Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT DI


RUANG BEDAH SYARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2020

NURLIANA SARI
NIM.1714401028

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDIDIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang membutuhkan istirahat dan aktivitas. pada tingkat yang optimal pemenuhan
kebutuhan istirahat sangat penting terutama bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat
memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat tersebut cukup, maka jumlah
energy yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan /
aktivitas sehari hari terpenuhi.

Aktivitas dan istirahat merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau
kebutuhan paling dasar atau paling bawah dari piramida kebutuhan dasar manusia. (Kozier,
2010). Apabila tidak terpenuhinya kebutuhan istirahat, maka dapat menimbulkan penurunan
kemampuan konsentrasi, membuat keputusan serta berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
sehari hari (Perry and Potter, 2009)

Berdasarkan SDKI (2016) Ada beberapa penyakit yang mengakibatan terjadinya


gangguan aktivitas dan istirahat yaitu stroke, cedera medulla spinalis, trauma, fraktur,
ostemalasia, nyeri/kolik, kondisi pasca operasi, kanker, sleep apnea, anemia, gagal jantung
kongestif, penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, aritmia, penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK), gangguan metabolic, gangguan musculoskeletal. Dan berdasarkan data di
ruang bedah syaraf RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur, diperoleh beberapa data
penyakit diantaranya yaitu: Stroke, Epilepsi, Cedera Kepala Ringan, Cedera Kepala Berat,
LB dan Vertigo. Pada bulan januari sampai desember tahun 2019 terdapat 128 orang
menderita stroke, 95 Epilepsi, 78 CKR, 65 CKB, 43 LB, 98 Vertigo.

Berdasarkan penyakit yang ada di dalam ruang bedah syaraf, penyakit yang paling
dominan adalah penyakit stroke dan sekitar 98% mengalami gangguan kebutuhan aktifitas
istirahat, maka dari itu penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah yang terkait
gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat pada pasien stroke di ruang syaraf RSUD
Sukadana Kabupaten Lampung Timur
B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses asuhan keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas di RSUD


Sukadana Kabupaten Lampung Timur

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada gangguan kebutuhan aktivitas


dengan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan pengkajian keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas


b. Menggambarkan analisa kasus dan rumusan diagnosa keperawatan gangguan
kebutuhan aktivitas istirahat
c. Menggambarkan intervensi asuhan keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas
istirahat
d. Menggambarkan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan gangguan
kebutuhan aktivitas istirahat
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas
istirahat

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

a. Bagi mahasiswa

Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai informasi dan menjadi bahan untuk
inspirasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan
kebutuhan aktivitas istirahat
b. Bagi institusi

Sebagai tolak ukur dan acuan bagi institusi untuk meningkatkan kualitas dalam
memberikan ilmu dan wawasan kepada mahasiswa serta sebagai sumber informasi
serta pedoman dalam mengatasi pasien dengan gangguan aktivitas istirahat.

2. Manfaat praktis

a. Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama pada klien dengan gangguan kebutuhan aktivitas.
b. Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam melakukan asuhan
keperawatan bagi pasien khususnya dengan gangguan kebutuhan aktivitas
c. Manfaat praktis bagi instansi akademik Yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi
institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan dengan gangguan kebutuhan aktivitas

E. Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang gangguan kebutuhan aktivitas dan
istirahat di RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2020. Laporan tugas akhir
ini hanya berfokus pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas di RSUD Sukadana
Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2020. Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal
26 februari 2020 sampai 28 februari 2020. Asuhan keperawatan dilaksanakan dengan
menggunaan pendekatan proses keperawatan, meliputi pengakajian, perumusan diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN KONSEP KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS


1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Hierarki kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk


membuat prioritas asuhan keperawatan. Hierarki kebutuhan dasar manusia termasuk
lima tingkat prioritas.

a) Dasar paling bawah atau tingkat pertama, termasuk kebutuhan fisiologis,


seperti udara, air, dan makanan aktivitas dan istirahat.
b) Tingkat kedua yaitu kebutuhan keamanan dan perlindungan, termasuk juga
keamanan fisik dan psikologis.
c) Tingkat ketiga berisi kebutuhan akan cinta dan memiliki, termasuk di
dalamnya hubungan pertemanan, hubungan sosial, dan hubungan cinta.
d) Tingkat keempat yaitu kebutuhan akan penghargaan dan penghargaan diri,
termasuk juga kepercayaan diri, pendayagunaan, penghargaan, dan nilai diri,
e) Tingkat terakhir merupakan kebutuhan untuk aktualisasi diri, keadaan
pencapaian potensi dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
masalah dan beradaptasi dengan kehidupan.

Hierarki Maslow berguna dalam menempatkan prioritas klien. Kebutuhan dasar


fisiologis dan keamanan biasanya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien
dengan ketergantungan fisik berat. Akan tetapi, Anda akan menghadapi situasi di mana
klien tidak memiliki kebutuhan keamanan dan kedaruratan fisik. Selain itu, Anda akan
memberikan prioritas tertinggi pada kebutuhan fisiologi, sosiokultur, perkembangan,
atau spiritual klien. (Perry and Potter, buku 3 ed. 7)
2. Konsep Dasar Aktivitas Dan Istirahat

Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kegiatan atau
keaktifan titik Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi
baik fisik maupun nonfisik merupakan suatu aktivitas.

Aktivitas adalah kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah, berirama dan
terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Individu
harus beraktivitas dan bergerak untuk melindungi diri dari trauma dan untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka (Kozier, 2010)

Istirahat bermakna ketenangan, relaksasi tanpa stress emosional dan bebas dari
ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak beraktivitas. Pada
kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu
seperti jalan jalan di udara segar. (Kozier, 2010)

B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. (Kozier, 2011).
a) Anamnesa
1) Identitas Pasien
Pengkajian identitas pasien meliputi nama, alamat, usia, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, agama, pembiayaan layanan kesehatan dan sumber
perawatan medis yang biasa.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan gejala penyakit yang dirasakan pada saat masuk rumah
sakit atau saat dilakukan pengkajian.

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama
dengan melakukan serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan utama
meliputi kapan gejala muncul, apakah awitan gejala mendadak atau bertahap,
berapakali masalah terjadi, lokasi gangguan yang pasti, karakteristik keluhan,
aktivitas yang klien lakukan ketika masalah terjadi, fenomena atau gejala yang
berhubungan dengan keluhan utama, faktor yang meningkatkan atau mengurangi
masalah.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji apakah pernah
menderita gangguan kebutuhan aktivitas istirahat sebelumnya.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji adalah memastikan faktor resiko
penyakit tertentu, usia saudara kandung, orang tua dan kakek-nenek serta status
kesehatan mereka saat ini atau jika mereka telah meninggal, penyebab kematian
mereka jika perlu dikaji.
6) Data psikososial
Aspek psikologis yang perlu dikaji diantaranya adalah bagaimana respons
psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya,
mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas.
7) Gaya hidup
Pengkajian pada aspek gaya hidup ini meliputi kebiasaan personal, diet, pola
tidur/istirahat, aktivitas kehidupan sehari-hari, rekreasi/hobi.
8) Data sosial
Pengkajian pada data sosial ini meliputi hubungan keluarga/persahabatan,
persatuan etnik, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, satus ekonomi, kondisi
rumah dan lingkungan.
9) Data psikologik
Pengkajian pada data psikologik ini meliputi stressor utama, pola koping yang
biasa terhadap masalah serius atau stress tingkat tinggi, gaya komunikasi.
10) Pola perawatan kesehatan
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah semua sumber perawatan kesehatan
yang digunakan saat ini dan dimasa lalu.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik Gangguan Aktivitas
Lakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada aktivitas dan latihan yang
menekankan kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampakan dan pergerakan sendi,
kemampun dan keterbatasan pergerakan, massa otot dan kekuatan otot, serta toleransi
aktivitas.
1) Kesejajaran Tubuh
Untuk mengkaji kesejajaran, perawat menginspeksi klien dari sisi lateral,
anterior, dan posterior. Dari sisi anterior dan posterior, perawat harus
mengobservasi apakah
 Bahu dan panggul sejajar
 Jari kaki menunjuk ke depan
 Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi lain
2) Gaya Berjalan

Perawat mengkaji gaya berjalan sant klien berjalan menuju kamar atau
minta klien untuk berjalan sejauh 10 kaki di sepanjang lorong dan amati
keadaan berikut:

a. Kepala tegak, pandangan lurus ke depan, dan kolumna vertebrata


tegak. Tumit memijak tanah sebelum jarī kaki. Kaki dalam posisi
dorsifleksi dalam fase mengayun.
b. Lengan yang berlawanan dengan kaki yang sedang mengayun
bergerak ke depan pada saat yang sama
c. Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama, dengan tahanan
beban yang sama pada kedua kaki; menghasilkan ayunan tübuh
minimal dari sisi ke sisi dan mengarahkan gaya berjalan lurus ke
depan; dan mulai dan berhenti dengan mudah.
3) Penampakan dan Pergerakan Sendi.

Pemeriksaan fisik sendi terdiri dari inspeksi, pslpasi, pengkajian rentang


pergerakan aktif, dan jika pergerakan aktif tidak memungkinkan, kaji
rentang pergerakan pasif. Perawat hanus mengkaji hal berikut:
a. Apakah ada pembengkakan atau kemerahan sendi, yang dapat
'menunjukkan keberadaan ceders atau inflamasi.
b. Apakah ada deformitas, seperti pembesaran atuu kon- traktur tulang,
dan simetrisitas tulang yang terkena. Perkembangan otot yang
berhubungan dengan tiap sendi dan ukuran relatif sertu simetrisitas otot
di setiap sisi tubuh.
c. Apakah ada nyeri tekan yang dilaporkan atau yang dipalpasi. Krepitasi
(teraba atau terdengar sensasi krek atau gesekan yang dihasilkan oleh
pergerakan sendi).
d. Peningkatan suhu pada sendi. Palpasi sendi dengan. menggunakan
bagian punggung jari dan bandingkan dengan sulhu pada sendi
simetrisnya.
e. Derajat pergerakan sendi. Minta klien menggerakkan bagian tubuh
tertentu seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 42-2. Jika diindikasikan,
ukur besarnya pergerakan dengan menggunakan goniometer, sebuali
peralatan yang mengukur sudut sendi dalam ukuran derajat.

Pemeriksaan Fisik Gangguan Istirahat

Pemeriksaan klien mencakup pemantauan penampakan wajah, perilaku,


dan tingkat energi klien. Area kehitaman di sekitar mata, kelopak mata yang
membengkak, konjungtiva yang memerah, mata berkaca-kaca atau tampak
mengilap, dan ekspresi wajah datar adalah tunda-tanda kurang tidur. Perilaku
seperti mudah marah, gelisah, tidak perhatian, berbicara lambat, postur tubuh
tidak tegap, tremor tangan, menguap, menggosok mata, menarik diri,
kebingungan dan tidak terkoordinasi juga merupakan petunjuk adanya masalah
tidur. Kurang energi dapat dilihat dengan memantau apakah klien tampak
lemah, letargi, alau letih secara fisik.

Selain itu, perawat mengkaji apakah klien mengalami deviasi septum


nasal, pembesaran leher, atau mengalami kegemukan, Temuan ini dapat
dihubungkan dengan apnea tidur obstruktif atau mendengkur.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (SDKI, 2016). Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk megidentifikasi respon pasien individu, keluarga atau
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang penulis ambil yaitu pasien dengan gangguan


kebutuhan Aktivitas dan istirahat. Dalam Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia gangguan kebutuhan Aktivitas dan istirahat termasuk kedalam kategori
fisiologis.

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada subkategori Aktivitas dan


Istirahat dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, yaitu:

a. Gangguan mobilitas fisik


Yaitu keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri.
b. Gangguan pola tidur
Yaitu gangguan kulaitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
c. Intoleransi aktivitas
Yaitu ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
d. Keletihan
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat.
e. Kesiapan peningkatan tidur
Yaitu penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang memungkinkan istirahat
adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.
f. Risiko intoleransi aktivitas
Yaitu beresiko mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.

3. Intervensi
Menurut SIKI, (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Intervensi keperawatan
aktivitas menggunakan pendekatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia). Sedangkan buku SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
diguanakan penulis untuk merumuskan tujuan dan kriteria hasil asuhan
keperawatan.

Adapan Tujuan dan Kriteria hasil serta intervensi dari gangguan kebutuhan
aktivitas menurut SLKI, (2018) dan SIKI, (2018) adalah:

Tabel 1.
Intervensi keperawatan gangguan
mobilitas fisik

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Diagnosa

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Intervensi utama :


fisik intervensi keperawatan 1. Dukungan Ambulasi
Penyebab: diharapkan gangguan 2. Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik
meningkat dengan
KH:
1. Pergerakan
ekstermitas
meningkat
2. Kekuatan otot
meningkat
3. Rentang gerak
(ROM) meningkat
4. Nyeri menurun
5. Kecemasan
menurun
6. Kaku sendi
menurun
7. Gerakan tidak
terkoordinasi
menurun
8. Gerakan terbatas
menurun
9. Kelemahan fisik
menurun

Tabel 2.

Intervensi keperawatan

Gangguan pola tidur

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
Penyebab : keperawatan diharapkan 1. Dukungan
1. Hambatan gangguan pola tidur Tidur
lingkungan (mis. meningkat dengan KH: 2. Edukasi
Kelembapan 1. Keluhan sulit tidur Aktivitas/Isti
lingkungan menurun rahat
sekitar, suhu 2. Keluhan sering terjaga
lingkungan, menurun
pencahayaan, 3. Keluhan tidak puas tidur
kebisingan, bau menurun
tidak sedap, 4. Keluhan pola tidur
jadwal berubah menurun
pemantauan/peme 5. Keluhan istirahat tidak
riksaan/tindakan cukup menurun
2. Kurang kontrol
tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman
tidur
6. Tidak familiar
dengan tempat
tidur

Tabel 3

Intervensi keperawatan
Intoleransi Aktivitas

Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi


Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama:
Penyebab : keperawatan diharapkan 1. Manajemen
1. Ketidakseimbang intoleransi aktivitas energi
an antara suplai meningkat dengan KH: 2. Terapi
dan kebutuhan 1) Frekuensi nadi aktivitas
oksigen
meningkat
2. Tirah baring
3. Kelemahan 2) Keluhan lelah menurun
4. Imobilitas
3) Dispnea saat aktivitas
5. Gaya hidup
monoton menurun
4) Dispnea setelah aktivitas
menurun

Tabel 4.

Intervensi keperawatan

Keletihan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keletihan Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
Penyebab: keperawatan diharapkan 1. Edukasi
1. Gangguan tidur Keletihan menurun dengan
Aktivitas/Istirahat
KH:
2. Gaya hidup monoton
1. Verbalisasi pemulihan 2. Manajemen
3. Kondisi fisiologis
energy meningkat Energi
(mis. Penyakit kronis,
2. Tenaga meningkat
penyakit terminal,
3. Kemampuan melakukan
anemia, malnutrisi,
aktivitas rutin meningkat
kehamilan)
4. Verbalisasi lelah
4. Program
menurun
perawatan/pengobatan
5. Lesu menurun
jangka panjang
5. Peristiwa hidup
negative
6. Stress berlebihan
7. Depresi

Tabel 5.

Intervensi keperawatan

Kesiapan Peningkatan Tidur

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
tidur keperawatan diharapkan 1. Dukungan
Penyebab: kesiapan peningkatan tidur Tidur
- membaik dengan KH: 2. Edukasi
1. keluhan sulit tidur Aktivitas
menurun
2. keluhan sering terjaga
menurun
3. keluhan tidak puas
tidur menurun
4. keluhan pola tidur
berubah menurun
5. keluhan istirahat tidak
cukup menurun

Tabel 6.

Risiko intoleransi aktivitas

Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Risiko intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
Faktor risiko: keperawatan diharapkan 1. Manajemen
1. Gangguan sirkulasi risiko intoleransi aktivitas Energi
2. Ketidakbugaran menurun dengan KH: 2. Promosi
status fisik 1. Frekuensi nadi latihan fisik
3. Riwayat intoleransi meningkat
aktivitas 2. Keluhan lelah
sebelumnya menurun
4. Tidak 3. Dispnea saat aktivitas
berpengalaman menurun
dengam suatu 4. Dispnea setelah
aktivitas aktivitas menurun
5. Gangguan
pernapasan

4. Implementasi
Menurut Kozier, (2011) Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC,
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau
program keperawatan).

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur,


Standar Operasional Prosedur Terlampir .

5. Evaluasi
Menurut Kozier, (2011) evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan:

a. Kemajuan klien dalam mencapai tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan


keperawatan.
b. Keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intevensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan atau diubah.

C. TINJAUAN KONSEP PENYAKIT

Pada penulisan laporan tugas akhir ini penulis fokus pada asuhan keperawatan
gangguan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Kondisi klinis terkait yang muncul pada masalah
keperawatan ganggun kebutuhan dan aktivitas menurut SDKI, 2016 adalah :

1. Stroke
2. Cedera medulla spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Ostemalasia
6. Nyeri/kolik
7. Kondisi pasca operasi
8. Kanker
9. Sleep apnea
10. Anemia
11. Gagal jantung kongestif
12. Penyakit jantung koroner
13. Penyakit katup jantung
14. Aritmia
15. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
16. Gangguan metabolic
17. Gangguan musculoskeletal

BAB III
METODE

A. Fokus Asuhan Keperawatan

Pada laporan tugas akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang
berfokus pada asuhan keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas istirahat

B. Subyek Asuhan Keperawatan

Subyek asuhan keperawatan adalah asuhan keperawatan yang berfokus pada masalah
gangguan kebutuhan aktivitas istirahat di RSUD Sukadana Kabupaten Lampung Timur
yang meliputi:

1. Klien tanpa batasan umur


2. Klien mengalami penurunan tingkat kekuatan otot
3. Klien pria dan wanita
C. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Sukadana Kabupaten
Lampung Timur
2. Waktu penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 26 februari 2020 sampai
28 februari 2020
D. Pengumpulan Data
1. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data menggunakan format pengkajian dan pemeriksaan fisik. Alat


pemeriksaan fisik yang digunakan penulis adalah alat pengukuran TTV (Nursalam,
2009)

2. Teknik Pengumpulan data


a) Pengumpulan data

Menurut Nursalam (2009), pengumpulan data secara umum merupakan hal yang
mutlak dilakukan perawat dalam melakukan pengkajian keperawatan.
Pengumpulan data dapat dilihat dari tipe dan karakteristik data.
Ada dua tipe data pada pengkajian yaitu data subjektif dan data obiektif
1) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi

Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan ternasuk persepsi klien,


perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Misalnya, penjelasan klien
tentang nyeri, lemah, frustrasi, mual, arau malu. Data yang diperoleh dari
sumber lainnya, seperti dari keluarga, konsultan, dan profesi kesehatin
lainnya juga dapat dikategorikan sebagai data subjektif jika didasarkan pada
pendapat klien

2) Data Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat .
Data ini diperoleh melalui kepekaan perawat. selama melakukan pemeriksaan
fisik melalui 2S (right, smelly dan HT (hearing, touchltaste), Yang termasuk
data objektif adalah frekuensi pernapasan, rekanan darah, adanya edema, dan
berat badan.

Fokus pengumpulan data meliputi:

(a). Riwayat status kesehatan sebelumnya dan saat ini.

(b). Pola koping yang pernah digunakan dan yang saat ini digunakan.

(c ).Fungsi status sebelumnya dan saat ini.

(d). Respons terhadap terapi medis dan intervensi keperawatan.

(e). Risiko untuk masalah potensial.

(f). Hal-hal yang dapat menjadi dorongan atau kekuatan bagi klien
Karakteristik Data

Data yang dikumpulkan untuk menunjang diagnosis keperawatan harus


mempunyai karakteristik yang lengkap, akuat dan nyata, serta relevan.
Penjelasan mengenai karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut.

1) Lengkap

Seluruh data sangat diperlukan untuk mengidentifikasi masalah


keperawatan klien. Oleh karena itu data yang terkumpul kurus lengkap
agar dapat membantu perawat untuk mengatasi masalah klien,

Misalnya klien menolak untuk makan dan hal ini sudah terjadi selama
dua hari, Perawat harus mengkaji lebihi dalam mengenai masalah klien
tersebut dengan menanyakan apakah klien memang sengaja tidak makan
atau apakah klien sedang tidak menmpunyai nafsu makan. Selain itu,
perhatikan dan kaji lebih dalam apakah klien mengalami perubahan pola
makan atau apakah klien mengalami hal-hal yang patologis, setelah itu,
amati respons klien tersebut.

2) Akurat dan Nyata

Pada proses pengumpulan data perawat mungkin saja melakukan


kesalahan dalam menafsirkan data. Untuk mencegah hal itu terjadi,
perawat harus berpikir secara akurat (tepat) dan menampilan data- dara
yang nyata untuk membuktikan kebenaran data dari apa yang relah
didengar, dilihat, diamati, dan diukur serta memvalidasi semua data yang
meragukan. Jika pesawar merasa kurang jelas atau kurang mengerti
terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi
dengan perawat yang lebih mengerti.

Pada proses pendokumentasian keperawatan, perawat harus menguraikan


perilaku klien dan bukan memperkirakan atau menginterpretasikan
perilaku klien (Taylor et al., 1988), Misalnya pada saat observasi rerlihar
bahwa klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan bantal.
Perawat berusaha untuk mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu
diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama schari klien tidak
mau makan makanan yang diberikan. Tika pada saat pendokumentasian
perawat menuliskan bahwa klien depresi berat, maka perawat telah
melakukan perkiraan dari perilaku klien dan bukan menuliskan data yang
aktual. Catatan perilaku klien vang akurat dan nyata akan memudahkan
tim pelayanan kesehatan untuk mencari penyebah perilaku klien tersebut.

3) Relevan ,

Pendokumentasian data yang komprehensif harus mengumpulkan banyak


data sehingga akan m engambil waktuyang diperlukan perawat untuk
mengidentifikasi data-data tersebut. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan
melakukan pendokumentasian data fokus yang relevan dan sesuaj denean
masalah klien padesituasi khusus sehingga akan didapatkan data yang
komprehensif namun cukup singkat dan jelas

b) Wawancara dan observasi

Digunakan untuk menggali masalah atau data dasar yang lengkap dan
akurat agar dapat membantu memfokuskan perhatian selama pemeriksaan fisik
pada sistem tubuh atau gejala tertentu. Penting bagi perawat melakukan
pertanyaan- pertanyaan yang mengarah pada permasalahan yang paling aktual
dikeluhkan klien.

c) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : Amati dengan cermat penampilan pasien, perilaku, dan gerakan
seperti ekspresi wajah, suasana hati, perawakan dan kondisi tubuh, kondisi
kulit misalnya petekia atau ekimosis, gerakan mata, warna faring, simetri
toraks, ketinggian denyut vena jugularis, kontur abdomen, edema ekstremitas
bawah, dan ayunan langkah.
2) Palpasi : Tekanan taktil dari jari tangan atau bantalan jari tangan untuk
menilai bagian-bagian elevasi kulit, depresi, kehangatan, atau nyeri tekan,
kelenjar limfe, pulsasi, kontur dan ukuran organ dan massa, dan krepitus
sendi.
3) Perkusi : Gunakan jari pengetuk (plexor finger), biasanya jari ketign untuk
memberikan ketukan atau pukulan cepat teri pleximeter, biasanya jari ketiga
distal tangan kiri ya diletakkan di atas permukaan dada atau abdomen, untuk
memicu gelombang suara misalnya sonor atau redup jaringan atau organ di
bawahnya. Gelombang suara ini juga menghasilkan getaran taktil terhadap jari
pleximeter.
4) Auskultasi : Gunakan bagian diafragma dan bel pada stetoskop untuk Perkusi
mendeteksi karakteristik bunyi jantung, paru, dan intestinal, termasuk lokasi,
waktu, durasi, nada, dan intensitas. Untuk jantung, ini mencakup bunyi dari
penutupan keempat katup dan aliran ke dalam ventrikel serta murmur (bising
jantung). Auskultasi juga memungkinkan kita mendeteksi bruit atau turbulensi
di atas pembuluh arteri. ( Lynn S. Bickley, 2017)

E. Penyajian Data

1. Narasi, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengkajian disajikan dalam bentuk
uraian, Untuk data yang disajikan dalarn bentuk narasi adalah data pengkajian dan
diagnosis keperawatan.

2. Tabel, digunakan untuk menjelaskan hasil yang menggunakan angka- angka atau
kalimat agar lebih mudah dipahami. Adapun data yang disajikan dalam bentuk tabel
antara lain: analisa data. intervensi. implementasi, dan evaluasi.

F. Prinsip Etik Prinsip

Etika yang digunakan penulis dalam membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan
fokus tindakan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok / keluarga dan masyarakat, yaitu:

1. Otonomi (Autonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Penulis menggunakan
prinsip ini untuk memberikan hak kepada pasien dalam meberikan keputusan sendiri
untuk ikut serta sebagai sasaran asuhan penulis.

2. Beneficience (Berbuat Baik)

Prinsip ini menuntut penulis untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan. Penulis menggunakan prinsip ini sebagai perawat
untuk memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik.

3. Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat hekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil didalam dokumentasi
asuhan keperawatan sesuai dengan. hukum dan standart praktik keperawatan.

4. Nonmaleficince (Tidak Merugikan)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Penulis akan sangat memperhatikan kondisi lansia agar tidak menimbulkan bahaya atau
cidera fisik pada saat dilakukan tindakan keperawatan

5. Veracity (Kejajuran)

Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat nam harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan
agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Penulis akan menggunakan kebenaran yang merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. lansia memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan inforniasi yang
ia ingin tahu dari penulis

6. Fidetity (Menepati Janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah


penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
penulis harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain

7. Confidentiality (Kerahasiaan)

Penulis akan menjaga informasi tentang lansia Dokumentasi tentang keadaan kesehatan
lansia hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan lansia.
Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitasi)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Penulis menggunakan prinsip
ini untuk memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan yang
telah diberikan oleh penulis kepada pasien.
LAMPIRAN SOP

Gangguan Mobilitas Fisik

Dukungan Mobilisasi Dukungan Ambulasi


Observasi Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan Monitor frekuensi jantung ambulasi
dan tekanan darah sebelum memulai 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
mobilisasi darah sebelum memulai ambulasi
3. Monitor kondisi umum selama 4. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi melakukan ambulasi
Terapeutik Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu (mis. pagar tempat tidur) alat bantu (mis. tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
perlu jika perlu
3. Libatkan keiuarga untuk membantu 3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pasien dalam meningkatkan ambulasi
pergerakan Edukasi
Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
mobilisasi Ajarkan ambulasi sederhana yang
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini harus dilakukan (mis. berjalan dari
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang temapt tidur ke kursi roda, berjalan
harus dilakukan (mis. duduk di tempat dari tempat tidur ke kamar mandi,
tidur, duduk di sisi tempat tidur, berjalan sesuai toleransi)
pindah dari tempat tidur ke kursi)
Gangguan Pola Tidur

Dukungan Tidur Edukasi Aktivitas


Observasi Observasi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur menerima informasi
(fisik dan/atau psikologis) Terapeutik
3. Identifikasi makanan dan minuman 1. Sediakan materi dan media
yang mengganggu tidur (mis. kopi, pengaturan aktivitas dan istirahat
teh, alkohol, makan mendekati waktu 2. Jadwalkan pemberian pendidikan
tidur, minum banyak air sebelum kesehatan sesuai kesepakatan
tidur) 3. Berikan kesempatan kepada pasien
4. Identifikasi obat tidur yang dan keluarga untuk bertanya
dikonsumsi Edukasi
1. Jelaskan pentingnya melakukan
Terapeutik
aktivitas fisik / olahraga secara rutin
1. Modifikasi lingkungan (mis.
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
pencahayaan, kebisingan, suhu,
kelompok, aktivitas bermain atau
matras, dan tempat tidur)
aktivitas lainnya
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
Fasilitasi menghilangkan stres
dan istirahat Ajarkan cara
sebelum tidur - Tetapkan jadwal tidur
mengidentifikasi kebutuhan istirahat
rutin
(mis. kelelahan, sesak napas saat
3. Lakukan prosedur untuk
aktivitas)
meningkatkan kenyamanan (mis. pijat,
4. Ajarkan cara mengidentifikasi target
pengaturan posisi, terapi akupresur)
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga

Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur Anjurkan
menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
2. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja) Ajarkan
relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

Intoleransi Aktivitas

Terapi Aktivitas Manajemen Energi


Cbservasi Observasi
1. identifikasi defisit tingkat aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
2. identifikasi kemampuan berpartisipasi yang mengakibatkan kelelahan
dalam aktivitas tertentu 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. identifikasi sumber daya untuk aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
yang diinginkan 4. Monitor lakasi dan ketidaknyamanan
4. identifikasi strategi meningkatkan selama melakukan aktivitas
partisipasi dalam aktivitas Terapeutik
5. identifikasi makna aktivitas rutin (mis. 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
bekerja) dan waktu luang Monitor rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
respons emosional, fisik, sosial, dan kunjungan)
spiritual terhadap aktivitas 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Terapeutik 3. Berikan aktivitas distraksi yang
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, menenangkan
bukan defisit yang dialami 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
2. Sepakati komitmen untuk jika tidak dapat berpindah atau berialan
meningkatkan frekuensi dan rentang Edukasi
aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten bertahap
sesuai kemampuan fisik, psikologis, 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
dan sosial tanda dan gejala kelelahan tidak
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas berkurang
sesuai usia 4. Ajarkan strategi koping untuk
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih mengurangi kelelahan Kolaborasi
6. fasilitasi transportasi untuk menghadiri Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
aktivitas, jika sesuai cara meningkatkan asupan makanan.
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam Kolaborasi
menyesuaikan lingkungan untuk 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
mengakomodasi aktivitas yang dipilih cara meningkatkan asupan makanan
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulasi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi,
atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesual
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
14. Libatkan dalam permainan kelompok
yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. vocal
group, bola vol, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permainan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki
dan kartu)
16. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
17. Fasilitasi mengembangkan motivasi
dan penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
20. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, ika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan tertibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai

Keletihan

Edukasi Aktivitas Manajemen Energi


Observasi Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
menerima informasi yang mengakibatkan kelelahan
Terapeutik 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Sediakan materi dan media pengaturan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas dan istirahat 4. Monitor lakasi dan ketidaknyamanan
2. Jadwalkan pemberian pendidikan selama melakukan aktivitas
kesehatan sesuai kesepakatan Terapeutik
3. Berikan kesempatan kepada pasien dan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
keluarga untuk bertanya rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
Edukasi kunjungan)
1. Jelaskan pentingnya melakukan 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
aktivitas fisik / olahraga secara rutin dan/atau aktif
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas 3. Berikan aktivitas distraksi yang
kelompok, aktivitas bermain atau menenangkan
aktivitas lainnya 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas jika tidak dapat berpindah atau berialan
dan istirahat Ajarkan cara Edukasi
mengidentifikasi kebutuhan istirahat 1. Anjurkan tirah baring
(mis. kelelahan, sesak napas saat 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
aktivitas) bertahap
4. Ajarkan cara mengidentifikasi target 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

Kesiapan Peningkatan Tidur


Dukungan Tidur Edukasi Aktivitas
Observasi Observasi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Identifikasi kesiapan dan
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur kemampuan menerima informasi
(fisik dan/atau psikologis) Terapeutik
3. Identifikasi makanan dan minuman 1. Sediakan materi dan media
yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh, pengaturan aktivitas dan istirahat
alkohol, makan mendekati waktu tidur, 2. Jadwalkan pemberian pendidikan
minum banyak air sebelum tidur) kesehatan sesuai kesepakatan
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi 3. Berikan kesempatan kepada pasien
Terapeutik dan keluarga untuk bertanya
1. Modifikasi lingkungan (mis. Edukasi
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, 1. Jelaskan pentingnya melakukan
dan tempat tidur) aktivitas fisik / olahraga secara rutin
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum kelompok, aktivitas bermain atau
tidur - Tetapkan jadwal tidur rutin aktivitas lainnya
3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan 3. Anjurkan menyusun jadwal
kenyamanan (mis. pijat, pengaturan aktivitas dan istirahat Ajarkan cara
posisi, terapi akupresur) Sesuaikan mengidentifikasi kebutuhan
jadwal pemberian obat dan/atau istirahat (mis. kelelahan, sesak
tindakan untuk menunjang siklus tidur- napas saat aktivitas)
terjaga 4. Ajarkan cara mengidentifikasi
Edukasi target dan jenis aktivitas sesuai
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama kemampuan
sakit Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur
2. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja) Ajarkan
relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

Resiko Intoleransi Aktivitas

Terapi Aktivitas Manajemen Energi


Cbservasi Observasi
1. identifikasi defisit tingkat aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
2. identifikasi kemampuan berpartisipasi yang mengakibatkan kelelahan
dalam aktivitas tertentu 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. identifikasi sumber daya untuk aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
yang diinginkan 4. Monitor lakasi dan ketidaknyamanan
4. identifikasi strategi meningkatkan selama melakukan aktivitas
partisipasi dalam aktivitas 5. Terapeutik
5. identifikasi makna aktivitas rutin (mis. 6. Sediakan lingkungan nyaman dan
bekerja) dan waktu luang Monitor rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
respons emosional, fisik, sosial, dan kunjungan)
spiritual terhadap aktivitas 7. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Terapeutik 8. Berikan aktivitas distraksi yang
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, menenangkan
bukan defisit yang dialami 9. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
2. Sepakati komitmen untuk jika tidak dapat berpindah atau berialan
meningkatkan frekuensi dan rentang Edukasi
aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten bertahap
sesuai kemampuan fisik, psikologis, 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
dan sosial tanda dan gejala kelelahan tidak
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas berkurang
sesuai usia 4. Ajarkan strategi koping untuk
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih mengurangi kelelahan Kolaborasi
6. fasilitasi transportasi untuk menghadiri Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
aktivitas, jika sesuai cara meningkatkan asupan makanan.
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam Kolaborasi
menyesuaikan lingkungan untuk 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
mengakomodasi aktivitas yang dipilih cara meningkatkan asupan makanan
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulasi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi,
atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesual
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
14. Libatkan dalam permainan kelompok
yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. vocal
group, bola vol, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permainan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki
dan kartu)
16. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
17. Fasilitasi mengembangkan motivasi
dan penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
20. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
21. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, ika perlu
22. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
23. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
24. Anjurkan tertibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Bickley, S Lynn. 2017. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 11. Jakarta :
EGC
Kozier, Erb, Berman & Synder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik (7 ed., Vol.2). Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi
4 Volume 1. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

DATA PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA SUBJEK ASUHAN

A. Biodata

Nama :Ny. W

Umur :56 Tahun

Jenis kelamin :Perempuan

Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Petani

Tgl masuk RS :25 Februari 2020

Dx. Medis :SNH

Alamat :Labuhan Meringgai

No RM :160969

B. Riwayat Kesehatan

Pasien masuk melalui IGD, masuk ke ruangan pada tanggal : 25 Februari 2020 pukul 23.00
WIB, diantar oleh keluarga, masuk dengan menggunakan brangkar, kesadaran apatis,
GCS (13) : E 4, M 5, V 4 .
TD : 160/100 MmHg, N :87x/menit, RR : 23x/menit, S : 37ºC

Penilaian resiko jatuh

No Pengkajian Skala Interpretasi


1 Riwayat jatuh yang baru atau < 3 bulan tidak 0
terakhir
2 Diagnose medis sekunder >1 Tidak 0

3 Alat bantu jalan A 0


a. Bedrest dibantu perawat
b. Penopang/tongkat/walker
c. Berpegangan pada benda sekitar
4 Apakah pasien menggunakan infuse Ya 20 Resiko tinggi
5 Gaya berjalan / pindah A 0
a. Normal / bedrest / immobile tidak
dapat bergerak sendiri
b. Lemah tidak bertenaga
c. Gangguan / tidak normal
( pincang/diseret)

6 Status mental B 15
a. Sadar penuh / komposmentis
b. Kesadaran menurun
Jumlah score 60

1. Keluhan Utama
Kelemahan fisik

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Masuk ke ruangan pada tanggal 25 Februari2020, pukul 23.00 WIB. Diantar oleh
keluarganya, masuk dengan menggunakan brangkar, pasien datang dengan keluhan susah
menggerakkan tangan dan kaki sebelah kiri dengan kesadaran apatis. GCS E : 4, M :5,
V : 4. Tanda tanda vital saat masuk TD : 160/100 mmHg, Nadi : 87x/menit, RR :
23x/menit, S : 37ºC

3. Riwayat Penyakit Terdahulu

pasien mengatakan menderita hipertensi sejak umur 28Tahun. Pada tahun 2019 bulan
September pasien masuk puskesmas dengan keluhan yang sama yaitu kelemahan tangan
dan kaki sebelah kiri.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan dalam keluarga ada yang mengalami hipertensi yaitu ayah pasien.
tetapi tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien yaitu
penyakit stroke.

5. Genogram

C. ANAMNESIS PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


1. Pola manajemen kesehatan− persepsi kesehatan
a) Kondisi kesehatan umum pasien
Pasien tampak sakit sedang

b) Upaya menjaga /meningkatkan status kesehatanyang selama ini dilakukan


pasien selama sehat jarang berolahraga, pasien melakukan aktivitas fisik seperti
bertani, pasien tidak merokok, jika mengalami tekanan/masalah, cara
melampiaskan stress dengan baik, tapi terkadang marah marah, tetapi tidak
membanting banting barang.

c) Upaya perlindungan kesehatan yang dilakukan pasien


pasien melakukan medical check up dan kunjungan ke faskes kadang kadang,
pasien memiliku jaminan kesehatan, yaitu BPJS

d) Upaya pemeriksaan kesehatan mandiri


pasien tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara mandiri

e) Riwayat medis, hospitalisasi & pembedahan


pasien sebelumnya pernah di rawat di Puskesmas dengan penyakit dan keluhan
yang sama pada bulan September tahun 2019. Pasien tidak pernah menjalani
operasi.

f) Obat, jamu, herbal atau terapi lain yang dijalani sebelum masuk RS
pasien tidak meminum obat / jamu/ herbal atau terapi lain untuk menyembuhkan
penyakitnya.

D. Pengkajian Pola Aktivitas Dan Istirahat

DIRUMAH DI RUMAH SAKIT


(Makan) (Makan)
1. Nutrisi Pasien mengatakan makanan utama Keluarga mengatakan Bentuk makanan
nasi putih, frekuensi makanan yang diberikan : Bubur
utama dan pelengkapnya : 3x/hari, Cara pemberian : oral
konsumsi sayur kadang kadang, Frekuensi pemberian : 3x/hari
olahan sayur yang sering tumis, Kemampuan makan : dengan bantuan
konsumsi lauk kadang kadang, keluarga
Porsi yang dihabiskan dari makanan
(Minum) yang disediakan : ¼ porsi.
Pasien mengatakan dalam satu hari pasien mengatakan selama makan saat
minum 4 sampai 5 kali mengunyah serasa makanan yang
dikunyah menumpuk dimulutbagian
kiri, disebabkan karena mulut pasien
mengot ke kiri
Alasan pasien tidak menghabiskan
makan : susah menelan, mengunyah
mual

(Minum)
Keluarga mengatakan pasien minum 2
sampai 2 ½ gelas sehari,
jenis minuman : air putih

Eliminasi Pasien mengatakan Frekuensi buang Pasien mengatakan buang air kecil
air kecil dalam 24 jam : ±3x /hari, menggunakan pampers karena sulit
warna kuning jernih dan bau untuk ke kamar mandi. Dalam 24 jam
normal. Sedangkan, untuk frekuensi mengganti pampers 2 kali dalam sehari
buang air besar dalam satu hari 1 dengan keadaan sudah penuh, biasanya
kali dengan konsistensi sedikit pampers penuh dengan 2 sampai 3 kali
lembek, buang air kecil.
Pasien bab 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi lembek
Istirahat Pasien mengatakan ketika dirumah Pasien mengatakan selama di RS
dan Tidur istirahat tidur 6 jam pada malam istirahat tidur ±8 jam sehari, 6 jam
hari, siang hari jarang sekali tidur. tidur malam, tidur siang ±2 jam
Pola Pasien mengatakan ketika berada pasien mengatakan sejak dirawat
Aktivitas dirumah tidak melakukan aktivitas dirumah sakit aktivitasnya terbatas
Fisik yang terlalu berat. karena lemas ,tangan dan kaki sebelah
Pasien sehari hari hanya bekerja kiri susah untuk digerakkan.
sebagai petani, pasien mengatakan Keluarga mengatakan aktivitas pasien
bisa melakukan aktivitasnya secara dibantu seperti makan, minum, mandi
mandiri, seperti mandi, makan, dll. dll
Personal Pasien mengatakan ketika dirumah Pasien mengatakan ketika di rumah
Hygiene mandi 2x sehari, menggosok gigi 2 sakit klien dibantu oleh keluarga
kali sehari dan mampu melakukan dengan di lap tubuhnya dengan
secara mandiri menggunakan air hangat/ dingin.

Pengkajian psikososial

Status emosi Pasien tampak tenang, terkadang mengeluh lemas dan mual
Persepsi Kognitif a) Gambaran tentang indera khusus
penurunan tajam penglihatan, penurunan tajam penciuman,
pasien tidak menggunakan alat bantu dengar
b) Kognitif
Tingkat pendidikan terkhir SMA, pasien mampu mengingat
jangka pendek, mampu mengingat jangka panjang

Konsep diri − Perspsi Keadanaan social


diri penghasilan cukup untuk kebutuhan sehari hari, situasi
keluarga baik

Hubungan peran a) Gambaran tentang peran


peran klien dalam keluarga sebagai istri, ibu dan juga nenek.
Peran klien dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat,
peran klien dalam pekerjaan sebagai petani,

b) Pola hubungan
Hubungan dengan keluarga baik, hubungan dengan masyaraat ,
pekerjaan, petugas kesehatan baik.

Reproduktif – Pasien sudah mengalami menopause


seksualitas

Toleransi terhadap Pasien tidak pernah mengalami masalah sampai membuatnya


stress − koping stress, pasien merasa sedih dikarenakan penyakitnya ini, pasien
hanya bisa berdoa untuk menghilangkan kesedihannya

Keyakinan – Nilai Pasien bersuku jawa, menurut pasien hidup itu untuk beribadah,
menurut pasien pendekatan agama itu penting dalam
penyembuhan penyakitnya.

E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Keasadaran apatis
3. TD :160/100 MmHg, N : 87x/m, RR : 23x/m, S : 37ºC
4. Head To Toe
a. Kepala : Bentuk kepala simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada tumor ,
rambut kepala berwarna putih, tidak ada nyeri tekan
b. Mata : Simetris, seklera ikterik, konjungtiva ananemis
c. Wajah : Bentuk wajah tidak simetris, sedikit mengot ke kiri, tampak keriput
d. Hidung : Bentuk pesek, tidak ada polip, tidak terdapat secret, fungsi
penciuman baik
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak menggunakan alat bantu
dengar, fungsi pendengaran kurang baik
f. Mulut : Bibir kering, tidak ada pendarahan pada gusi dan lidah, bibir sedikit
mengot ke kiri
g. Leher : Tidak ada penonjolan vena jugularis
h. Dada thoraks :
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan, tidak
tampak iktus cordis,

Perkusi : terdengar suara sonor diseluruh lapang paru

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : tidak terdengar bunyi suara nafas tembahan, bunyi nafas vesikuler,
tidak ada bunyi jantung tambahan

i. Abdomen :

Inspeksi : bentuk bulat, simetris, tidak ada lesi dan luka

Ausultasi : bising usus 13x/menit

Perkusi : timpani

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

j. Punggung dan tulang belakang : tidak ada kelainan


k. Genetalia dan rectum : pasien terpasang pampers
l. Ekstremitas atas &bawah :

5 3
5 3

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hb 14,2 Gr/dL 12 – 16
Eritrosit 4,7 Juta/ µl 3,8 − 5,2
Hematokrit 38% % 35 − 47
Leukosit 8.500 /µl 5000 − 10000
Trombosit 206.000 /µl 150.000 − 400.000
GDS 134 Mg/dL <140

G. Terapi medis
Nama obat Dosis Cara Waktu pemberian Indikasi
pemberia
n
Omz 40 mg Inj 2x1 Ulkus duodenum,
ulkusgaster, reflux
disease, ulkus
peptikum

Amlodipin 5 mg oral 1x1 Hipertensi, angina


stabil kronik.
vasospastik
Sucralfat 1 gr oral 3x1 Ulkus gaster, ulkus
duodenum, gastritis
Citicolin 500mg inj 2x1 Penyakit
serebrospinal
kronik, stroke
iskemik,
kehilangan
kesadaran akibat
kerusakan otak
Cilostazol 50mg oral 2x1 Klaudikasio
intermiten

mecobalamin 500 mg Oral 2x1 Neuropati perifer,

H. Analisa data

no Data Diagnose
1 Ds :
a. pasien mengatakan lemas
pada kaki dan tangan bagian Gangguan mobilitasi fisik b.d gangguan
kiri neuromuscular
b. Pasien mengatakan aktifitas
dibantu

Do :
 kekuatan otot
5 3
5 3
 ADL pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
2 Ds : pasien mengatakan belum
terlalu mengetahui tentang penyakit
stroke Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar
informasi
Do :
 pasien hanya tau bahwa
stroke itu disebabkan karena
tekanan darah tinggi

 Pasien takut untuk latihan


rom / latihan menggerakkan
tangan dan kakinya akan
memperparah penyakitnya

3 Ds : pasien mengatakan sulit


menelan Gangguan menelan b.d gangguan saraf
kranialis
Do : makanan tertinggal di rongga
mulut
 Pasien menghabiskan
makanannya ¼ porsi dari
yang disediakan

I. Diagnose keperawatan
1. Gangguan mobilitasi fisik b.d gangguan neuromuscular
2. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Gangguan menelan b.d gangguan saraf kranialis
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Gangguan Setelah dilakukan 1.Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik intervensi keperawatan Observasi
b.d gangguan selama 3x8 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
neuromuskuar diharapkan mobilitas 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
fisik meningkat dengan 3. Monitor tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
KH: 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
1. Pergerakan Terapeutik
ekstermitas 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur)
meningkat 6. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
2. Kekuatan otot 7. Libatkan keiuarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
meningkat Edukasi
3. Rentang gerak 8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
(ROM) 9. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
meningkat 10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat
4. Kecemasan tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
menurun
5. Kaku sendi
menurun
6. Gerakan tidak
terkoordinasi
menurun
7. Gerakan terbatas
menurun
8. Kelemahan fisik
menurun

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Kesehatan


Deficit
3 x 8 jam diharapkan tingkat pengetahuan Observasi
pengetahuan
meningkat dengan KH: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b.d kurang
1. Merbalisasi kemauan 2. Identifikasi factor yang dapat meningkatkan dan
terpapar
2. Memenuhi program menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
informasi
3. Perawatan atau pengobatan meningkat Terapeutik
4. Penyakit masalah kesehatan menurun 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
5. Perilaku menjalankan anjuran 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepaatan
membaik 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dpat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Gangguan Setelah dilakukan 1.dukungan perawatan diri: makan dan minum
menelan b.d intervensi keperawatan Observasi
gangguan saraf selama 3x8 jam 1. Identifikasi diet yang dianjurkan
kranialis diharapkan status 2. Monitor kemampuan
menelan membaik Terapeutik
dengan KH: 1. Ciptakan lingkungan yang menyanangkan selama makan
1. Reflek menelan 2. Atur posisi yang nyaman untuk makan dan minum
meningat 3. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Kemampuan 4. Sediakan sedotan untuk minum , sesuai kebutuhan
mengunyah 5. Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan
meningkat 6. Berikan bantuan saat makan dan minum
3. Usaha menelan Kolaborasi
meningkat Kolaborasi pemberian obat (mis: analgesic, antiemetic)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu Diagnose Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi Paraf


keperawatan
26−02−202 Gangguan Observasi DS :
0 mobilitas fisik  pasien mengatakan lemas pada kaki
a. Mengidentifikasi adanya
dan tangan bagian kiri
08.10 nyeri atau keluhan fisik  Pasien mengatakan aktifitas dibantu
lainnya
DO :
b. Mengidentifikasi toleransi
08.15  Pergerakan ekstermitas belum
fisik melakukan pergerakan
c. Memonitor tekanan darah meningkat
08.20  Kekuatan otot belum meningkat
sebelum memulai
mobilisasi Kekuatan otot
d. Memonitor kondisi umum 5 3
08.28 selama melakukan 5 3
mobilisasi Tanda Tanda Vital :
Terapeutik TD: 160/90 mmHg
N :84x/menit
e. Memfasilitasi aktivitas RR : 24x/menit
08.30
mobilisasi dengan alat S :36,4 ºC
bantu (mis. pagar tempat ADL pasien dibantu oleh keluarga dan
tidur) perawat
f. Melibatkan keiuarga untuk
08.35 A : Gangguan mobilitas fisik
membantu pasien dalam
P : Lanjutan intervensi
meningkatkan pergerakan
 Identifikasi adanya nyeri atau
Edukasi keluhan fisik lainnya
g. Menjelaskan tujuan dan  Identifikasi toleransi fisik
08.37 melakukan pergerakan
prosedur mobilisasi  Monitor frekuensi jantung dan
h. Menganjurkan melakukan tekanan darah sebelum memulai
08.45 mobilisasi
mobilisasi dini  Monitor kondisi umum selama
i. Mengajarkan mobilisasi melakukan mobilisasi
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
sederhana yang harus alat bantu (mis. pagar tempat tidur)
09.20  Fasilitasi melakukan pergerakan,
dilakukan (mis. duduk di
jika perlu
tempat tidur, duduk di sisi
 Libatkan keiuarga untuk membantu
tempat tidur, pindah dari pasien dalam meningkatkan
pergerakan
tempat tidur ke kursi)
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

26−02−202 Deficit Observasi DS :


0 pengetahuan  pasien mengatakan tau faktor
a. Mengidentifikasi kesiapan
09. 25 penyebab stroke
dan kemampuan menerima  Pasien mengatakan tau manfaat
ROM
informasi
 Pasien mengatakan tau cara
Terapeutik mencegah stroke
b. Menyediakan materi dan
09.35
media pendidikan kesehatan Do :
c. Menjadwalan pendidikan  Pasien bisa menyebutkan
09.45 penyebab stroke
kesehatan sesuai kesepaatan
d. Memberikan kesempatan  Pasien mau untuk latihan rom /
09.50 latihan menggerakkan tangan
untuk bertanya dan kakinya
Edukasi  Pasien bisa menyebutkan hal hal
yang mencegah stroke
e. Menjelaskan factor resiko A:
09.55 Deficit pengetahuan
yang dapat mempengaruhi
kesehatan P : Lanjutan intervensi
10.15  Identifikasi kesiapan dan
f. Mengajarkan perilaku hidup
kemampuan menerima informasi
bersih dan sehat
 Sediakan materi dan media
10.20
g. Mengajarkan strategi yang pendidikan kesehatan
dapat digunakan untuk  Jadwalan pendidikan kesehatan
meningkatkan perilaku sesuai kesepaatan
hidup bersih dan sehat  Berikan kesempatan untuk bertanya
 Jelaskan factor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dpat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
26−02−202 Gangguan Observasi DS : Pasien mengatakan sulit menelan
0 menelan makanan
a. Mengidentifikasi diet yang
10.25 Pasien mengatakan masih sulit
dianjurkan mengunyah makanan
Pasien mengatakan masih mual ketika
b. Memonitor kemampuan
10.28 makan
Terapeutik
DO :
c. Memciptakan lingkungan
10.35  Makanan tertinggal di rongga mulut
yang menyanangkan  Pasien menghabiskan makanannya
selama makan ¼ porsi dari yang disediakan
 Reflek menelan belum meningat
d. Mengatur posisi yang  Kemampuan mengunyah belum
10.37 meningkat
nyaman untuk makan dan
minum A : Gangguan menelan
P : Lanjutan intervensi
e. Melakukan oral hygiene
 Identifikasi diet yang dianjurkan
sebelum makan, jika perlu  Monitor kemampuan
10.45  Ciptakan lingkungan yang
f. Menyediakan sedotan untuk
menyanangkan selama makan
minum , sesuai kebutuhan  Atur posisi yang nyaman untuk
10.55 makan dan minum
g. Menyiapkan makana
 Lakukan oral hygiene sebelum
dengan suhu yang makan, jika perlu
11.15  Sediakan sedotan untuk minum ,
meningkatkan nafsu makan
sesuai kebutuhan
h. Memberikan bantuan saat
 Siapkan makana dengan suhu
makan dan minum yang meningkatkan nafsu makan
11. 40
 Berikan bantuan saat makan dan
Kolaborasi
minum
i. Mengkolaborasi pemberian  Kolaborasi pemberian obat (mis:
obat (mis: analgesic, analgesic, antiemetic)
antiemetic)

Waktu Diagnose Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi Paraf


keperawatan
27−02−202 Gangguan Observasi DS :
0 mobilitas fisik a. Mengidentifikasi adanya nyeri atau  pasien mengatakan lemas
keluhan fisik lainnya pada kaki dan tangan
08.10 bagian kiri
b. Mengidentifikasi toleransi fisik
 Pasien mengatakan
melakukan pergerakan
aktifitas dibantu
08.15 c. Memonitor tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi DO :
d. Memonitor kondisi umum selama  Pergerakan ekstermitas
08.20 melakukan mobilisasi
belum meningkat
Terapeutik
e. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi  Kekuatan otot belum
08.28
dengan alat bantu (mis. pagar tempat meningkat
tidur)
Kekuatan otot
f. Melibatkan keiuarga untuk membantu
08.30 pasien dalam meningkatkan 5 3
pergerakan 5 3
Edukasi
08.35
g. Menjalaskan tujuan dan prosedur Tanda Tanda Vital :
mobilisasi TD: 140/90 mmHg
h. Menganjurkan melakukan mobilisasi N :79x/menit
dini RR : 21x/menit
i. Mengajarkan mobilisasi sederhana S :36,6 ºC
08.37 yang harus dilakukan (mis. duduk di
ADL pasien dibantu oleh
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke keluarga dan perawat
kursi)
08.45 A : Gangguan mobilitas fisik

09.20 P : Lanjutan intervensi


 Identifikasi adanya nyeri
atau kelu han fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah
sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat
tidur)
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
 Libatkan keiuarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
27−02−202 Deficit Observasi DS :
0 pengetahuan a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan  pasien mengatakan
09. 25 menerima informasi tau faktor penyebab
Terapeutik stroke
b. Sediakan materi dan media pendidikan  Pasien mengatakan
kesehatan tau manfaat ROM
c. Jadwalan pendidikan kesehatan sesuai  Pasien mengatakan
09.35 kesepaatan tau cara mencegah
d. Berikan kesempatan untuk bertanya stroke
Edukasi
09.45 e. Jelaskan factor resiko yang dapat Do :
mempengaruhi kesehatan  Pasien bisa
f. Ajarkan perilaku hidup bersih dan menyebutkan
09.50 sehat penyebab stroke
g. Ajarkan strategi yang dpat digunakan  Pasien bisa
untuk meningkatkan perilaku hidup menyebutkan cara
09.55 bersih dan sehat mencegah stroke
 Pasien mau untuk
latihan rom / latihan
10.15 menggerakkan tangan
dan kakinya
A:
10.20 Deficit pengetahuan

P : Lanjutan intervensi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
 Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
 Jadwalan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepaatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
 Jelaskan factor resiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dpat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
27−02−202 Gangguan Observasi DS : Pasien mengatakan
0 menelan a. Identifikasi diet yang dianjurkan masih sulit menelan makanan
10.25 b. Monitor kemampuan
Terapeutik Pasien mengatakan masih
10.28 c. Ciptakan lingkungan yang sulit mengunyah makanan
menyanangkan selama makan
d. Atur posisi yang nyaman untuk makan Pasien mengataan sudah
10.35 dan minum tidak mual lagi ketika
e. Lakukan oral hygiene sebelum makan, makanan.
10.37 jika perlu
f. Sediakan sedotan untuk minum , DO :
sesuai kebutuhan  Makanan tertinggal di
g. Siapkan makana dengan suhu yang rongga mulut
meningkatkan nafsu makan  Pasien menghabiskan
h. Berikan bantuan saat makan dan makanannya ¼ porsi dari
10.45 minum yang disediakan
Kolaborasi  Reflek menelan belum
i. Kolaborasi pemberian obat meningat
10.55  Kemampuan mengunyah
belum meningkat

A : Gangguan menelan
11.15 P : Lanjutan intervensi
 Identifikasi diet yang
dianjurkan
 Monitor kemampuan
11. 40  Ciptakan lingkungan
yang menyanangkan
selama makan
 Atur posisi yang
nyaman untuk makan
dan minum
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Sediakan sedotan
untuk minum , sesuai
kebutuhan
 Siapkan makana
dengan suhu yang
meningkatkan nafsu
makan
 Berikan bantuan saat
makan dan minum
 Kolaborasi pemberian
obat (mis: analgesic,
antiemetic)
Waktu Diagnose Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi Paraf
keperawatan
28−02−202 Gangguan Observasi DS :
0 mobilitas fisik  pasien mengatakan
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
lemas pada kaki dan
08.10 fisik lainnya tangan bagian kiri, tetapi
tangan bagian kiri sudah
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan
tidak terlalu berat untuk
08.15 pergerakan digerakkan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan  Pasien mengatakan
aktifitas dibantu
08.20 darah sebelum memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama DO :
 Pergerakan ekstermitas
08.28 melakukan mobilisasi meningkat
Terapeutik  Kekuatan otot meningkat
e. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan pada tangan bagian kiri

alat bantu (mis. pagar tempat tidur) Kekuatan otot


08.30
f. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
5 4
perlu 5 3
08.35
g. Libatkan keiuarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan Tanda Tanda Vital :
08.35 Edukasi TD: 140/90 mmHg
N :82x/menit
h. Jelaskan tujuan dan prosedur RR : 26x/menit
mobilisasi S :36,8 ºC
08.37
i. Anjurkan melakukan mobilisasi dini ADL pasien dibantu oleh
j. Ajarkan mobilisasi sederhana yang keluarga dan perawat
harus dilakukan (mis. duduk di tempat
08.45 A : Gangguan mobilitas fisik
tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah
09.20 P : Lanjutan intervensi
dari tempat tidur ke kursi)
 Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
 Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
 Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi
 Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar
tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
 Libatkan keiuarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk
di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
28−02−202 Deficit Observasi DS :
0 pengetahuan  pasien mengatakan
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
09. 25 tau faktor penyebab
menerima informasi stroke
Terapeutik  Pasien mengatakan
tau manfaat ROM
b. Sediakan materi dan media pendidikan  Pasien mengatakan
09.35 tau cara mencegah
kesehatan
stroke
c. Jadwalan pendidikan kesehatan sesuai
09.45 Do :
kesepaatan
 Pasien bisa
d. Berikan kesempatan untuk bertanya menyebutkan
09.50 penyebab stroke
Edukasi
 Pasien bisa
e. Jelaskan factor resiko yang dapat menyebutkan cara
09.55 mencegah stroke
mempengaruhi kesehatan
 Pasien mau untuk
f. Ajarkan perilaku hidup bersih dan latihan rom / latihan
10.15 menggerakkan
sehat
tangan dan kakinya
g. Ajarkan strategi yang dpat digunakan A:
10.20 untuk meningkatkan perilaku hidup Deficit pengetahuan
bersih dan sehat
P : Lanjutan intervensi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
 Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
 Jadwalan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepaatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
 Jelaskan factor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dpat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
28−02−202 Gangguan Observasi DS : Pasien mengatakan
0 menelan sudah mulai bisa menelan
a. Identifikasi diet yang dianjurkan
10.25 makanan
b. Monitor kemampuan
10.28 Pasien mengatakan sudah
Terapeutik
bisa mengunyah sedikit
c. Ciptakan lingkungan yang sedikit makanan
10.35
menyanangkan selama makan
10.37 d. Atur posisi yang nyaman untuk makan DO :
 Reflek menelan
dan minum
meningkat
e. Lakukan oral hygiene sebelum makan,  Kemampuan mengunyah
meningkat
jika perlu  Pasien menghabiskan
10.45 makanannya ½ porsi
f. Sediakan sedotan untuk minum , sesuai
dari yang disediakan
kebutuhan A : Gangguan menelan
10.55 P : Lanjutkan intervensi
g. Siapkan makana dengan suhu yang
 Identifikasi diet yang
meningkatkan nafsu makan dianjurkan
h. Berikan bantuan saat makan dan  Monitor kemampuan
11.15  Ciptakan lingkungan
minum yang menyanangkan
Kolaborasi selama makan
 Atur posisi yang
11. 40 i. Kolaborasi pemberian obat (mis: nyaman untuk makan
analgesic, antiemetic) dan minum
 Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Sediakan sedotan
untuk minum , sesuai
kebutuhan
 Siapkan makana
dengan suhu yang
meningkatkan nafsu
makan
 Berikan bantuan saat
makan dan minum
 Kolaborasi
pemberian obat (mis:
analgesic,
antiemetic)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dapat dibuat kesimpulan secara umum sebagai
berikut:

1. Pengkajian terhadap penyakit stroke yang di dapat pada Ny. W yaitu keluhan utama
datang mual, mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri, tiba mengalami
penurunan kesadaran, Riwayat penyakit dahulu memiliki riwayat penyakit hipertensi
pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit stroke sekitar 5 bulan yang lalu. Riwayat
penyakit keluarga memiliki keturunan hipertensi. Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 87
x/menit, pernapasan 23 x/menit, suhu 37ºC.

2. Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas pada asuhan keperawatan ini pada Ny.
W yaitu Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan neuro muskular.
3. Intervensi keperawatan telah dilakukan secara komprehensif dengan memfokuskan
pada satu masalah keperawatan. Intervensi yang dilakukan yaitu identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, monitor
frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi, monitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi, fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur), fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu, libatkan keiuarga untuk
membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan, jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi, anjurkan melakukan mobilisasi dini

4. Implementasi dilakukan pada Ny. W 26, 27, 28 Februari 2020 telah dilakukan
implementasi keperawatan vang berfokus pada satu masalah keperawatan yaitu gangguan
mobilitas fisik yang berlangsung 3 hari. Implementasi yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan, memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi, memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi,memfasilitasi
aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur), memfasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu, melibatkan keiuarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan,menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, menganjurkan melakukan
mobilisasi dini

0
5. Evaluasi keperawatan dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara
komprehensif. Evaluasi akhir yang di dapat pada Ny. W pada tanggal 26 Februari 2020
yaitu pasien mengatakan lemas pada kaki dan tangan bagian kiri, Pasien mengatakan
aktifitas dibantu keluarga dan perawat, Tanda Tanda Vital TD: 160/90 mmHg, N :
84x/menit, RR : 24x/menit, S :36,4 ºC, ADL pasien dibantu oleh keluarga dan perawat,
Gangguan mobilitas fisik belum teratasi, intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
sesuai dengan shif identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, identifikasi
toleransi fisik melakukan pergerakan, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi, monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi,
fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur), fasilitasi
melakukan pergerakan, jika perlu, libatkan keiuarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan, jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, anjurkan melakukan
mobilisasi dini

B. Saran

Beberapa rekomendasi dari hasil pengumpulan data inidi uraikan sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Sukadana Kabupaten Lampung Timur. khususnya ruang
penyakit bedah syaraf dapat meningkatkan kepuasan dengan memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif, mulai dari pengkajian yang di lakukan secara tepat agar
tidak hanya masalah terkait sistem persyarafan saja yang dapat teratasi, pamun masalah
keperawatan lain di luar sistem persyarafan harus di tangani dengan tepat. Kemudian
perawat di ruang penyakit bedah syaraf juga dapat lebih meningkatkan komunikasi
terapeutik, serta melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.

2. Bagi institusi pendidikan

Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi yang lebih


lengkap dan memadai lagi, yang menyangkut hal-hal terbaru dalam perkembangan ilmu
keperawatan medikal bedah tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke, serta
menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan dan penyusunan karya tulis ilmiah di
masa yang akan datang

1
3. Bagi penulis selanjutnya

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kretifitas dalam asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan gangguan
kebutuhan aktifitas dan istirahat di ruang penyakit bedah syaraf RSUD Sukadana
Kabupaten Lampung Timur

Anda mungkin juga menyukai