Pak Wid DISCREPANY MODEL
Pak Wid DISCREPANY MODEL
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW nabi yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju ke zaman yang lebih baik seperti sekarang ini.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang mata kuliah evaluasi
program pendidikan dan pelatihan yang lebih terfokus pada materi “Discrepancy
Model”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan tugas mata kuliah evaluasi
program pendidikan dan pelatihan Jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan
Universitas Negeri Surabaya. Juga agar lebih memahami tentang apa itu
discrepancy model.
Kami sangat menyadari bahwa makalah kami tidak lepas dari kekurangan
dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dan mengoreksi demi kesempurnaan dalam penulisan makalah untuk
kedepannya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung demi terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi kriteria pembelajaran.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi diri peserta
didik dalam proses pembelajaran agar dapat menciptakan pribadi yang
berkualitas. Hal ini dapat terwujud dengan memberikan dorongan dan motivasi
kepada peserta didik serta memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pada jenjang
dan satuan apapun, penyelenggaraan pendidikan selalu berkaitan dengan adanya
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian elementer dari pengelolaan
atau manajemen pendidikan. Ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain, dan
bahkan saling tergantung. Bahkan ada yang secara sederhana mengatakan, apabila
perencanaan pendidikan dilakukan dengan baik, maka dalam pelaksanaannya pun
akan dapat berjalan dengan baik pula, sehingga evaluasi pun akan
merepresentasikan hasil yang baik pula. Penulis memberi perhatian pada praktek
pendidikan inklusif, yang merupakan model pendidikan untuk memberikan
kesempatan sekaligus alternatif pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus.
Terlepas dari polemik dan kontroversi yang muncul terkait dengan
kemunculan model ini, namun di masyarakat model pendidikan tersebut telah
dipraktikkan dengan berbagai versi. melihat bahwa pendidikan inklusif
merupakan salah satu model penyelenggaraan pendidikan yang secara konseptual
sangat ideal namun perlu dilakukan evaluasi dalam pelaksanaannya. Evaluasi
tersebut menjadi sangat penting untuk memberikan informasi kepada para praktisi
pendidikan inklusi, agar dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk
keberlangsungan penerapan konsep pendidikan tersebut. Pemilihan model
evaluasi yang tepat untuk digunakan dalam konteks penyelenggaraan pendidikan
inklusi tidaklah selalu mudah.
Pendekatan lain yang banyak dipengaruhi pemikiran Tyler dikembangkan
Provus berdasarkan pada tugas-tugas evaluasi di sebuah sekolah umum di
Pittsburgh, Pensylvania. Provus (1973) memandang penilaian sebagai proses
pengelolaan informasi berkelanjutan yang dirancang memberi pelayanan sebagai
the watchdog of program management’dan the handmaiden of administration in
the management of program development trough sound decision making
.Pendekatan yang diperkenalkan Provus ini dinamakan Discrepancy Evaluation
Model. Pendekatan ini memperkenalkan pelaksanaan evaluasi dengan langkah-
langkah yang perlu dilakukan, meliputi : Definisi, Instalasi, Proses, Produk,
Analisis Biaya-Manfaat (Cost-Benefit Analysis). Dalam tahap definisi, focus
kegiatan dilakukan untuk merumuskan tujuan, proses atau aktifitas, serta
pengalokasian sumberdaya dan partisipan untuk melakukan aktifitas dan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Provus, program
pendidikan merupakan system dinamis yang meliputi inputs (antecedent), proses,
dan outputs (juga outcomes). Standar atau harapan-harapan yang ingin dicapai
ditentukan untk masing-masing komponen tersebut. Standar ini merupakan tujuan
program yang kemudian menjadi criteria dalam kegiatan penilaian yang
dilakukan. Selama tahap instalasi, rancangan program digunakan sebagai standar
untuk mempertimbangkan langkah-langkah operasional program. Seorang
evaluator perlu mengembangkan seperangkat tes kongruensi untuk
mengidentifikasi tiap kesenjangan antara instalasi program atau aktifitas yang
diharapkan dan yang actual. Hal ini perlu untuk meyakinkan bahwa program telah
diinstal sesuai dengan rancangan yang ditetapkan. Pengalaman selama ini
menunjukkan bahwa banyak rancangan program yang sama dioperasionalkan oelh
guru-guru dengan aktifitas yang berbeda-beda.
Penulis memilih Discrepancy Model Evaluation dengan tujuan yang
sangat umum, yakni bermaksud membandingkan antara konsep inklusi sebagai
suatu model pendidikan yang ideal, dengan kenyataan yang telah dilakukan oleh
para praktisi pendidikan inklusi, yang meng-enrole siswa berkebutuhan khusus ke
dalam kelas reguler. Sebagai sebuah kajian, maka tulisan ini bersifat asumtif dan
sangat terbuka untuk memperoleh berbagai masukan bahkan sanggahan, apabila
dari sudut pandang yang tertentu dianggap tidak relevan atau tidak memiliki
relevansi ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud discrepancy model?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam discrepancy model?
3. Apa kelebihan dan kekurangan discrepancy model?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian discrepancy model
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam discrepancy model
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan discrepancy model
BAB II
PEMBAHASAN