Anda di halaman 1dari 12

DISCREPANCY EVALUATION MODEL

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan
Semester 6 – Angkatan 2017 B
Dosen Pengampu: Irena Yolanita Maureen, S.Pd. M.Sc.

Disusun oleh kelompok 8:

Nickita Ellena Putri I. W. (17010024054)


Risky Firman A. (17010024070)
Hamdallah Firstya S. (17010024074)
Mega Novitasari (17010024085)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW nabi yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju ke zaman yang lebih baik seperti sekarang ini.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang mata kuliah evaluasi
program pendidikan dan pelatihan yang lebih terfokus pada materi “Discrepancy
Model”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan tugas mata kuliah evaluasi
program pendidikan dan pelatihan Jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan
Universitas Negeri Surabaya. Juga agar lebih memahami tentang apa itu
discrepancy model.
Kami sangat menyadari bahwa makalah kami tidak lepas dari kekurangan
dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dan mengoreksi demi kesempurnaan dalam penulisan makalah untuk
kedepannya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung demi terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi kriteria pembelajaran.

Surabaya, 5 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi diri peserta
didik dalam proses pembelajaran agar dapat menciptakan pribadi yang
berkualitas. Hal ini dapat terwujud dengan memberikan dorongan dan motivasi
kepada peserta didik serta memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pada jenjang
dan satuan apapun, penyelenggaraan pendidikan selalu berkaitan dengan adanya
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian elementer dari pengelolaan
atau manajemen pendidikan. Ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain, dan
bahkan saling tergantung. Bahkan ada yang secara sederhana mengatakan, apabila
perencanaan pendidikan dilakukan dengan baik, maka dalam pelaksanaannya pun
akan dapat berjalan dengan baik pula, sehingga evaluasi pun akan
merepresentasikan hasil yang baik pula. Penulis memberi perhatian pada praktek
pendidikan inklusif, yang merupakan model pendidikan untuk memberikan
kesempatan sekaligus alternatif pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus.
Terlepas dari polemik dan kontroversi yang muncul terkait dengan
kemunculan model ini, namun di masyarakat model pendidikan tersebut telah
dipraktikkan dengan berbagai versi. melihat bahwa pendidikan inklusif
merupakan salah satu model penyelenggaraan pendidikan yang secara konseptual
sangat ideal namun perlu dilakukan evaluasi dalam pelaksanaannya. Evaluasi
tersebut menjadi sangat penting untuk memberikan informasi kepada para praktisi
pendidikan inklusi, agar dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk
keberlangsungan penerapan konsep pendidikan tersebut. Pemilihan model
evaluasi yang tepat untuk digunakan dalam konteks penyelenggaraan pendidikan
inklusi tidaklah selalu mudah.
Pendekatan lain yang banyak dipengaruhi pemikiran Tyler dikembangkan
Provus berdasarkan pada tugas-tugas evaluasi di sebuah sekolah umum di
Pittsburgh, Pensylvania. Provus (1973) memandang penilaian sebagai proses
pengelolaan informasi berkelanjutan yang dirancang memberi pelayanan sebagai
the watchdog of program management’dan the handmaiden of administration in
the management of program development trough sound decision making
.Pendekatan yang diperkenalkan Provus ini dinamakan Discrepancy Evaluation
Model. Pendekatan ini memperkenalkan pelaksanaan evaluasi dengan langkah-
langkah yang perlu dilakukan, meliputi : Definisi, Instalasi, Proses, Produk,
Analisis Biaya-Manfaat (Cost-Benefit Analysis). Dalam tahap definisi, focus
kegiatan dilakukan untuk merumuskan tujuan, proses atau aktifitas, serta
pengalokasian sumberdaya dan partisipan untuk melakukan aktifitas dan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Provus, program
pendidikan merupakan system dinamis yang meliputi inputs (antecedent), proses,
dan outputs (juga outcomes). Standar atau harapan-harapan yang ingin dicapai
ditentukan untk masing-masing komponen tersebut. Standar ini merupakan tujuan
program yang kemudian menjadi criteria dalam kegiatan penilaian yang
dilakukan. Selama tahap instalasi, rancangan program digunakan sebagai standar
untuk mempertimbangkan langkah-langkah operasional program. Seorang
evaluator perlu mengembangkan seperangkat tes kongruensi untuk
mengidentifikasi tiap kesenjangan antara instalasi program atau aktifitas yang
diharapkan dan yang actual. Hal ini perlu untuk meyakinkan bahwa program telah
diinstal sesuai dengan rancangan yang ditetapkan. Pengalaman selama ini
menunjukkan bahwa banyak rancangan program yang sama dioperasionalkan oelh
guru-guru dengan aktifitas yang berbeda-beda.
Penulis memilih Discrepancy Model Evaluation dengan tujuan yang
sangat umum, yakni bermaksud membandingkan antara konsep inklusi sebagai
suatu model pendidikan yang ideal, dengan kenyataan yang telah dilakukan oleh
para praktisi pendidikan inklusi, yang meng-enrole siswa berkebutuhan khusus ke
dalam kelas reguler. Sebagai sebuah kajian, maka tulisan ini bersifat asumtif dan
sangat terbuka untuk memperoleh berbagai masukan bahkan sanggahan, apabila
dari sudut pandang yang tertentu dianggap tidak relevan atau tidak memiliki
relevansi ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud discrepancy model?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam discrepancy model?
3. Apa kelebihan dan kekurangan discrepancy model?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian discrepancy model
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam discrepancy model
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan discrepancy model
BAB II
PEMBAHASAN

1.      MODEL EVALUASI DISCREPANCY


A. Pengertian Discrepancy (Kesenjangan)
Kata discrepancy adalah istilah Bahasa inggris, yang diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model ini yang dikembangkan
oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi
bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat
membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan
terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga
dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu
standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya (Madaus,1993:79-99;
Kauman,1980:127-128). Evaluasi kesenjangan program, begitu orang
menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang
diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program.
Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara
standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari
program tersebut
Menurut Provus, evaluasi adalah untuk membangun dan afirmatif, tidak
untuk menghakimi. Model Evaluasi Discrepancy Pertentangan (Provus, 1971)
adalah suatu model evaluasi program yang menekankan pentingnya pemahaman
sistem sebelum evaluasi. Kapan saja kita sedang mencoba untuk mengevaluasi
sesuatu, ditekankan bahwa kita harus mempunyai pemahaman tepat dan jelas
atas hal yang dievaluasi, untuk menetapkan standar.
Model ini merupakan suatu prosedur problem-solving untuk
mengidentifikasi kelemahan (termasuk dalam pemilihan standar) dan untuk
mengambil tindakan korektif. Di dalam kasus suatu sistem yang kompleks
seperti suatu proyek, obyek evaluasi bisa belum jelas dan sukar untuk dipahami.
Klarifikasi obyek evaluasi obyek adalah sangat perlu untuk membuat evaluasi
terlaksana. Jika diterjamahkan kata demi kata menjadi ‘evaluasi model
ketidaksesuaian’. Namun dalam kancah evaluasi program pendidikan, model ini
dikenal dengan nama “Evaluasi Kesenjangan Program”. Model ini
dikembangkan oleh Malcolm Provus Tahun 1971, dan oleh karenanya sering
kali model ini disebut sebagai Provus’s Discrepancy Model Evaluation atau
disingkat menjadi Provus’s DEM. Menurut Malcolm Provus, evaluasi adalah
proses yang terdiri dari tiga hal, yakni: Menyetujui berdasarkan standar (istilah
lain yang digunakan secara bergantian dengan istilah tujuan); Menentukan
apakah ada kesenjangan antara kinerja aspek-aspek program dengan standar
kinerja yang ditetapkan. Menggunakan informasi tentang kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan sebagai bahan untuk meningkatkan, mengelola,
atau lebih bahkah mengakhiri program atau salah satu aspek dari program
tersebut. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang
diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program.
Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara
standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari
program tersebut.

B.  Langkah – Langkah Discrepancy Model


Tahap evaluasi program model discrepancy menggunakan tahap yang
dirumuskan oleh McKenna (1981: 12) yang terdiri dari enam tahap.
Keenam  tahap tersebut secara komprehensif dijelaskan sebagai berikut: (a)
memutuskan program yang akan dievaluasi; (b) menentukan sasaran program
(standar) yang menjadi dasar evaluasi; (c) merencanakan evaluasi; (d)
melaksanakan rencana evaluasi dan mengumpulkan informasi; (e) menentukan
kesenjangan antara sasaran program (standar) dengan pencapaian program; dan
(f) merencanakan tindakan selanjutnya.
Proses evaluasi pada langkah-langkah dan isi kategori sebagai cara
memfasilitasi perbandingan capaian program dengan standar, sementara pada
waktu yang sama mengidentifikasi standar untuk digunakan untuk perbandingan
di masa depan. Argumentasi Provus, bahwa semua program memiliki daur hidup
(life cycle).
Langkah-Langkah dalam Evaluasi Kesenjangan Langkah-langkah atau
tahap-tahap yang dilalui dalam melakukan evaluasi yang didasarkan atas model
evaluasi kesenjangan adalah sebagai berikut:
1) Tahap Penyusunan Desain
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Merumuskan tujuan program
b) Menyiapkan siswa, staf dan kelengkapan lain
c) Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada
suatu yang dapat diukur, biasanya di dalam langkah ini evaluator
berkonsultasi dengan bagian pengembangan program (program
developer). Standar yang dimaksud adalah kriteria yang telah
dikembangkan dan ditetapkan dengan menunjuk pada hasil yang
efektif.
2) Tahap Penetapan Kelengkapan Program
Tahap ini hendak melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah
sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan
kegiatan:
a) Meninjau kembali penetapan standar
b) Meninjau program yang sedang berjalan
c) Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang
sudah dicapai.
3) Tahap Proses (Process)
Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan
evaluasi, tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga
disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program”.
4) Tahap Pengukuran Tujuan (Product)
Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output
yang diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah,
“apakah program sudah mencapai tujuan terminalnya?”

5) Tahap Pembandingan (Program Comparison)


Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua
penemuan kesenjangan atau ketidaksesuaian, untuk disajikan kepada para
pengambil keputusan, agar mereka dapat memutuskan kelanjutan dari
program tersebut. Kemungkinan yang dapat dilakukan oleh para
pengambil keputusan adalah:
a) Menghentikan program
b) Mengganti atau merevisi program
c) Meneruskan program
d) Memodifikasi tujuan dari program Kunci dari evaluasi
discrepancy atau model Provus ini adalah dalam hal
membandingkan penampilan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dan yang dimaksud dengan penampilan adalah sumber, prosedur,
manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika program
dilaksanakan.

D.    Kelebihan Dan Kelemahan Discrepancy Model


1) Kelebihan
Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan program dan untuk
tindakan korektif  untuk menentukan atau memperbaikinya.
2) Kelemahan
a) Kurang sistematis
b) Hanya menekan pada objek sasaran
c) Memberi penekanan pada kesenjangan yang sebenernya
merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan dalam matrik dengan
memberikan indikator ketercapaian. Untuk tahap kelima mengenai pembandingan
(Programe Comparison), tidaklah lain merupakan hasil evaluasi. Berdasarkan
teknik evaluasi yang direncanakan akan dapat dilihat, apakah tujuan yang
penetapannya dijabarkan dalam indikator telah sesuai dengan praktek atau fakta
yang ditemukan di lapangan. Dengan demikian Provus’s Discrepancy Evaluation
Model dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas penerapan yang dilakukan
diatas adalah salah satu wujud penuangan Provus’s DEM yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan situasinya, sejauh tahapan-tahapan yang diisyaratkan tidak
diabaikan.
B. Saran
Karya tulis ini dibuat agar pembaca lebih mudah memahami kajian
mengenai model evaluasi diskrepansi.. Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca akan berkenan bagi penulis agar penulis bisa memperbaiki karya tulis
dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hisyam, Zaini. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan
Madani.
Istarani. 2011. 58 Pembelajaran Inovatif (Refrensi Guru dalam Menentukan
Model Pembelajaran). Medan : Media Persada.
. Daryanto, 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Majid, Abdul., 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
3. Jurnal Pendidikan Inklusi https://ml.scribd.com/doc/141223454
4. Rombot, Olifia. https://pgsd.binus.ac.id/2017/04/10/pendidikaninklusi/#_ftn1
5. https://dnoeng.wordpress.com/tag/langkah-langkah-evaluasi/
6. https://suciptoardi.wordpress.com/2011/01/03/evaluasi-programmalcolm-
provus-dem-discrepancy-evaluation-model/

Anda mungkin juga menyukai