkaitan dengan
kehadiran orang lain.
II. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar.
- Faktor-faktor fisiologis, yaitu yang berkaitan dengan
jasmani dan fungsi anggota tubuh.
- Faktor-faktor psikologis, yaitu faktor yang mendorong
seseorang untuk belajar.
Seperangkat faktor yang memberikan kontribusi belajar adalah
kondisi internal dan eksternal pembelajaran. Kondisi internal mencakup
kondisi fisik seperti kesehatan, organ tubuh, kondisi psikis seperti
kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial seperti kemampuan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Sama kompleksnya dengan kondisi
internal adalah kondisi eksternal yang ada pada limkungan pembelajar.
Beberapa faktor eksternal antara lain variasi dan derajat kesulitan materi
yang dipelajari, tempat belajar, suasana lingkungan dan budaya belajar
masyarakat yang memperngaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar
(Sudjana, Nana, 2008:43).
 Tujuan belajar

18
Menurut Hamalik (2003:73) tujuan belajar terdiri dari tiga
komponen, yaitu : (1) tingkah laku terminal, yaitu komponen tujuan
beajar yang menentukan tingkah laku. (2) kondisi-kondisi tes. (3) standar
(ukuran) perilaku.
Menurut Dimyati (2009: 18) belajar merupakan proses internal
yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah
seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah
tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.

(2) Pembelajaran
Pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah kearah
yang lebih baik. Sedangkan menurut aliran kognitif, pembelajaran adalah
cara guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir
agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang ia pelajari
(Darsono, 2000:24).
Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal,
namun proses itu dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Perhatian
peserta didik dalam pembelajaran, misalnya, dipengaruhi oleh susunan
rangsangan yang berasal dari luar. Dalam pembelajaran, pendidik harus
benar-benar mampu menarik perhatian peserta didik agar mampu
mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat melakukan aktivitas
belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar seperti yang
diharapkan ( Anni, 2011: 191). Pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa (events) yang mempegaruhi peserta didik sedemikian rupa
sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan ( briggs dalam Anni,
2011: 191). Seperangkat peristiwa itu membangun suatu pembelajaran
yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self intruction dan di
sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara
lain dari pendidik. Jadi teaching itu hanya merupakan sebagian dari

19
instruction , sebagi salah satu bentuk pembelajaran. Unsur utama dari
pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event
sehingga terjadi proses belajar.
Menurut Anni (2011: 194) komponen-komponen pembelajaran adalah:
1) Tujuan, dirumuskan akan mempermudah dalam menentukan
kegiatan pembelajaran yang tepat. Pengetahuan, tenggang rasa,
kecermatan dan sebagianya merupakan tujuan yang pencapaiannya
sebagai akibat mereka menghayati di dalam sistem lingkungan
pembelajaran yang kondusif, dan memerlukan jangka panjang.
2) Subjek belajar, subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan
komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.
Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu yang melakukan
proses belajar-mengajar. Sebagi objek karena kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek
belajar. Untuk itu dari pihak peserta didik diperlukan partisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
3) Materi pelajaran, materi pembelajaran memberikan warna dan
bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang
komprehensif , terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan
dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses
pembelajaran.
4) Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses
pembelajarn yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran pendidik
perlu memilih, model-model pembelajaran yang tepat, metode
mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang
pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi
pembelajaran yang tepat, pendidik mempertimangkan akan tujuan,
karakteristik peserta didik, materi pelajar dan sebagainya agar
strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.

20
5) Media pembelajaran, adalah adalah alat/ wahana yang digunakan
pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian
pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen
pendukung strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan
metoda mengajar.
6) Penunjang, adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran,
bahan pelajaran dan semacamnya yang berfungsi memperlancar,
melengkapi, mempermudah proses pembelajaran sehingga pendidik
perlu memperhatikan, memilih dan memanfaatkannya.

Prinsip pembelajaran salah satunya bersumber dari teori


behavioristik ( Hartley & Davies dalam Anni. 2011: 197) pembelajaran
yang dapat menimbulkan proses belajar dengan baik apabila:
a) Peserta didik berpartisipasi secara aktif,
b) Materi disusun dalam bentuk unit-unit keci dan diorganisir seara
sistematis dan logis, dan
c) Tiap respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan.
Menurut Sudjana (2007: 230) Ada sejumlah kriteri yang dapat
digunakan dalam menilai proses belajar-mengajar:
(1) Konsistensinya dengan kegiatan yang terdapat dalam buku/program
pengajaran, yaitu setiap aspek proses belajar-mengajar yang
berlangsung dinilai kesesuainnya dengan apa yang telah
direncanakan dalam buku/ program pengajaran. Ini penting untuk
dinilai agar pihak pengembang mendapatkan gambaran sejauh mana
apa yang telah mereka rencanakan itu dapat dilaksanakan di
lapangan. Konsisensi antara proses belajar-mengajar dan rencana
kegiatan dalam buku/program diperiksa antara lain meliputi segi:
- Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan
- Cara melaksanakan setiap jenis kegitan
- Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan masing-masing jenis
kegiatan tersebut

21
(2) Keterlaksanaannya oleh guru, yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan
yan telah direncanakan itu dapat dilaksanakan oleh guru-guru tanpa
kesukaran yang berarti. Keterlaksanaan dipandang dari segi guru ini
dapat dilihat antara lain:
- Menyiapkan situasi belajar yang diharapkanMenyediakan
perlengkapan pengajaran yang diperlukan
- Membantu para siswa dalam melaksanakan kegiatannya
- Menggunakan teknik penilaian yang ditetapkan dalam rencana
- Memelihara disiplin kelas selama kegiatan berlangsung
(3) Keterlaksanaan dari segi siswa, yaitu sejauh mana para siswa dapat
berpartisipasi dalam kegiatan belajar tanpa mengalami banyak
kesulitan yang berarti, dapat dilihat dalam:
- Memahami petunjuk-petunjuk yang dirumuskan dalam setiap jenis
kegiatan
- Melaksanakan kegiatan yang ditugaskan kepada mereka
- Memperoleh dan menggunakan alat-alat yang ditetapkan untuk
masing-masing kegiatan
- Perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap pelaksanaan yang
sedang berlangsung, yaitu dilihat dari gejala-gejala lahiriah yang
tampak, misalnya bosan ataupun membicarakan hal-hal lain dengan
temannya, mengantuk, melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan pelajaran yang sedang dibahas, dan
sebagainya.
- Keaktifan para siswa dalam proses belajar, sejauh mana para siswa
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan selama pelajaran
berlangsung, apakah mereka terlibat dalam diskusi yang menarik,
penyelesaian tugas-tugas yang relevan dengan pelajarannya, ataukah
lebih banyak mendengarkan atau menyalin apa yang dikemukakan
oleh guru.
(4) Kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pelajaran dalam
situasi yang nyata, yaitu sejauh mana para siswa diberi tugas-tugas

22
yang bersifat praktis sehingga mereka dapat menerapkan apa yang
telah mereka peroleh dari pelajarannya dalam menyelesaikan tugas-
tugas tersebut.
(5) Kesempatan dan kualitas bimbingan individual yang diberikan
kepada siswa, mengingat terdapat perbedaan karakteristik dikalangan
para siswa, dalam proses belajar-mengajar perlu dikembangkan
strategi yang dapat menangani perbedaan-perbedaan tersebut melalui
bantuan-bantuan yang bersifat individual.
(6) Pola interaksi antara guru dan siswa, yaitu sejauh mana terdapat
komunikasi dua arah antara siswa dan guru, selama proses
pengajaran berlangsung.
(7) Kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu, untuk
meningkatkan motivasi belajar pada diri sisa perlu adanya pemberian
umpan balik yang kontinu mengenai hasil-hasil belajar yang telah
dicapai siswa, dengan harapan bahwa hal itu akan memberikan
semacam dorongan kepada siswa-siswa tersebut untuk menigkatkan
usaha belajarnya.
(8) Bebasnya dari efek samping yang negatif, dalam menilai proses
belajar-mengajar, perlu pula diperiksa sejauh mana suatu kegiatan
tertentu bebas dari efek samping yang negatif yang tidak diharapkan.

4. Pembelajaran Sejarah

A. Pengertian Pembelajaran Sejarah


Secara harfiah, “Sejarah” berasal dari kata arab “ Syajarah” yang
berarti pohon. Arti kata sejarah yang sebenarnya diadopsi dari beberapa
arti kata dalam bahasa asing seperti Yunani “Istoria”, Latin “Historia”,
Perancis “Historie” dan bahasa Inggris “History”, serta bahasa Jerman
“Geschichte”.
Istilah history diambil dari kata historia dalam bahasa Yunani yang
berarti informasi atau penelitian yang ditujukan untuk memperoleh
kebenaran. Sejarah pada masa itu hanya berisi tentang kisah-kisah

23
manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, menciptakan
kehidupan yang tertib dan teratur, kecintaannya akan kemerdekaan, serta
kehausannya akan keindahan dan pengetahuan (Kochhar, 2008: 1)
Johnson (dalam Kochhar, 2008: 2) memberikan definisi sejarah
yang sangat luas. Dia berpendapat bahwa sejarah dalam pengertian yang
paling luas adalah segala sesuatu yang pernah terjadi. Materi yang
dipelajari adalah jejak-jejak yang ditinggalkan oleh keberadaan manusia
di dunia, gagasan, tradisi dan lembaga sosial, bahasa, kitab-kitab, barang
produksi manusia, fisik manusia itu sendiri, sisa-sisa fisik manusia,
pemikirannya, perasaannya, dan tindakannya. Sejarah adalah ilmu
tentang manusia. Sejarah berkaitan dengan manusia dalam ruang dan
waktu. Sejarah menjelaskan masa kini. Kontinuitas dan koherensi
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh sejarah.
Menurut pandangan Kuntowijoyo (dalam Aman, 2011: 15), sejarah
dimaksudkan sebagai rekonstruksi masa lalu dan yang direkonstruksi
sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan,dikatakan, dikerjakan,
dirasakan, dan dialami manusia. Dalam konteks akademis, sejarah
merupakan suatu bidang ilmu atau bidang studi yang memerlukan
imajinasi kesejarahan yang kritis dalam pengkajiannya. Hal ini
dimaksudkan untuk menempatkan sejarah dalam setting history yang
fenomenologis. Sejarah tidak selalu menyangkut peristiwa masa lalu,
tetapi juga berhubungan atau menyangkut peristiwa-peristiwa mutakhir
(Suyatno Kartodirdjo dalam Aman, 2011: 17).
Menurut Sri Syamsidar Issom dan M. Fakhruddin, sejarah adalah
ilmu yang memiliki dimensi waktu (temporal) dan ruang (spasial).
Konsep waktu dalam konteks ini meliputi (1) perkembangan, (2)
kesinambungan, (3) pengulangan, dan (4) perubahan.
Guna sejarah menurut Kuntowijoyo (2005) sejarah memiliki
kegunaan instrinsik dan ekstrinsik. Secara instrinsik, sejarah berguna
untuk sebagai pengetahuan, yaitu (1) sejarah sebagi ilmu, (2) sejarah
sebagai cara untuk mengetahui masa lampau, (3) sejarah sebagai

24
pernyataan pendapat dan (4) sejarah sebagai profesi. Sedangkan secara
ekstrinsik, sejarah dapat digunakan sebagai liberal education yaitu: (1)
moral; (2) penalaran; (3) politik; (4) kebijaksanaan; (5) perubahan; (6)
masa depan; (7) keindahan dan (8) ilmu bantu. Selain sebagai
pendidikan, sejarah berfungsi sebagai (9) latar belakang; (10) rujukan
dan (11) bukti.
Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan
mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau
yang erat hubungannya dengan masa kini ( Widja, 1989: 23). Pengajaran
sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses
perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan
untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan,
memahami dan menjelaskan jati diri bangsa dimasa lalu, masa kini dan
masa depan di tengah-tengah perdamaian dunia.
1. Tujuan Pembelajaran Sejarah
Dalam setiap pembelajaran yang diajarkan kepada siswa pasti
mempunyai tujuan. Menurut Permendikbud No. 54 tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan yang menjelaskan tentang kualifikasi
kemampuan lulusan, meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
b. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
c. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.

25
Menurut Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
menerangkan Kompetensi Inti mata pelajaran sejarah adalah sebagai
berikut :
a. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
b. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c. Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
d. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

I Gde Widja (1989) menyatakan bahwa sifat uraian sejarah perlu


pula diorientasikan kearah uraian yang tidak hanya deskriptif saja, tetapi
juga kearah uraian analistis. Dengan demikian, siswa tidak lagi
mendapatkan kesan bahwa pelajaran sejarah semata-mata bersifat
hafalan, tetapi juga memerlukan kemampuan analistis terutama dalam
usaha menemukan dasar-dasar kausatif (sebab-akibat) dalam rangkaian
peristiwa sejarah.

26
Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan
adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi
waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam
menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu,
masa kini, dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia (Agung,
2013: 56).
Dalam keseluruhan proses pembelajaran sejarah, salah satu yang
memiliki peranan penting yaitu guru sejarah. Selain mengembangkan
bentuk-bentuk alat bantu pembelajaran secara mekanis dan
mengembangkan pendidikan yang berfokus pada kemajuan siswa, guru
sejarah juga memegang peranan penting dalam membuat pembelajaran
sejarah menjadi hidup dan menarik bagi siswa. Guru sejarah harus
menguasai berbagai macam metode dan teknik pembelajaran sejarah.
Seorang guru sejarah harus mampu menciptakan suasana belajar yang
nyaman dan menyenangkan agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung cepat dan baik (Kochhar, 2008: 394).
Berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar dapat diperoleh melalui sumber belajar.
Di dalamnya tercantum lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan
dan alat yang bisa digunakan, personel seperti guru, petugas
perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman
belajar. Dalam proses merencanakan pembelajaran, perencana harus
dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam
memanfaatkan sumber belajar secara optimal, sedangkan dalam
mendesain pembelajaran, para desainer perlu menentukan sumber belajar
apa dan bagaimana cara memanfaatkannya (Agung, 2013: 40).
Sumber pembelajaran adalah sarana pembelajaran dan pengajaran
yang sangat penting. Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk
mengeksloprasi berbagai macam sumber untuk mendapatkan alat bantu
yang tepat untuk mengajar dan melengkapi apa yang sudah disediakan di

27
dalam buku cetak, untuk menambah informasi, untuk memperluas
konsep, dan untuk membangkitkan minat peserta didik (Kochhar, 2008 :
160). Sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya
ialah alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran adalah
perlengkapan yang menyajikan satuan-satuan pengetahuan melalui
stimulasi pendengaran atau penglihatan atau keduanya untuk membantu
pembelajaran. Mereka membuat nyata pengetahuan yang harus
disampaikan, dan dengan demikian membantu dalam membuat
pengalaman belajar tampak nyata, hidup dan vital. Mereka menunjang
pekerjaan guru dan membantu dalam studi dengan buku pelajaran
(Kochhar, 2008 : 214).
Alat bantu pembelajaran ini digunakan untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar agar siswa nantinya diharapkan lebih memahami
pelajaran yang diberikan oleh guru. Penjelasan-penjelasan lisan belaka
tidak dapat membuat sejarah menjadi hidup, gamblang, dan relevan
dengan kehidupan para pelajar yang berorientasi masa kini atau masa
depan. Berbagai macam alat bantu pembelajaran seperti gambar, peta,
film, model, kartun, dekorasi dan peta waktu, grafik, dan sebagainya,
dapat dibawa ke dalam pelajaran dan dapat menjadi selingan rutinitas
normal. Alat-alat bantu pembelajaran ini dapat memperkuat
pembelajaran sejarah dengan banyak cara :
a. Membantu siswa mengenal pengetahuan sejarah secara langsung
b. Menunjang kata terucap
c. Membuat sejarah nyata, jelas, vital, menarik, dan seperti hidup
d. Membantu mengembangkan kepekaan terhadap waktu dan tempat
e. Mengembangkan kepekaan terhadap hubungan sebab akibat
f. Membantu guru mengembangkan bahan pembelajarannya
g. Menunjang bahan buku pelajaran
h. Membantu membuat pelajaran permanen
i. Menambah kesenangan dan minat pada pembelajaran

28
B. Mata Pelajaran Sejarah
Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah
tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa
lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Pengetahuan masa
lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan
untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian
peserta didik.
Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh
kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui
pembelajaran sejarah, siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk
berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa
lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses
perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya
dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-
tengah kehidupan masyarakat dunia. Pembelajaran sejarah bertujuan agar
siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-
masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda, dan tujuan
lainnya adalah :
1. Mendorong siswa berpikir kritis-analitis dalam memanfaatkan
pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa
kini dan yang akan datang.
2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-
hari.
3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk
memahami proses perubahan dan keberlangsungan masyarakat
(Agung, 2013: 56).
Kochhar (2008) menyatakan ketika sejarah diajarkan di Sekolah
Menengah ada beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1. Memberikan pemahaman tentang tehap-tahap perkembangan
masyarakat Indonesia dari abad ke abad.

29
2. Menumbuhkan penghargaan terhadap nerbagai komponen budaya
Indonesia dan bangga terhadap hasill yang telah dicapai oleh
masyarakat Indonesia di berbagai wilayah.
3. Menumbuhkan pemahaman kritis tentang masa lalu, sehingga para
siswa dapat terbebas dari prasangka yang irasional dan fanatik, pikiran
sempit dan komunalisme dan mencerahkannya dengan pemikiran
ilmiah dan berorientasi ke masa depan.
4. Mengembangkan penghargaan terhadap kebudayaan Indonesia yang
campur baur, kekayaan dan keragamannya, serta proses
perkembangan yang dilaluinya. Yaitu proses perubahan internal dalam
kebudayaan Indonesia, interaksinya dengan kebudayaan lain, dan
pengaruh kebudayaan lain.
5. Mengembangkan kemampuan untuk mengkaji masalah-masalah
kontemporer masyarakat Indonesia dalam perspektif sejarahnya.
6. Memajukan studi tentang sejarah perkembangan Indonesia dan
kaitannya dengan sejarah perkembangan peradaban manusia secara
keseluruhan.
7. Mengembangkan pemahaman tentang proses perubahan sehingga
pemahaman para siswa tentang proses perubahan yang terjadi dewasa
ini semakin dalam, dan penghargaan terhadap aspirasi untuk
melakukan perubahan guna menciptakan ketertiban sosial tertanam.
8. Mengembangkan kesadaran tentang pentingnya kerja pemeliharaan
monumen-monumen sejarah dan berpartisipasi aktif di dalamnya
(Kochhar, 2008:38-41).

I Gde Widja (1989) menyatakan bahwa sifat uraian sejarah perlu


pula diorientasikan kearah uraian yang tidak hanya deskriptif saja, tetapi
juga kearah uraian analistis. Dengan demikian, siswa tidak lagi
mendapatkan kesan bahwa pelajaran sejarah semata-mata bersifat
hafalan, tetapi juga memerlukan kemampuan analistis terutama dalam

30
usaha menemukan dasar-dasar kausatif (sebab-akibat) dalam rangkaian
peristiwa sejarah.

5. Kurikulum 2013

A. Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.
1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua
berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya

31
mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif
yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus
globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan
perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan
modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam
studi International Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment
(PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain
banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus

32
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
memiliki kompetensi yang sama.
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-
masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet).
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sains)
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines)
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
10) Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum


sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan
tata kelola sebagai berikut:
a) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja
yang bersifat kolaboratif;

33
b) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
c) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen
dan proses pembelajaran.
d) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan


perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

B. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya

34
(enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
C. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil
belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam
di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta
didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam
tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi
pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan
filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini
menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum,
hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan
pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa
menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan

35
kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013
mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan
luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan
bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai
pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan
di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi
kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah
suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir
rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan
budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya
dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan
fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk
menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam
kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya,
dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu
dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran
yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.

36
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian,
dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud
untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan
dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik. Dengan demikian, Kurikulum 2013
menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan
kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas,
berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai
dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa
dan ummat manusia.

D. Landasan Teoritis
Mengacu pada Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomer 81 A tentang implementasi kurikulum menyatakan bahwa Secara
prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin
meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan
dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk
memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam
dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar
mandiri sepanjang hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi

37
komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas
lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam
proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama,
solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup
peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban
dan martabat bangsa.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:
(1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas
peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan
menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam
melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta
didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri,
menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada
peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik
kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan
bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta
didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif
mencari tahu”.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomer 65 Tahun 2013 tentang standar proses
pendidikan sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan
(proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“

38
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas“ mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan
tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan
karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).

6. Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri ( SPI ) adalah rangkaian kegiatan


pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawan dari suatu masalah
yang dipertanyaan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inkuiri.
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

39
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri .
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
believef ). Dengan demikian, strategi pembelajran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan
melalui proses tanya jawaab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat
utama dalam melakukan inkuiri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak
hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang
hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama
pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasa ingin tahu mereka.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa ( student centered
approach ). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran
( Sanjaya, 2006: 194-195).

40
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:
- Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari
suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam
strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan
utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah
proses belajar.
- Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
- Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa
terhadap sesuatu.
- Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan
kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki
kemampuan untuk berpikir.
- Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan oleh guru.
- Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan
intelektual anak. Perkembangan mental ( intelektual ) itu menurut Piaget
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu maturation, physical experience, social
experience, dan equilibration.
- Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan
anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan
tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan
otak merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir ( intelektual ) anak. Otak bisa dikatakan sebagi
pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Menurut
Sigelman dan Shaffer (1995), otak terdiri dari 100 miliar sel saraf
(neuron) dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000

41
koneksi (hubungan) dengan sel-sel saraf lainnya. Neuron terdiri dari
inti sel (nucleus) dan sel bodi yang berfungsi sebagai penyalur
aktivitas dari sel saraf yang satu ke sel saraf lainnya ( Sanjaya, 2006:
196).
- Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan
individu terhadap benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya.
Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan
dapat mengembangkan aktivitas/daya pikir. Gerakan-gerakan fisik
yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-
gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tak
akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget, aksi
atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.
- Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang
lain. Melaui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk
mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi
juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping
aturannya sendiri. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat
membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial
akan membantu mengembangkan kemampuan berbahasa.
Kemampuan berbahasa ini diperoleh melalui percakapan, diskusi, dan
argumentasi dengan orang lain. Aktivitas-aktivitas semacam itu pada
gilirannya dapat memunculkan pengalaman-pengalaman mental yang
memungkinkan atau memksa otak individu untuk bekerja. Kedua,
melaui pengalaman sosial anak akan mengurangi egocentric-nya.
Sedikit demi sedikit akan muncul kesadaran bahwa ada orang lain
yang mungkin berbeda dengan dirinya. Pengalaman semacam itu
sangat bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental seperti
misalnya kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral, dan lain
sebagainya.
- Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan antara
pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang

42
ditemukannya. Adakalanya anak dituntut untuk memperbarui
pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi
baru yang tidak sesuai.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah
orientasi dalam SPI, guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam tahapan orientasi ini adalah:
 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa
 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tuuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
lanngkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai merumuskan kesimpulan.
 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan maslah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan maslah yang ingin
dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah:

43
 Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. guru sebaiknya
tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya
memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana
rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan
sebaiknya diserahkan kepada siswa.
 Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki
yang jawabannya pasti. Artinya guru perlu mendorong agar siswa
dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban
sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan
jawabannya secara pasti.
 Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. artinya, sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih
dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-
konsep yang ada dalam rumusan maslah.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu
dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-
ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa
mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untu
mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus
dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak ( berhipotesis ) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data

44
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pngembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis
adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Joyce, lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna
sebagai salah satu usaha ke arah pembaruan pendidikan. Namun
demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam-macam arti.
Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang
berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri
dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan
merefleksi sifat-sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar
hidup mandiri dalam masyarakatnya.
Selanjutnya, ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial.
Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap
penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya
rumusan hipoesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta
sebagai pengujian hipotesis ( Sanjaya, 2006: 204).

45
SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya ialah:
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai
kelemahan, di antaranya:
a) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru ( Sanjaya, 2006: 207).
 Menurut Ali (2008: 88) strategi mengajar pendekatan kelompok harus
mempertimbangkan faktor berikut:
(1) Kesesuaian dengan tujuan pengajaran.

46
(2) Kesesuaian dengan materi pelajaran.
(3) Kesesuaian dengan sumber dan fasilitas yang tersedia.
(4) Kesesuaian dengan situasi-kondisi belajar mengajar.
(5) Kesesuaian dengan kondisi siswa.
(6) Kesesuaian dengan waktu yang tersedia.
 Menurut Rostiyah (2001: 79) agar teknik ini dapat dilaksanakan
dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi
2. Kondisi lingkungan yang responsif
3. Kondisi yang memudahkan untuk memutuskan perhatian
4. Kondisi yang bebas dari tekanan
 Dalam teknik inquiry guru berperan untuk :
a. Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir
b. Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan
bertindak
c. Memberikan dukungan untuk “inquiry”
d. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu
mengatasinya
e. Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-
baiknya
 Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inquiry”:
1) Otonomi siswa
2) Kebebasan dan dukungan pada siswa
3) Sikap keterbukaan
4) Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri
5) Self concept
6) Pengalaman inquiry, terlibat dalam masalah-masalah
Pendekatan-pendekatan lain untuk mengembangkan kemampuan
inquirysiswa melalui science ialah “teka-teki bergambar, synectics dan
kejelasan nilai-nilai.

47
7. Media

(Anni, 2011: 196) Media meruapakan alat/ wahana yang digunakan


dalam kegiatan guna mempermudah suatu proses tertentu. Media
digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena: 1) media
dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata
menjadi dapat dilihat dengan jelas; 2) dapat menyajikan benda yang jauh
dari subyek belajar; 3) menyajikan peristiwa yang komplek, rumit dan
berlangsung cepat menjadi sistematik dan sederhana sehingga mudah
diikuti (Suparman dalam Anni, 2011: 196).
Menurut Arief S. Sadiman ( 2009: 17), media mempunyai
kegunaan-kegunaan dalam pendidikan berupa:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti
misalnya:
a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar,
film bingkai, film atau model.
b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,
film atau gambar.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timeplaps atau high-speed photography.
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal.
e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim,
dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film
bingkai, gambar dan lain-lain.

48
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahan belajar.
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.

Untuk meningkatkan fungsi media, media gunakan dalam


pembelajaran sebagai alat/ wahana yang digunakan pendidik dalam
proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
(Sudjana, 2009 : 1- 4) Media Pengajaran merupakan alat bantu mengajar
yang ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan
belajar yang diatur oleh guru. Sebab media pembelajaran menjadi salah
satu komponen pendukung strategi pembelajaran disamping komponen
waktu dan metode mengajar.

Melalui media pengajaran, dipoeroleh manfaat antara lain


pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa , dan
memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pengajaran lebih baik,
metode mengajar kan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan, dan lain-lain.

Ada beberapa jenis media pengajaran yang digunakan dalam


proses pengajaran. Yaitu, media grafis seperti gambar, foto, grafik,
bagan, atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain, media tiga

49
dimensi dalam model padat, model penampang, model susun, model
kerja, mock up, diorama, media proyeksi seperti slide, film, strips, OHP,
dan penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. Media-media
tersebut tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi
yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu
mempertinggi proses pengajaran.
Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a) ketepatannya dengan
tujuan pengajaran; b) dukungan terhadap isi bahan pelajaran; c)
kemudahan memperoleh media; d) keterampilan guru dalam
menggunakannya; e) tersedia waktu untuk menggunakannya; f) sesuai
dengan taraf berfikir siswa. dengan kriteria pemilihan media tersebut,
guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat
untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar.
Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga
mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni mempermudah
guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan
keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk
mempertinggi kualitas belajar dan mengajar ( Sudjana, 2009: 5).
Berdasarkan penjelasan di atas salah satu media yang dapat
membantu dalam pembelajaran ialah gambar/foto. ( Andi Prastowo,
2013: 99) Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan gambar banyak
di gunakan sebagai bahan ajar, yaitu:
1. Gambar mampu memberikan motivasi kepada peserta didik dalam
belajar.
2. Gambar sebagai penyampaiann perasaan. Melalui gambar, dapat juga
dikirimkan pesan yang mencerminkan niat untuk mencapai target
tertentu.
3. Gambar dapat mempengaruhi orang yang melihatnya.
4. Gambar dapat membantu untuk membayangkan pesan yang ingin
disampaikan.

50
5. Dengan gambar, informasi yang ingin disampaikan dapat lebih jelas
dipahami. Sebab informasi secara naratif seringkali masih kurang
mencukupi.
6. Satu gambar dapat menjelaskan beberapa kata atau bahkan beberapa
kalimat sekaligus.
7. Dengan menggunakan gambar, kita dapat melakukan penyederhanaan
cara penyampaian konsep tanpa mengurangi artinya.
8. Melalui penggunaan gambar, dapat memudahkan orang menerima
pesan yang disampaikan.
9. Gambar dapat digunakan untuk memunculkan masalah.

Sedangkan menurut Arief S. Sadiman ( 2009: 29) beberapa


kelebihan media gambar foto yang lain yaitu:

a) Sifatnya konkret; Gambar/ foto lebih realistis menunjukan pokok


masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibaa ke kelas, dan tidak selalu bisa
anak-anak bawa ke objek/ peristiwa tersebut. Gambar atau foto dapat
mengatasi hal tersebut.
c) Media gambar/ foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan
untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalahpahaman.
e) Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar/foto mempunyai


beberapa kelemahan yaitu:

1) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indra mata


2) Gambar/ foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran.

51
3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Terdapat enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang


baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan:

(1) Autentik
Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau
orang melihat benda sebenarnya.
(2) Sederhana
Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukan poin-poin
pokok dalam gambar.
(3) Ukuran relatif.
(4) Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan atau
menunjukan aktivitas tertentu.
(5) Mencapai tujuan pembelajaran
(6) Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Menurut Andi Prastowo ( 2013: 383) Dalam pemiliha foto atau


gambar, kita juga harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait
dengan penyajiannya, antara lain:

1. Substansi materi yang disajikan dalam bentuk foto atau gambar mesti
memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik.
2. Gambar yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Ditampilkan dengan skala yang sesuai, sehingga terlihat logis dan
enak dilihat.
4. Gambar menampilkan judul atau keterangan.
Ada beberapa hal penting yang mesti diperhatikan pada waktu
menggunakan gambar ( Andi Prastowo, 2013: 100) yaitu:
a. Terangkan fungsi gambar dengan sejelas-jelasnya. Gambar yang
dimaksudkan untuk menjelaskan atau memunculkan masalah

52
sebaiknya diinformasikan secara eksplisit, sehingga peserta didik
memperhatikan gambar tersebut.
b. Seimbangkan fungsi. Maksydnya jangan sampai fungsi gambar yang
lebih minor (tambahan) berakibat negatif terhadap fungsi mayor
(utama) yang sebenarnya kita tuju.
c. Tentukan aktivitas yang harus dilakukan peserta didik. Apabila
menggunakan gambar, maka pastikan bahwa peserta didik membaca
gambar tersebut, sehingga peserta didik harus melihat gambar untuk
dapat memahami materi.
d. Jelaskan konvensi gambar. Maksudnya pastikan bahwa peserta didik
memahami konvensi yang digunakan dalam gambar. Apabila perlu,
jelaskan dalam teks, sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam
gambar dapat diterima dengan benar.
e. Batasi informasi. Jangan memunculkan terlalu banyak informasi pada
satu gambar. Walaupun secara teori satu gambar dapat memberikan
banyak informasi, cobalah untuk membatasi informasi yang ingin
disampaikan.

8. Flash card

Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu


bergambar yang ukurannya seukuran postcard dengan disertai keterangan
di belakangnya. Arsyad (2005: 119) mengemukakan pengertian Flash
Cards sebagai kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol
yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang
berhubungan dengan gambar-gambar yang dapat digunakan untuk
melatih mengeja dan memperkaya kosakata. Salah satu kelebihan dari
media Flash Cards yaitu dapat dibeli di toko-toko buku atau pusat media
bahkan dapat dibuat dan dikembangkan sendiri oleh guru (Wibawa &
Mukti. 2001:45). Dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya dengan
menggunakan buku, Flash Cards terbukti lebih efektif. Flashcard
digunakan untuk mengamati makhluk hidup, benda-benda atau hal-hal

53
yang beraneka ragam yang tidak mungkin untuk didatangkan langsung di
kelas maka diperlukan suatu sumber yang dapat memberikan informasi
yang lengkap tentang hal-hal tersebut. Melalui media flashcard yang
berisi gambar tentang makhluk hidup, benda-benda serta hal-hal lain
disertai dengan deskripsi singkat seputar ciri-cirinya dapat memudahkaan
pemahaman siswa akan suatu materi tertentu.

9. Kunci Determinasi dan Klasifikasi Zaman Batu

A. Kunci Determinasi
Kunci determinasi merupakan alat yang dipakai untuk
mengidentifikasi segala makhluk hidup, baik yang masih dalam keadaan
hidup maupun yang sudah dalam keadaan mati. Kunci determinasi adalah
kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu
individu. Kunci determinasi diperlukan untuk menemukan nama spesies
suatu makhluk hidup, nama spesies yang tertera pada kunci determinasi
berupa nama ilmiah.
Kunci determinasi berisi daftar ciri-ciri yang disusun berurut
sedemikian rupa, mengantarkan seseorang untuk menemukan nama
spesies suatu makhluk hidup. Susunan kalimat dalam kunci determinasi
merupakan suatu pilihan, dan pilihan dapat dilakukan diantara dua
keadaan berlawanan yang nantinya menghasilkan penerimaan salah satu
pilihan atau penolakan lainnya. Kunci determinasi dimulai dengan nomor
pertama (1) kemudian dilanjutkan dengan nomor-nomor berikutnya
sesuai dengan nomor yang tercantum dibelakangnya begitu seterusnya
hingga didapatkan berturut-turut: ordo, famili, genus dan spesies yang
bersangkutan ( Mayr 1971 dalam Rahayu 2010).
Menggunakan kunci determinasi memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk menbedakan tiap-
tiap jenis agar mudah dikenal
2. Mengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya
3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup

54
4. Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya
Menyusun kunci determinasi sederhana untuk mempermudah
membuat tahapan klasifikasi makhluk hidup dapat digunakan kunci
determinasi. Kunci determinasi adalah uraian tentang ciri-ciri umum
sampai ciri-ciri khusus makhluk hidup. Cara menggunakan kunci
determinasi ini harus mengetahui nama bagian yang akan diamati
kemudian dicocokan dengan ciri-ciri yang ada pada kunci determinasi
( Sugiyarto, 2009: 219).
B. Klasifikasi zaman batu
Sedangkan untuk klasifikasi zaman batu, berdasarkan pembagian
zaman dalam masa praaksara didasarkan atas lapisan-lapisan bui (secara
geologis) sehingga ada masa diluvium (pleistocen) dan masa aluvium
(helocen), maka dalam bidang kebidayaannya pembagian tersbut
didasrkan atas bukti-bukti arkheologis, yaitu berdasarkan bahan-bahan
yang berupa peninggalan kebudayaan manusia itu sendiri. Berdasarkan
alat-alat atau benda-benda budaya yang ditinggalkan oleh manusia
praaksara, maka para ahli membagi periodisasi perkembangan budaya
masyarakat awal Indonesia itu menjadi dua zaman, yakni zaman batu dan
zaman logam. Zaman batu masih dibagi lagi menjadi zaman batu/awal
( Paleolithikum ), batu tengah/madya ( Mesolithikum ), batu
muda/baru/akhir (Neolithikum), dan batu besar ( Megalithikum).
Sedangkan zaman logam dibagi menjadi zaman tembaga, zaman
perunggu dan zaman besi ( Herimanto, 2012: 43).

10. Hasil Belajar

Belajar sebagai suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu


perubahan tingkah laku dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang
relatif lama. Pembelajaran sebagai suatu proses yang mengandung suatu
unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran (instruksional),
pengalaman (proses) pembelajaran dan hasil belajar. Hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan

55
psikomotorik ( Sudjana, 1993:3). Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan,ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas), application (menerapkan), analysis(menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluating (menilai), domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), charaterization (karakterisasi),
domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
manajerial, dan intelektual ( Suprijono, 2009:6).
Hasil belajar ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk
melakukan berbagai penampilan. Secara umum, belajar adalah suatu
kegiatan yang membawa perubahan perilaku pada seseorang baik yang
terlihat maupun tidak terlihat, bertahan lama atau tidak, kearah positif
atau negatif semuanya karena pengalaman. Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil
belajar berupa:
1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3. Startegi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Katerampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.

56
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hal yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku


secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar
pendidikan tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif (Suprijono, 2008: 5-7).
Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan guru ( Dimyati dan Mudjiono, 2009:245). Ngalim
Purwanto (1987:54) mengatakan bahwa hasil belajar adalah nilai yang
dapat dicapai siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan
dapat diukur dengan menggunakan suatu tes. Pengukuran hasil belajar
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi
pelajaran yang telah disampaikan guru. Hasil belajar dapat diartikan
sebagai kemampuan yang berupa keterampilan, sikap dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari proses belajar. Hasil belajar
merupakan ukuran dari keberhasilan suatu proses pembelajaran berupa
penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dengan demikian, hasil belajar dapat dinyatakan sebagai
kemampuan yang telah dicapai siswa secara optimal setelah mengikuti
proses belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai. Selain itu, efektifitas
dan efisiensi proses pembelajaran ditunjukkan dengan peningkatan hasil
belajar siswa. jika pendekatan yang digunakan dalam proses
pembelajaran baik maka hasil belajar siswa akan baik, sebaliknya jika
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak sesuai
maka hasil belajar siswa kemungkinan besar akan rendah.

57
11. Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan pembelajaran, sejarah masih banyak guru yang


menggunakan metode ceramah. Metode ceramah atau konvensional
sering digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran karena
ceramah merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran dan
sebagai suatu cara memahamkan materi kepada siswa. Namun, tidak
semua pelajaran dapat disampaikan dengan ceramah, karena metode
konvensional tersebut kurang tepat jika digunakan untuk menyampaikan
materi dimana siswa harus belajar mempraktikan tidak sekedar
pengetahuan saja. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pemilihan pendekatan
tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan
penyingkapan (discovery) dan/ataupembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning)disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Dalam ranah
kognitif ntuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan
tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning). Berdasarkan
konsep-konsep tersbut sangat berhunbungan bahwa dalam pembelajaran
sejarah khususnya pada penerapan kurikum 2013 sangat dianjurkan
untuk menggunakan startegi pembelajaran salah satunya dengan strategi
pembelajaran inkuiri yang merupakan pembelajaran yang melatih siswa
menemukan masalah, mengumpulkan, mengorganisasi data, serta
memecahkan masalah berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan
guru sehingga siswa menemukan konsep-konsep sehingga diharapkan
lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri
siswa. Strategi pembelajaran yang divariasi dengan media pembelajaran
dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar siswa. Penggunaan media/alat bantu yang digunakan guru dalam

58
menyampaikan materi terdiri dari berbagai jenis yang penggunaannya
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Salah satu yang dapat digunakan ialah dengan penggunaan kunci
determinasi klasifikasi zaman batu dan flashcard. Pemanfaatan kunci
determinasi dan flashcard diharapkan lebih memudahkan siswa dalam
memahami materi tersebut dan memungkinkan siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang lebih baik. Dalam pembelajaran sejarah, kunci
determinasi dapat dimanfaatkan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis
manusia dan kebudayaan pada zaman batu. Sedangkan untuk mengamati
jenis manusia dan hasil kebudayaan pada zaman batu yang beraneka
ragam yang tidak mungkin untuk didatangkan langsung di kelas maka
diperlukan suatu sumber yang dapat memberikan informasi yang lengkap
tentang hasil kebudayaan tersebut dapat digunakan Flashcard. Flashcard
termasuk dalam media visual karena mengandalkan indera penglihatan.
Flashcard merupakan media yang menyajikan gambar dan keterangan
yang menarik dan mampu merangsang indera mata dan daya imajinasi
peserta didik. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan
selama kegiatan berlangsung, siswa akan dapat mengetahui secara
langsung pengetahuan-pengetahuan baru sehingga efektivitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

59
Berdasarkan paparan tersebut, maka kerangka penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:

pembelajaran Pembelajaran sejarah Kurikulum


2013

Pengembangan
Hasil Strategi
Alat/media
belajar pembelajaran
pembelajaran
Inkuiri

Kunci determinasi flashcard


klasifikasi zaman
batu

 mengembangkan daya  Memudahkan


kreativitas dan pengamatan makhluk
penalaran siswa hidup, benda-benda atau
 memotivasi siswa untuk hal-hal
belajar  Melalui deskripsi singkat
 memudahkan siswa dapat memudahkaan
memahami, pemahaman siswa akan
membandingkan dan suatu materi tertentu.
menganalisis materi  Memotivasi belajar siswa
yang sedang dipelajari

12. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka hipotesis tindakan


dalam penelitian ini adalah:
1. Ho (Hipotesis Nol)
Tidak ada pengaruh penggunaan kunci determinasi klasifikasi zaman
batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar sejarah kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak

60
2014/2015 pada pokok bahasan menelusuri peradaban awal di
kepulauan Indonesia.
2. Ha (Hipotesis Alternatif)
Ada pengaruh penggunaan kunci determinasi klasifikasi zaman batu
dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar sejarah kelas X SMAN 1 Karang Tengah Demak 2014/2015
pada pokok bahasan menelusuri peradaban awal di kepulauan
Indonesia.

13. METODE PENELITIAN

1. Model Pengembangan

Model pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


model pengembangan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri dalam rangka peningkatan
hasil belajar sejarah siswa di SMA Negeri 1 Karang Tengah Demak.
Penerapan model pengembangan kunci determinasi klasifikasi zaman
batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri dalam rangka
peningkatan hasil belajar sejarah siswa yang dilakukan peneliti
menggunakan model prosedural yang bersifat kuantitatif.

2. Pendekatan Penelitian

Untuk mengkaji tentang pengembangan kunci determinasi


klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri
dalam rangka peningkatan hasil belajar sejarah siswa di SMA Negeri 1
Karang Tengah Demak, peneliti dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan
pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:297).
Menurut Borg dab Gall (1989) menyatakan “Penelitian dan

61
pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan
dalam pendidikan dan pembelajaran” (Sugiyono, 2010:10). Dalam
penelitian analisis kebutuhan menghasilkan produk yang bersifat
hipotetik, untuk menguji produk atau hasil tersebut menggunakan
eksperimen. Proses pengujian produk dengan eksperimen disebut
Applied Research. Menurut Sugiyono (2010:6) hubungan penelitian
dasar dan penelitian terapan dapat ditujukan dengan gambar sebagai
berikut:
Basic Research Research & Applied
Development
Research

Penemuan Ilmu Baru Penemuan, Menerapkan


Pengembangan Ilmu/Produk
dan Pengujian Produk

Pada penelitian ini untuk menguji hasil produk digunakan


pendekatan eksperimen. Menurut krathwohl dalam syaodih ( 2010:57 )
metode ini bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu
atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi
pengaruh dikelompokan sebagai variabel bebas (independent variables),
dan variabel yang dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat
(dependent variables). Menurut Sudjana (2007: 19) eksperimen pada
umumnya dianggap sebagai metode penelitian yang paling canggih dan
dilakukan untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian ini, peneliti
mengajukan satu hipotesis atau lebih yang menyatakan sifat dari hubungan
variabel yang diharapkan. Dengan kata lain, eksperimen mempunyai sifat
prediktif. Eksperimen itu sendiri direncanakan dan dilaksanakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data, yang diperlukan menguji hipotesis
tersebut. Peneliti dengan sengaja dan secara sistematik mengadakan
perlakuan variabel ( manipulasi ) dalam peristiwa alamiah, kemudian

62
mengamati konsekuensi perlakuan tersebut. Hipotesis menyatakan harapan
atau praduga yang nantinya merupakan penemuan yang akan dihasilkan
dari perubahan yang dibuat peneliti. Dalam melaksanakan eksperimen,
peneliti mencurahkan segala perhatiannya pada manipulasi variabel dan
kontrol terhadap variabel-variabel lainnya serta mengukur hasil-hasilnya.
Melalui metode penelitian seperti inilah peneliti dapat memperoleh data
yang meyakinkan mengenai efek dari suatu variabel pada variabel yang
lain. Penelitian eksperimen yang sederhana mengandung tiga ciri pokok,
yakni : (1)adanya variabel bebas yang dimanipulasikan; (2) adanya
pengendalian/ pengontrolan semua variabel lain kecuali variabel bebas;
(3) adanya pengamatan/ pengukuran terhadap variabel terikat sebagai
efek variabel bebas.

Jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain


empat kelompok solomon. Dalam buku Sudjana ( 2007 : 40) mekanisme
dari desain solomon ini yaitu menggunakan empat kelompok dengan
penempatan para subjek ke dalam kelompok-kelompok secara acak.
Keuntungan disain ini memiliki tiga kelompok kontrol, sehingga dapat
mengatasi efek interaksi dari pretest dan perlakuan eksperimen.

Kelompok kontrol pertama diberikan pretest namun tidak di


berikan perlakuan X. Pada kelompok kontrol kedua tidak diberikan
pretest namun diberi perlakuan X, sedangkan pada kelompok kontrol
ketiga tidak diberi pretest dan tidak diberi perlakuan X. Ukuran-ukuran
variabel terikat Y2 digunakan untuk menilai efek interaksi melalui
perbandingan skor-skor Y2 untuk empat kelompok. Sekalipun kelompok
eksperimen mempunyai rata-rata lebih tinggi pada Y2 dari pada kelompok
kontrol yang pertama, namun tidak yakin bahwa perbedaan ini disebabkan
karena perlakuan X. Namun, apabila rata-rata Y dari kelompok kontrol
yang kedua menunjukan perbedaan/ lebih tinggi dari kelompok kontrol
yang pertama, maka dapat berasumsi bahwa perlakuan X yang
menyebabkan perbedaan tersebut, bukan efek pretest dengan perlakuan X,

63
sebab kelompok kintrol yang kedua tidak dilakukan pretest. Pada baris
keempat ditambahkan dengan maksud memberikan kontrol efek yang
mungkin terjadi antara Y1 dan Y2 tanpa perlakuan.

Desain empat kelompok solomon dilukiskan dalam diagram


sebagai berikut:

Kelompo Pretest Perlakuan (Variabel Posttest


k bebas) (variabel
terikat)
(R) → E Y1 X Y2
(R) → C1 Y1 - Y2
(R) → C2 - X Y2
(R) → C3 - - Y2

Dalam disain ini dapat dibuat beberapa perbandingan untuk


menentukan efek dari pada perlakuan eksperimen X. Dengan demikian
jika rata-rata posttest dari kelompok eksperimen lebih besar secara
signifikan dari pada rata-rata kelompok kontrol pertama C 1, dan rata-rata
posttest C2 secara signifikan lebih besar dari pada rata-rata C3, maka dapat
diasumsikan terdapat efektivitas perlakuan eksperimen. Pengaruh kondisi
eksperimen pada kelompok yang diberi pretest dapat ditentukan dengan
membandingkan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pertama atau perubahan-perubahan pre-posttest dari kedua kelompok
tersebut. Efek eksperimen pada kelompok yang tidak diberi pretest
diperoleh dengan membandingkan kelompok kontrol kedua dengan
kelompok kontrol ketiga.Sebenarnya disain ini mencakup pelaksanaan
eksperimen dua kali. Sekali dengan pretest dan sekali lagi tanpa pretest.
Jika hasil dua eksperimen ini sesuai dengan yang dijelaskan di atas, maka
terdapat keyakinan yang lebih kuat mengenai penemuan-penemuannya.
Kelemahan utama desain ini adalah kesulitan dalam pelaksanaan di
lapangan/ di kelas. Waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

64
dua eksperimen pada waktu yang sama bukan merupakan pekerjaan
ringan.
Kesulitan lain berkenaan dengan analisis statistiknya, karena tidak
adanya ukuran yang lengkap untuk empat kelompok tersebut. Seperti
diterangkan di atas, kita dapat membuat perbandingan antara kelompok C1
dan antara kelompok C2 dengan kelompok C3, namun tak ada statistik yang
menggunakan enam ukuran yang ada pada waktu yang sama. Untuk itu
analisis dapat menggunakan analysis of variance (anova) untuk skor
posttest, dengan disain anava sebagai berikut; dengan pretest dianggap
variabel bebas kedua bersama X.

Tanpa X X
Diberi pretest Y2, kontrol 1 Y2, eksperimen 1
Tanpa pretest Y2, kontrol 3 Y2, kontrol 2

Dengan analisis tersebut dapat ditentukan efek utama dari X, rata-rata


baris efek utama pretest, rata-rata sel, dan interaksi testing dengan X.

Gambar desain penelitian Solomon:

65
3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:409-427) dalam penelitian Research and


Development terdapat beberapa tahapan, yaitu:
a. Potensi dan Masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang didaya gunakan akan memiliki
nilai tambah. Namun demikian, masalah juga dapat dijadikan potensi
apabila kita dapat mendayagunakannya. Masalah merupakan
penyimpangan yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah
yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data
empirik, dalam hal ini adanya ketidak efektifan penggunaan alat/media
pembelajaran sejarah oleh guru yang berimplikasi kepada kurang
optimalnya nilai hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perlu
dikembangkannya produk alat/media pembelajaran. Dalam penelitian ini
potensi atau masalah yang akan diteliti adalah pengembangan kunci
determinasi klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media
pembelajaran inkuiri dalam rangka peningkatan hasil belajar sejarah siswa
SMAN 1 Karang Tengah Demak.

b. Pengumpulan Data
Langkah kedua dalam penelitian pengembangan adalah
mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah
yang ada.
Pengumpulan ini meliputi: kajian pustaka, pengamatan atau
observasi lapangan, wawancara.

c. Desain Produk
Dalam penelitian ini peneliti dan guru secara bersama-sama
mengembangkan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan flashcard
sebagai media pembelajaran inkuiri dalam rangka peningkatan hasil
belajar sejarah siswa SMAN 1 Karang Tengah Demak. Dalam

66
mengembangkan alat/media peneliti berdasarkan pada prinsip-prinsip
pengembangan alat/media yang telah ditentukan. Penerapan alat/media ini
diaplikasikan melalui strategi pembelajaran.
Adapun desain pemikiran peneliti dalam pengembangan alat/media
pembelajar sebagai berikut:

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah


alat/media pembelajaran sejarah yang dapat dimanfaatkan bagi guru
maupun siswa
Dengan mengacu pada kriteria desain produk yang baik
sebagaimana tabel di bawah ini:
No Variabel Indikator

1.  Kriteria gambar/foto - autentik, sesuai dengan benda


yang baik sebenarnya.
- sederhana, menunjukan poin-
poin pokok dalam gambar.
- gambar jelas
- ukuran relatif.
- gambar/foto sebaiknya
menunjukan aktivitas tertentu.
- mencapai tujuan pembelajaran
- gambar bagus dari sudut seni

67
2.  Kriteria - relevansi antara substansi
penyajiannya materi pada gambar dengan
kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik.
- gambar dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
- ditampilkan dengan skala yang
sesuai, sehingga terlihat logis
dan enak dilihat.
- gambar menampilkan judul atau
keterangan
- dukungan terhadap isi bahan
pelajaran
- tersedia waktu untuk
menggunakannya
- sesuai dengan taraf berfikir
siswa

Sumber : Sadiman, Arief, dkk. 2009. Media pendidikan pengertian,


pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm
29-33.

Dalam menghasilkan hasil produk pengembangan alat/media


pembelajaran berupa kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan
flashcard maka peneliti membuat rancangan alat/media tersebut.
Rancangan alat/media tersebut dibuat berdasarkan penilaian terhadap
penggunaan alat/media pembelajaran yang lama sehingga dapat ditemukan
kelemahan-kelemahan terhadap alat/media pembelajaran yang lama.
Selain itu peneliti juga harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait
dengan alat/media mengajar yang modern berikut indikator pelaksanaan
dan hasil kerjanya.

68
Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah
berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Pada
alat/media pembelajaran berupa kunci determinasi klasifikasi zaman batu
dan flashcard maka dalam kunci determinasi klasifikasi harus memuat
bagan-bagan yang dikotom ( dua cabang) , dan berisi pernyataan singkat
(misalnya nama manusia purba, nama hasil kebudayaannya, dan
sebagainya ) kemudian dibawah dari bagan-bagan tersebut terdapat
pertanyaan yang jawabannya harus di cocokan dulu dengan yang ada di
flascard,karena dalam flashcard berisi deskripsi singkat serta gambar yang
sesuai dengan alur yang terdapat pada kunci determinasi. Dalam
mengaplikasikan Alat/media tersebut harus memperhatikan kriteria-kriteri
tertentu seperti relevansi antara substansi materi pada gambar dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, gambar dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, ditampilkan dengan jelas, terlihat
logis dan enak dilihat, gambar menampilkan judul atau keterangan,
alat/media dapat mendukungan isi bahan pelajaran dan ketersesuaaian
dengan taraf berpikir siswa. dalam produk yang berupa alat/media perlu
dijelakan mekanisme penggunaannya berikut kelebihan dan
kekurangannya. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa desain
alat/media yaitu rancangan alat/media pembelajaran baru. Desain ini masih
bersifat hipotek. Dikatakan hipotek karena efektifitasnya belum terbukti,
dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Setiap
desain produk perlu ditunjukan dalam gambar kerja, bagan, atau uraian
ringkas, sehingga akan memudahkan fihak lain untuk memahaminya.
Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dari mudah
diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif dan hasil
pembelajaran meningkat.

d. Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai
rancangan produk alat/media pembelajaran agar lebih efektif dibandingkan

69
dengan produk yang telah ada. Validasi desain dilakukan dengan
menghadirkan beberapa ahli atau pakar untuk menilai alat/media
pembelajaran sebagai produk baru. Validator dalam peneliti ini adalah Dr.
Cahyo Budi Utomo, M.Pd selaku dosen pembimbing dan validator kedua
adalah Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd selaku ketua jurusan sejarah pada
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

e. Revisi Desain atau Perbaikan Desain


Setelah didiskusikan dengan para ahli maka akan diketahui
kelemahan dari pengembangan alat/media pembelajaran tersebut, setelah
mengetahui kelemahan dari desain maka peneliti memperbaiki desain
tersebut.

f. Ujicoba Produk
Untuk pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen yaitu
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai sistem baru
(before-after) atau dengan kelompok yang tetap menggunakan sistem
lama.
Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development
( R & D ) pada penelitian ini yaitu:

Pengumpulan data Potensi dan masalah Desain produk

Uji coba produk Revisi desain Validasi desain

70
4. Lokasi, Subyek dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan


untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini mengambil lokasi
di SMA N 1 Karang Tengah Kabupaten Demak. Peneliti memilih kelas X
ini karena ingin mengetahui hasil belajar pembelajaran sejarah pada
siswa kelas X SMA N 1 Karang Tengah dan disesuaikan dengan pokok
bahasan yang berkaitan dengan metode yang akan diterapkan, pokok
bahasan tersebut yaitu mengenai peradaban awal di kepulauan Indonesia.
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X SMA N 1 Karang Tengah
Kabupaten Demak pada semester ganjil dengan menyesuaikan jam
pelajaran sejarah kelas X SMA N 1 Karang Tengah Kabupaten Demak.

Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap. Adapun tahap


pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan ini meliputi penyusunan dan pengajuan
proposal, mengajukan izin penelitian, serta penyusunan instrumen dan
perangkat penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai September 2014.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini penelitian akan dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai September 2014.
3. Tahap penyelesaian
Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan
laporan yang dimulai bulan Oktober 2014.

5. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Pada penelitian ini mengambil populasi siswa kelas X SMA N 1


Karang Tengah Kabupaten Demak. Di sekolah ini terdapat sembilan kelas
X masing-masing kelas berjumlah 40 siswa jadi total keseluruhan siswa

71
kelas X berjumlah 360 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
yaitu dengan cara memilih satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan
tiga kelas sebagai kelompok kontrol.
Adapun langkah dalam pengambilan sampel yaitu dengan cluster
random sampling. Teknik cluster random sampling yaitu teknik
pengambilan sampel secara acak. Sebelum dilakukan pengambilan sampel,
dipastikan dahulu bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dan
homogen. Setelah distribusi diketahui berdistribusi normal dan homogen,
kemudian diambil empat kelas sebagai sampel. Yaitu satu kelas sebagai
kelompok eksperimen dan tiga kelas sebagai kelompok kontrol. Namun,
berdasarkan disain solomon terdapat kelas yang mendapat perlakuan
dengan pre-post test pada kelas eksperimen, dan pada kelas kontrol satu
dengan pre-post test tanpa perlakuan, kelas kontrol dua tanpa pretest
dengan perlakuan dan terdapat post test, serta kelas kontrol tiga tanpa pre-
post test dan tanpa perlakuan.

6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pra
eksperimen dan tahap eksperimen. Kedua tahap tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap Pra Eksperimen
Sebelum eksperimen dilakukan terlebih dahulu diperiksa variabel
non eksperimen yang disandang subyek yang diperkirakan akan
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu kemampuan awal siswa. untuk
mengetahui pengetahuan awal tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji
keseimbangan melalui pretest terhadap subjek penelitian, baik pada
kelas eksperimen yang menggunakan kunci determinasi klasifikasi
zaman batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri berbasis
kurikulum 2013 (E1) maupun pada kelas kontrol yang tidak
menggunakan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan flashcard
sebagai media pembelajaran inkuiri berbasis kurikulum 2013 (C1).

72
Untuk menguji keseimbangan ini menggunakan tes (pretest) dengan
materi menelusuri peradaban awal masyarakat di Kepulauan Indonesia.
Nilai yang diperoleh melalui tes ini digunakan sebagai pembanding
kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol apakah setara
atau tidak. Untuk mengetahui perbandingan nilai pre test digunakan uji
beda (uji t) two tailed- Paired Sample T Test ( dua pihak- sampel
berpasangan).
2. Tahapan Eksperimen
a. Tahap Persiapan Pelaksanaan Eksperimen
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, hand out (materi), media gambar dalam
Flashcard, Kunci determinasi, lembar kerja siswa, lembar
observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan kunci determinasi
klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media pembelajaran
inkuiri berbasis kurikulum 2013 dan pedoman wawanara yang
kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
b. Tahap Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dilakukan oleh guru dengan
menerapkan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri berbasis kurikulum
2013 pada kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas kontrol dengan
metode konvensional. Proses pembelajaran dilakukan sesuai
dengan jadwal pelajaran sejarah kelas X. Materi yang diberikan
adalah menelusuri peradaban awal masyarakat di Kepulauan
Indonesia.
c. Tahap post test
Tahap ini merupakan tahap pengukuran terhadap perlakuan
yang diberikan dengan memberikan tes kepada siswa. tes ini
digunakan untuk menentukan perbedaan yang ditimbulkan akibat
pemberian perlakuan. Data nilai post test ini selanjutnya diolah

73
dengan menggunakan uji beda (uji t) two tailed- Paired Sample T
Test ( dua pihak- sampel berpasangan). Hasil dari uji-t tersebut
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signifikan hasil belajar siswa pada materi peradaban awal
masyarakat di Kepulauan Indonesia antara siswa yang diajarkan
dengan menggunakan kunci determinasi dan flashcard sebagai
media pembelajaran ikuiri berbasis kurikulum 2013 dan siswa yang
diajarkan melalui metode konvensional.

7. Proses Kegiatan Pembelajaran

1. Proses kegiatan pada kelas eksperimen


a. Pendahuluan
- Guru memasuki ruangan degan mengucap salam, kemudian
mengajak siswa untuk berdoa bersama.
- Guru memeriksa kelas dan mengabsen siswa
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta pokok-pokok
materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini.
- Guru memberikan soal-soal diawal materi guna mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa mengenai materi yang akan
dibahas pada pertemuan kali ini.
- Guru mengawali pelajaran dengan pembukaan materi secara
singkat, dalam kegiatan ini berisi kegiatan apersepsi, seperti
mengajukan pertanyaan di awal pembelajaran supaya dapat
membuka rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan di bahas.
- Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah yang akan
dilakukan siswa dalam melaksanakan pembelajaran sejarah
melalui penggunaan kunci determinasi dan flashcard sebagai
media pembelajaran inkuiri.
b. Kegiatan Inti

74
- Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok masing-masing
berisisi 5 siswa, jadi total keseluruhan ada 40 siswa dalam satu
kelas.
- Guru membagikan flashcard berisi gambar-gambar yang
berkaiatan dengan masa praaksara dengan deskripsi singkatnya
kepada masing-masing kelompok berjumlah 32 buah kartu.
- Guru membagikan lembar “kunci determinai zaman batu” yang
berisi pernyataan dan bagan yang membantu mengarahkan siswa
dalam memecahkan masalah.
- Siswa harus berpikir sesuai alur dalam bagan kunci determinasi
dan harus sesuai dengan pernyataan yang terdapat di bawah
bagan kunci determinasi yang disebut kunci dikotomis.
- Untuk membantu siswa menjawab pertanyaan dalam kunci
dikotomis dapat melalui flashcard dimana dapat membantu
siswa memahami hasil budaya, manusia purba, dan pola
kehidupannya secara visual.
- Jika siswa masih kurang paham terhadap materi atau deskripsi
yang ada di flashcard serta pernyataan yang ada di kunci
determinasi dapat ditanyakan kepada guru.
- Siswa mengisi pertanyaan yang terdapat dalam kunci dikotomis,
1 kelompok masing-masing 1 lembar kerja.
c. Penutup
- Siswa mengerjakan kuis atau soal-soal secara individu.
- Guru dan siswa membahas bersama-sama hasil diskusi
mengenai hasil identifikasikan kunci determinasi klasifikasi
zaman batu dan flashcard.
- Gru memberikan reward terhadap semua kelompok dari nilai
tertinggi hingga terendah. Dengan stratifikasi reward yang
berbeda.
2. Proses kegiatan pada kelas kontrol pertama
a. Pendahuluan

75
- Guru memasuki ruangan degan mengucap salam, kemudian
mengajak siswa untuk berdoa bersama.
- Guru memeriksa kelas dan mengabsen siswa
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta pokok-pokok
materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini.
- Guru memberikan soal-soal diawal materi guna mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa mengenai materi yang akan
dibahas pada pertemuan kali ini.
- Guru mengawali pelajaran dengan pembukaan materi secara
singkat, dalam kegiatan ini berisi kegiatan apersepsi, seperti
mengajukan pertanyaan di awal pembelajaran supaya dapat
membuka rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan di bahas.
d. Kegiatan Inti

Guru menerangkan materi peradaban awal masyarakat di


Kepulauan Indonesia melalui metode ceramah

e. Penutup
- Siswa mengerjakan kuis atau soal-soal secara individu.
- Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama-sama.
- Guru melakukan evaluasi sederhana dengan menanyakan
kembali pada siswa jika terdapat materi yang kurang jelas.
3. Proses kegiatan pada kelas kontrol kedua
a. Pendahuluan
- Guru memasuki ruangan degan mengucap salam, kemudian
mengajak siswa untuk berdoa bersama.
- Guru memeriksa kelas dan mengabsen siswa
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta pokok-pokok
materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini.
- Guru mengawali pelajaran dengan pembukaan materi secara
singkat, dalam kegiatan ini berisi kegiatan apersepsi, seperti

76
mengajukan pertanyaan di awal pembelajaran supaya dapat
membuka rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan di bahas.
- Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah yang akan
dilakukan siswa dalam melaksanakan pembelajaran sejarah
melalui penggunaan kunci determinasi dan flashcard sebagai
media pembelajaran inkuiri.
b. Kegiatan Inti
- Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok masing-masing
berisisi 5 siswa, jadi total keseluruhan ada 40 siswa dalam satu
kelas.
- Guru membagikan flashcard berisi gambar-gambar yang
berkaiatan dengan masa praaksara dengan deskripsi singkatnya
kepada masing-masing kelompok berjumlah 32 buah kartu.
- Guru membagikan lembar “kunci determinai zaman batu” yang
berisi pernyataan dan bagan yang membantu mengarahkan siswa
dalam memecahkan masalah.
- Siswa harus berpikir sesuai alur dalam bagan kunci determinasi
dan harus sesuai dengan pernyataan yang terdapat di bawah
bagan kunci determinasi yang disebut kunci dikotomis.
- Untuk membantu siswa menjawab pertanyaan dalam kunci
dikotomis dapat melalui flashcard dimana dapat membantu
siswa memahami hasil budaya, manusia purba, dan pola
kehidupannya secara visual.
- Jika siswa masih kurang paham terhadap materi atau deskripsi
yang ada di flashcard serta pernyataan yang ada di kunci
determinasi dapat ditanyakan kepada guru.
- Siswa mengisi pertanyaan yang terdapat dalam kunci dikotomis,
1 kelompok masing-masing 1 lembar kerja.
c. Penutup
- Siswa mengerjakan kuis atau soal-soal secara individu.

77
- Guru dan siswa membahas bersama-sama hasil diskusi
mengenai hasil identifikasikan kunci determinasi klasifikasi
zaman batu dan flashcard.
- Guru memberikan reward terhadap semua kelompok dari nilai
tertinggi hingga terendah. Dengan stratifikasi reward yang
berbeda.
4. Proses kegiatan pada kelas kontrol pertama
a. Pendahuluan
- Guru memasuki ruangan degan mengucap salam, kemudian
mengajak siswa untuk berdoa bersama.
- Guru memeriksa kelas dan mengabsen siswa
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta pokok-pokok
materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini.
- Guru mengawali pelajaran dengan pembukaan materi secara
singkat, dalam kegiatan ini berisi kegiatan apersepsi, seperti
mengajukan pertanyaan di awal pembelajaran supaya dapat
membuka rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan di bahas.
b. Kegiatan Inti
Guru menerangkan materi peradaban awal masyarakat di
Kepulauan Indonesia melalui metode ceramah
c. Penutup
- Siswa mengerjakan kuis atau soal-soal secara individu.
- Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama-sama.
- Guru melakukan evaluasi sederhana dengan menanyakan
kembali pada siswa jika terdapat materi yang kurang jelas.

8. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas

78
Variabel bebas adalah kondisi yang oleh pengeksperimen
dimanipulasikan untuk menerangkan hubungannya dengan
fenomena yang diobservasi. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pembelajaran dengan menggunakan kunci determinasi
klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media pembelajaran
inkuiri.
b. Variabel terikat adalah kondisi yang berubah ketika
pengeksperimen mengintriduksi atau mengganti variabel. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

2. Metode Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara


mengukur variabel penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk
mengukur variabel diperlukan instrumen penelitian dan instrumen ini
berfungsi untuk digunakan mengumpulkan data. Adapun alat
pengumpulan data sebagai berikut:

a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latuhan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok (Suharsimi, Arikunto, 2006: 223). Metode tes adalah
pengumpulan dat yang bertujuan untuk mengetahui hasil disuatu
perlakuan. Metode ini dipilih karen dianggap sebagai metode yang
paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang
terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan rancangan
skripsi ini. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pre test
dan post test. Pretest digunakan untuk dibandingkan dengan post test
untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan
memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak. Sedangkan post test
digunakan untuk mengumpulkan data berupa pertanyaan individu

79
yang fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
mempelajari materi peradaban awal masyarakat di Kepulauan
Indonesia dengan menggunakan kunci determinasi klasifikasi zaman
batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri.

Metode pengumpulan data dengan tes adalah responden


diberikan soal-soal yang harus dikerjakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa tentang peradaban awal masyarakat di Kepulauan
Indonesia. Data yang diperoleh berupa ukuran pemahaman masing-
masing siswa terhadap materi tersebut. Tes ini merupakan objektif tes
dan bentuk pilihan ganda. Tiap-tiap tes ini disusun oleh penulis dan
oleh karena itu maka perlu validitas dan reliabilitas soal-soal tes.
Terdapat dua tes pada penelitian ini yaitu:

1) Pre test
Merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada
subyek yang akan diteliti dan menjadi langkah awal dalam
penyaman kondisi antara kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen.
2) Post test
Merupakan uji akhir eksperimen, yaitu setelah
dilaksanakannya eksperimen. Post test dilaksanakan dengan tujuan
untuk mendapatkan nilai sampel dan kelompok eksperimen setelah
diberikan perlakuan berupa tidak digunakannya kunci determinasi
dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri untuk kelompok
kontrol dan digunakannya kunci determinasi dan flashcard sebagai
media pembelajaran inkuiri untuk kelompok eksperimen.

b. Lembar Observasi
Observsi adalah metode yang cukup mudah dilakukan untuk
pegumpulan data. Penggunaan metode ini sangat dipengaruhi oleh
interes peneliti. Lembar observasi dibuat sendiri oleh peneliti dan

80
digunakan untuk mengetahui penerapan kunci determinasi dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri di kelas X SMA N 1
Karang Tengah. Metode pbservasi ini dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran sejarah berlangsung.
c. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang funsinya untuk
mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran sejarah
dengan penerapan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri.

d. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan
siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan kunci
determinasi klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media
pembelajaran inkuiri.

e. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi,
lembar wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan
foto-foto selama proses pembelajaran.

3. Pengembangan Instrumen

a) Angket
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket
untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran sejarah
dengan penerapan kunci determinasi klasifikasi zaman batu dan
flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri.

b) Lembar Observasi
Lembar observasi untuk mengamati proses pelaksanaan
pembelajarn dengan penerapan kunci determinasi klasifikasi zaman

81
batu dan flashcard sebagai media pembelajaran inkuiri dan untuk
mengamati aktivitas pembelajaran siswa.

Untuk mengetahui baik tidaknya suatu butir yang digunakan dalam


angket dan lembar obeservasi maka dilakukan validitas isi, uji konsistensi
internal dan uji reliabilitas.
(1) Validitas isi
Suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen
tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan
isi hal yang akan diukur. Menurut Arikunto (2006: 168) untuk menilai
apakah instrumen mempunyai validitas tinggi biasanya dilakukan
expert judgement, jadi untuk melihat apakah suatu angket dapat
dikatakan valid, maka penilaian dilakukan oleh pakar.
Dalam penyusunan dan pengembangan instrumen baik angket,
lembar observasi maupun tes, pengujian validitas suatu instrumen
dalam menjalankan fungsi ukurnyaseringkali dapat dilakukan dengan
melihat sejauh mana kesesuaian antara hasil ukur instrumen tersebut
dengan hasil instrumen lain yang telah teruji kualiasnya.
Dalam hal ini para pakar atau penilai instrumen, menilai apakah kisi-
kisi yang dibuat telah menunjukan klasifikasi kisi-kisi telah mewakili
isi yang akan diukur. Apakah masing-masing butir yang telah tersusun
cocok dengan kisi-kisi yang telah ditentukan.
(2) Uji Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal digunakan untuk menguji apakah butir
istrumen konsisten atau tidak. Dalam penelitian ini untuk mengkaji
konsistensi internal butir angket tentang aktivitas siswa menggunakan
rumus korelasi product moment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
r XY =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Dengan:
rxy = Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

82
X= skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y= skor total (dari subjek uji coba)
(Arikunto, 2009: 99)

Dalam penelitian ini, untuk butir yang indeks konsistensi


internalnya kurang 0,3 maka butir tersebut tidak dipakai.

(3) Uji Realibilitas Angket

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran


dengan alat tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada
kelompok orang berlainan pada waktu yang sama.

Skor dalam angket adalah 0 sampai 3 maka untuk uji


reliabilitas digunakan rumus alpha sebagai berikut:
r n ∑si
2
11=
[ ][
n−1
1− t
S
2
]
Dengan:
r11 = indeks reliabilitas angket
n = banyaknya butir angket

∑si 2 = jumlah variansi belahan ke-i=1,2,...k(k < n)


atau variansi butir ke-i, i=1,2,..., n

S t2 = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji


coba
Keputusan uji:
Hasil item angket tersebut reliabel apabila besarnya indeks
reliabilitas yang diperoleh telah melebihi nilai 0,70.
(Arikunto, 2009:100)
Dalam penelitian ini, angket dipakai jika indeks reliabilatasnya
melebihi 0,7.

83
a. Tes
i. Tujuan: untuk mengukur hasil belajar sejarah siswa
ii. Penyusunan tes hasil belajar sejarah siswa lakukan oleh
peneliti dengan perdoman pada kurikulum yang berlaku. Tes
yang digunakan yaitu dalam bentuk tes pilihan ganda.
iii. Langkah-langkah membuat tes yaitu:
1. Membuat kisi-kisi soal tes
2. Menyusun soal tes
3. Mengadakan uji coba
4. Menganalisis hasil uji coba

Dalam pembelajaran menggunakan kunci determinasi


klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media pembelajaran
inkuiri digunakan pre test dan post test. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa dalam materi peradaban
awal masyarakat di Kepulauan Indonesia dengan penarapan kunci
determinasi klasifikasi zaman batu dan flashcard sebagai media
pembelajaran inkuiri.
 Tabel kisi-kisi soal tes
Indikator No. Item

 Mengidentifikasi mengenai munculnya


zaman praaksara
 Menganalisis terbentuknya kepulauan
Indonesia yang terus-menerus mengalami
perubahan
 Mengidentifikasikan daerah penemuan
dan ciri-ciri fisik manusia purba di
kepulauan Indonesia
 Mengidentifikasikan alat-alat dan

84
perkembangan teknologi sebagai hasil
budaya pada zaman batu
 Menganalisis pola kehidupan manusia
purba pada masa praaksara
 Menganalisis kehidupan manusia pada
masa berburu dan meramu sampai bercocok
tanam
 Mengidentifikasikan sistem
kepercayaan pada masa zaman batu hingga
menghasilkan tradisi megalith.
 Mengidentifikasikan peninggalan
sejarah berupa benda/ karya seni
peninggalan bangsa Deutro- Proto Melayu.

iv. Uji validitas isi


Untuk instrumen ini supaya tes mempunyai validitas isi harus
diperhatikan hal-hal berikut:
1. Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh tujuan
pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
2. Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan
penekanan materi yang diajarkan.
v. Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah
dipelajari dan dapat dipahami oleh tester.
vi. Daya pembeda
Daya beda soal digunakan untuk mengetahui apakah soal
tersebut sebagai instrumen mampu membedakan hasil belajar
antara kelompok tinggi dan kelompok rendah. Untuk menghitung
daya beda menggunakan rumus:

85
Ba−Bb
D=
1
N
2
Dengan:
D= daya beda
Ba= jumlah kelompok atas yang menjawab benar
Bb= jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
N= jumlah peserta tes (bila jumlah peserta tes ganji, maka N-1)
(Arikunto, 2009:213)
vii. Tingkat kesukaran soal
Sebuah soal yang baik yaitu sebuah soal yang dikerjaan siswa
tidak terlalu sulit maupun terlalu mudah. Untuk menentukan
tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
B
P= X 100 %
T
P= indeks kesukaran
B=banyak peserta tes yang memberi respon benar
T= jumlah seluruh peserta tes
Dalam penelitian ini soal tes dikatakan baik atau memadai jika 0,3
≤ P ≤ 0,7
(Suharsimi Arikunto, 2009: 207)
viii. Uji Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal digunakan untuk menguji apakah
butir istrumen konsisten atau tidak. Ini berarti bahawa harus ada
korelasi positif antar skor masing-masing butir. Oleh karena itu,
konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara
skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Dalam penelitian ini
untuk mengkaji konsistensi internal butir tes hasil belajar siswa
menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson,
sebagai berikut:
r XY =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Dengan:

86
rxy = Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
X= skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y= skor total (dari subjek uji coba)
(Suharsimi, 2009: 65)
Dalam penelitian ini, untuk butir yang indeks konsistensi
internalnya kurang 0,3 maka butir tersebut tidak dipakai.
ix. Uji Realibilitas Tes
Untuk mengetahui suatu tes reliabel atau tidak, sebagai alat
ukur yang menggambarkan ketepatan peserta tes dalam menjawab
soal maka reliabilitas soal harus baik. Untuk menentukan besarnya
indeks reliabilitas pada tes, digunakan formula Kuder Richardson-
20 (KR20) sebagai berikut:
r t
2

11=
[ ][
n
n−1
S −∑ pi qi
S
t
2
]
Dengan:
r11 = indeks reliabilitas angket
n = banyaknya butir angket
S t2 = variansi total skor tes
Pi = Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada
suatu butir,yaitu banyaknya subjek yang
mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya
seluruh objek yang menjawab butir tersebut.
qi = 1-Pi

instrumen dikatakan reliabel jika besarnya indeks reliabilitas


yang diperoleh yaitu r11 > 0,70

9. Teknik Analisis Data

1. Analisis kuantitatif

87
Penelitian ini menggunakan angka-angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta
penampilan dari hasilnya, selain data yang berupa angka, dalam
penelitian kuantitatif juga ada data berupa informasi kualitatif
( Suharsimi, 2006: 12). Selain alasan sebelumnya, pada penelitian
sebelumnya, pada penelitian kuantitatif terdapat hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini.
2. Deskriptif Presentase
Metode analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel yang ada pada penelitian
ini yang terdiri dari komunikasi guru. Hal ini dimaksudkan agar
lebih mudah dalam memahaminya.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
n
%= ×100 %
N
Keterangan: n = nilai yang diperoleh
N = jumlah total responden
% = persentase
Dalam penyajiannya, hasil analisis ini didasarkan pada
distribusi subjek menurut kategori-kategori nilai variabel. Untuk
mengetahuinya didasarkan pada nilai atau skor yang telah
ditetapkan untuk setiap alternative jawaban yang tersedia dalam
kuesoner.
Langkah- langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknis
analisis ini adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabel distribusi jawaban
b. Membuat skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang
ditetapkan
c. Menunjukan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap
responden
d. Memasukan skor tersebut kedalam rumusan

88
e. Hasil yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel
kategori.
f. Untuk menentukan kategori deskripsi persentase ( DP ) yang
diperoleh, maka dibuat kategori yang disusun dengan
perhitungan sebagai berikut:
a) Persentase maksimal = ( 5/5) X 100% = 100%
b) Persentase minimal = (1/5 ) X 100% = 20 %
c) Rentang persentase = 100% - 20% = 80 %
d) Interval kelas persentase = 80% / 5 =16 %

Dengan demikian tabel kategori untuk variabel bebas yaitu


penerapan kunci determinasi dan flashcard sebagai media
pembelajaran inkuri ( X1) sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil
belajar siswa

Tabel penerapan kunci determinasi dan flashcard


sebagai media pembelajaran inkuri

Interval persen Kriteria


¿ 84 %−100 % Sangat aktif
¿ 68 %−84 % Aktif
¿ 52 %−68 % Cukup aktif
¿ 36 %−52 % Kurang aktif
¿ 20 %−36 % Tidak aktif

Kriteria hasil belajar

Interval persen Kriteria


¿ 84 %−100 % Sangat aktif
¿ 68 %−84 % Aktif
¿ 52 %−68 % Cukup aktif
¿ 36 %−52 % Kurang aktif
¿ 20 %−36 % Tidak aktif

89
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menngetahui apakah suatu
populasi berasal dari distribusi normal atau tidak. Untuk uji
normalitas akan dilakukan pada data hasil belajar ( Sudjana, 2007:
273).
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data.
Adapun rumus yang digunakan yaitu rumus Chi Kuadrat:

2
k
(O ¿ ¿ i−Ei ) ❑2❑
x =∑ ¿
i=1 Ei
X2 : harga Chi kuadrat
Oi : frekuensi hasil pengamatan
Ei :Frekuensi yang diharapkan

Jika x2hitung ≤ x2tabel dengan taraf keabsahan 5% maka data


berditribusi normal
4. Uji homogenitas
Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah kelas
eksperimendan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen
atau tidak.
Lankah-langkahnya:
 Menghitung S2 dari masing-masing kelas
 Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan
rumus:
S2=n∑ f i X i2 ¿ ¿
Dengan:
Xi : nilai yang diperoleh siswa
fi: frekuensi untuk nilai xi yang sesuai
n= ∑ fi
(sudjana, 2007:95)
 Menghitung nilai F dengan menggunakan persamaan:
S 12
F=
S 22

90
Dengan:
S 12: varians terbesar
S 22: varians terkecil
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika F< F½α(v1,v2), dengan
α= 5%, νi: banyak subjek pada varian terbesar dikurangi satu, dan
ν2 : banyak subjek pada varians terkecil dikurangi satu (Sudjana,
2007:250).
5. Analisis linear regresi
Regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional ataupun kausal satu variabel dependen. Adapun
persamaan umum regresi linear sederhana yaitu:
( Sugiyono, 2006: 261)
Y^ = a + Bx
Keterangan:
Y^ = kunci determinasi dan flashcard sebagai media pembelajaran
inkuiri
a = konstanta dari persamaan regresi, harga Y ketika harga X = 0
b = koefisien regresi dari variabel hasil belajar siswa ( X )
X = hasil belajar siswa
∑ Y ∑ X 2−∑ X ∑ XY
Dengan a =
N ∑ X 2−¿ ¿ ¿
N ∑ XY −∑ X ∑ Y
b=
N ∑ X 2 −¿ ¿ ¿

( Sudjana, 2005: 315)


6. Hipotesis penelitian
Untuk menjawab hipotesis penelitian adalah dengan
melihat perbedaan hasil belajar yang dimiliki siswa dengan
menggunakan t-test ( Sudjana, 1996: 239).
Sebagai berikut:

91
x́ 1− x́ 2
(n¿¿ 1−1) s 21+(n2 – 1) s 22
t=
s
√1 1
+
n1 n2
dengan s =
√ n1 +n 2−2
¿

keterangan:
x́ 1 = mean sampel kelompok eksperimen
x́ 2 = mean sampel kelompok kontrol
s = simpangan baku gabungan
s1 = simpangan baku kelompok eksperimen
s2 = simpangan baku kelompok kontrol
n1= banyaknya kelompok eksperimen

n2 = banyaknya kelompok kontrol

92

Anda mungkin juga menyukai