Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM REPRODUKSI JANTAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan, yang di
bimbing oleh ibu: Septiana Wulandari, M.pd.

Disusun oleh:
1. Erfina Lilis Inayati (52182143)
2. Umul Khoridah (52182141)
3. Wahyu Utami (52182134)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
DESEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap tuhan YME dan mari kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu
wataala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem
Reproduksi Jantan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Struktur
Perkembangan Hewan.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi bagi seluruhnya dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banyuwangi, 17 Desember 2019

ii
DAFTAR ISI
Kata penghantar............................................................................................................................. ii
Daftar isi ....................................................................................................................................... iii
BAB I.PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang ................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan
Masalah .............................................................................................................. 1
1.3. Tujuan ...............................................................................................................................
.1

BAB II.PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Organ-Organ Penyusun Dalam Sistem Reproduksi Jantan .......................... 1
BAB III.PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 7
3.2. Saran .................................................................................................................................. 7
Daftar pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak, atau melakukan reproduksi.
Reproduksi melibatkan sutau sistem dalam tubuh yaitu, sistem reproduksi. Sistem
reproduksi melibatakan organ reproduksi. Kemampuan reproduksi tergantung pada
hubungan anatara hypotalamus. Hipofisis bagian anterior,organ reproduksi dan sel target
hormon.

Sistem reproduksi pria terdiri atas testis,saluran kelamin, dan penis. Testis berfungsi
pada produksi hormon spermatozoa. Testosteron penting untuk spermatogenesis, deferensial
seksual selama berkembangan embrio dan fetus, dan pengaturan sekresi gonadtropin.
Dihidrostosteron bekerja pada banyak organ dan jaringan tubuh selama pubertas dan masa
dewasa ( misalnya otot, pola rambut, dan pertumbuhan rambut. Saluran kelamin dan
kelenjar tambahan menghasilksn sekret dan bantuan kontraksi otot polos., mendesak
spermatozoa keluar, sekret ini juga menyediakan nutrusi bagi spermatozoa sewaktu berada
di dalam saluran reproduksi pria.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana karakteristik organ organ penyusun dalam sistem reproduksi jantan?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui karakteristik organ organ penyusun dalam sistem reproduksi jantan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik organ organ


penyusun dalam sistem
reproduksi jantan

1. Testis

Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen yaitu tunica
albuginea. Tinuca albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan membentuk
media stinum testis, tempat septa fibrosa mem penetrasi organ tersebut dan membagi
kelanjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid atau lobulus testis septa ini tidak
kontinu dan sering berhubungan antar lobulus. Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus
seminiferus yang dikelilingi jaringan ikat longgar interstisial yang banyak mengandung
pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel interstisial (sel leydig) Endokrin yang
mensekresi testosteron. Tubulus seminiferus menghasilkan sel reproduksi pria yaitu
spermatozoa, sedangkan sel interstisial mensekresikan endroge testis. GAMBAR 212

Testis berkembang secara Retroperitoneal pada dinding dorsal rongga abdomen


embrionik. Testis bergerak selama perkembangan fetus dan akhirnya bertahan di kedua
sisi skrotum pada ujung feniculus sperma tidur. Karena bermigrasi dari rongga endomen,
setiap testis membawa serta suatu kantong serosa, yakni tunica vaginalis yang berasal
dari peritoneum. Tunica ini terdiri atas lapisan parietal diluar dan lapisan viceral
disebelah dalam, yang membungkus tunica albuginea pada sisi anterior dan lateral testis.

5
Suhu sangat penting pada pengaturan spermatogenesis, yang hanya terjadi dibawah
suhu tubuh inti sebesar 30°C suhu testis sekitar 34°C dipertahankan dalam kantong testis
melalui berbagai mekanisme setiap a.
testiscularis dipertahankan oleh pleksus
vena pampiniformis dengan darah
dingin dari testis yang menarik panas dari
darah arteri melalui suatu sistem
pertukaran panas balik. Evaporasi
keringat dari skrotum juga berkontribusi
pada pengeluaran panas. Relaksasi
atau kontraksi m. Dartos skrotum dan m.
Cremaster funiculus spermaticus, masing-
masing, menggerakkan testis menjauhi
atau mendekati tubuh, yang memungkinkan pengaturan suhu tubuh lebih lanjut.

a) Tubulus seminiferous

Sperma dihasilkan
dalam tubulus seminiferus
dengan laju sekitar 2×10*8
setiap testis memiliki
250- 1000 tubulus

6
seminiferus di lobus nya, dengan setiap tubulus seminiferus yang berdiameter
sekitar 150-250 mikrometer. Panjang gabungan seluruh tubulus pada satu testis
mencapai sekitar 250 m. Setiap tubulus ini merupakan suatu gelung berkelok yg
dihubungkan oleh suatu sekmen pendek dan sempit, yaitu tubulus restu, dengan
rete testis, yakni suatu saluran berlapis epitel yang tertanam di mediastinum
testis. GAMBAR 10-20 duk tulus eferen menghubungkan rete testis dengan
cabut epididimis.

Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh suatu epitel berlapis khusus dan
komplek yang disebut epitel derminal atau epitel seminiferus. Membran basal ini
epitel ini dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa, dengan suatu lapisan terdalam yang
mengandung mioid gepeng dan menyerupai otot polos yang memungkinkan
kontraksi tubulus sel-sel interstisial berada pada jaringan ikat di antara tubulus
seminiferus.

Epitel tubulus seminiferus terdiri dari atas dua jenis sel: sel penyokong
atau sustentakular (sel sertoli) dan sel - sel proliferatif dari garis keturunan
spermtogonik. Sel - sel turunan sperma toge niki membentuk empat sampai
delapan lapisan konsentris sel dan fungsi nya adalah menghasilkan sel yang
menjadi sperma. Bagian produksi sperma yang mencangkup pembelahan sel
melalui mitosis dan meiosis disebut spermatogenesis. Diferensiasi akhir sel
benih pria haploid disebut spermiogenesi

b) Spermatogenesis

Spermatogenesis di mulai saat pubertas dengan sel benih primitif, yaitu:


spermatogonium relatif merupakan sel bulat kecil dengan diameter sekitar
12µm. Sel ini berada di bagian basal epitel dekat membran basal dan berbagai
tahap perkembangannya dikenali terutama dari bentuk dan sifat pulasan intinya.

7
Pada saat terjadinya pematangan sistem kelamin, sel ini mulai mengalami
mitosis, dan menghasilkan generasi sel-sel yang baru. Spermatogonia dengan
inti ovoid dan gelap bertindak sebagai sel punca,yang tidak sering membelah dan
membentuk sel punca baru dan sel dengan inti ovoid yang terpulas lebih
pucat,yang membelah lebih cepat sebagai sel transit (progenitor) penguat.
Spermatogonia tipe A masing-masing mengalami sejumlah pembelahan klonal
khusus yang tetap saling terhubung sebagai suatu syncytium (lihat bawah), dan
membentuk spermatogonia tipe B yang mamiliki inti pucat.

Setiap spermatogonium tipe B mengalami pembelahan mitosis akhir dan


membentuk dua sel yang ukurannya bertambah dan menjadi spermatosit primer,
yang merupakan sel sferis dengan inti eukromatik. Spermatosit primer
mereplikasi DNA-nya sehingga setiap kromosom terdiri atas kromaid ganda dan
mengalami mitosis dan selama mitosis ini, kromosom homolog berkumpul
bersama dalam sinaps,rekombinasi DNA terjadi dan dua pembelahan sel cepat
menghasilkan sel haploid,spermatosit primer memiliki 46 kromosom
(44+XY),jumlah diploid dan kandungan DNA sebesar 4N. ( N menunjukkan
susunan hamploid kromosom sebanyak 23 pada manusia atau jumlah DNA
dalam susunan ini). Segera setelah terbentuk, del-sel ini memasuki tahap profase
miosis pertama yang berlansung 22 hari. Kebanyakan spermatosit primer yang
terlihat pada potongan ini berada pada tahap meiosis. Spermatosit primer
merupakan sel terbesar pada garis keturunan spermatogenik dan di tandai dengan
keberadaan kromosom yang mengalami kondensasi parsial dalam berbagai tahap
sinapsis dan rekombinasi.

Kromosom homolog berpisah pada pembelahan meiosis pertama yang


menghasilkan sel berukuran lebih kecil yang di sebut spermatosit sekunder
dengan hanya 23 kromosom (22+X atau 22+Y), tetapi masing – masing berdiri
atas dua kromatid sehingga jumlah DNA menjadi 2N. Spermatosit sekunder
jarang jarang diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek
yang berada dalam tahap interfase yang sangat singkat dan dengan cepat
memasuki pembelahan meiosis kedua. Pembelahan setiap spermatosit sekunder
memisahkan kromatid di setiap kromosom dan menghasilkan dua sel haploid
yang disebut spermatid, yang masing-masing mengandung 23 kromosom.
Karena tidak ada fase S (replikasi DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis
pertama dan kedua, jumlah DNA per sel berkurang setengah ketika kromatid
berpisah dan sel yang berbentuk bersifat haploid (1N). Dengan fertilisasi, ovum
dan sperma haploid yang di hasilkan oleh meiosis bersatu dan jumlah diploid
normal untuk spesies di pertahankan.Duktus Intratesticularis

c) Sifat Klon Sel Benih Pria

8
Sel punca hasil hasil pembelahan spermatogonia tipe A bertahan sebagai
sel terpisah. Namun, semua pembelahan sel anak selanjutanya menjadi sel
progenitor transit penguat mengalami sitokinesis yang tidak utuh setelah telofase
dan sel tetap melekat satu sama lain melalui jembatan antar sel sitoplasma.
Jembatan tersebut memungkinkan komunikasi bebas di antara sel-sel yang
berkembang dari satu sperma togonium tipe A melalui pembelahan mitosis dan
meiosis lainnya. Meskipun sejumlah sel berdegenerasi tanpa menyelesaikan
spermatogenesis dan sejumlah sel dapat berpisah, sekitar seratus sel dapat tetap
terhubung melalui periode meiosis. Makna syncytium spermatogenik ini masih
belum sepenuhnya jelas, tetapi jembatan sitoplasma memungkinkan setiap
spermatid membagi
sitoplasmanya dengan sel-sel
yang berdekatan. Jadi,
sel haploid dapat di suplai
dengan produk genom diploid
yang utuh, termasuk protein
dan RNA yang di sandi oleh gen
pada kromosom X dan
Y yang hilang dalam inti
haploidnya. Sel benuh akhirya
terpisah dari sel benih lain
selama proses diferensiasi.

Peristiwa dan
perubahan sel antara mitosis akhir spermatogonia dan pembentukan spermatid
memerlukan waktu sekitar 2 bulan. Sel spermatogenik tidak terdistribusi secara
acak di epitel seminiferus,sel pada berbagai tahap perkembangan berkelompok
dengan hubungan yang spesifik. Jembatan antar sel-sel pada setiap kelompok
dapat membantu mengkoordinasikan pembelahan dan diferensiasinya.

d) Spermiogenesis

9
Spermiogenesis merupakan tahap akhir produksi sperma dan merupakan
proses transformasi spermatid menjadi spermatozoa, yaitu sel yang sangat
dikhususkan untuk menyampaikan DNA pria kepada ovum. Tidak terjadi
pembelahan sel selama proses ini berlansung. Spermatid dapat di kenali dari
ukurannya yang kecil (berdiameter 7-8µm), inti haploid dengan daerah kromatin
padat dan posisinya berada dekat dengan dengan lumen tubulus seminiferus.

Spermiogenesis mencakup pembentukan okrosom, kondensasi dan


pemanjangan inti, pembentukan flagelum, dan hilangnya sebagian besar
sitoplasma. Hasil akhirnya adalah spermatozoa matang yang kemudian di
lepaskan kedalam lumen tubulus seminiferus. Spermiogenesis dapat di bagi
menjadi tiga fase:

• Selama fase Golgi awal,sitoplasma spermatid mengandung apparatus


golgi yang mencolok di dekat inyi, mitokondria, sepasang sentriol,
ribosom bebas, dan tubulus RE halus. Vesikel proakrosom kecil
berkumpul dalam apparatus golgi kemudian menyatu membentuk satu
tudung okrosom berbatas membran yang berada dekat dengan satu ujung
inti. Sentriol bermigrasi ke posisi di dekat permukaan sel dan berhadapan
dengan akrosom yang sedang terbentuk. Satu sentriol bertindak sebagai
suatu badan basal, yang berperan menyusun aksonema berflagelum
dengan struktur yang serupa dengan struktur silium.

• Selama fase akrosom, tudung akrosom atau akrosom menyebar untuk


menutupi belahan anterior inti yang memadat. Akrosom adalah suatu tipe
khusus lisosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik, termasuk
hialuronidase, neuramidase, fosfatase asam, dan suatu protease yang
mirip-mirip di sebut akrosin. Enzim-enzim ini dilepaskan ketika
spermatozoa bertemu dengan oosit dan membran luar okrosom menyatu

10
dengan membran plasma sperma. Enzim ini menguraikan sel corona
radiata dan mencerna zona pellucida, kedua struktur yang menyelubungi
sel telur. Proses ini yakni reaksi okrosom adalah salah satu langkah awal
dala pembuahan.
Juga selama fase spermiogenesis ini, inti spermatid akan terorientasi ke
arah basis sel sertoli dan aksonema terjulur ke dalam lumen tubulus.
Selain itu, inti menjadi lebih panjang dan lebih padat, dengan histon yang
nukleosom yang di gantikan oleh peptida basah kecil yang di sebut
protamin. Pertumbuhan flagela berlanjut dan mitokondria berkumpul di
sekitar bagian proksimal flagelum, dan membentuk bagian tebal yang di
kenal sebagai bagian tengah, yaitu tempat pembentukan ATP untuk
membangkitkan pergerakan flagela spermatozoa. Seperti pada silia,
pergerakan flagela timbul dari interaksi mikrotubulus,ATP, dan dinein,
suatu protein dengan aktivitas ATP ase.

• Selama fase maturasi akhir spermiogenesis, sitoplasma yang tidak di


perlukan di bunag sebagai suatu badan residu dari setiap spermatozoa dan
difagositosis oleh sel sertoli. Spermatozoa matang, lalu di lepaskan ke
dalam lumen tubulus.

e) Sel sertoli

Sel sertoli, sesuai nama Enrico Sertoli (1842-1910) yang pertama kali
memeperlihatkan makna fisiologisnya, sangat penting untuk fungsi testis. Sel-sel
ini merupakan sel piramid
atau kolumnar yang
sebagian membungkus sel-sel
dari garis keturuana
spermatogonik dan
berfungsi sebagai penunjang atau
sel perawat. Dasar sel
sertoli melekat pada lamina
basal dan ujung apikalnya sering
terjulur ke dalam lumen tubulus
seminiferus. Setiap sel

11
sertoli menyanggah 30-50 sel benih dengan berbagai tahap perkembangan.
Kajian dengan TEM mengungkapkan bahwa sel-sel sertoli mengandung benyak
RE halus, sejumlah RE kasar, kompleks golgi yang berkembang baik, dan
sejumlah besar mitokondria dan lisosom. Inti yang memanjang, yang sering
berbentuk segitiga, memliki banyak lipatan dan sebuah anak inti yang mencolok
sering memperlihatkan sedikit heterokromatin.

Taut kedap yang erat di antara membran basolateral sel-sel sertoli yang
berdekatan membentuk suatu sawar testis- darah pada epitel seminuferus, yaitu
sawar darh-jaringan yang paling erat pada mamlia. Sawar fisis ini merupakan
bagian dari sistem yang mencegah serangan autoimun terhadap sel
spermatogenik yang khas, yang pertama kali muncul lama setelah sistem imun
yang menjadi matang dan toleransi-diri telah terbentuk. Spermatogonia terletak
pada kompartemen basal, yang berada di bawah taut yang membuka jaringan
interstial bervaskular yang mengandung limfosit dan sel penyaji-antigen. Di
awal meiosis, spermatosit yang baru terbentuk mengganggu molekul adhesi sel
di sebagian besar taut basal untuk sementara yang membentuk taut baru di antara
faktor-faktor adhesi di membrannya sendiri dan membran sel sertoli, dan
bergerak ke dalam kompartemen adluminal tanpa mengganggu sawar testis-
darah. Spermatosit dan spermatid melekat erat pada sel sertoli, terletak di dalam
invaginasi dalam pada membran lateral dan apikal sel ini, di atas sawar.
Pergerakan sel spermatogenik di antara sel penyokong saat membran
pertahankan taut kadap efektif di antara semua sel lebih kuat berada dalam
ingatan jika kita mengingat bahwa sel benih tetap terhibung oleh jembatan
antarsel. Sewaktu ekor flagela spermatid mengembang, flagela tersebut tampak
sebagai jurumbai yang meluas dari ujung apikal sel sertoli. Sel sertoli juga
dihubungkan dan dipasangkan secara ionik oleh sejumlah besar taut celah yang
dapat membantu mengatur perubahan transien pada taut kedap dan
pengoordinasian siklus epitel seminiferus yang di jelaskan sebelumnya.

Sel sertoli mempunyai beberapa fungsi di dalam epitel seminiferus, yang


biasanya melibatkan sawar testis-darah.:
• Penunjang, perlindungan, dan nutrisi spermatozoa yang sedang
berkembang. Karena spermatosit, spermatid, dan sperma terpisah dari
protein plasma dan di beri nutrisi oleh sawar testia-darah, sel-sel
spermatogenik ini tergantung pada sel sertoli untuk produksi atau
penganngkutan metabolit dan faktor nutrisi seperti protein pengangkut-
besi transferin, ke dalam lumen. Jadi, sambil melindungi sel
spermatogenik dari komponen imun dan plasma, sel sertoli harus
menyuplai faktor plasma yang di perlukan untuk pertumbuhan dan
diferensiasi.
• Sekresi sel endokrin dan eksokrin. Sel sertoli secara kontinu menyekresi
suatu cairan ke dalam tubulus seminiferus yang di gunakan untuk
mengangkut sperma ke arah ductus genitalis. Sekresi nutrien dan protein
pengikat-endrogen (ABP) yang memekatkan testoteron hingga mencapai
kadar yang di perlukan spermiogenesis, di tingkatkan oleh hormon

12
penstimulasi-folikel (FSH). Secara endokrin, sel sertoli melepaskan
steroid estradiol yang berasal dari testosteron dan menyekresikan
glikoprotein sebesar 39 kDa inhibin, yang menekan sintesis dan
pelepasan FSH dalam suatu lengkung umpan balik dengan hiposfisis
anterior. Pada fetus, sel sertoli juga menyekresikan glikoprotein sebesar
kDa yang di sebut zat penghambat-Mullerian. (MIS) yang menimbulkan
regresi ductus mulleri (para-mesonefros) tanpa MIS, ductus tersebut
bertahan dan menjadi begian saluran reproduksi wanita.
• Fagositosis. Selama spermatogenesis, kelebihan sitoplasma yang terlepas
sebagai badan residu difagositosis dan di cerna oleh lisosom sel sertoli.
Tidak ada protein dari sperma yang normalnya melewati sawar testis-
darah.

f) Duktus intratesticularis
Duktus genital intratestis adalah tubulus lurus (tubuli recti), rete testis,
dan ductuli efferentes. Duktus-duktus tersebut membawa spermatozoa dan
cairan dari tubulus seminoferus ke ductus epididymidis.

Kebanyakan tubulus seminiferus terdapat dalam bentuk lengkungan, dan


kedua ujungnya berhubungan dengan rete testis oleh tubulus rektus yang
pendek. Tubulus ini dikenali oleh hilangnya sel spermatogenik secara
berangsung, dengan bagian awal dengan dinding yang hanya dilapisi sel
sertoli,yang diikuti ruas utama yang terdiri atas epitel kuboid yang ditunjang
oleh selubung jaringan ikat padat. Semua tubulus rektus mencurahkan isinya ke
dalam rete testis, suatu jalinan saluran yang saling terhubung dan dilapisi epitel
kuboid. Saluran di rete testis terbenam dalam jaringan ikat mediastinum.

Rete testis bermuara ke dalam sekitar 20 ductuli efferentes. Ductuli


efferentes dilapisi epitel khas dengan kelompok sel kuboid tak bersilia yang
diselingi sel bersilia yang lebih tinggi. Hal ini memberikan epitel tersebut
gambaran bergelombang yang khas. Sel tak bersilia mengabsorpsi sebagian
besar cairan yang disekresikan oleh tubulus seminiferus. Aktivitas sel bersilia
dan absorpsi cairan menimbulkan aliran cairan yang menyapu sperma ke arah
epididimis. Suatu lapisan tipis sel otot polos sirkular tampak diluar lamina basal
epitel yang membantu pergerakan sperma. Duktuli efferentes bermuara kedalam
ductus epididymidis.

g) Duktus Genital Ekskretorik

Duktus genital ekskretorik mencakup ductus epididymidis, ductus deferens


(vas deferens), dan uretra. Saluran-saluran tersebut mengangkut sperma dari
epididimis ke penis selama ejakulasi.

13
Ductus epididymidis adalah saluran tunggal yang sangat berkelok dengan
panjang sekitar 4-5 m. Bersama dengan simpai jaringan ikat dan pembuluh darah
di sekitarnya, saluran panjang ini membentuk caput, corpus, dan cauda
epididymidis, yang berjalan disepanjang sisi superior dan posterior setiap testis.
Sperma disimpan pada epididimis dan memperoleh karakteristik akhirnya
ditempat tersebut termasuk motilitas, reseptor membran untuk protein zona
pellucida, pematangan akrosom, dan kemampuan membuahi. Ductuli efferentes
bergabung dengan duktus pada caput epididymidis dan bermuara ke dalam
ductus (vas) deferens di cauda. Ductus epididymidis dilapisi epitel kolumnar
bertingkat yang terdiri atas sel basal bulat dan sel kolumnar dengan mikrovili
panjang iregular bercabang yang disebut stereosilia. Sel epitel ductus
epididymidis menyerap air dan berperan pada ambilan dan pencernaan badan
residu yang dihasilkan selama spermiogenesis. Sel-sel ini ditunjang pada lamina
basal yang dikelilingi oleh sel otot polos, dengan kontraksi peristalsisnya
menggerakkan sperma di sepanjang duktus tersebut, dan oleh jaringan ikat
longgar yang kaya akan kapiler.

Dari epididimis, ductus (vas) deferens, suatu tubulus lurus panjang


berdinding otot tebal, berlanjut ke arah urethra pars prostatica dan bermuara ke
dalamnya. Ductus deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan lapisan otot
polos tebal. Mukosanya terlipat memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel
bertingkat kolumnar dengan sebaran stereosilia. Lamina propria banyak
mengandung serat elastin dan lapisan muscularis yang terdiri atas lapisan
longitudinal luar dan dalam dan lapisan sirkular. Selama ejakulasi otot-otot
menghasilkan kontraksi peristaltik kuat yang secara cepat menggerakkan sperma
di sepanjang duktus ini dari epididimis.

Ductus deferens membentuk bagian funiculus spermaticus, yang


mencakup a testicularis, plexus pampiniformis, dan saraf. Setelah melalui
kandung kemih, ductus deferens melebar membentuk ampula, dengan epitel
yang lebih tebal dan terlipat-lipat. Di bagian akhir ampula ini, vesicula seminalis
bergabung dengan ductus. Dari tempat ini, ductus deferens memasuki kelenjar
prostat dan bermuara kedalam urethra prostatica. Segmen yang memasuki
prostat disebut ductus ejaculatorius. Mukosa ductus deferens berlanjut melalui
ductus ejaculatorius, tetapi lapisan otot menghilang di belakang ampula.

2. Kelenjar Tambahan

Kelenjar tambahan saluran reproduksi pria menghasilkan sekret yang


ditambahkan ke dalam sperma selama ejakulasi untuk menghasilkan semen dan penting

14
untuk reproduksi. Kelenjar genital tambahan meliputi vesicula seminalis, kelenjar prostat,
dan kelenjar bulbouretra.

Kedua vesicula seminalis terdiri atas saluran sepanjang sekitar 15 cm yang sangat
berkelok. Mukosa khas memperlihatkan sejumlah besar lipatan tipis kompleks yang
mengisi sebagian besar lumen. Lipatan ini dilapisi oleh selapis epitel kolumnar atau epitel
kolumnar bertingkat yang banyak memiliki granula sekretoris. Lamina propria
mengandung serat elastin dan dikelilingi otot polos dengan lapisan sirkular dalam dan
longitudinal luar. Vesicula seminalis merupakan kelenjar eksokrin yang memproduksi
sekret kental kekuningan yang mengandung fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin,
fibrinogen, serta enzim dan protein lain. Komponen semen tersebut, yang biasanya
membentuk sekitar 70% ejakulat, memberikan sumber energi nutrien untuk sperma,
mengkoagulasikan semen setelah ejakulasi, dan memengaruhi aktivitas saluran
reproduksi wanita. Tinggi sel epitel vesicula seminalis dan derajat aktivitas sekresinya
bergantung pada kadar testosteron yang adekuat.

Kelenjar prostat merupakan suatu organ padat yang mengelilingi urethra dibawah
kandung kemih. Kelenjar ini berukuran sekitar 2 cm x 3 cm x 4 cm dan berat sekitar 20 g.
Prostat merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang, yang
kesemuanya dikelilingi oleh stroma fibromuskular padat yang dilapisi oleh suatu simpai.
Kelenjar tersebut tersusun berupa lapisan konsentris disekitar urethra: lapisan internal
kelenjar mukosa, lapisan intermedia kelenjar submukosa, dan lapisan perifer dengan
kelenjar utama prostat. Duktus dari setiap kelenjar dapat bersatu tetapi kesemuanya
bermuara langsung ke dalam urethra pars prostatica, yang menembus bagian pusat
prostat. Prostat mempunyai tiga zona yang sesuai dengan lapisan kelenjar:

 Zona transisi menempati sekitar 5% volume prostat, mengelilingi urethra prostatica,


dan memiliki kelenjar mukosa yang bermuara langsung ke dalam urethra.
 Zona sentral menempati 25% volume kelenjar dan memiliki kelenjar submukosa
dengan duktus yang lebih panjang
 Zona perifer menempati sekitar 70% prostat dan memiliki kelenjar utama dengan
duktus yang lebih panjang. Kelenjar area ini merupakan tempat tersering timbulnya
peradangan dan kanker.

Kelenjar tubuloalveolar prostat dibentuk oleh selapis epitel silindris atau epitel
bertingkat silindris. Getah kelenjar prostat mengandung berbagai glikoprotein dan enzim
dan menyimpan getah ini untuk dikeluarkan selama ejakulasi. Sejumlah besar stroma
fibromuskular mengelilingi kelenjar tersebut. Prostat dikelilingi oleh suatu simpai
fibroelastis. Septa dari simpai ini mempenetrasi kelenjar dan bercabang menjadi lobus-
lobus tersendiri. Seperti vesikula seminalis, struktur dan fungsi prostat bergantung pada
kadar testoteron.

15
Badan sferis kecil yang berdiameter 0,2-2 mm dan sering mengalami klasifikasi,
sering dijumpai dalam lumen kenjar prostat. Badan bulat ini disebut corpora amylaceum
atau konkremen prostat dan terutama mengandung deposit glikoprotein dan
glikosaminoglikan sulfat (GAG), terutama keratan sulfat. Jumlahnya meningkat seiring
pertambahan usia tetapi tampaknya tidak memiliki makna fisiologis atau klinis.

Pasangan kelenjar bulbouretra (kelenjar cowper) yang berdiameter 3-5 mm, terletak
pada diafragma urogenital dan bermuara kedalam bagian proksimal urethra penis. Setiap
kelenjar memiliki sejumlah lobulus dengan unit sekretoris tubuloalveolar yang dilapisi
oleh epitel kolumnar selapis penyekresi-mukus yang bergantung pada testosteron. Septa
diantara lobulus mengandung sel otot polos. Selama ereksi, kelenjar bulbourethra, serta
sejumlah besar kelenjar urethra kecil yang serupa di sepanjang urethra, melepaskan
sekret jernih yang menyerupai mukus dan mengandung berbagai karbohidrat kecil yang
menyelubung dan melumasi lapisan urethra sebagai persiapan pasase sperma.

3. Penis

Penis terutama
terdiri atas 3 massa silindris
dari jaringan erektil, ditambah
uretra yang di bungkus
kulit. dua diantara silinder ini korpus kavernosum Penis terletak didorsal. Yang lain di
ventral, disebut korpus kavernosum uretra atau korpus spongiosum dan mengelilingi
uretra. Korpus kavernosum uretra melebar pada ujungnya, membentuk Glans penis,
korpus kavernosum dibungkus oleh lapisan jaringan pengikat padat kuat yaitu tunika
albuginea karpora kavernosa Penis dan uretra terdiri atas jaringan erektil ruang ruang
venosa yang dilapisi oleh sel sel endotel utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri
atas serat serat jaringan ikat dan sel sel otot polos.

16
Prepusium adalah lipatan kulit retraktil yang mengandung jaringan ikat dengan otot
polos dibagian dalamnya. Kelenjar sebasea terdapat di lipatan dalam dan pada kulit yang
menutupi glans.

Sebagian besar uretra penis dilapisi oleh epitel bertingkat silindris tetapi dalam glans
penis menjadi epitel selapis gepeng kelenjar Litre Pengekresi lendir terdapat disepanjang
uretra penis.

Ereksi penis adalah peristiwa hemodinamik yang dikendalikan masukan neural ke


otot arteri dan otot polos pada dinding ruang vaskular dalam penis dalam keadaan lemas
terdapat sangat sedikit aliran darah dalam penis. Keadaan Non-ereksi dipertahankan oleh
tonus intrinsik dari otot polos penis dan tonus yang diinduksi oleh masukkan simpatis
yang terus menerus ereksi terjadi bila rangsangan vasodilator dari sumber parasimpatis
mempengaruhi relaksasi dari pembuluh pembuluh penis dan otot polos kavernosa
vasodilasi juga mencangkup hambatan impuls vasokonstriksi simpatis ke jaringan penis.
Pembukaan arteri Penis dan ruang, mengisi ruang ruang kavernosa, dan berakibat
kakunya penis.

17
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem reproduksi pria terdiri dari testi, saluran kelamin, kelenjar tambahan dan penis.
Testi terdiri dari tubulus seminiferus, spermatogenesis, sifat kolonial sel benih pria,
spermiogenesis, sel sertoli, dan jaringan interstitial.
Penis terutama terdiri atas 3 massa silindris dari jaringan erektil, ditambah uretra yang
di bungkus kulit. dua diantara silinder ini korpus kavernosum Penis terletak didorsal. Yang
lain di ventral, disebut korpus kavernosum uretra atau korpus spongiosum dan mengelilingi
uretra.

3.2. Saran
Demikan makalah yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadilebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.

18

Anda mungkin juga menyukai