Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

REKA SOPIYANTI (P07120317028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2020


LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
1. Perilaku Kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995).
2. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
3. Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan Sundeen,
1998).
4. Suatu keadaan di mana individuEngalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998).
5. Suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien
sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-barang (Maramis, 1998).
6. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik
(Ketner et al., 1995).
B. ETIOLOGI
1. Faktor PrPrPredisposisi
Menurut Towsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang
melakukan perilaku kekerasan yaitu sebagai berikut.
1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat implus agresif. Sistem limbik
sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon
agresif.
2) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan
bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin,
dan serotonin) sangat berperan dalam literasi dan menghambat impuls agresif.
Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan
GABA (6 dan 7) pada cairan an cerebrospinal merupakan faktor predisposisi
penting yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
3) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki
oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana).
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan
cerebral, tumor otak ( khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak,
penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa wa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kan
kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti
dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
2) teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan an perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
c. Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan
sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal.
a. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya
percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-lain.
b. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-
lain.
Menurut
Shives
(1998) hal-
hal yang
dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain
sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seseorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat anti sosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. RENTANG RESPONS
Keterangan :
1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

Tabel 8.1. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan

Pasif Asertif Agresif

Isi pembicaraan Negatif dan Positif dan menawarkan Menyombongkan diri,


merendahkan diri, diri, contohnya merendahkan orang
contohnya perkataan: perkataan: lain, contohnya
"Dapatkah saya? " "saya dapat.... " perkataan:
"Dapatkan kamu? " "Saya akan....." "Kamu selalu.... "
"Kamu tidak pernah... "

Tekanan suara Cepat lambat, Sedang Keras dan otot


mengeluh

Posisi badan Menundukan kepala tegap dan santai kaku, Condong ke


depan

Jarak Menjaga jarak dengan Mempertahankan jarak Siap dengan jarak akan
sikap yang nyaman menyerang orang lain
Acuh/mengabaikan

Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi


tenang menyerang

Kontak mata Sedikit/sama sekali Mempertahankan Mata melotot dan


tidak kontak mata sesuai dipertahankan
dengan hubungan

Sumber : Keliat (1999)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Fisik : Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, dan Ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri Rhoma dan melakukan penyimpangan seksual

E. PATHWAY

F. MEKANISME KOPING
Perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping client, sehingga dapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya.
Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga
diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul
dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau
bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan titik Hal tersebut dapat
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai diri orang lain,
dan lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik
dalam menghadapi kondisi klien dapat memengaruhi perkembangan client ( koping keluarga
tidak efektif). Hal ini Tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regiment terapeutik
inefektif).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

Perilaku Kekerasan Subjektif


 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 klien mengatakan ingin berkelahi
 klien menyalahkan dan menuntut
 klien meremehkan
Objektif
 Mata melotot/pandangan tajam
 tangan mengepal
 rahang mengatup
 wajah memerah dan tegang
 postur tubuh kaku
 suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai
berikut.
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. stimulus lingkungan
3. konflik interpersonal
4. status mental
5. putus obat
6. penyalahgunaan narkoba atau alkohol

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
perilaku kekerasan
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien
a. Strategi pelaksanaan 1 SP 1 untuk klien
1) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
4) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5) Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6) Membantu klien mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik I
7) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. Strategi pelaksanaan 2 SP 2 untuk klien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
c. Strategi pelaksanaan 3 SP 3 untuk klien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian client
2) Melatih client mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
d. Strategi pelaksanaan 4 SP 4 untuk klien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
e. Strategi pelaksanaan 5 SP 5 untuk klien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
f. Tindakan Keperawatan untuk klien
1) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa lalu
dan saat ini
2) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
3) Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan baik
kekerasan fisik, psikologis sosial spiritual maupun intelektual.
4) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat
marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
5) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya
6) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik
( pukul kasur atau bantal serta Tarik nafas dalam), obat-obatan, sosial atau
verbal ( dengan mengungkapkan kemarahan nya secara asertif), ataupun
spiritual (sholat atau berdoa sesuai keyakinan klien).
2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Strategi pelaksanaan 1 (SP) untuk keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dialami klien
beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat klien perilaku kekerasan
b. Strategi pelaksanaan 2 (SP2) untuk keluarga
1) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien perilaku kekerasan
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilaku kekerasan
c. Strategi pelaksanaan 3 (SP3) untuk keluarga
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2) Menjelaskan follow up klient setelah pulang
d. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Diskusikan bersama keluarga masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
3) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
a) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan oleh klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
4) Diskusikan bersama keluarga kondisi kondisi klien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat seperti melempar atau memukul benda/orang lain.

Anda mungkin juga menyukai