Anda di halaman 1dari 14

“Desain Akad (Kontrak) dalam Keuangan Syari’ah”

MAKALAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah
“Legal Contract Drafting”
Dosen Pengampu :
Reni Dwi Puspitasari, M. Sy.

KELOMPOK 4 :

1. YOGI PERMANA (12101173031)


2. NESLA GADIS FORTUNA (12101173035)
3. IKA LAYLI RESMIATI (12101173037)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penyusunan makalah Legal Contract Drafting ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam terlimpahkan kepada sang pembawa risalah
kebenaran yang semakin teruji kebenarannya Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai
kita dalam kehidupan ini.

Setitik harapan dari Penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis
miliki, untuk itu perlu kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaanya
makalah ini. Akhirnya hanya kepada Alloh SWT, jualah penulis memohon
Rahmat dan Ridho-Nya.

Tulungagung, 2 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Pengertian dan Asas Desain Akad (Kontrak) Dalam Keuangan Syari’ah


1. Pengertian Kontrak..................................................................................2
2. Asas Kontrak...........................................................................................2
B. Rukun, Syarat, dan Landasan Hukum Desain Akad (Kontrak) Dalam
Keuangan Syari’at…………………………………………………………4
C. Status dan Hal-Hal Yang Membatalkan Kontrak………………….......5
D. Macam-Macam Desain Akad (Kontrak) Dalam Keuangan Syari’ah…..7

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

Daftar Pustaka......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam teori Ibn Khaldun disebutkan bahwa manusia secara fitrah hidup
bermasyarakat. Hal ini bermakna secara mendasar manusia menjalin hubungan
antara satu sama lain untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka.
Dalam menjalin hubungan ini berlakulah muamalah dan syara’ yang
menggariskan beberapa prinsip muamalah Islam untuk mengatur hubungan
sesama manusia. Prinsip-prinsip ini kemudian di tafsirkan oleh para fuqaha dan
dibukukan dalam kitab-kitab fiqih. Dan tafsiran-tafsiran inilah yang perlu dikaji
kembali oleh ulama masa kini dan dikembangkan selaras dengan keperluan dan
perkembangan masyarakat sekarang ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian desain akad (kontrak) dalam keuangan syari’ah?


2. Apa rukun, syarat dan landasan hukum dari desain akad dalam keuangan
syari’ah?
3. Apa status dan hal-hal yang membatalkan kontrak ?
4. Apa macam-macam dari desain akad (kontrak) dalam keuangan syari’ah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari desain akad (kontrak) dalam keuangan


syari’ah.
2. Untuk mengetahui rukun, syarat dan landasan hukum dari desain akad
(kontrak) dalam keuangan syari’ah.
3. Untuk mengetahui status dan hal-hal yang membatalkan kontrak ?
4. Untuk mengetahui macam-macam dari desain akad (kontak) dalam keuangan
syari’ah.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Asas Desain Akad (Kontrak) Dalam Keuangan Syari’ah


1. Pengertian Kontrak
Adapun janji adalah “keinginan” yang dikemukakan oleh seseorang untuk
melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun ucapan, dalam tujuan memberikan
keuntungan bagi pihak lainnya. Kontrak bersifat mengikat (mulzim) para
pelakunya, wajib dilaksanakan, baik dari segi hukum (legal formal) maupun dari
pandangan agama (diniyah) ketika semua persyaratan telah terpenuhi.
Definis Kontrak atau perjanjian dalam hukum perdata Islam dipanggil akad
(al-Aqd), adapun secara terminologi adalah pertalian atau keterikatan antara ijab
dan qabul sesuai dengan kehendak syariah (Alloh SWT dan Rasul-Nya) yang
menimbulkan akibat hukum pada objek yang diikat.
Ijab dan qabul dimaksudkan untuk menunjukkan ada keinginan dan kerelaan
timbal balik para pihak yang terlibat dalam kontrak. Karena itu, ijab dan qabul
menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing pihak secara timbal balik.
Pencantuman kata “sesuai kehendak syari’ah” dalam definisi diatas, tidak
dipandang sah jika tidak sesuai dengan kehendak atau peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan syar’i (Alloh SWT dan Rasul-Nya), seperti melakukan transaksi
riba.1
2. Asas Kontrak

Dalam hukum perdata Islam terdapat asas-asas kontrak yang berpengaruh


pada status kontrak. Jika asas-asas itu tidak terpenuhi, kontrak yang dibuat akan
batal atau menjadi tidak sah, asas-asas yang dimaksud adalah:

a. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Fathurrahman Djamil dkk. Prinsip-Prinsip Hukum Islam (Fiqh) dalam Transaksi Ekonomi
1

pada Perbankan Syari’ah,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah dengan Bank Indonesia), hlm 13.

v
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUHPer, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk:

1) membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3) menentukan isis perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, serta

4) menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.2

b. Asas Konsensualisme (concensualism)

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPer.
Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.

c. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang.

d. Asas Itikad Baik (good faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini

2
Mohammad Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam , (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000), h.
123.

vi
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang
teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

e. Asas Kepribadian (personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang


akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPer. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya seseorang tidak
dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti
ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang
tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.3

B. Rukun, Syarat, dan Landasan Hukum Desain Akad (Kontrak) Dalam


Keuangan Syari’ah

Aspek legalitas pelaku muamalah (transaksi) dalam ber akad harus memenuhi
ketentuan akad itu sendiri yang memenuhi rukun dan syarat akad seperti :

1. Rukun : adanya penjual, pembeli, barang, harga dan ijab kabul.


2. Syarat : barang dan jasa harus halal, harga harus jelas, tempat penyerahan
harus jelas, barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
Landasan dalam ber akad adalah keridhaan sebagaimana di sebutkan dalam
Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 29

ٍ ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلبَا ِط ِل إِاَّل أَنْ تَ ُكونَ تِ َجا َرةً عَنْ ت ََرا‬
‫ض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا‬
َ ُ‫أَ ْنف‬
‫س ُك ْم ۚ إِنَّ هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

Fathurrahman Djamil. Hukum Perjanjian Syari’ah. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001),
3

hlm 249

vii
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi
s.a.w. bersabda:

‫ش ُرو ِط ِه ْم إِالَّ ش َْرطًا َح َّر َم‬ ْ ‫ص ْل ًحا َح َّر َم َحالَالً أَ ْو أَ َح َّل َح َرا ًما َوا ْل ُم‬
ُ ‫سلِ ُمونَ َعلَى‬ ْ ‫لص ْل ُح َجائِ ٌز بَيْنَ ا ْل ُم‬
ُ َّ‫سلِ ِمينَ إِال‬ ُّ َ‫ا‬
‫حالَالً أَ ْو أَ َح َّل َح َرا ًما‬.َ

“Perjanjian boleh dan bebas  dilakukan di antara kaum muslimin kecuali


perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

‫ حتى يدل الدليل على تحريمها‬ ‫اآلصل في المعاملة االبا حة‬

“Pada dasarnya dalam akad muamalah itu hukumnya boleh dan bebas,
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Selanjutnya Ibnu Taymiyah, ulama terkemuka di abad pertengahan


merumuskan kaedah fikih muamalah dalam pembuatan kontrak sebagai berikut :

‫على تحريـمه‬  ‫ وال يحرم منها ويـبطـل إال ما دل الشـرع‬ ، ‫ الجواز والصـحة‬: ‫األصـل فى العـقود والشروط‬
‫ ص‬، ‫ القواعد النورانية الفقهية‬، ‫وإبـطاله ( ابن التيمية‬

Artinya: Menurut ketentuan asal bahwa akad-akad dan syarat-syarat adalah


boleh dan bebas  dan karena itu hukumnya sah ; “tidak ada yang diharamkan
atau dianggap batal kecuali apa-apa yang dinyatakan haram dan batal oleh
Syariah.” (Ibnu Taymiyah, Qaidah Nuranniyah,131)4

C. Status dan Hal-Hal Yang Membatalkan Kontrak.

Sah atau tidak suatu akad, dilihat dari segi sifat dan hukumnya. Kontrak
dibagikan kepada kontrak sah (sahih) dan kontrak tidak sah (ghayr sahih).
Kontrak sah adalah kontrak yang memenuhi rukun dan syart-syaratnya. Hukum
kontrak ini adalah berlaku kepada seluruh akibat hukum kontrak (baik yang
4
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 12 dan 3, (Bandung, Al-Maarif, 1998), h. 178

viii
bersifat khusus maupun bersifat umum) yang ditimbulkan oleh kontrak itu, saa t
itu juga, dan mengikat bagi pihak yang melakukannya.

Kontrak tidak sah adalah kontrak yang terdapat kekurangan pada rukun atau
syarat-syaratnya. Hukum kontrak ini adalah bahwa semua akibat secara hukum
yang ingin ditimbulkan dari kontrak itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-
pihak yang berkontrak contohnya menjual bangkai dan khamar, atau kontrak jual
beli yang dilakukan oleh orang yang tidak menguasai masalah hukum.

Menurut ulama mazhab Hanafi, kontrak tidak sah terbagi menjadi dua, yaitu
kontrak yang batal (batil) dan kontrak yang rusak (fasid). Kontrak yang batal
adalah kontrak yang mengandung cacat pada rukun atau objeknya. Sedangkan
kontrak fasid adalah kontrak yang pada dasarnya dibenarkan oleh hukum namun
kontrak tersebut disertai hal-hal yang tidak dibenarkan oleh hukum.

Khiyar dan fasakh, al-Khiyar dalam bahasa Arab berarti pilihan seseorang
terhadap sesuatu yang dipandangnya baik. Secara terminologi para ahli hukum
Islam mendefinisikan al-Khiyar dengan “hak pilih bagi salah satu atau kedua
belah pihak yang melaksanakan kontrak untuk meneruskan atau tidak meneruskan
kontrak dengan mekanisme tertentu”.

Pada dasarnya, kontrak menurut hukum Islam bersifat mengikat (lazim) dan
tidak mengandung khiyar, untuk menjamin stabilitas dan kepastian hukum dalam
berkontrak. Namun demikian, mengingat bahwa dalam setiap kontrak yang
dilakukan disyaratkan ada kerelaan (rida) para pihak, maka syariat Islam
menetapkan hak khiyar yang fungsi utamanya adalah untuk menjamin syarat
kerelaan itu telah dipenuhi.5

Pengertian fasakh ialah melepaskan ikatan kontrak atau menghilangkan atau


menghapuskan ikatan kontrak secara menyeluruh seakan-akan kontrak tidak
pernah terjadi. Demikian pula, objek kontrak. Barang yang dijual sebagai contoh
fasakh dalam kontrak jual beli, kembali menjadi pembeli. Pemutusan kontrak

5
Salim H. S,  Hukum Kontrak (Jakarta, Sinar Grafika, 2003), h.10

ix
dapat terjadi atas dasar kerelaan (al-Taradi) para pihak dan dapat pula terjadi
secara paksa atas dasar keputusan hakim (al-qada).

Fasakh adakalanya wajib dan adakalanya ja’iz (boleh). Fasakh wajib


dilakukan dalam tujuan menghormati peraturan syari’ah: misalnya fasakh
terhadap konytrak yang fasid. Dalam hal ini fasakh dilakukan untuk
menghilangkan penyebab ke-fasid kontrak, menghormati ketentuan-ketentuan
syari’ah, melindungi kepentingan (maslahah) umum maupun khusus,
menghilangkan darar (bahaya atau kerugian), dan menghindarkan perselisihan
akibat pelanggaran terhadap syarat-syarat yang ditetapkan syari’ah. Adapun
fasakh yang ja’iz ialah fasakh yang dilakukan atas dasar keinginan pihak-pihak
yang berkontrak, misalnya fasakh disebabkan ada hak khiyar dan fasakh yang
berdasarkan atas kerelaan dan persetujuan seperti iqalah.

Menurut hukum Islam, kontrak berakhir disebabkan tujuan kontrak sudah


terpenuhi (tahqiq gharar al-‘Aqid), fasakh infisakh, kematian dan ketidak izinan
(‘Adam al-Ijazah) dari pihak yang memiliki wewenang dala kontrak mauquf.

Perkara yang merusakkan kontrak, kontrak dipandang tidak sah atau


sekurang-kurangnya dapat dibatalkan apabila terdapat hal-hal sebagai berikut: (1)
Keterpaksaan/duress (al-Ikrah); (2) Kesalahan mengenai objek kontrak (ghalat);
(3) Penipuan (tadiis) atau ketidakpastian (taghrir) pada objek kontrak.6

D. Macam-Macam Desain Akad (Kontrak) Dalam Keuangan Syari’ah

Dalam transaksi lembaga keuangan syariah, khususnya perbangkan syariah


ada dua jenis yang dikenal yaitu :

1. Tabungan/penghimpun dana (Funding),  seperti Wadiah dan Mudharobah,


a. Wadi’ah artinya Titipan, dalam terminologi, artinya menitipkan barang
kepada orang lain tanpa ada upah. Jika Bank meminta imbalan (ujrah) atau

6
Chairuman Pasaribuan,dkk , Hukum Perjanjian Dalam Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1993),
h.19-148

x
mensyaratkan upah, maka akad berubah menjadi ijaroh. Pada bank
Syariah seperti Giro berdasarkan prinsif wadi’ah
b. Mudharobah  adalah Kerja sama antara dua pihak di mana yang satu
sebagai penyandang dana (shohib al-maal) dan yang kedua sebagai
pengusaha (mudhorib) sementara keuntungan dibagi bersama sesuai
nisbah yang disepakati dan kerugian finansial ditanggung pihak
penyandang dana. Dalam bank syariah seperti  Tabungan maunpun
Deposito berdasarkan prinsip mudharobah
2. Pembiayaan/Penyaluran dana (Financing), Pembiayaan ini dikelompokkan
menjadi 4 yaitu :
a. Berbasis jual beli (al- bay) seperti murabahah, salam dan istishna.   
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati, Salam adalah  pembelian barang yang diserahkan di
kemudian hari, sementara pembayarannya dilakukan di muka.[8]Istishna,   adalah
merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-salam yang merupakan akad penjualan
antara pembeli dan pembuat barang. Dalam akad ini pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli, pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan
menjualnya kepada pembeli akhir.
b. Berbasis bagi hasil (syirkah) seperti mudharobah,  dan musyarokah
Mudharobah, adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul mal) dengan
pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.
c. Berbasis Sewa Menyewa, seperti Ijarah dan Ijarah  Muntahiiyah Bit-
Tamlik.
Ijarah adalah, pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah
untuk memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang tersebut
sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan akad. Atau kata istilah
lain akad untuk mendapatkan manfaat dengan pembayaran. Aplikasinya dalam
perbankan berupa leasing. Ijarah Muntahiiyah Bit-Tamlik,  adalah akad sewa
menyewa barang antara bank dengan penyewa yang diikuti janji bahwa pada saat

xi
ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada penyewa,
ringkasnya adalah Sewa yang berakhir dengan kepemilikan.
d. Berbasis Upah/Jasa Pelayanan, seperti Kafalah, Wakalah, Hiwalah, Rahn.
Kafalah adalah  yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung
(makfuul ‘anhu, ashil). Dalam produk perbankan kafalah dipakai untuk LC, Bank
guarantee dll. Wakalah yaitu pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak
lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Dalam perbankan wakalah biasanya
dengan upah (ujroh) dan dipakai dalam fee based income seperti pembayaran
rekening listrik, telpon dll. Hiwalah  yaitu akad pengalihan hutang dari satu pihak
yang berhutang kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar)-nya.
Dalam industri perbankan hawalah  dengan upah (fee, ujroh) dipergunakan untuk
pengalihan utang dan bisa juga untuk LC. Rahn  (gadai)  yaitu adalah
menyimpan sementara harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diberikan oleh si piutang, perbedaan gadai syariah dengan kpnvensional
adalah hal pengenaan bunga. Gadai Syariah menerapkan beberapa sistem
pembiayaan, antara lain qardhun hasan (pinjaman kebajikan), mudharobah (bagi
hasil) dan muqayyadah ( jual beli). Jualah, yaitu jasa pelayanan
pesanan/permintaan tertentu dari nasabah, misalnya untuk pemesanan tiket
pesawat atau barang dengan menggunakan kartu debit/cek/transfer. Atas jasa
pelayanan ini bank memperoleh fee.
Selain di dunia perbankan, akad juga dikenal dalam perasuransian syariah atau
dikenal dengan akad takaful, yaitu akad dimana saling menanggung. Para peserta
asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan
menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas,
karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. 7

7
F.X. Suhardana, Contract Drafting Kerangka Dasar dan Teknik Penyusunan
Kontrak, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009), h. 7

xii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwasannya akad kontrak ialah keterikatan antara ijab
dan qabul sesuai dengan kehendak syariah (Alloh SWT dan Rasul-Nya) yang
menimbulkan akibat hukum pada objek yang diikat.
Ada beberapa asas dalam akad kontrak yaitu : asas kebebasan berkontrak,
konsensualisme, kepastian hukum, iktikat baik dan asas kepribadian.
Pada dasarnya, kontrak menurut hukum Islam bersifat mengikat (lazim) dan
tidak mengandung khiyar, untuk menjamin stabilitas dan kepastian hukum dalam
berkontrak. Namun demikian, mengingat bahwa dalam setiap kontrak yang
dilakukan disyaratkan ada kerelaan (rida) para pihak, maka syariat Islam
menetapkan hak khiyar yang fungsi utamanya adalah untuk menjamin syarat
kerelaan itu telah dipenuhi.
Ada dua jenis/ macam-macam akad kontrak yaitu : Tabungan/penghimpun
dana (Funding),  dan Pembiayaan/Penyaluran dana (Financing),

xiii
Daftar Pustaka

Ali, Mohammad Daud. 2000. Asas-asas Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada,

Basyir, Ahmad Azhar. 2004. Azas-azas Hukum Muamalah. Cet 2. Yogyakarta:


UII Press,

Fathurrahman Djamil.2001. Hukum Perjanjian Syari’ah. Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti, 2001,

Djamil, Faturrahman. 2001. "Hukum Perjanjian Syari'ah", cet. 1. Bandung: Citra


Aditya Bakti,

H. S, Salim. 2003.  Hukum Kontrak. Jakarta : Sinar Grafika,

Musbikin, Imam. 2001. Qawa'id Al-Fiqhiyah, cet.1.Jakarta: Raja Grafindo


Persada,

Pasaribuan,, Chairuman dkk.  1993.Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta :


Sinar Grafika,

Sabiq, Sayyid. 1998. Fiqh Sunnah 12 dan 3. Bandung: Al-Maarif,

Suhardana, F.X. 2009.Contract Drafting Kerangka Dasar dan Teknik


Penyusunan Kontrak, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

xiv

Anda mungkin juga menyukai