NEONATAL
Pada Ibu Hamil Muda dengan Komplikasi dan Penyulit
Kehamilan Etopik Terganggu (KET)
Disusun Oleh:
Nabilah Nurul Hikmah (A)
NIM. PO.71.24.2.180.32
2. Etiologi KET
Penyebab kehamilan etopik belum diketahui secara pastinamun penyebab kehamilan
etopik yang paling sering adalah faktor tuba (95%). Berikut penyebab kehamilan
etopik antara lain:
a. Faktor tuba, meliputi penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba, operasi, dan
sterilisasi tuba yang tidak sempurna, endometriosis tuba, tumor.
b. Faktor ovum, meliputi rapid cell devision, migrasi eksternal dan internal ovum,
perlekatan membrane granulosa
c. Penyakit radang panggul
d. Kegagalan kontrasepsi
e. Efek hormonal meliputi penggunaan kontrasepsi mini pil, dan riwayat terminasi
kehamilan sebelumnya.
3. Klasifikasi KET
a. Kehamilan interstisial (kornual)
Kehamilan interstisal merupakan kehamilan yang implantasi embrionya di
tuba falopi. Pada usia kehamilan 6-10 minggu akan terganggu. Hasil konsepsi
dapat mati dan siresorbsi, keguguran, ruotur tuba. Angka kematian ibu akibat
kehamilan interstisial dalah 2%. Penanganan pada kasus ini dengan
laparatomi.
b. Kehamilan ovarium
Kehamilan di ovarium lebih sering dikaitkan dengan perdarahan dalam jumlah
banyak dan pasien sering mengalami rupture kista korpus luteum secara klinis,
pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.
c. Kehamilan serviks
Kehamilan serviks merupakan kehamilan nidasi di kanalis servikalis, dinding
serviks menjadi tipis dan membesar.
Tanda dari kehamilan ini
d. Kehamilan abdominal
Kehamilan abdominal terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Primer (implantasi sesudah dibuahi, langsung pada peritoneum/kavum
abdominal)
2) Sekunder (embrio masih hidup dari tempat primer)
4. Patofisiologi KET
Ovum yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain endometrium kavum
uteri. Gangguan interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Kemungkinan implantasi: paling sering di Tuba
Fallopi 90-95%, di ampula 70-80%, serviks, ovarium, abdomen.
6. Diagnosis KET
Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
7. Anamnesis
8. Pemeriksaan fisik
9. Tes kehamilan
10. Pengukuran kadar beta-HCG
11. Sonografi transvaginal, untuk mendeteksi kantung kehamilan intrauterine
12. Kuldosintesis, untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah
13. Pemeriksaan hematocrit
14. Dilatasi dan kuratase
15. Laparaskopi, digunakan sebagai alat bantu untuk kehamilan etopik apabila hasil
penilaian prosedur meragukan.
7. Penatalaksanaan KET
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi, dalam tindakan
demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
a. Kondisi penderita pada saat itu.
b. Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
c. Lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelviks
d. Kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator, dan kemampuan teknologi
fertilisasi invitro setempat.
Hasil peryimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi.
Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum
pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah:
a. Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
b. Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm
c. Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
d. Tanda vital baik dan stabil
8. Komplikasi KET
Ruptur tuba atau uterus
Tergantung lokasi kehamilan
Perdarahan massif, syok, DIC dan kematian
Prdarahan
Infeksi
Kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter dan pembuluh darah
besar) selain itu ada komplikasi terkait tindakan anestesi