Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI)
Occupational Health and The purpose of this study are: 1) evaluating the implementation and
Safety, building construction constraints of K3 in Building Construction Projects in Cirebon, 2)
project, evaluation identifying the differences of implementation in project scale based. The
method used survey approach at 10 contractors on 10 two-floors or
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, more building projects in Cirebon. Evaluation component was developed
from Practical Guidelines document Occupational Health and Safety in
proyek bangunan gedung, evaluasi.
the Construction Sector (ILO, 2005). The study found that the level of K3
implementation on aspects of the personal protective equipment (60%),
the role of emergency condition (75%), Structural work, Scaffolding and
Ladder (66.7%), Use of Toxic and Dangeorus Materials ( 62.9%), Health
and Hygiene of Work Environmental (89.2%). Constraints of K3
implementation in general are budgetary, worker’s cultural who are not
familiar with the K3 implementation and impact of the construction cost
and the selling price of the property. Average of K3 implementation in
large-scale projects are higher than small and medium-scale projects
Sitasi:
2
Aryati Indah / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 1 - 8
2
Aryati Indah / Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19 (1) (2017) 1 - 8
Tabel 2. Penerapan K3 pada Aspek Penggunaan Tabel 4. Penerapan K3 pada Pekerjaan Struktur,
APD bagi Pekerja pada Proyek Pembangunan Perancah, Tangga pada Proyek Pembangunan
Gedung di Kabupaten Cirebon Gedung di Kabupaten Cirebon
Uraian Tingkat Uraian Tingkat
Penerapan Penerapan
(%) (%)
Penutup Kepala/Helm 80,0% Ada informasi untuk tidak berada 50,0%
Kacamata Pelindung 40,0% pada bangunan rawan roboh
Masker 50,0% Ada perlindungan untuk bangunan 50,0%
Identitas (ID) 20,0% rawan roboh
Baju Lengan Panjang 70,0% Ada pagar pengaman untuk 50,0%
Sarung Tangan 70,0% pekerjaan di ketinggian lebih dari
Sabuk Keselamatan 60,0% 2 meter
Sepatu Keselamatan 90,0% Ada kontrol kondisi scaffolding 70,0%
Rata-rata 60,0% Scaffolding dalam kondisi baik 60,0%
Sesuai SNI 70,0% (tidak berkarat, tidak retak/penyok,
Diberikan Perusahaan Cuma- 40,0% lurus)
Cuma Sambungan scaffolding dalam 70,0%
Sesuai Jenis Pekerjaan 80,0% kondisi terikat baik
Sumber: Hasil Kuesioner, diolah 2016 Pagar pengaman cukup kuat dan 90,0%
kaku
Pengelolaan Kondisi Darurat Kondisi tangga cukup kuat dan 80,0%
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui kaku
Matarial dan peralatan pada 80,0%
bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek
pekerjaan di ketinggian lebih dari 2
pengelolaan kondisi darurat adalah antara meter ditempatkan dalam kondisi
50% sampai dengan 100%. Alasan beberapa tidak mudah jatuh
proyek yang tidak ada informasi jalur evakuasi Rata-rata 66,7%
jika terjadi keadaan darurat diantaranya Sumber: Hasil Kuesioner, diolah 2016
adalah: kondisi proyek yang berada di area
terbuka sehingga mudah dilakukan evakuasi Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
jika ada kondisi darurat. Informasi pada bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek
umumnya tersedia di pos jaga atau ada Pekerjaan Struktur, Perancah, Tangga adalah
briefing minimal satu kali seminggu. antara 50% sampai dengan 90%. Alasan
belum banyak diterapkan diantaranya adalah:
tidak ada risiko pada bangunan rawan roboh,
pekerjaan di ketinggian lebih dari 2 meter
belum dianggap berisiko, prefrensi risiko yang
berbeda.
3
Penggunaan Bahan Beracun dan Tabel 6. Penerapan K3 pada Kesehatan dan
Berbahaya Kebersihan Lingkungan Kerja pada Proyek
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui Pembangunan Gedung di Kabupaten Cirebon
bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek Uraian Tingkat
Penggunaan Bahan Beracun dan Berbahaya Penerapan
adalah antara 50% sampai dengan 89%. (%)
Alasan belum banyak diterapkan diantaranya Lantai kerja tidak licin (misal: 100,0%
adalah: material yang digunakan cukup aman karena tumpahan oli atau
minyak)
yaitu tidak mengandung bahan beracun dan
Tumpahan oli atau minyak 100,0%
berbahaya. dibersihkan dengan pasir atau
serbuk gergajian
Tabel 5. Penerapan K3 pada Penggunaan Bahan Sampah dibuang pada 100,0%
Beracun dan Berbahaya pada Proyek tempatnya (tempat sampah)
Pembangunan Gedung di Kabupaten Cirebon Alat-alat kerja tidak berserakan 100,0%
Tempat kerja dibersihkan jika 100,0%
Uraian Tingkat selesai bekerja
Penerapan Pekerja tidak memaksakan 100,0%
(%) bekerja jika dalam kondisi tidak
Ada tabung pemadam kebarakan 70,0% sehat
yang ditempatkan pada bahan- Pekerja memeriksakan 80,0%
bahan yang beracun dan kesehatan secara berkala
kebakaran Lokasi kerja bebas dari 90,0%
Tabung pemadam kebakaran 60,0% genangan air
terletak minimal 20 cm dari lantai Pekerja mengangkat material 100,0%
Ada peringatan “tidak merokok” 50,0% dalam posisi yang benar
pada lokasi bahan material yang Pekerja mengangkat material 100,0%
beracun dan mudah terbakar tidak diatas kemampuan pekerja
Ada sirkulasi udara yang cukup 88,9% Menggunakan masker dalam 30,0%
pada pekerjaan pengecatan mengaduk semen dan pasir
Ada sirkulasi udara yang cukup 66,7% Menggunakan Helm standar SNI 70,0%
pada pekerjaan pemeliharaan Rata-rata 89,2%
bangunan yang menggunakan Sumber: Hasil Kuesioner, diolah 2016
bahan kimia
Ada peringatan bahaya bahan 55,6% K3 belum sepenuhnya diterapkan karena
pengawet kayu terhadap iritasi kulit
dan mata
berkaitan dengan keterbatasan anggaran dan
Tukang kayu, tukang amplas 77,8% budaya pekerja yang belum terbiasa dengan
menggunakan masker penutup penerapan K3. Penerapan K3 untuk
hidung pembangunan rumah dan ruko akan
Rata-rata 62,9% mempengaruhi harga jual rumah yang
Sumber: Hasil Kuesioner, diolah 2016 dibebankan ke pembeli.