Anda di halaman 1dari 38

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : NADLIFATUN NURONNIYAH


NIM : 3101411102
PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN : SEJARAH

A. JUDUL
PENGEMBANGAN MATERI AJAR LAHIR DAN BERKEMBANGNYA
AGAMA HINDU-BUDHA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA SMK HIDAYAH SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Clark
dan Calvin Bovy dalam Sudjana [eds] 2010: 39).
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Akan tetapi, hasil yang dapat
diraih masih juga bergantung pada lingkungan. Artinya ada faktor-faktor yang
berada di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang
dicapai. Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di
sekolah ialah kualitas pengajaran (Sudjana,2010: 39-40 ).
Salah satu yang mempengaruhi kualitas pengajaran adalah kompetensi guru.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Diharapkan
dengan kompetensi guru yang memadai, guru mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik. Beberapa bentuk kompetensi dan profesionalisme guru, diantaranya
yaitu: menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, maupun bahan
pengayaan/penunjang bidang studi, mengelola program belajar dan mengajar, dan
penggunaan media atau sumber belajar (Na’im, 2009: 56-60).
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk memiliki
berbagai ketrampilan. Ada beberapa persyaratan yang perlu dimiliki oleh guru,
sehingga dapat melaksanakan tugas dengan berhasil, yaitu: penguasaan materi
pelajaran, kemampuan menerapkan prinsip-pinsip psikologi, kemampuan
menyelenggarakan proses belajar mengajar, dan kemampuan menyesuaikan diri
dengan berbagai situasi baru (Ali,2007: 7-9).
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yag mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan karakter untuk paham atas materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santuk disiplin yang tinggi.
Kurikulum 2013 juga menyisipkan karakter di dalam setiap Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar. Bahan ajar memiliki peran penting dalam mendukung siswa
agar tidak hanya mahir dalam menguasai materi pelajaran, tetapi juga memiliki
kepribadian dan nilai karakter.
Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk
siswa dikarenakan perbedaan lingkungan sosial, geografis, budaya dan lain-lain.
Ada sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya
ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Untuk mengatasi kesulitan ini, maka
perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan
gambar, foto, bagan, skema, dan lain-lain. Demikian pula materi yang rumit, harus
dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa,
sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Kesulitan tersebut dikarenakan materi
yang abstrak, rumit, asing dan sebagainya. Akhirnya, berdampak kurang
maksimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Padahal, sumber belajar adalah
segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang
dalam belajar (Sudjana dan Ahmad Rivai, 2009:77).
Pada hakikatnya bahan pelajaran merupakan isi dari mata pelajaran atau
bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
digunakannya. Guru harus mampu memilih bahan ajar yang relevan dan siswa
nantinya mampu dengan mudah memahami apa yang disampaikan guru dan timbul
ketertarikan dalam belajar.
Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan, sikap, dan
nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan
dunia dari masa lampau hingga kini (Agung, 2013: 55). Menurut Kuntowijoyo
(1995: 13) sejarah merupakan ilmu tentang waktu. Dalam waktu terjadi empat hal,
yaitu: perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan. Sejarah
memiliki peranan penting dalam membentuk manusia yang memiliki sikap dan
berperilaku yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena mempelajari
kehidupan manusia dari masa lampau sampai masa kini.
Dalam pembelajaran sejarah hendaknya guru mampu menyusun materi ajar
sendiri yang menarik dan variatif, agar siswa tidak merasa bosan ketika
pembelajaran dan memperoleh pengetahuan yang lebih, tidak sekadar dari bahan
ajar milik pemerintah maupun buku karangan orang lain. Selain itu, ketika ada soal
yang bervariasi, siswa tidak mampu menjawabnya karena ketergantungan pada
buku teks. Apalagi seringkali guru mengalami keterbatasan dalam menyusun materi
ajar dan terpaku pada buku teks. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk
menigkatkan kualitas bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru sejarah
diperlukan pengembangan materi ajar.
Handout merupakan bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari
beberapa literature yang memeiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/
kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta dididk.
Dengan pengembangan materi ajar berupa handout ini, diharapkan siswa mampu
memahami materi sejarah dengan baik, memperoleh pengetahuan yang luas dan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba mengembangkan
materi ajar pada pokok bahasan “Lahir dan Berkembangnya Agama Hindu-Budha”,
dengan pertimbangan pada pentingnya pemahaman materi tersebut. Materi
merupakan bagian materi Pedagang, Penguasa, dan Pujangga Klasik (Hindu-Budha)
yang diajarkan di kelas X. Pengembangan ini dirangkum dalam sebuah penelitian
berjudul “ Pengembangan Materi Ajar Lahir dan Berkembangnya Agama
Hindu-Budha Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Hidayah
Semarang Tahun Ajaran 2014/2015”.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengembangan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama Hindu-
Budha di SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015?
2. Bagaimana penerapan pengembangan materi ajar lahir dan berkembangnya
Agama Hindu-Budha di SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama
Hindu-Budha terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah
Indonesia di SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015?

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di SMK Hidayah Semarang ini, bertujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengembangan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama
Hindu-Budha di SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015.
2. Mengetahui penerapan pengembangan materi ajar lahir dan berkembangnya
Agama Hindu-Budha di SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015.
3. Menganalisis pengaruh penggunaan materi ajar lahir dan berkembangnya
Agama Hindu-Budha terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah
Indonesia di SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015.

E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik teoritis maupun
praktis. Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk
penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan materi ajar lahir dan
berkembangnya Agama Hindu-Budha dan meningkatkan kualitas pembelajaran
sejarah.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
berupa:
a. Bagi Siswa hasil penelitian ini bermanfaat:
1. Membantu siswa dalam memahami dan menerima materi.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah Indonesia.
3. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menambah
pengetahuan siswa.
4. Mendapatkan kesempatan utuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan untuk belajar mandiri.
b. Bagi Guru hasil penelitian ini bermanfaat :
1. Memotivasi guru untuk meningkatkan keterampilan yang bervariasi.
2. Dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan
yang terbaik untuk siswa.
3. Menumbuhkan inspirasi untuk menciptakan bahan ajar lain.
c. Bagi Sekolah hasil penelitian ini bermanfaat:
1. Dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Mendukung guru dalam menciptakan materi ajar baru yang lebih
bervariasi.
3. Untuk menciptakan kultur sekolah yang tediri atas guru-guru yang sadar
inovasi pembelajaran.
d. Bagi Pemerintah penelitian ini bermanfaat:
1. Memberikan gambaran yang nyata tentang kondisi pembelajaran sejarah.
2. Memberikan masukan tentang kebijakan pendidikan yang ideal terkait
dalam memaksimalkan pembelajaran sejarah.
e. Bagi Peneliti hasil penelitian ini bermanfaat:
Memperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga
diperoleh pengembangan materi ajar baru yang menyenangkan dan
memberikan hasil belajar yang memuaskan.

F. BATASAN ISTILAH
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap judul skripsi ini dan agar tidak
meluas sehigga skripsi ini tetap pada pengertian yang dimaksud dalam judul maka
perlu adanya batasan istilah.
1. Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. Sedangkan materi ajar adalah
segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran adalah
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Pengembangan materi ajar yaitu suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam kegiatan belajar dengan seperangkat materi pelajaran
yang telah disusun secara sistematis sebagai sarana untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Sedangkan sejarah merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang menelaah mengenai asal-usul dan perkembangan serta
peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi
tertentu.
Pembelajaran sejarah adalah suatu usaha pendidik untuk mengajarkan
kepada siswa mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau yang bertujuan untuk
membentuk manusia yang memiliki sikap dan berperilaku yang bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa
setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Chatarina Tri Anni, 2011:85).
Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja
yang lebih baik.

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Materi Ajar
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu
yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan
kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi
pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan
dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran (subject-centered
teaching), materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Abdul Majid (2009: 173), bahan ajara adalah segala
bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu
guru/istruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.Bahan ajar atau
materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang
harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi: pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skill), dan sikap (attitude). Pengetahuan menunjuk pada informasi
yang disimpan dalam pikiran (mind) siswa dengan demikian pengetahuan,
berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan dikuasai siswa,
sehingga manakal diperlukan siswa dapat mengungkapkan kembali. Ketrampilan
(skill) menunjuk pada tindakan-tindakan (fisik dan non fisik) yang dilakaukan
seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap
mennjuk pada kecendurungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa (Sanjaya, 2008 ; 141-142).
Para ahli membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar.
Beberapa kriteria dalam membuat klasifikasi tersebut berdasarkan bentuknya,
cara kerjanya, dan sifatnya. Sebagaimana akan diuraikan dalam penjelasan
berikut:
a. Bahan Ajar Menurut Bentuknya
Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu
bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan
interaktif.
1. Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam
kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau
penyampaian informasi (Kemp dan Dayton dalam Andi Prastowo).
Contohnya: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, laflet,
wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.
2. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua system yang
menggunakan sinyal radiosecara langsung, yang dapat dimainkan atau
didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya: kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk,
3. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yaitu segala sesuatu yang
memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak secara sekunsial. Contohnya: video compact disk, dan film.
4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching maerials), yakni kombinasi
dari dua ataulebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video)
yang oleh penggunaannya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk
megendalikan suatu perintah dan/atau perilaku alami dari suatu
presentasi. Conntohnya: compact disk interactive.
b. Bahan Ajar Menurut Cara Kerja
Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam,
yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan,
bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar komputer (Belawati dalam
Andi Prastowo).
1. Bahan ajar yag diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan
perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi dadalamnya, sehingga
peserta didik bsa langsung memepergunakan (melihat, membaca, dan
mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya, foto,diagram, display,
model, dan lainnya.
2. Bahan ajar ang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan
proyektor agar bias dimanfaatkan danatau dipelajari peserta didik.
Contohnya, slide, filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi
computer.
3. Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang
direkam dalam suatu media rekam.contohnya: kaset, CD,flash disk,dan
lain-lain.
4. Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang
biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD palayer, dan
sebagainya. Contohnya: video, film, dan lainnya.
5. Bahan ajar (media) computer, yakni berbagai jenis bahan ajar noncetak
yang membutuhkan computer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar.
Contohnya: computer mediated instruction, dan computer based
multimedia atau hypermedia.
c. Bahan Ajar Menurut Sifatnya.
Berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat macam,
sebagai berikut:
1. Bahan ajar yang berbasis cetak, misalnya buku, pamphlet, panduan
belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan
dari majalah serta koran, dan lain sebagainya.
2. Bahan ajar yang berbasiskan teknologi,misalnya audio cassete, siaran
radio, slide, filmstrips, film, video cassets, siaran televisi, video interaktif,
computer based tutorial, dan multimedia.
3. Bahan jara yang digunakan untuk praktik, atau proyek, misalnya kit sains,
lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
4. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia 9terutama
untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, hand phone,
video conferencing, dan lainnya (Prastowo, 2013: 39-43).
Bahan ajar terdiri atas susunan bagian-bagian yang kemudian dipadukan,
sehingga menjadi sebuah bangunan utuh yang layak disebut bahan ajar. Secara
umum ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu : judul, petujuk belajar,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau
langkah kerja, dan penilaian. Sedangkan dalam handout, struktur bahan ajar
sangat sederhana, hanya terdiri dari dua komponen, yaitu judul dan informasi
pendukung (Prastowo, 2013: 65-66).
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang peserta didik
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Terkait dari penyusunannya,
handout pada umumnya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki
relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok
yang harus dikuasai siswa. Untuk memeperolehnya, handout bisa didapatkan
melalui berbagai cara, misalnya dengan mengunduh dari internet atau menyadur
dari sebuah buku (Prastowo, 2013: 79).

2. Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru utuk mencapai tujuan
kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya tujuan
kurikulum (Puspitasari dan Israni Hardini, 2011: 10). Pembelajaran yaitu proses
interaksi peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar pada lingkungan
belajar.
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang pernah terjadi di
masa lampau (Kochhar, 2008: 2). Materi yang dipelajari adalah jejak-jejak yang
ditinggalkan oleh keberadaan manusia didunia, gagasan, tradisi, dan lembaga
sosial, bahasa, kitab-kitab, barang produksi manusia, fisik manusia, fisik manusia
itu sendiri, sisa-sisa fisik manusia, pemikirannya, perasaanya, dan tindakannya.
Pengajarah sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh
kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pengajaran
sejarah, siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara
kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang yang dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan
perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan
dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat
dunia.
Adapun tujuan pembelajaran sejarah SMA, seperti yang tercantum dalam
Permendiknas No.22 Tahun 2006, agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lampa, masa kini, dan masa depan.
b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah da metodologi keilmuan.
c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah sebagi bukti peradaban Indonesia di masa lampau.
d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik teerhadap proses terbentuknya
bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga
masa kini dan masa yang akan datang.
e. Menumbuhkan kesadarasan dalam diri peserta didik sebagai bagiab dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun
internasional.
Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya
proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk
membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami,
dan menjelaskan jati didri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan di
tengahtengah perubahan dunia (Agung, 2013: 56).

3. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah seperangkat tindakan intellegent penuh tanggung jawab
yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk diaggap mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Majid, 2009: 5).
Kemampuan guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam
melaksanakan tugas profesinya sebagai seorang guru. Tugas profesional guru
bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pelaksannan pembelajaran
yang efektif dan efisisen (Uno, 2009: 80). Cooper mengemukakan ada empat
kompetensi guru, yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya.
c. Mempunyai sikap yang epat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya.
d. Mempunyai ketrampilan teknik belajar
Sedangkan menurut Glasser ada 4 hal yang harus dikuasai guru, yaitu:
a. Menguasai bahan pelajaran
b. Kemampuan mendiagnose tingkah laku siswa
c. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran
d. Kemampuan mengukur hasil siswa (Sudjana, 2010: 18)
Bertolak dari pendapat di atas, maka kompetensi guru dibagi menjadi tiga
bidang yaitu:
a. Kompetensi bidang kognitif
Kemampuan intelektual seperti pengusaan mata pelajaran, pegetahuan
mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu.
b. Kompetensi bidang sikap
Kesiapan dan ketersediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan
dengan tugas dan profesi, seperti: sikap menghargai pekerjaaanya.
c. Kompetensi perilaku/performance
Kemampuan guru dalam berbagai ketrampilan/berperilaku, seperti:
ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu
pengajaran.
Menurut Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G), ada sepuluh
kompetensi guru yaitu:
a. Menguasai bahan.
b. Mengelola program belajar-mengajar.
c. Mengelola kelas.
d. Menggunakan media/sumber belajar.
e. Menguasai landasan kependidikan.
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar.
g. Menilai prestasi belajar.
h. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan.
i. Mengenal dan mnyelenggarakan administrasi sekolah.
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.

4. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan maupun yang dikerjakan
(Rifa’i,dan Chatarina Tri Anni, 2011: 82). Sedangkan menurut Benny A. Pribadi
(2010: 6) memaknai belajar asebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan. Belajar juga dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya
pencarian makana yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal. Selain itu,
belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan
pengalaman (Hamalik, 2009:154).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adannya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan memberikan rangsangan (stimulus)
maka siswa akan merespons. Hubungan antara stimulus-respons ini akan
menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar (Hamalik, 2009: 39).
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 20) belajar
merupakan kegiatan yag komplek. Hasil belajar berupa kapasitas. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan
(ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yag diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan
pada salah satu kawasan dari taksonomi (Uno, 2009: 35). Benyamin S. Bloom
dan Krathwihl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan,
yakni kawasan (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotorik.
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajara
berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan
samapike tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini
terdiri dari:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Kemampuan seseorang dalam menghafal atau memngingat kembali
atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
b. Pemahaman (Comprehensif)
Kemampuan seseorang dalam menartikan, menafsirkan,
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu degan caranya sendiri tentag
pengetahuan yang pernah diterima.
c. Penerapan (Application)
Kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam
memecahkan berbagai masalah yag timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam
memecahkan berbagai masalah yag timbul dalam kehidupan sehari-hari.
e. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan
berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk
pola baru yang menyeluruh.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan
yang tepat berdasarkan kriteriaa atau pengetahuan yag dimilikinya.
2. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)
Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap,
nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian peranan sosial.
Tingkatan afeksi ini ada lima, yaitu sebagai berikut:
a. Kemauan menerima
b. Kemauan menanggapi
c. Berkeyakian
d. Penerapan karya
e. Ketekunan dan ketelitian
3. Kawasan Psikomotorik
Domain psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan denga
ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Sebagaiman kedua
domain yang lain domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan
tingkatannya sebagai berikut:
a. Persepsi
b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan
c. Mekanisme
d. Respons terbimbing
e. Kemahiran
f. Adaptas
g. Originasi

5. Lahir dan Berkembangnya Agama Hindu-Budha


a. Agama Hindu
Agama Hindu merupakan sinkretisme (pencampuran) antara kepercayaan
bangsa Arya dan bangsa Dravida. Agama ini disebarkan oleh Bangsa Arya
(Bangsa Pendatang) dan pada saat itu Bangsa Arya merasa sangat nyaman
untuk tinggal di India karena India adalah termasuk daerah yang sangat
subur sehingga Bangsa Arya mengalahkan Bangsa asli India (Bangsa
Dravida). Cara Bangsa Arya untuk mengeksistensikan bangsanya di India
adalah dengan cara membuat Kasta, yaitu pelapisan/stratefikasi/pembagian
masyarakat. Perbedaan Bangsa Arya dengan Bangsa Dravida itu sendiri
terdapat pada bagian fisiknya, yaitu Bangsa Arya berkulit putih sedangkan
Bangsa Dravida berkulit hitam. Kasta terbagi menjadi 4 :
1. Brahmana
2. Ksatria
3. Waisa
4. Sudra
Pusat kebudayaan Hindu adalah di Mohenjo Daro (Lakarna) dan
Harapa (Punjat) yang tumbuh sekitar 1.500 SM. Dan kitab yang di gunakan
adalah Weda yang terbagi atas 4, yaitu :
1. Regweda (syair-syair pujian terhadap dewa-dewa)
2. Samaweda (pemberian tanda nada pada regweda untuk dinyanyikan)
3. Yayurweda (doa pengantar sesajian yang diiringi regweda dan
samaweda)
4. Atharwaweda (berisi tentang mantra dan ilmu gaib)
Biasanya kasta di Indonesia digunakan hanya untuk pembagian tugas
saja karna dipakai oleh Bangsa Indonesia itu sendiri. Sedangkan kasta di
India di gunakan untuk membedakan antara Bangsa Arya dengan Bangsa
Dravida.
b. Agama Budha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531
SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya.
Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari
samsara. Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka artinya “Tiga Keranjang”
yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan Tiga
Keranjang adalah:
1. Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus
dijalankan oleh umat Buddha.
2. Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang
Buddha.
3. Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga
Kebaktian” yaitu:
1. Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
2. Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
3. Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.

H. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian yang hampir serupa sudah pernah dilakukan, yaitu: Agnes
Anggraini (2012), dan Ana Armawati (2012).
Agnes Anggraini (2012) menuliskan skripsi dengan judul “Pengembangan
Bahan Ajar Situs Sejarah Kalinyamat Pada Pokok Bahasan Proses Islamisasi Dalam
Rangka Peningkatan Kesadaran Sejarah Siswa Di SMA Negeri 1 Jepara”. Agnes
mengatakan bahwa pengembangan bahan ajar yang diterapkan dalam pembelajaran
mampu membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran, berani mengemukakan
pendapat kepada teman maupun guru, siswa dapat menghargai pendapat yang
dimiliki oleh siswa lain, membangun iklim kerjasama yang positif, dan
menumbuhkan interaksi siswa dengan sesama teman maupun guru sehingga
menjadikan siswa lebih termotivasi dalam belajar sehingga membuat proses
pembelajaran menjadi efektif.
Ana Armawati (2012) menulis skripsi berjudul “Pengembangan Materi Ajar
Sejarah Pokok Bahasan Tanam Paksa Kelas XI IPS Semester 2 di SMA N 1 Gemuh
Kabupaten Kendal”, mengatakan bahwa Pengembangan materi ajar sejarah berupa
handout memberikan inovasi baru bagi pembelajaran sejarah di SMA N 1 Gemuh.
Handout yang dijadikan bahan ajar memiliki beberapa manfaat bagi peserta didik
maupun guru, antara lain (1) peserta didik memiliki kesempatan melatih belajar
secara mandiri tanpa bergantung oleh kehadiran guru, (2) bentuk handout yang
seperti buku biasa, artinya lebih kecil dari pada LKS ataupun buku lainnya bisa
difungsikan untuk mengulang pelajaran diluar kelas,(3) kegiatan belajar menjadi
lebih menarik karena bias dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran.
I. KERANGKA BERPIKIR
Kurikulum 2013, menuntut siswa untuk kreatif, inovatif, dan pengembangan
karakter. Dalam pembelajaran sejarah seringkali siswa merasa bosan dan mengalami
kesulitan dalam memahami materi. Selain itu, ada beberapa guru ketika mengajar
terpaku pada buku teks. Sehingga, pengetahuan yang diperoleh siswa juga terbatas.
Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha dengan mengembangkan materi ajar sejarah
yang bervariasi dan menarik agar pembelajaran sejarah lebih menarik, memberikan
pengetahuan yang lebih luas terhadap siswa, dan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Dalam pengembangan materi ajar peneliti menggunakan pendekatan
kronologis, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi ajar. Berdasarkan
pemaparan diatas, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

Guru Sejarah Pembelajaran Sejarah

Kendala Materi Ajar

Guru Mengembangkan
Materi Ajar

Pembelajaran Sejarah Lebih


Menarik dan Menambah
Pengetahuan Siswa

Hasil Belajar
Meningkat

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir


J. HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ho (Hipotesis Nol)
Tidak ada pengaruh penggunaan materi ajar lahir dan berkembangnya
Agama Hindu-Budha terhadap hasil belajar siswa SMK Hidayah Semarang tahun
ajaran 2014/2015.
2. Ha (Hipotesis Alternatif)
Terdapat pengaruh penggunaan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama
Hindu-Budha tehadap hasil belajar siswa SMK Hidayah Semarang tahun ajaran
2014/2015.

K. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan
atau Reseach and Development (R&D) yang merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut (Arikunto, 2010: 407). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
suatu produk tertentu yang dapat digunakan dalam suatu proses pembelajaran.
Menurut Sukmadinata (2011), penelitian dan pengembangan adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
untuk menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, penelitian ini diarahkan pada
pengembangan produk dalam bentuk pengembangan materi. Pengembangan
materi ajar yang dikembangkan oleh peneliti berupa handout pada pokok
bahasan lahir dan berkembangnya Agama Hindu-Budha.

2. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development
(R&D) untuk pelaksanaan penelitiannya. Menurut sugiyono (2010:409),
penelitian pengembangan diaksanakan dalam sepuluh langkah. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut: menemukan potensi dan masalah, mengumpulkan
informasi, desain produk. validasi produk, perbaikan produk, ujicoba produk,
revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi produk, pembuatan produk massal
Akan tetapi, dalam penelitian ini, langkah-langkah tersebut akan
disederhanakan menjadi sebagai berikut:
a. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan yaitu merumuskan potensi dan masalah,
mengumpulkan serta menganalisis data yang diperlukan dalam pengembangan
produk. Oleh karena itu, langkah pertama tahap ini adalah melakukan analisis
kurikulum. Adapun kurikulum yang digunakan di SMK Hidayah Semarang
merupakan Kurikulum 2013. Kurikulum tersebut kemudian dijadikan
pedoman dalam menentukan lingkup materi yang akan dikembangkan
menjadi bahan ajar bermuatan pendidikan karakter.
b. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan, bahan ajar disusun dan diintegrasikan
dengan nilai karakter. Penyusunan bahan ajar mengacu pada aturan
penyusunan bahan ajar dari Kemendikbud. Desain bahan ajar yang telah
disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, setelah divalidasi maka
bahan ajar siap di ujicobakan.
c. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi menganalisis hasil uji coba, meliputi uji kelayakan (uji
ahli), dan keefektifan (skala luas). Kedua tahap tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Uji kelayakan
Uji kelayakan dilakukan oleh para ahli, yaitu dari beberapa dosen
dan guru sejarah di SMA dan SMK. Uji kelayakan bertujuan untuk
mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar bermuatan pendidikan karakter.
Selain itu, untuk mengetahui kelemahan dari bahan ajar tersebut menurut
para ahli agar dapat diperbaiki kembali sebelum di ujicobakan ke siswa.
2. Uji Keefektifan
Tahap selanjutnya yaitu uji keefektifan atau uji skala luas.
Responden dari uji skala luas adalah siswa kelas X- Teknik Kompuetr
dan Jaringan (TKJ). Skala luas ini menggunakan pendekatan penelitian
eksperimen jenis eksperimen semu (Quasi eksperimental). Penelitian
eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan hubungan sebab-
akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada
satu atau lebih kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya
terhadap satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak menerima
perlakuan. Penelitian eksperimen sesuai untuk digunakan dalam
penelitian ini karena untuk mengetahui pengaruh penggunaan materi ajar
lahir dan berkembangnya Agama Hindu-Budha terhadap hasil belajar
siswa SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan
khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan
yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Kelompok eksperimen
merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan
menerapkan pengembangan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama
Hindu-Budha dalam pembelajaran sejarah. Kelompok kontrol dalam
penelitian ini adalah sebagai kelompok pembanding untuk kelompok
eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan ceramah bervariasi. Perbandingan ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pengaruh pengunaan pengembangan bahan
ajar lahir dan berkembangnya Agama Hindu-Budha terhadap hasil belajar
siswa SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian eksperimen ini menggunakan desain yaitu Randomized
Control Group Pretes-Postest Design, yaitu terdapat dua kelompok yang
dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan
awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol (Sugiyono, 2010: 112).

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen


Kelompok Pre Test Treatment Post Test

Eksperimental T1 X T2

Kontrol T1 _ T2

Keterangan :
T1 : Pre Test kedua Kelompok
T2 : Post Test Kedua kelompok
X : Treatment atau perlakuan menggunakan materi ajar lahir dan
berkembangnya Agama Hindu-Budha
Dalam desain ini, kedua kelompok diberikan pretest dengan
soal yang sama. kemudian kelompok eksperimen diberikan treatment
berupa pembelajaran dengan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama
Hindu-Budha, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan treatment.
Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diberikan postest sebagai nilai
akhir. Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol dibandingkan untuk melihat adanya perbedaan hasil belajar siswa
dengan menggunakan pengembangan materi ajar lahir dan
berkembangnya Agama Hindu-Budha dan tidak menggunakan
pengembangan materi ajar lahir dan berkembangnya Agama Hindu-
Budha pada mata pelajaran sejarah.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMK Hidayah Semarang
dengan alamat Jalan Karangrejo Raya, Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang.
Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, yaitu semester
pertama tahun ajaran 2014/2015.

4. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan seluruh siswa kelas X Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ) SMK Hidayah Semarang tahun ajaran 2014/2015 sebagai
populasi penelitian, jumlah siswa masing-masing kelas adalah sebagai
berikut: kelas X TKJ-1 berjumlah 35 siswa, kelas kelas X TKJ- 2berjumlah
34 siswa, dan kelas kelas X TKJ- 3 berjumlah 33 siswa.
Meskipun terdiri atas beberapa kelas yang berbeda, seluruh kelas
sebagai kelas populasi tersebut merupakan satu kesatuan, karena
keseluruhannya mempunyai kesamaan-kesamaan, yaitu siswa-siswa tersebut
berada dalam tingkat yang sama, yaitu kelas kelas X TKJ SMK, siswa-siswa
tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester gasal kelas kelas
X TKJ SMK, siswa-siswa tersebut mendapatkan pengajaran yang sama
dengan kurikulum di SMK Hidayah Semarang dengan guru pengajar yang
sama.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini tidak menggunakan seluruh siswa kelas
X Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), tetapi hanya meggunakan sebagian
siswa saja. Dalam hal ini sampel yang digunakan harus representative
(mewakili populasi), sehingga harus dilakukan pengambilan sampel yang
benar.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
random sampling karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu yaitu dengan
mengambil dua kelas dari populasi. Populasi tersebut telah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas dan diperoleh populasi yang normal dan
homogen. Pada penelitian ini, peneliti memilih secara acak dua kelas sebagai
kelas kontrol dan kelas eksperimen maka sampel dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas X TKJ-1 dan kelas X TKJ-3.
5. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah buku ajar sejarah
Indonesia pada pokok bahasan lahir dan berkembangnya Agama Hindu-
Budha.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
siswa pada pokok bahasan lahir dan berkembangnya Agama Hindu-Budha.

6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
metode tes tertulis dan metode angket.
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:
274). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang siswa kelas X TJP SMK Hidayah Smarang, nama-
nama sampel penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, serta
data profil sekolah
b. Metode Tes
Metode ini dipilih, karena dianggap sebagai metode yang paling tepat
dalam rangka mencari pemecahan yang terdapat dalam penelitian yang
menjadi dasar penulisan skripsi ini. Tes yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
a. Pre Tes
Pretes merupakan uji untuk menyamakan kedudukan masing-
masing kelompok sebelum dilakukan eksperimen pada sampel penelitian.
Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai nilai pretes yaitu hasil
pretes siswa salah satu kelas X sebelum diberikan perlakuan serta angket
pretest.
b. Post Tes
Post tes merupkan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu tes
yang dilaksanakan setelah eksperimen. Tujuan post tes ini adalah untuk
mendapatkan bukti efektifitas materi ajar lahr dan berkembangnya Agama
Hindu-Budha yang diterapkan di kelas experimen.
Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran sejarah yang diambil dengan menggunakan tes.
c. Metode Angket
1. Angket uji kelayakan
Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat
kelayakan bahan ajar. Kisi-kisi angket uji materi ajar lahir dan
berkembangnya Agama Hindu-Budha ditinjau dari dimensi tampilan,
bahasa, dan materi.

7. Analisis Uji Coba Instrumen


a. Analisis Instrumen Tes Pilihan Ganda
1. Validitas
Validitas butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

N ∑ XY - ( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ (Arikunto,
2
Y −( ∑ Y ) 2010:
2
} 213)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
X = jumlah skor item X
Y = jumlah skor item Y
N = jumlah responden
XY = perkalian antara skor soal dengan skor total

å X2 = jumlah kuadrat skor item

åY2 = jumlah kuadrat skor total.

Harga rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf


signifikan 5%. Jika rxy > rtabel maka item soal yang diuji valid.
Berdasarkan hasil analisis soal ujicoba yang terdiri dari 30 butir
soal, diperoleh soal yang valid sejumlah 15 butir. Soal yang valid tersebut
mencakup semua indikator pencapaian materi lahir dan berkembangnya
Agama Hindu-Budha.
a. Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan rumus K-R 21 sebagai berikut:

k M −( k−M )
r 11 =[ ] [1− ]
k−1 kV t (Arikunto, 2010 : 232)

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
M = jumlah responden
Vt = varians total
Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf
signifikan 5%. Jika harga r11 > rtabel maka instrumen yang diuji bersifat
reliabel.
b. Indeks Kesulitan
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu
soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Tingkat kesukaran soal
untuk pilihan ganda dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
B
P=
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal itu benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
0,00 > P > 0,30 adalah soal tergolong sukar
0,30 > P > 0,70 adalah soal tergolong sedang
0,70 > P > 1,00 adalah soal tergolong mudah (Arikunto, 2010: 208-210).
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah). Besarnya daya pembeda (D) dirumuskan:
B A BB
DP= −
J A JB
Keterangan:
DP= daya pembeda
BA = jumlah siswa yang benar pada butir soal pada kelompok atas
BB = jumlah siswa yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JA = banyaknya siswa pada kelompok atas
JB = banyaknya siswa pada kelompok bawah
Untuk mengetahui soal-soal yang akan dipakai berdasarkan daya
pembeda soal, digunakan klasifikasi sebagai berikut:
0,00 ≤ D ≤ 0,20 : jelek
0,20 < D ≤ 0,40 : cukup
0,40 < D ≤ 0,70 : baik
0,71 < DP ≤ 1,00 : baik sekali (Arikunto, 2010: 213-218).

b. Analisis Instrumen Angket


Validitas instrumen angket kelayakan bahan ajar dan angket karakter
menggunakan validitas isi.
8. Metode Analisis Data
a. Analisis Kelayakan Bahan Ajar
Tingkat kelayakan bahan ajar dihitung dengan mencari persentase.
Untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat menggunakan
persamaan berikut:

n
%= x 100 %
N
Keterangan:
% = persentase skor
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
Tabel 3.4. Kriteria Kelayakan Bahan Ajar
Interval Kriteria
73% < nilai ≤ 100% Baik
46% < nilai ≤ 73% Cukup
20% < nilai ≤ 46% Kurang
(Depdiknas, 2008 : 29)

b. Analisis Data Penelitian


1. Analisis Tahap Awal
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus yang
digunakan untuk normalitas data adalah rumus chi-kuadrat yaitu:

2 (Oi−Ei )2
K
X =∑
i=1 Ei
Keterangan :
X 2 = harga chi-kuadrat
Oi= frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan (Sudjana, 2005: 273)

Jika x2 hitung < x2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1


maka data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians
dari kelas eksperimen sama atau homogen dengan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho: (12 = 22) berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mempunyai varians yang sama
Ha: (12  22) berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mempunyai varians yang berbeda
Rumus yang digunakan dalam uji hipotesis adalah:
varians terbesar
F= (Sudjana, 2005: 250)
varians terkecil
Peluang yang digunakan ½  ( adalah signifikasi dalam hal
ini adalah 5%). dk untuk pembilang n1-1 dan dk untuk penyebut n2-

1. Kriteria yang digunakan, terima Ho jika


F hitung ¿ ¿ .
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata ini berguna untuk mengetahui
apakah sampel tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau tidak.
Analisis data dengan uji t dua sampel digunakan untuk menguji
hipotesis sebagai berikut:
H o : μ1=μ2 artinya rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelompok
sama.
H a : μ1 ≠ μ2 artinya rata-rata hasil belajar kognitif kedua kelompok
berbeda.
Rumus yang digunakan adalah:
X́ 1− X́ 2 2 ( n1−1 ) s 21+ ( n2−1 ) s22
t= ,dengan s =
1 1 n1 +n2−2

s
+
n1 n2

Keterangan:
μ1 : rata-rata data kelompok eksperimen
μ2 : rata-rata data kelompok kontrol
X́ 1 : nilai rata-rata dari kelompok eksperimen
X́ 2 : nilai rata-rata dari kelompok kontrol
n1 : banyaknya subyek kelompok eksperimen
n2 : banyaknya subyek kelompok kontrol
s2 : varians gabungan
s12 : varians kelompok eksperimen
s22 : varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian:
Ho diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan (dk) =

1
t tabel α Ha
n1 + n2 – 2. = 1- 2 dan taraf signifikasi 5%.Tolak untuk
harga t lainnya (Sugiyono, 2012: 138).

2. Analisis Tahap Akhir


Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda
kemudian diadakan tes akhir (post test). Dari tes akhir diperoleh data
yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, apakah H0 yang
diterima atau Ha yang diterima. Tahapan analisis tahap akhir pada
dasarnya sama dengan analisis tahap awal namun data yang digunakan
adalah data hasil tes setelah diberi perlakuan. Tahapan tersebut adalah:
a. Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas pada tahap ini sama
dengan langkah-langkah uji normalitas pada tahap awal. Uji
normalitas sampel dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran
data hasil penelitian yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak.
b. Uji Homogenitas
Langkah-langkah pengujian pada tahap ini sama dengan
langkah-langkah uji homogenitas pada tahap awal. Uji ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempuyai
varian yang sama atau tidak.
c. Uji Ketuntasan Belajar Klasikal (Uji Proporsi)
Uji proporsi digunakan untuk mengetahui apakah presentase
ketuntasan belajar klasikal siswa pada kelas eksperimen mencapai
75%. Untuk menguji proporsi ketuntasan belajar siswa eksperimen
dan kelas kontrol digunakan uji z satu pihak yaitu uji pihak kiri.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 :π ≤ 75% (proporsi siswa yang tuntas lebih dari atau sama dengan
75%).
H0 :π ¿75% (proporsi siswa yang tuntas kurang dari 75%)
d. Uji Signifikasi
Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata
skor hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen lebih besar
dari skor hasil belajar kognitif siswa pada kelas kontrol, selanjutnya
digunakan uji t dengan rumus:
x́ 1− x́ 2
t=
1 1
s
√ +
n1 n2
dengan
( n1 −1 ) s 12 +(n2−1) s 22
s2=
n1 +n2−2
dimana: Analisis Aktifitas Siswa
Analisis aktivitas belajar dari lembar observasi dianalisis
dengan analisis persentase menggunakan rumus distribusi persentase
sebagai berikut.
S
P= × 100 %
N
Keterangan:
P = persentase pelaksanaan
S = jumlah skor perolehan
N = jumlah total skor
Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut:
76% - 100% : baik
56% - 75% : cukup
40% - 55% : kurang baik
< 40% : tidak baik
e. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk menunjukkan pengaruh
antara aktivitas siswa (X) terhadap hasil belajar sejarah (Y). Untuk
menguji adanya pengaruh aktivitas siswa terhadap hasil belajar
digunakan rumus sebagai berikut:
Persamaan regresi: Y^ = a+bx
Keterangan:
Y^ = subyek dalam variable dependen yang diprediksikan
a = harga Y ketika harga x = 0 (harga konstan)
b = angka arah koefisien regresi
x = subyek pada variable independen yang mempunyai nilai tertentu
harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
( ∑ Y i ) (∑ X i2 )−( ∑ X i )( ∑ X i Y i )
a= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )

n ∑ X i Y i−( ∑ X i )( ∑ Y i )
b= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )

Sumber Variasi Dk JK KT F
2
Total N ∑Y i ∑ Y i2 _
Regresi (a) 1 JK (a) JK (a)
Regresi (b/a) 1 JK (b/a) S2reg (b/a) s 2 reg
Sisa n-2 JK (s) JK ( s) s 2 sisa
S2 sisa =
n−2

Tuna Cocok k-2 JK (TC) S2 TC =


Galat n-k JK (G)
JK (TC )
k −2 s 2 TC
JK (G) s2 G
S2 G =
n−k
Tabel 3. Daftar Anava untuk Regresi Linear
Keterangan:
JK (T) = ∑ Y i2

∑ Y i2
JK (a) =
n
JK (b/a) = b ¿
= ¿¿¿
JK (s) = JK (T) – JK (a) – JK (b/a)

JK (G) = ∑ ¿¿
xi

JK (TC) = JK (s)- JK (G) (Sugiyono, 2012: 265)


a) Uji Keberartian
Hipotesis
H0 : koefisien arah regresi tidak berarti (b = 0)
H1 : koefisien arah regresi berarti (b ≠ 0)
s 2 reg ( b|a )
F hitung = 2
s sisa
Jika Fhitung > Ftabel dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut = (n-
2) dengan taraf signifikansi ∝ = 5%, maka H0 ditolak. Jadi koefisien
arah regresi berarti.
Sedangkan jika Fhitung < Ftabel dengan dk pembilang = 1 dan dk
penyebut = (n-2) dengan taraf signifikansi ∝ = 5%, maka H0 diterima.
Jadi koefisien arah regresi tidak berarti (Sugiyono, 2012: 273).
b) Uji Linearitas Regresi
Uji linear ini digunakan untuk mengetahui apakah garis regresi
antara X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Kalau tidak linear
maka regresi tidak dapat dilanjutkan.
H0 :β = 0 (persamaan garis regresi membentuk linear)
H0 :β ≠ 0 (persamaan garis regresi tidak membentuk linear)
s 2 TC
F hitung =
s2 G
Jika Fhitung > Ftabel dengan dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut
= (n-k) dengan taraf signifikansi ∝ = 5%, maka H0 ditolak. Jadi regresi
non linear.
Sedangkan Jika Fhitung < Ftabel dengan dk pembilang = (k-2) dan dk
penyebut = (n-k) dengan taraf signifikansi ∝ = 5%, maka H0 diterima.
Jadi persamaan regresi linear (Sugiyono, 2007:274).
c) Koefisien Korelasi Pada Regresi Linear Sederhana
Koefisien korelasi antara variable bebas X dan variabel terikat Y
dengan banyaknya kumpulan data (X1, Y1) adalah n dapat diketahui
dengan menggunakan rumus:
n ∑ X i Y i−( ∑ X i )( ∑ Y i )
r= , (Sugiyono: 2012, 274).
2 2
√{ n ∑ X i 2− ( ∑ X i ) }{ n ∑ Y i 2 −( ∑ Y i ) }
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H 0 : tidak ada hubungan antara aktivitas siswa terhadap hasil belajar
siswa
H a :ada hubungan antara aktivitas siswa terhadap hasil belajar siswa
Jikar hitung >r tabel dengan N=31 dan taraf signifikansi ∝= 5%, maka
H 0 ditolak, dengan kata lain ada hubungan antara aktivitas siswa
terhadap hasil belajar siswa.
Koefisien determinasinya r 2 digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh antara aktivitas dengan hasil belajar siswa.
Selain itu untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y).
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2007. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo Offset.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Belawati, Tian,dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Hamalik, Oemar.2009a. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
------------.2009b.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bandung: PT Bumi Aksara.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Kuntowijoyo.1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Komepetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Na'im, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan
Metode Pembelajarn yang Menarik dan Menyenanagkan. Jogyakarta: DIVA
Press.
Pribadi, Benny A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.
Puspitasari, Dewi dan Israni Hardini. 2011. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori,
Konsep & Implementasi). Yogyakarta: Familia.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni.2011.Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat
Pengembangan MKU & MKDK LP3 Universitas Negeri Semarang.
Sanjaya,Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sudjana, Nana. 2010 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinta, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendididikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. 2009a. Perencanaan Pembelajaran.Jakarta: PT Bumi Aksara.
-------------. 2009b. Model Pembelajar Menciptaka Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuni, Sri dan Leo Agung. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Anda mungkin juga menyukai