Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU DALAM MASA BERSALIN

(INTRA NATAL CARE)

DISUSUN OLEH:

NOVALINNA APPLEANGELINE ROMPIS


P07220218023

Sarjana Terapan Keperawatan Tingkat 2

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Kalimantan Timur

Tahun 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

IBU DALAM MASA BERSALIN (INTRA NATAL CARE)

1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa disertai adanya
penyulit.(Asuhan Persalinan Normal,2007)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin.(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2007).

Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).
2. Etiologi
Teori penurunan hormon progesterone.Progesterone menimbulkan
relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan
estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone
menurun sehingga menimbulkan his. Teori oxytocin. Pada akhir kehamilan
kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot – otot rahim.
Teori plasenta menjadi tua. Plasenta yang tua akan menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesterone yang akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.Teori
prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pengaruh janin.Hipofise
dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya.
Teori distensi rahim. Rahim yang menjadi besar dan teregang yang
menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
uteroplasenta.Teori iritasi mekanik, Dibelakang serviks terletak ganglion
servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin
maka akan menimbulkan his.
3. Manifestasi Klinis
a. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis
minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah
lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi
sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
 Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan
sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
 Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul
sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia
perlu defekasi.
 Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen
ischiadikum mayor dan menuju ke tungkai.
 Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat
aliran balik darah dari ekstremitas bawah.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya
selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi.
Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita
dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara
secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada
primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks
diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks.
Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk
persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi
Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam
minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga
mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan.
Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban
Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil.
Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan
dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada
waktu 24 jam.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya
dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan
tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah
dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur darah
selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau
perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal
tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan
diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
g. Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan
mencerna, mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang
persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk kali ini. Beberapa
wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).
4. Patofisiologi

Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin


untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Terdapat delapan gerakan
posisi dasar yang terjdai ketika janin berada dalam presentasi vertex
sefalik. Gerakan tersebut, sebagai berikut:
a. Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui
pintu atas panggul.
b. Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi selama persalinan oleh
karena itu keduanya diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan
mekanisme lainya.
c. Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui
penurunan ini diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil
digantikan dengan diameter kepala janin tidak dalam keadaan fleksi
sempurna, atau tidak berada dalam sikap militer atau tidak dalam
keadaan beberapa derajat ekstensi.
d. Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjdai
sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa terjadi
adalah oksipot berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis
pubis.
e. Pelahiran Kepala
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk
mengeluarkan oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan
dengan ekstensi seperti, oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis,
orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perineum.
f. Restitusi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun kiri, berantung
pada arah dari tempat kepala berotasi ke posisi oksiput-anterior.
g. Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450, menyebabkan diameter
bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada pnitu bawah
panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksteral lain
sebesar 450 ke posisi LOT atau ROT, bergantung arah restuisi.
h. Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral melalui Sumbu
Arcus.
Sumbu carcus adalah ujung keluar paling bawah pada pelvis.
Bahu anterior kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang
menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian
menggembugkan perineum dan lahir dengan posisi ateral. Setelah
bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu Carus dan
segera lahir (Varney, 2007).

5. Pathway
Gambar 5.1 pathway Intra Natal Care
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada setiap ibu bersalin diperlukan untuk
melakukan screening terhadap penyakit – penyakit yang dapat menyertai pada
setiap ibu bersalin. Pemeriksaan penunjang mutlak harus lakukan mengingat
salah satu manfaatnya adalah untuk mendeteksi adanya penyakit yang
menyertai ibu bersalin seperti anemia, Diabetes Melitus, Pre Eklamsia dan
Eklamsia. Beberapa diantaranya adalah:
1. Pemeriksaan Hemoglobin
2. Pemeriksaan Protein Urine
3. Pemeriksaan urine reduksi
7. Penatalaksanaan
Beberapa terapi bisa diterapkan untuk mengurangi rasa nyeri pada waktu
persalinan diantaranya adalah:
1. Terapi Fisik
Terapi fisik merupakan proses pemijatan dengan mengompres air
hangat, air dingin panas, serta memberikan tekanan balik pada bagian
yang nyeri dapat meredakan sebagian nyeri, Moms. Pemijatan ini harus
dilakukan oleh pendamping persalinan yang terlatih atau tenaga
kesehatan yang terampil agar dapat membantu mengurangi rasa nyeri.
2. Refleksologi
Ahli refleksologi percaya bahwa organ dalam dapat diakses melalui
titik-titik tertentu di telapak kaki. Dengan memijat telapak kaki selama
proses persalinan,maka dapat mengurangi ketegangan pada rahim dan
merangsang kelenjar pituitari.
3. Akunpuntur dan Akupresur
Akunpuntur dan Akupresur merupakan teknik yang efektif untuk
meredakan rasa nyeri. Para ilmuwan telah menemukan bahwa jarum yang
ditusukkan pada titik-titik tertentu dalam terapi akupuntur memicu
pelepasan beberapa senyawa kimia otak, di antaranya endorin yang
menghambat sinyal nyeri sehingga dapat meredak nyeri bahkan
mempercapat persalinan.
4. Hypnobirthing
Hypnobirthing adalah metode yang menggunakan self-hypnosis
(hipnotis diri sendiri) dan teknik relaksasi untuk membantu ibu hamil
merasa siap serta mengurangi persepsi akan ketakutan, kecemasan atau
tegang, dan rasa sakit saat melahirkan.
Hypnobirthing didasarkan pada kekuatan sugesti. Prosesnya dapat
menggunakan musik, video, pemikiran dan kata-kata positif guna
memandu pikiran, membuat tubuh santai, dan mengendalikan napas saat
proses persalinan berlangsung. Misalnya diputarkan musik suara alam,
video berkembangnya sebuah bunga, atau memikirkan kalimat-kalimat
pernyataan seperti “saya ingin melahirkan secara normal”, “saya relaks,
bayi saya juga relaks”.

5. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations

Teknik ini menggunakan elektroda yang dapat mengirimkan


gelombang bertegangan rendah untuk merangsang jalur saraf ke rahim dan
mulut rahim guna menghambat munculnya rasa nyeri.

8. Komplikasi
1. Pemberian obat penghilang rasa sakit yang tidak tepat

Seperti kita tahu, persalinan merupakan salah satu proses yang cukup
menyakitkan dan bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kondisi seperti ini tentu saja sangat melelahkan bagi Ibu, baik secara fisik
atau psikologis.Ibu sebetulnya bisa mengurangi rasa sakit tersebut dengan
mempersiapkan diri secara mental atau mengikuti kursus prenatal guna
mempersiapkan diri saat persalinan nanti.

Alternatif lainnya adalah dengan pemberian obat penghilang rasa sakit.


Obat ini biasanya diberikan dengan pertimbangan bahwa ibu bisa menjadi
lelah sebelum proses persalinan selesai. Jenis penghilang rasa sakit yang
pertama adalah gabungan dari oksigen dan nitrous oxide (gas yang membuat
orang tertawa) yang dialirkan melalui masker atau mouthpiece untuk
mengurangi rasa sakit yang timbul saat melahirkan.

Pilihan kedua biasanya berupa suntikan penghilang rasa sakit yang


biasanya diberikan melalui bokong. Dengan adanya suntikan ini, ibu bisa
saja tidak akan merasakan sakit selama menunggu proses pembukaan selesai
paling tidak selama 2-4 jam.
Sayangnya, suntikan ini juga memiliki efek samping. Ibu bisa saja
merasa sangat mengantuk. Jadi bila suntikan ini diberikan saat bayi sudah
siap untuk dilahirkan, pernapasan bayi bisa terganggu karenanya. Untuk
mengatasinya dokter biasanya akan memberikan obat penangkal kepada bayi.

Jika ibu masih juga mengalami rasa sakit yang berlebih, suntikan
anestesi epidural oleh ahli anestesi juga bisa diberikan. Bila tindakan ini
efektif, ibu biasanya akan merasakan kakinya memberat, bahkan mungkin
tidak mampu untuk menggerakkannya. Karena itu bantuan kateter biasanya
juga diberikan untuk membantu ibu buang air kecil.

2. Hambatan persalinan (failure progress)

Ini biasanya terjadi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan.
Kondisi ini terjadi karena perut ibu belum terkondisi untuk melahirkan,
sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk merespon hormon pemicu
kontraksi.

Tindakan yang akan dokter lakukan adalah pemberian hormon pemicu


kontraksi, oksitosin, guna membantu rahim lebih berkontraksi.

3. Chipalopelvic disproportion (CPD)

Jumlah ibu yang hamil di atas 35 tahun kini semakin tinggi.


Sayangnya, gaya hidup di Asia seringkali membuat ibu rentan terhadap
diabetes. Kondisi diabetes yang tak terkontrol pada ibu hamil bisa
menyebabkan janin mengalami Chipalopelvic disproportion (CPD)

Chipalopelvic disproportion adalah kondisi kepala dan bahu bayi yang


terlalu besar untuk melalui panggul ibu dan bisa menyebabkan lambannya
proses persalinan. Satu-satunya solusi untuk kasus CPD adalah operasi
Caesar.

4. Gawat janin (Fetal distress)


Istilah gawat janin atau fetal distress sebetulnya merujuk pada
pelbagai komplikasi persalinan. Jika ibu mendengar istilah ini diucapkan
oleh dokter yang membantu proses persalinan, mintalah untuk lebih spesifik
menyebutkan apa yang sesungguhnya terjadi pada bayi.Dokter biasanya
menggunakan istilah ini ketika ada kejadian yang berkaitan dengan detak
jantung bayi.

Proses melahirkan tidak hanya membuat stres ibu tapi juga bayi.
Sementara pelvis ibu belum membuka sempurna agar dokter bisa
memberikan tindakan dengan forceps atau vakum; janin yang sudah siap
dilahirkan bisa saja mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen sehingga
janin berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Dokter umumnya akan segera merekomendasikan operasi Caesar bila hal ini
yang terjadi.

5. Sungsang

Idealnya, kepala bayi ada di posisi bawah setelah berusia 37 minggu;


menghadap ke arah mana ia siap dilahirkan. Sungsang bisa terjadi karena
beberapa hal di antaranya sempitnya panggul ibu, air ketuban yang berlebih,
bentuk rahim ibu yang lonjong di bagian atas, hidrosephalus, serta adanya
adanya kejadian plasenta previa.

Dulu dokter bisa saja berusaha untuk memutar posisi bayi dengan cara
memberi tekanan dari luar pada perut ibu (external cephalic version) namun
karena dinilai beresiko cara ini kini dihilangkan.Cara mengatasi komplikasi
persalinan sungsang adalah dengan operasi Caesar.

6. Pendarahan usai melahirkan

Umumnya ibu berpendapat bahwa proses melahirkan selesai seiring


dengan keluarnya bayi. Namun sesungguhnya proses melahirkan baru usai
saat plasenta keluar seluruhnya dari perut ibu. Normalnya, perut ibu akan
berkontraksi dengan sendirinya untuk mengeluarkan plasenta.

Pendarahan bisa saja terjadi bila rahim ibu terlalu lelah untuk berkontraksi
setelah melalui proses persalinan yang lama. Jika pendarahan tidak banyak,
dokter akan memberikan suntikan uterotonika untuk membantu rahim
berkontraksi kembali.Jika pendarahan terus terjadi maka dokter mungkin
akan melakukan pengikatan pembuluh darah atau malah mengankat rahim
(histerektomi)

9. Pengkajian
Kala I
 Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
 Seksualitas
 Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau
terdiri dari flek lendir.
 Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
 Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
 Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
 Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
 Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam
pada primipara).
Kala II
1. Aktivitas/ istirahat
 Melaporkan kelelahan
 Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
 Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat merintih / menangis selama kontraksi
 Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7. Seksualitas
 Servik dilatasi penuh (10 cm)
 Peningkatan perdarahan pervagina
 Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
Kala III
1. Aktivitas / istirahat
 Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal    dengan cepat
 Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
 Nadi melambat
3. Makan dan cairan
 Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
 Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
 Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
 Tali pusat memanjang pada muara vagina
Kala IV
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
10. Diagnosa Keperawatan
Kala I
 Nyeri akut b.d tekanan mekanik dari bagian presentasi
 Risiko cidera maternal
 Risiko kerusakan gas janin
Kala II
 Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
 Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
Kala III
 Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
 Risiko kekurangan volume cairan
Kala IV
o Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas.
o Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota keluarga
o Resiko kekurangan volume cairan

11. Intervensi Keperawatan


Menurut NIC Noc tahun 2015 intervensinya adalah sebagai berikut:
a. Kala I
Tabel 11.1 Intervensi keperawatan kala I
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji derajat
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan
dengan tekanan selama yang secara verbal dan
mekanik dari diharapkan nyeri nonverbal    
bagian presentasi. terkontrol dengan 2. Pantau dilatasi servik
Kriteria hasil: 3. Pantau tanda vital dan
 TTV dbn DJJ     
 Pasien dapat 4. Bantu penggunaan
mendemonstrasikan teknik pernapasan
kontrol nyeri dan relaksasi
5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung,
kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan
klien menggunakan
obat-obatan/tidak
10.  Berikan 
lingkungan yang
tenang
2. Risiko cidera Setelah dilakukan 1. Pantau aktivitas
maternal asuhan keperawatan uterus secara manual
selama yang 2. Lakukan tirah baring
diharapkan cidera saat persalinan
terkontrol menjadi intensif
dengan kriteria hasil: 3. Hindari meninggikan
 TTV dbn klien tanpa perhatian
 Aktivitas uterus 4. Tempatkan klien
baik pada posisi tegak,
 Posisi pasien miring ke kiri
nyaman 5. Berikan perawatan
perineal selama 4
jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi
pemberian antibiotik
(IV)
3. Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Kaji adanya kondisi
gas janin keperawatan selama yang menurunkan
yang diharapkan janin situasi uteri plasenta
dalam kondisi baik 2. Pantau DJJ dengan
dengan criteria hasil: segera bila pecah
o   DJJ dbn ketuban 
o   Presentasi kepala 3. Instuksikan untuk
(+) tirah baring bila
o   Kontraksi uterus presentasi tidak
teratur masuk pelvis
4. Pantau turunnya
janin pada jalan lahir
5. Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi

b. Kala II
Tabel 11.2 Intevensi keperawatan kala II

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama….,diharapkan 2. Berikan tanda/
presentasi nyeri terkontrol tindakan kenyamanan
dengan kriteria hasil: seperti perawatan
 TTV dbn kulit, mulut, perineal
 Pasien dapat dan alat-alat tenun
mendemostrasikan yang kering
nafas dalam dan 3. Bantu pasien memilih
teknik mengedan posisi yang nyaman
untuk mengedan
4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi
pemasangan kateter
dan anastesi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah
jantung b.d asuhan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
fluktuasi aliran selama…..,diharapkan menit
balik vena kondisi 2. Anjurkan pasien
cardiovaskuler pasien untuk inhalasi dan
membaik dengan ekhalasi selama upaya
kriteria hasil: mengedan
 TD dan nadi dbn 3. Anjurkan klien /
 Suplay O2 tersedia pasangan memilih
posisi persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi.

c. Kala III
Tabel 11.3. Intervensi Keperawatan kala III
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan
trauma jaringan asuhan keperawatan teknik pernapasan
setelah selama…,diharapkan 2. Berikan kompres es
melahirkan nyeri terkontrol pada perineum
dengan criteria hasil: setelah melahirkan
 Pasien dapat 3. Ganti pakaian dan
control nyeri liner basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
2,. Risiko Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien
kekurangan asuhan keperawatan untuk mendorong
volume cairan selama….,diharapkan pada kontraksi
cairan seimbang 2. Kaji tanda vital
denngan criteria hasil: setelah pemberian
 TTV dbn oksitosin
 Darah yang 3. Palpasi uterus
4. Kaji tanda dan gejala
keluar ± 200 – shock
300 cc 5. Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral

d. Kala IV
Tabel 11.4. Intervensi keperawatan kala IV
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA NOC NIC
N
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
efek hormone, tindakan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama … diharapkan 2. Beri informasi yang
jaringan, pasien dapat tepat tentang perawatan
kelelahan fisik mengontrol nyeri, nyeri selama periode
dan psikologis, berkurang dengan pascapartum
ansietas Kriteria hasil : 3. Lakukan tindakan
 Pasien melaporkan kenyamanan
nyeri berkurang 4. Anjurkan penggunaan
 Menunjukkan postur teknik relaksasi
dan ekspresi wajah 5. Beri analgesic sesuai
rileks kemampuan
 Pasien merasakan
nyeri berkurang
pada skala nyeri (0-
2)
2. Penurunan koping Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk
keluarga b.d asuhan keperawatan menggendong,
transisi/peningkat selama…..,diharapkan menyentuh bayi
an anggota proses keluarga baik 2. Observasi dan catat
keluarga dengan kriteria hasil: interaksi bayi
o  Ada kedekatan ibu 3.  Anjurkan dan bantu
dengan bayi pemberian ASI,
tergantung pada
pilihan klien
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan asuhan keperawatan posisi rekumben
volume cairan selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang
cairan simbang dengan memperberat kejadian
criteria hasil: intrapartal
 TD dbn 3. Kaji masukan dan
 Jumlah dan warna haluaran
lokhea dbn 4. Perhatikan jenis
persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA

Pokja,Tim SDKI DPP PPNI.2016,Standar Diangnosa Keperawatan Indonesia edisi


I:Jakarta Selatan;Dewan Prngurus Pusat PPNI
M.Bulechek,Gloria,dkk.2015.Nursing Interventions Classification
(NIC).Indonesia;Elsevier Global Right

Moorhead,Sue,dkk.2015. Nursing Outcomes Classification(NOC). Indonesia;


Elsavier Global Right

Doengoes M. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2. Jakarta:


EGC

Moechtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi,


Jilid I, Edisi 2. Jakarta: EGC

Saifudin A.B dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi
I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai