Asli Jufri
Asli Jufri
BAB I
PENDAHULUAN
peserta didik perlu membekali diri dengan kecakapan hidup, yaitu keberanian
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
masa mendatang. Jadi secara umum manfaat pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan
memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri,
Biologi merupakan salah satu bagian dari kelompok IPA yang berkembang
begitu melimpah, sehingga banyak informasi baru yang harus dipelajari dengan
berbagai cara. Salah satunya mengenai sistem pembelajaran biologi di kelas yang
guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi,
terhadap suatu konsep, salah satu di antaranya adalah pembelajaran yang hingga
kini masih terpusat pada guru (Hartono dalam Yuwono, 2000:2). Umumnya guru
mengajar hanya sebagai penyampai informasi dan siswa hanya menerima apa
yang disampaikan oleh guru tanpa memahami dan mengetahui makna apa yang
diterimanya tersebut, sehingga siswa sering lupa dan kurang dapat menggunakan-
3
hidup, yaitu keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif dapat menemukan solusi serta
pendidikan berbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau
vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus
learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya
yang ada dalam pikiran siswa dan harus menyesuaikan pelajaran dan cara
menyatakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi belajar anak
memanfaatkan pengetahuan awal yang telah ada dalam pikiran siswa sebelum
mudah dipelajari hendaknya setiap orang belajar secara bermakna yaitu dengan
dengan pengetahuan yang akan dipelajari, dapat diharapkan bahwa siswa akan
Salah satu cara untuk menjelaskan kepada siswa adanya hubungan antara
bukunya "Learning How to Learn" memandang peta konsep sebagai suatu alat
strategi pembelajaran dengan peta konsep berpengaruh positif pada prestasi dan
pengajaran yang paling efektif untuk meningkatkan prestasi dan retensi belajar
konsep memberikan berbagai dampak yang positif dalam proses belajar mengajar
peta konsep yang disertai dengan kerja kelompok secara signifikan lebih baik
strategi peta konsep tanpa kerja kelompok dan siswa menunjukkan sikap netral
terhadap metode belajar (ceramah) yang selama ini digunakan guru. Berdasarkan
gambaran penggunaan peta konsep dalam bidang sains dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
pembelajaran yang paling penting, karena peserta didik dan lingkungan dimana
dan Pelestarian SDAH, maka siswa menjadi tidak asing dengan lingkungannya.
6
(1) Lingkungan mencakup segala sesuatu di sekitar kita yang terdiri dari
(2) Polusi terhadap lingkungan perlu di deteksi secara dini dan ditangani
lingkungan
(1) Sumber daya alam hayati berupa mikroba, tumbuhan, dan hewan
(3) Pelestarian sumber daya alam hayati dilaksanakan secara terpadu dan
Lingkungan dan Pelestarian SDAH kurang mendalam, dalam arti siswa hanya
7
mendengar dari guru tetapi mereka tidak mampu menghubungkan antara konsep
yang satu dengan konsep yang lain Hasil evaluasi nilai siswa kelas 1 berjumlah
40 siswa (kelas bawah) MAN 3 Malang yang didapatkan pada tahun ajaran
rata-rata kelas 65. Sedangkan konsep Pelestarian SDAH nilai tertinggi 59 dan
nilai terendah 33 dengan rata-rata kelas 54, secara lengkap terlampir (Lampiran
peta konsep. Hal ini sesuai dengan hasil evaluasi dari Tim Action Research
Biologi Gugus Blitar (2000:156) yang menggunaan peta konsep dan bimbingan
yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk menemukan konsep dari suatu
bacaan dan menyusun menjadi peta konsep, memberi kesempatan kepada siswa
minat siswa untuk belajar biologi dan juga mudah dilakukan oleh guru sehingga
Guru biologi MAN 3 Malang ada yang sudah pernah mendapatkan pelatihan
pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep namun sampai saat ini
itu dilakukan penelitian tindakan kelas, dengan penggunaan peta konsep dalam
B. Permasalahan
3 Malang?
C. Tujuan Penelitian
penelitian, yaitu memperoleh paparan yang jelas, rinci dan mendalam tentang:
2. Hasil belajar siswa MAN 3 Malang setelah menggunakan peta konsep dalam
D. Manfaat Penelitian
SDAH di MA/SMU
2. Bagi siswa, belajar bermakna dapat lebih lama dikuasai dalam ingatan,
lebih lanjut.
E. Definisi Istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini dikemukakan beberapa
kejadian atau objek-objek yang diarahkan oleh satu kata-kata, tanda atau
simbol, (Novak 1984). Maka konsep dapat dinyatakan merupakan satuan arti
konsep yang telah dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat
3. Proposisi adalah dua konsep atau lebih yang dihubungkan oleh kata-kata
1985:15).
peta konsep sebagai alat belajar untuk memahami materi Lingkungan dan
Pelestarian SDAH.
6. Hasil belajar adalah Angka kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses
peta konsep, presentasi, keaktifan, mengerjakan LKS, dan juga hasil tes pada
setiap siklus.
peta konsep yang berupa segala kegiatan/tindakan guru dan siswa dengan
kehidupan sehari-hari.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar Bermakna
baru dengan konsep yang diperolehnya dalam bentuk proposisi (hubungan antar
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita
dalam otak”.
(1) dapat menyediakan suatu karangka konseptual untuk materi pelajaran yang
(2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipelajari siswa “saat itu” dengan apa yang “akan” dipelajari;
(3) dapat membantu mahasiswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
DIMENSI II
HAFALAN BERMAKNA
DIMENSI I
Penerimaan Materi disajikan dalam Materi disajikan dalam
bentuk final bentuk final
Siswa menghafal Siswa memasukkan
materi yang disajikan informasi ke dalam
struktur kognitif
dengan belajar hafalan, belajar bermakna merupakan suatu proses dalam belajar
yaitu informasi baru dikaitkan pada konsep-konsep relevan yang telah ada dalam
struktur kognitif seseorang. Sedangkan belajar secara hafalan terjadi jika siswa
bermakna. Menurut Ausubel yang diadopsi (dalam Dahar, 1988: 142) prasyarat-
prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut: (1) materi yang akan
kemampuan awal siswa, dan (2) anak yang akan belajar atau siswa harus
niat untuk belajar bermakna (meaningful learning set). Tujuan siswa merupakan
secara potensial tergantung pada dua faktor: (1) materi itu harus memiliki
13
Oleh karena itu agar terjadi belajar bermakna, materi pelajaran harus
bermakna secara logis, siswa harus bertujuan untuk memasukkan materi itu ke
dalam struktur kognitifnya, dan dalam struktur kognitif anak harus terdapat unsur-
unsur yang cocok untuk mengaitkan atau menghubungkan materi baru secara non-
arbitrer dan substantif. Jika salah satu komponen ini tidak ada, maka materi itu
1988:143).
bagi siswa, maka ada dua persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: pertama, suatu
dengan konsep-konsep yang telah ada pada siswa, maka siswa harus memiliki
materi yang sesuai dengan hal yang akan dipelajari. Bila siswa dalam struktur
materi baru dapat dihubungkan padanya secara subtantif dan non-arbitrer, maka
makna, hal ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk memberi makna atau
tidak. Apabila siswa mempunyai kesiapan untuk memberi makna maka terjadilah
(dalam Susilo, 89:7) menjelaskan cara berlajar bermakna yang baik ialah melalui
“subsumption” yaitu dengan mengaitkan konsep baru yang khusus ke konsep lain
14
yang lebih umum atau lebih inklusif, yang membentuk sebagian dari struktur
pengetahuan siswa saat itu, yaitu yang sudah ada dalam ingatannya. Pada saat
konsep yang telah dimiliki oleh siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung.
Namun demikian Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara bagi para guru
Menurut Susilo (2001:6) peta konsep adalah alat untuk mewakili adanya
proposisi yaitu dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan garis yang diberi
label (kata penghubung) sehingga memiliki suatu arti. Pendapat lain menyatakan
(Dahar 1988: 153) peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-
konsep dan proposisi suatu bidang studi (biologi), dengan membuat sendiri peta
konsep, siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi
lebih bermakna.
1. Pengertian Konsep
diarahkan oleh satu tanda atau simbol. Konsep-konsep di dalam satu peta konsep
berkaitan antara satu dengan yang lain oleh garis-garis penghubung yang
15
dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-
berlangsung dengan baik, bila unsur-unsur yang paling inklusif/umum dari suatu
khusus secara vertikal ke bawah atau disebut juga sebagai konsep-konsep yang
disusun dalam bentuk bagan yang mengandung beberapa proposisi yang dikenal
membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan siswa yang sedang memusatkan
16
perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Peta konsep dapat menunjukkan
antar konsep dalam bentuk proposisi dimana seperangkat konsep tersebut harus
menyatu dalam bentuk proposisi sehingga dapat dikatakan bahwa peta konsep
Untuk membentuk suatu peta konsep dari suatu materi atau pokok bahasan
di dalam suatu kelas maka akan menghasilkan model peta konsep yang berbeda-
Sumber Daya Alam Hayati maka siswa dapat membaca dengan teliti materi
konsep yang paling umum diletakkan paling atas dan diurut ke bawah sesuai
tingkat inklusifnya, dan disusun secara vertikal. Untuk menghubungkan dua atau
17
lebih konsep yaitu konsep yang inklusif dengan konsep yang kurang inklusif
digambarkan di bawahnya, maka akan diperoleh suatu bentuk hirarki pada peta
secara horizontal yang menggunakan garis tanda panah yang menuju pada konsep
konsep berbeda dari teknik belajar lainnya seperti garis besar, paraphrasa dan
garis bawah.
(2) Mendemonstrasikan beberapa contoh pada peta konsep untuk topik yang telah
dikenal
inklusif
peta
(4) Memberi latihan-latihan pada siswa menyusun peta konsep untuk materi yang
(5) Menyampaikan kriteria penilaian, bahwa peta konsep yang baik adalah peta
yang mempunyai banyak konsep, banyak tingkat hiraki, dan banyak kaitan
silang. Tidak ada dua peta konsep yang sama/identik, setiap peta
(1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
pendekatan ini, konsep-konsep kunci ditata dalam sebuah tatanan hirarkis dengan
ini akan membantu para guru dan yang sedang memusatkan perhatian pada tugas
pelajaran yang spesifik. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai
proposisi sehingga dapat dikatakan bahwa peta konsep adalah alat untuk
1) Bagi guru
ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek
verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah melihat, membaca dan
karangka kerja yang hirarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang
2) Bagi siswa
belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingat
belajarnya.
memudahkan belajar.
20
Perlu waktu yang cukup lama untuk menyusun peta konsep, sedangkan waktu
Jadi hambatan yang kemungkinan dialami siswa akan dapat diatasi dengan
(a) Siswa diminta untuk membuat peta konsep di rumah, dan pada pertemuan
(b) Siswa diharapkan dapat memebaca kembali materi dan memahaminya, agar
macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-
21
kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang
dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga
pembelajaran kontektual (CTL), yang mana pada prinsipnya adalah tidak hanya
menilai apa yang diketahui siswa, namun juga menilai apa yang dapat dilakukan
oleh siswa. Penilaian tersebut sangat mengutamakan penilaian kualitas hasil kerja
siswa dalam menyelesaikan tugas. Sistem ini sesuai dengan sistem performance
diperiksa
(c) Seperangkat deskripsi dari suatu proses dan atau suatu kontinuum nilai
kerja
(d) Contoh-contoh dengan mutu yang sangat baik sebagai model dari tugas yang
harus dikerjakan.
2001 (dalam Nur 2001:2) menyatakan enam kunci CTL sebagai berikut.
1. Proses Belajar
sebagai berikut.
(b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
(c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi
(subject matter).
(e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
23
(g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu
ketarampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah
dan terus menerus dipajankan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada
2. Transfer Belajar
Transfer belajar dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain sebagai
berikut.
(a) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
(b) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(c) Penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia
pelajaran, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai
berikut.
(a) Manusia mempunyai kecendrungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan
baru.
24
(b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
(c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara ‘yang baru’ dan
yang diketahui.
(d) Tugas guru memfalitasi: agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
pembelajaran, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai
berikut.
(a) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.
Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa akting bekerja
hasilnya,
(c) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian
(d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3)
pengetahuan tersebut.
(Authentic Assessment).
siswa mengaitkan antar materi yang didapatkan dengan situasi nyata siswa dan
(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
belajar siswa. Siswa berpendapat bahwa mereka lebih menerima pelajaran biologi
dengan pembuatan peta konsep dan mereka lebih senang diadakan pra tes dulu
Selanjutnya disebutkan dengan pemberian pra tes dan pembuatan peta konsep
bahwa strategi penggunaan peta konsep, disertai bimbingan yang diberikan oleh
guru kepada siswa untuk menemukan konsep dari suatu bacaan dan menyusunnya
27
menjadi peta konsep, dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
buatan guru. Strategi penggunaan peta konsep sangat menyenangkan dan menarik,
siswa untuk belajar biologi dan juga mudah dilakukan oleh guru sehingga sangat
antara kemampuan menyusun peta konsep dan hasil belajar mahasiswa dalam
peta konsep yang disertai dengan kerja kelompok secara signifikan lebih baik
strategi peta konsep tanpa kerja kelompok. Dan secara keseluruhan siswa
secara komprehensif, sehingga sebagai seorang guru yang baik tidak cukup hanya
Hayati sangat memerlukan kecakapan hidup, karena siswa tentu juga akan
(1) kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebut kecakapan
skill, dan sosial skill masih bersifat umum (general life skill/GLS), hal ini sangat
skill, dan vocasional skill (specifik skill/SLS) sangat erat kaitannya dengan materi
nyata antara GLS dan SLS tidak berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidak
terpisah secara eksklusif, tetapi pada kenyataannya adalah peleburan antara semua
29
melibatkan aspek fisik, mental, emosional dan intelektual. Jadi kualitas siswa
akademik dan juga terus memantapkan General Life Skill (GLS), dan juga tidak
merupakan salah satu bagian dari materi biologi yang diajarkan di MA/SMU.
(6) Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi
selanjutnya.
(1) Memiliki kenyakinan dan ketaqwaan sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.
kehidupan.
manfaat penelitian atau untuk manfaat kemanusiaan, itu tergantung pada minat
motivasi dan minat bagi subjek didik untuk belajar biologi dan diharapkan dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
tersebut. Di samping itu pendekatan ini dipilih karena penelitian ini memenuhi
(1) Latar alami, dalam hal ini peneliti kualitatif melakukan penelitian pada latar
alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity). Dan memaparkan data
utama, jadi di samping sebagai pengumpul data dan penganalisis data, peneliti
(3) Metode kualitatif, maksudnya metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, peka dan lebih
ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai
dipilih karena adanya permasalahan yang terjadi pada situasi nyata, yaitu dalam
B. Kehadiran Peneliti
(praktisi) yang bertindak sebagai pemberi tindakan atau penyaji bahan ajar. Guru
pembelajaran tidak berubah dan juga agar guru dapat memperoleh manfaat dari
34
penelitian ini yaitu pengetahuan tentang salah satu alternatif pembelajaran yang
melaksanakan pembelajaran tersebut pada kelas lain atau pada konsep lain.
C. Lokasi Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 3 yaitu: 1). Catatan
data adalah siswa kelas I MAN 3 Malang Tahun Pelajaran 2002/2003 semester 2.
Siswa yang diambil sebagai subjek penelitian adalah 1 kelas berjumlah 39 orang
banyak, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
mengambil subjek penelitian dari populasi itu. Sehingga apa yang dipelajari dari
subjek itu dapat diambil kesimpulannya yang akan diberlakukan untuk populasi.
.
E. Instrumen
sebagai berikut:
Uji coba tes dilakukan untuk memperoleh instrumen yang dapat digunakan
untuk menjaring data secara akurat. Hal-hal yang diuji coba tes dalam instrumen
adalah: a) uji validitas isi, b) uji relibialitas, c) uji tingkat kesukaran dan d) uji
daya beda.
yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai, (Sudjana,
kan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Penyusunan tes
bersumber pada kurikulum 1994. Untuk menguji validitas butir soal objektif
36
N XY X Y
rXY =
N X 2
X
2
N Y 2
Y
2
keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel yang
dikorelasikan.
N = jumlah sampel
memiliki nilai uji validitas tes adalah: rXY untuk Tes tindakan siklus I = 0,83
(sangat tinggi), rXY untuk Tes tindakan siklus II = 0,79 (tinggi), dan rXY untuk
Realibilitas tes adalah ketetapan alat tes tersebut dalam menilai apa yang
hasil yang relatif sama, (Sujana, 2001:16), dan (Surakhmad, 1986:153). Untuk
menguji reliabilitas tes pada penelitian ini di gunakan rumus K-R 20 (Arikunto,
n S pq
2
r11=
n 1 S2
keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = populasi subjek yang menjawab item dengan benar
q = populasi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar devisiasi dari tes (Standar devisiasi adalah akar varians).
sebagai berikut.
Berdasarkan data (Lampiran 1,2,3), maka diperoleh nilai uji reliabilitas tes
dalam penelitian ini adalah: r11 untuk Tes tindakan siklus I = 0,60 (tinggi), r11
untuk Tes tindakan siklus II = 0,65 (tinggi), dan r11 untuk Tes tindakan siklus III
= 0,63 (tinggi).
Tingkat kesukaran butir soal adalah proposi peserta tes menjawab benar
butir soal tersebut. Makin besar proporsi yang menjawab benar butir soal tersebut,
makin rendah tingkat kesukaran butir soal tersebut. (Arikunto, 2001: 208).
38
B
P=
JS
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Sukar 0,00-0,30
Sedang 0,31-0,70
Mudah 0,71-1,00
Sumber: (Arikunto, 2001: 210).
yang berada pada katagori sedang, yaitu soal yang mempunyai tingkat kesukaran
berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,70. Soal dengan tingkat kesukaran (P) 0,00
sampai dengan 0,30 berada pada katagori sukar, dan pada rentangan 0,71 sampai
pada (Lampiran 1,2,3) adalah: Tes tindakan siklus I adalah terdapat 2 soal yang
tergolong mudah yaitu soal nomor 2 dan 13, sedangkan yang lainnya tergolong
sedang. Sedangkan tes tindakan siklus II dan III adalah semua soal tergolong
sedang.
yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Dengan demikian secara
39
prestasi siswa.
Daya beda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
indeks diskriminasi (D). Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai
maupun siswa yang kurang pandai, maka soal tersebut tidak baik karena tidak
mempunyai tanda pembeda. Demikian pula jika semua siswa pandai maupun yang
kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut disebut
Rumus yang digunakan untuk mencari daya beda menurut Arikunto adalah
sebagai berikut.
B A BB
PA PB
D = JA JB
Keterangan:
D = daya beda
BA = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk menentukan berapa besar daya beda dari butir soal dapat dikontrol
pada Tabel 3.2 berikut.
40
Berdasarkan hasil perhitungan daya beda soal seperti yang terdapat pada
(Lampiran 1,2,3) adalah: Tes tindakan siklus I, adalah: didapatkan 14 soal dengan
kualifikasi daya beda cukup, dan 1 soal dengan kualifikasi daya beda baik. Tes
tindakan siklus II juga didapatkan 14 soal dengan kualifikasi daya beda cukup,
dan 1 soal dengan kualifikasi daya beda baik. Sedangkan tes tidakan siklus III
didapatkan 17 soal dengan kualifikasi daya beda cukup, dan 3 soal dengan
kualifikasi daya beda baik. Dengan demikian secara keseluruhan daya beda butir
1) Tes
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam
bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk memulai
dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
pengajaran. Sungguhpun demikian, dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan
untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.
sangat beragam sumbernya seperti disebut diatas. Instrumen tes yang akan
digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dan guru biologi yang
mengajar pada kelas yang diteliti. Alat tes yang dibuat terdiri atas tiga siklus,
yaitu siklus I dan II terdiri dari 15 butir soal pilihan ganda dan 5 soal essai
(Lampiran 8,9), dan siklus III terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda dan 5 soal
2) Peta Konsep
Peta konsep hasil kerja siswa pada tiap siklus akan di nilai dengan
menggunakan lembaran penilaian khusus (Lampiran 16). Dan juga akan di nilai
Penilaian tidak hanya pada hasil belajar tetapi lebih ditekankan pada proses yang
dilakukan oleh siswa, misalnya cara menyusun peta konsep, kegiatan diskusi, dan
proses presentasinya, tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi siswa
dalam diskusi, dan penggunaan alat bantu (peta konsep) pada waktu presentasi.
3) Angket
selesai. Angket disusun oleh peneliti. Jadi dalam menyusun angket perlu disusun
rentangan nilai tertentu. Pertanyaan yang diajukan dibagi ke dalam dua katagori,
negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS), (Sudjana, 2001:80).
1) Wawancara
mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Selain itu, hubungan
dapat dibina lebih baik sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya melalui
wawancara data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif, (Sudjana,
2001:68).
tidak dibuat instrumen, tetapi berpandu pada hasil peta konsep yang dibuat siswa
dan pekerjaan siswa pada waktu mengikuti tes. Wawancara ini bersifat diagnosis
43
perbaikan dari kesalahan konsep yang dibuat siswa sehingga diharapkan siswa
2) Observasi
satu kelas, akan tetapi lebih difokuskan pengamatan pada subjek (8 orang siswa).
Observasi ini dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu peneliti dan satu
orang teman sejawat dengan berpedoman pada instrumen atau lembar observasi
(Lampiran 16). Pengamat dapat mengamati aspek-aspek yang sesuai dengan yang
tertera pada lembar observasi sehingga dapat mengukur atau menilai hasil dan
proses belajar antara lain: tingkah laku siswa pada waktu belajar, kegiatan diskusi
siswa, partisipasi siswa dalam diskusi, dan penggunaan alat bantu (peta konsep)
pada waktu presentasi. Jadi melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap
dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi salah satu
diperoleh dari kegiatannya. Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan
3) Catatan lapangan
Adapun tujuannya untuk memperoleh data secara objektif, yang tidak tertulis
44
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam suatu proses, yang
data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:18) yang
1. Mereduksi data
Pada tahap kegiatan ini, data yang telah terkumpul berupa hasil tes, hasil
yang jelas dari data tersebut, yang memungkinkan peneliti untuk membuat
kesimpulan.
2. Menyajikan data
dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang diperoleh dari
serta memberi penjelasan. Makna dan arti yang diperoleh tersebut harus diuji
Untuk mengetahui ketuntasan belajar dan daya serap, maka diperlukan adanya
analisis hasil tes ulangan setiap akhir tindakan dengan pengertian sebagai berikut.
(1) Seorang siswa disebut telah tuntas belajar bila ia telah mencapai skor 65%
(2) Suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah terdapat
85% yang telah mencapai daya serap 65% (kurikulun GBPP 1994)
pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan atas kriteria derajat
(2002:175)
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
46
Biologi Program Pascasarjana UM dan dari guru bidang studi Biologi kelas I
dilakukan.
H. Tahap-tahap Penelitian
(1) Memperkenalkan tentang konsep, belajar bermakna dan belajar hafalan, serta
(2) Mendemonstrasikan contoh peta konsep untuk topik yang telah dikenal.
inklusif,
yang paling inklusif pada bagian atas, ke konsep yang paling tidak
inklusif,
(4) Memberi latihan menyusun peta konsep pada subjek penelitian untuk materi
(5) Menyampaikan pada subjek bahwa tidak ada 2(dua) peta konsep yang identik,
Susilo (1989:8) menyatakan tidak ada dua peta konsep yang sama persis.
2. Tahap tindakan
Kegiatan penelitian akan melalui tiga putaran (siklus) kegiatan. Setiap siklus
terdiri dari empat fase, yaitu 1) rencana tindakan (plan) , 2) pelaksanaan (act), 3)
Adapun kegiatan-kegiatan dalam siklus dan fase tersebut adalah sebagai berikut.
a. Siklus 1
1) Rencana tindakan
pembelajaran.
2) Pelaksanaan tindakan
Lingkungan mencakup segala sesuatu di sekitar kita yang terdiri dari faktor
Polusi terhadap lingkungan perlu di deteksi secara dini dan ditangani segera
dan terpadu.
sedangkan siswa lain menanggapi, guru dan siswa mengambil kesimpulan dari
hasil presentasi peta konsep siswa. Peta konsep hasil pekerjaan siswa akan
siswa.
dengan proses pembuatan peta konsep, serta presentasi peta konsep oleh siswa.
(d) Refleksi
Setelah menyelesaikan satu siklus peneliti bersama guru bidang studi dan
dijadikan sebagai bahan refleksi dalam rangka memperbaiki tindakan pada siklus
berikutnya.
b. Siklus II
pada siklus I yaitu bagaimana hasilnya, apa kekurangannya, apa akibatnya dan apa
yang harus dilakukan selanjutnya. Hal ini dilakukan agar pada siklus II dapat
siklus I dengan materi yang disajikan adalah konsep Lingkungan, dengan sub
lingkungan
c. Siklus III
Tahap kegiatan pada siklus III langkah kerjanya sama dengan kegiatan
Materi yang akan disajikan pada siklus III adalah konsep Pelestarian
Sumber daya alam hayati berupa mikroba, tumbuhan, dan hewan dapat
Sumber daya alam hayati mempunyai nilai-nilai biologi, ekonomi, dan budaya
yang berkaitan
BAB IV
A. Tahap Pendahuluan
melakukan pertemuan awal dengan guru Biologi kelas 1 MAN 3 Malang. Pada
ceramah setelah itu siswa mengerjakan Lembaran Kerja Siswa (LKS). Guru
tersebut belum pernah mencoba cara atau metode lain dengan alasan banyak
dengan menggunakan alat peta konsep, ternyata guru tersebut sudah pernah
peta konsep, namun belum pernah menerapkan di kelas dengan alasan belum
mampu menyusun peta konsep yang layak (ideal) untuk diterapkan pada tingkat
Madrasah Aliyah dan juga banyak menyita waktu, serta sangat khawatir siswa
akan tidak mampu mengikutinya. Sehingga prestasi yang didapatkan siswa tahun
sangat bervariasi baik pada kelas kelompok atas maupun pada kelas kelompok
mendiskusikan dengan guru bidang studi biologi (dua orang guru) tentang
tentang maksud dan teknis penelitian yang akan dilakukan sekaligus juga
subjek berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan seperti yang dikemukakan dalam
bab III. Berdasarkan kriteria tersebut ditetapkan 8 (delapan) siswa sebagai subjek
disusun secara bersama-sama dengan guru dengan tujuan agar guru dapat merasa
(2) Rencana pembelajaran yang telah disusun diberikan kepada 2 orang guru
Selanjutnya peneliti dan guru biologi menyusun kisi-kisi soal untuk dapat
menghasilkan soal tes pada setiap akhir tindakan yaitu merupakan salah satu alat
ukur untuk menguji keberhasilan belajar siswa. Prosedur yang dilakukan dalam
(1) Kisi-kisi soal disusun oleh peneliti berdasarkan bahan pelajaran dan soal-soal
yang pernah digunakan oleh guru bidang studi, kemudian digabung dengan
soal tes pada tesis Qadriah, dan hasil bacaan peneliti sehingga bentuk soal
(2) Kisi-kisi soal yang telah disusun diberikan kepada 2 orang guru bidang studi
untuk dipelajari
(4) Peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk menyempurnakan kisi-kisi soal
yang sesuai dengan penelitian ini dan dapat mencapai target kurikulum
Malang. Hal ini didasarkan bahwa siswa kelas II sudah pernah mendapatkan
sebelumnya dari guru yang sama serta tempat pembelajaran yang sama (maka
dianggap sesuai) tujuan pengujicoba adalah untuk mengetahui bobot alat tes
54
tersebut apakah valid, reliabel, dan bagaimana daya beda soal, serta tingkat
kesukaran soal tersebut apakan sudah cocok untuk digunakan sebagai salah satu
alat ukur pada setiap akhir tindakan. Hasil uji coba alat tes tersebut terlampir pada
subjek tersebut diberi keterampilan dasar selama 1x45 menit untuk membuat peta
konsep yang dilakukan bersama-sama dengan teman kelasnya, karena peneliti dan
guru kelas langsung mengajar pada kelas tersebut (kelas 1 E) dengan tujuan agar
menyusun peta konsep serta contohnya (seperti pada bab III) dan dilanjutkan
biologi, guru ini membantu dalam hal mengajar dan juga sebagai pengamat karena
saling melengkapi antara peneliti dengan guru (kolaborasi), dan satu orang rekan
pengumpulan data dilakukan dari tanggal 19 April 2003 sampai dengan 31 Mei
2003. Sedangkan waktu yang digunakan untuk tiap jam pembelajaran yaitu untuk
hari Senin sampai dengan Rabu untuk satu jam pembelajaran adalah 40 menit,
sedangkan hari Kamis sampai dengan Sabtu untuk satu jam pembelajaran adalah
45 menit.
55
1. Siklus I
a. Rencana Tindakan
yang diberikan adalah Sub Konsep Keseimbangan Lingkungan (3x45 menit dan
2x40 menit), sedangkan Sub Konsep Polusi Terhadap Lingkungan (3x45 menit).
Rancangan tindakan yang disusun berupa: 1). Guru melakukan kegiatan awal
pembelajaran serta fenomena hasil pengamatannya, 6). Salah satu siswa men-
jelaskan peta konsep yang dibuatnya dan siswa lain menanggapinya, 7). Siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
peneliti dan guru biologi kelas 1 (saling melengkapi), sedangkan teman sejawat
dituliskan pada tabel pengamatan, foto terlampir dapat dilihat pada (Lampiran 17),
Penyusunan peta konsep dibuat oleh siswa secara individual yang sesuai
dengan hasil pengamatan serta hasil bacaannya. Setelah selesai menyusun peta
konsep, guru memberikan kesempatan pada salah satu siswa (TNI) untuk
kesempatan untuk menanggapi peta konsep buatan temannya, maka terjadi proses
Pada saat presentasi, terjadi diskusi antara siswa, dimana subjek yang
tetapi setelah diberi arahan oleh peneliti, maka baru siswa tersebut menjelaskan
dan menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh temannya. Sedangkan ada dua
mendapatkan jawaban dan akhirnya ditemukan jawaban. Peneliti dan guru hanya
konsep buatan siswa, dengan harapan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
57
Pada pertemuan pertama hanya satu siswa yang tersedia waktu untuk
mempresentasikan peta konsep oleh masing-masing subjek (IF, YW, dan FE)
mempresentasikan peta konsepnya dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk
menanggapi peta konsep buatan temannya, maka terjadi proses bertanya, inkuiri,
Ternyata ada 2 (dua) peta konsep yang sama, maka peneliti dan guru memberi
arahan kembali kepada siswa bahwa peta konsep antara satu siswa dengan siswa
lainnya tidak akan pernah sama, kalau sama berarti itu menyontek hasil orang
lain, juga masih didapatkan peta konsep yang belum dituliskan kata penghubung
sebagai mana layaknya. Maka peneliti menyampaikan kepada siswa bahwa peta
konsep antara satu konsep dengan konsep yang lain harus ada kata penghubung
supaya peta konsep tersebut mempunyai maknanya yaitu sesuai dengan hasil atau
yaitu ekspansi dan evaluasi kepada siswa dengan mengerjakan LKS (Lampiran 7)
selama 20 menit dengan tujuan agar produk, proses dan sosialnya dan tercapai
memperlihatkan poster lingkungan darat, air, dan udara yang alami dan yang
sudah tercemar oleh limbah rumah tangga, industri, dan pertanian. Kemudian
tabel pengamatan, foto terlampir dapat dilihat pada (Lampiran 17). Selanjutnya
hasil pengamatan dan hasil bacaan materi Polusi Terhadap Lingkungan siswa
Penyusunan peta konsep dibuat oleh siswa secara individual yang sesuai
dengan hasil pengamatan serta hasil bacaannya. Setelah selesai menyusun peta
kemudian disusul IS, FA dan MN, sedangkan siswa lainnya diberi kesempatan
untuk menanggapi peta konsep buatan temannya, maka terjadi proses bertanya,
bimbingan dari peneliti dan guru untuk membatasi dan mengarahkan agar tidak
dan guru mengarahkan diskusi kelas untuk menghasilkan kesimpulan dari peta
konsep buatan siswa, dengan harapan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
59
Peta konsep pada pertemuan ke tiga masih ada satu subjek (FA) yang belum
mampu membuat kata penghubung yang sempurna, peneliti dan guru memberi
arahan kembali kepada siswa bahwa peta konsep antara satu konsep dengan
konsep yang lain harus ada kata penghubung supaya peta konsep tersebut
mempunyai maknanya.
yaitu ekspansi selama 10 menit dengan tujuan agar produk, proses dan sosialnya
dan tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran dan penelitian. Dan pada
peneliti memberikan tes siklus I. Adapun bentuk tes yang diberikan adalah bentuk
objektif dan uraian. Naskah tes tindakan terlampir (Lampiran 8). Hasil penilaian
proses dan penilaian produk pada siklus 1 secara keseluruhan dapat dilihat pada
E : Eksperimen/Pengamatan
D : Diskusi Kelompok/Diskusi Kelas
PL : Presentasi Lisan
KK : Kerja Kelompok
LKS : Lembaran Kerja Siswa
PK Ind : Peta Konsep Individu
TS : Tes Siklus
(-) : Tidak Terdeteksi
Bobot penilaian:
Lingkungan dan Polusi Terhadap Lingkungan 66,7. Ditinjau dari segi ketuntasan
belajar, dari 8 orang subjek di atas hanya 5 subjek atau 62,5% yang mencapai
ketuntasan belajar yang ditunjukkan oleh skor masing-masing mencapai >65. Jadi
ketuntasan belajar yang dicapai 62,5% tersebut belum mencapai kriteria target
Hasil pengamatan peneliti, guru bidang studi dan pengamat pada awalnya
siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih senang menunggu
sikap malu dan takut salah dalam mengemukakan pendapatnya. Oleh karena itu
bagi siswa, sehingga masih adanya kesulitan dalam mengerjakan peta konsep.
Dengan asumsi semua siswa pasti bisa dan pasti akan menguasai konsep
Lingkungan, tetapi waktu yang diperlukan berbeda pada setiap siswa. Selain itu
juga perlu diaktifkan kerja kelompok agar siswa yang pandai dapat dapat
membantu siswa yang kurang pandai. Hal ini sesuai dengan pendapat (Nurhadi
anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi
tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap dapat mendorong temannya yang
lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul”. Pemberian tugas rumah
didepan kelas. dan setelah presentasi secara kelompok selesai, selanjutnya siswa
mengerjakan LKS.
pembelajaran dari kerja individual menjadi kerja kelompok dalam hal pembuatan
62
dan presentasi peta konsep di dalam kelas, dengan tujuan agar dapat saling
masih sangat di perlukan yaitu dengan cara membuat di rumah sebelum mengikuti
proses pembelajaran pada sub konsep yang akan di pelajarinya. Sedangkan untuk
mengerjakan LKS lebih baik secara individual dengan tujuan untuk mengetahui
2. Siklus II
a. Rancangan Tindakan
(2) Siswa membuat peta konsep sesuai dengan materi yang diajarkan guru
(3) Tugas membuat peta konsep secara individual dilakukan siswa di rumah
(4) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, tiap kelompok diwakili 1 subjek penelitian
(7) Siswa mengerjakan LKS secara individual pada setiap akhir pertemuan.
b. Pelaksanaan tindakan
materi sub konsep Perubahan Lingkungan (2x40 menit) dan Etika Lingkungan
untuk mengetahui kadar O2 dalam air yang mengalami polusi (gejala perubahan
lingkungan). Semua media yang diperlukan disediakan oleh siswa sesuai dengan
evaluasi.
untuk persiapan presentasi peta konsep buatan siswa. Maka (kelompok 3 IS) yang
dilihat pada (Lampiran 17), sedangkan kelompok lain akan menanggapi dan
bertanya, sedangkan peneliti dan guru bidang studi biologi kelas 1 hanya
membimbing diskusi siswa. Pada proses diskusi tersebut akan dikembangkan hasil
peta konsep siswa sehingga tercapai sasaran yang diharapkan dalam rencana
64
pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti dan guru biologi. Sedangkan hasil
pengamatannya dilakukan diskusi kelas dan pemantapan pada tanggal 3 Mai 2003.
pada (Lampiran 17), dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh deterjen terhadap
kehidupan hewan air. Semua media yang diperlukan disediakan oleh siswa sesuai
dalam peta konsep kerja kelompok untuk dipresentasikan di depan kelas sehingga
untuk persiapan presentasi peta konsep buatan siswa. Kelompok yang telah siap
sedangkan kelompok lain akan menanggapi dan bertanya, sedangkan peneliti dan
guru bidang studi biologi kelas 1 hanya membimbing diskusi siswa. Pada proses
diskusi tersebut akan dikembangkan hasil peta konsep buatan siswa sehingga
memberikan tes tindakan siklus II. Soal yang diberikan disusun dalam bentuk
objektif dan uraian (Lampiran 9). Hasil tes dan tingkat penguasaan materi untuk
dapat dilihat pada (Lampiran 4), sedangkan pengamatan yang terfokus pada
Keterangan:
E : Eksperimen/Pengamatan
D : Diskusi Kelompok/Diskusi Kelas
PL : Presentasi Lisan
KK : Kerja Kelompok
LKS : Lembaran Kerja Siswa
PK Ind : Peta Konsep Individu
PK Kel : Peta Konsep Kelompok
TS : Tes Siklus
(-) : Tidak Terdeteksi
Bobot penilaian =
Dari hasil Tabel 4.3 di atas tampak bahwa rata-rata tingkat penguasaan
materi pada siklus II adalah 72,4. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
rata-rata hasil belajar bila dibandingkan dengan siklus I (Tabel 4.2) yang hanya
mencapai 66,7. Dari 8 orang subjek tersebut 6 siswa sudah mencapai ketuntasan
kriteria yang ditetapkan, yaitu >85%. Untuk itu maka perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
laboratorium, serta hasil presentasi peta konsep yang masih belum maksimum
maka perlu dilaksanakan tindakan lanjutan pada siklus III. Hal-hal yang perlu
ditindaklanjuti pada tindakan siklus III adalah untuk lebih meningkatkan aktivitas
siklus II di pengaruhi oleh sangat terbatasnya waktu yang tersedia. Sehingga perlu
dicari alternatif waktu lain misalnya dengan mengerjakan peta konsep individual
selesai langsung di lakukan tes tindakan, tetapi perlu diberikan waktu tenggang
selama beberapa menit atau dilakukan pada pertemuan berikutnya, sehingga siswa
3. Siklus III
a. Rancangan Tindakan
(1) Guru menyajikan materi pembelajaran yang telah disiapkan yaitu materi
(2) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, tiap kelompok diwakili 1 subjek penelitian
(4) Setiap siswa membuat peta konsep sesuai dengan konsep yang dipelajari
(5) Setiap kelompok membuat peta konsep sesuai dengan Sub Konsep yang
dibagikan guru
(8) Siswa mengerjakan LKS pada setiap akhir pertemuan sebagai pemantapan
materi yang disajikan adalah SDAH yang berupa mikroba, tumbuhan, dan hewan
mempunyai nilai-nilai biologi, ekonomi, dan budaya yang berkaitan (2x40 menit),
68
dan Pelestarian SDAH dilaksanakan secara terpadu dan melibatkan berbagai pihak
(3x45 menit).
b. Pelaksanaan Tindakan
SDAH yang berupa mikroba, tumbuhan, dan hewan dapat dimanfaatkan untuk
bertindak sebagai pengajar adalah peneliti sedangkan guru dan teman sejawat
konsep kelompok yang sudah dibuat siswa dirumah. Adapun yang maju kedepan
kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi peta konsep kelompok yang
maju kedepan. Presentasi peta konsep pada siklus III sudah dapat berjalan lancar
evaluasi) selama 15 menit, dimana untuk evaluasi tugas yang diberikan kepada
69
ekonomi, dan budaya yang berkaitan. Kegiatan awal selama 5 menit yaitu siswa
dengan kegiatan inti selama 60 menit. Siswa mempresentasikan tugas peta konsep
kelompok yang sudah dibuat dirumah. Adapun yang maju kedepan adalah
(kelompok 2 FE) kemudian disusul oleh (kelompok 3 IS), dan (kelompok 8 YW).
Jadi yang mempresentasikan peta konsep adalah tiap-tiap kelompok yang tertulis
di atas, maka kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi peta
konsep kelompok yang maju kedepan. Presentasi peta konsep pada siklus III
sudah dapat berjalan lancar sebagai mana yang diharapkan pada rencana tindakan.
terpadu dan melibatkan berbagai pihak. Dimulai dengan kegiatan awal selama 10
Adapun yang maju kedepan adalah (kelompok 5 MN) kemudian disusul oleh
konsep secara kelompok, maka kelompok yang lain diberi kesempatan untuk
konsep pada siklus III sudah dapat berjalan lancar sebagai mana yang diharapkan
produk, proses dan sosialnya dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran
konsep. Peta konsep kelompok buatan siswa yang telah siap akan didiskusikan
lain akan menanggapi dan bertanya sehingga terjadi proses diskusi kelas,
sedangkan peneliti dan guru bidang studi biologi kelas 1 hanya membimbing dan
mengarahkan jalannya proses diskusi siswa. Pada proses diskusi tersebut akan
dikembangkan hasil peta konsep buatan siswa sehingga tercapai sasaran yang
diharapkan dalam rencana pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti dan
guru biologi.
memberikan tes siklus III. Soal yang diberikan disusun dalam bentuk objektif dan
uraian (Lampiran 10). Hasil tes dan tingkat penguasaan materi untuk konsep
Pelestarian SDAH secara keseluruhan dapat dilihat pada (Lampiran 4). Sedangkan
71
pengamatan yang terfokus pada subjek penelitian dapat ditunjukkan pada Tabel
4.4 berikut.
Tabel 4.4 Hasil Akhir Penilaian Subjek Penelitian Pada Siklus III
Keterangan:
E : Eksperimen/Pengamatan
D : Diskusi Kelompok/Diskusi Kelas
PL : Presentasi Lisan
KK : Kerja Kelompok
LKS : Lembaran Kerja Siswa
PK Ind : Peta Konsep Individu
PK Kel : Peta Konsep Kelompok
TS : Tes Siklus
(-) : Tidak Terdeteksi
Bobot penilaian:
Dari hasil Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat hasil
belajar subjek pada tindakan siklus III adalah 82,4. Hal ini menunjukkan adanya
72
peningkatan hasil belajar bila dibandingkan dengan hasil belajar tindakan siklus I
(Tabel 4.2) yang mencapai 66,7 dengan mencapai ketuntasan belajar klasikal
62,5%, dan hasil belajar tindakan siklus II (Tabel 4.3) yang hanya mencapai 72,4
dengan ketuntasan belajar klasikal 75%. Dari 8 orang subjek sebagaimana yang
terdapat pada (Tabel 4.4) di atas menunjukkan skor terendah 74, skor tertinggi
adalah 90,1. Sedangkan rata-rata 82.4 dengan demikian keseluruh subjek telah
dari suklus I, siklus II, dan siklus III dapat ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut.
1 IS 71 82,1 86,2
2 IF 68,6 78,6 86,3
3 DS 68,4 69,7 90,1
4 FE 69,3 74,8 81,9
5 MN 73,7 64,6 86,8
6 TNI 64,2 74,1 74,1
7 FA 57,9 71,6 79,9
8 YW 60,8 64 74
Jumlah 533,9 579,5 659,3
Rata-rata 66,7 72,4 82,4
Ketuntasan Belajar 62,5% 75% 100%
dengan peta konsep untuk pertanyaan positif sebesar 3,73 atau berada pada skala
sikap setuju. Sedangkan untuk pertanyaan negatif sebesar 2,27 atau berada pada
BAB V
PEMBAHASAN
kegiatan awal (Eksplorasi) dengan tujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa
tentang konsep Lingkungan dan Pelestarian SDAH yang sudah pernah dipelajari
dan Pelestarian SDAH serta tanya jawab sehingga siswa akan mendapatkan
masalah dan hipotesa, temuan dilapangan masih ada siswa yang sudah lupa
dengan materi tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh cara pembelajaran konsep
tersebut dengan cara menghafal, sehingga materi yang sudah dipelajari cepat
membuat siswa tidak ada usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada
konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif. Oleh karena itu
pengetahuan yang diperoleh itu tidak dapat lama mengendap sehingga siswa
kerjanya. Adapun konsep yang diujicoba adalah konsep Aksi Interaksi, sedangkan
hasil uji coba secara keseluruhan menunjukkan siswa sudah dapat menyusun peta
Tujuan uji coba tersebut agar siswa mengetahui cara menyusun peta konsep dan
dapat membiasakan diri belajar secara bermakna sehingga tidak terjadi hambatan
yaitu dengan menggunakan peta konsep, sehingga siswa sudah siap melakukan
pembelajaran, maka perhatiannya akan lebih besar dan menjadi lebih berminat
konsep.
dasarnya ada 4 (empat) kegiatan pokok yaitu meliputi Kegiatan awal (Eksplorasi),
Kegiatan Inti (Eksplanasi), pembuatan peta konsep dan presentasi peta konsep,
serta pemantapan (Ekspansi dan Evaluasi). Berikut ini akan dibahas keempat
pembelajaran, materi yang akan dipelajari dan kaitan antara materi yang akan
dipelajari dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini sangat
Pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam setiap siklus pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: pada siklus I dan II tentang Lingkungan,
yang dimiliki siswa, agar siswa dapat mengaitkannya dengan pengetahuan yang
kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa. Maka dalam melaksanakan pembelajaran
guru sangat perlu memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum
mengajarkan materi baru. Oleh karena itu guru pengajar bidang studi diharapkan
dapat membantu siswa untuk mengaitkan pengtahuan dan pemahaman baru (hal-
hal yang akan dipelajari) dengan kerangka kognitif yang sudah dimiliki olah
ekspositori yang dilengkapi dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Tujuannya
konsep penting tersebut dituliskan dalam kotak dan selanjutnya akan dihubungkan
satu sama lain dengan garis penghubung dan kata penghubung sehingga
Adapun beberapa hal yang diperoleh dari hasil penelitian pada setiap
a. Siklus I
Pada siklus I dihasilkan peta konsep yang dibuat oleh siswa telah
siswa sudah mampu membuat peta konsep sesuai cara penyusunan peta konsep,
yaitu masih ada siswa (IS) belum mampu menyusun peta konsep yang baik,
dimana belum ada kotak dan masih ada konsep yang digabungkan lebih dari satu
konsep, sehingga nilai tes yang diperoleh dari konsep Lingkungan masih belum
maksimum (71), sedangkan peta konsep yang dibuat (IF) yang juga dari
78
kelompok atas masih terlihat adanya penggabungan lebih dari satu konsep dalam
satu kotak dan belum semuanya dituliskan kata penghubung, sehingga peta
konsepnya masih susah untuk dibaca atau belum seluruhnya mempunyai makna,
sehingga nilai yang diperoleh masih rendah yaitu (68,6). Selanjutnya (YW) dari
kelompok bawah peta konsepnya juga masih sederhana, maksudnya masih ada
konsep yang tidak dituliskan kata penghubung sehingga nilai yang didapatkan
masih rendah (60,8). Sedangkan (FA) peta konsepnya masih sederhana dimana
belum semua konsep dituliskan dalam kotak dan juga kata penghubung yang
belum lengkap, sehingga nilai yang diperoleh sangat rendah (57,9). Sedangkan
peta konsep subjek kelompok tengah TNI masih kurang kata penghubung dan
konsepnya belum lengkap, hal ini disebabkan karena belum terbiasa menyusun
peta konsep dan masih susah menyusun konsep-konsep dari yang inklusif ke yang
kurang inklusif. Sehingga peta konsep yang dibuatnya belum terlihat adanya
keterkaitan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Briscoe (1991:218) bahwa para siswa yang kurang menguasai
bahan pelajaran akan mengalami kesulitan dalam menyusun peta konsep, karena
untuk menyusun suatu peta konsep. Sehingga siswa tersebut merasa kurang
percaya diri dan merasa frustasi dalam menyusun peta konsep. Hal ini karena
merasa sulit mengekstraksi konsep dari teks dan merasa terbatas pengetahuan
konsep baru.
79
Hal lain yang didapatkan dalam siklus I adalah penyusunan peta konsep
membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu peneliti menganggap lebih
baik jika penyusunan peta konsep dikerjakan di rumah, baru sesampai disekolah
hasil kerja siswa dipresentasikan didepan kelas. Hal ini bertujuan agar siswa
memiliki banyak waktu untuk membaca materi dan menyusun peta konsepnya.
b. Siklus II.
peta konsep yang sesuai dengan tata cara penyusunan peta konsep, subjek tersebut
adalah YW dimana Peta konsepnya masih ada konsep yang digabung lebih dari
satu konsep dalam satu kotak dan garis penghubung atau kata-kata penghubung
belum memuaskan (64), sedangkan MN peta konsepnya sudah bagus tetapi masih
baru, sehingga nilai yang didapatkan juga masih kurang (64.6). Pada siklus II
terlihat adanya peningkatan rata-rata 72,4 jika dibandingkan dengan nilai rata-rata
siklus I hanya 66,7. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh waktu yang diberikan
kepada siswa untuk membaca materi pelajaran dan menyusun peta konsep,
sehingga banyak waktu yang dapat digunakan untuk presentasi dan diskusi kelas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Caroll (dalam Achdiat, 1980:2) menyatakan
Hal lain yang dapat dilakukan dalam siklus II adalah pembelajaran dengan
siswa yang berprestasi rendah akan dapat dibantu oleh siswa yang prestasi tinggi,
sehingga dalam penyusunan peta konsep kelompok akan lebih lengkap dan
sempurna jika dibandingkan dengan peta konsep indivudual. Selain itu dalam
presentasi ke depan kelas juga suasananya sudah lebih bagus dan hasil diskusi
kelas sudah lebih hidup, sehingga kesimpulan yang didapatkan sudah lebih
sempurna atau sudah tercapai susuai dengan rencana pembelajaran. hal ini sesuai
siswa untuk belajar bersama dengan menggunakan siswa yang cepat (pandai)
untuk membantu siswa yang lambat (kurang pandai)”. Sedangkan pendapat Slavin
(1995:72) menyatakan belajar dalam kelompok yaitu para siswa dalam kelas
akademis, jenis kelamin. Jadi dalam diskusi kelas siswa merasa tidak begitu
terancam karena masing-masing siswa bertindak atas nama kelompok, bukan atas
nama individu. Namun demikian masih didapatkan kendala yaitu belum cukupnya
81
waktu yang tersedia untuk proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu dipikirkan
kembali waktu pembuatan peta konsep kelompok supaya dapat dikerjakan diluar
c. Siklus III
Pada pelaksanaan siklus III penyusunan peta konsep baik yang secara
memuaskan, yaitu sesuai dengan cara penyusunan peta konsep dan sudah adanya
wawancara dengan subjek dinyatakan bahwa untuk menyusun peta konsep sangat
yang dibacakan dapat disusun dari yang inklusif ke yang kurang inklusif.
Selanjutnya dengan diberikan waktu yang cukup yaitu pembuatan peta konsep di
rumah, maka peta konsep yang di buatnya dapat tercapai sesuai dengan materi
pembelajaran yang diharapkan dan dengan adanya kerja kolompok siswa dapat
merasakan adanya kerja sama antara siswa yang kurang mampu dengan siswa
yang sudah mampu memahami materi pelajaran, sehingga siswa yang kurang
mampu akan terpacu dalam membaca materi dan menyusun peta konsep.
Hasil analisis tindakan siklus III dengan adanya tambahan waktu dan
hasil akhir tindakan siklus III (82.4) dengan ketuntasan belajar (100%), jika
Secara keseluruhan pada siklus III, siswa dapat mengikuti diskusi secara
Dengan demikian melalui presentasi, diskusi peta konsep, waktu yang cukup, dan
(Lampiran 7), maka pemahaman siswa terhadap suatu konsep semakin tertanam
hasil belajarnya.
kepada siswa. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tindakan yang sesuai dengan keadaan siswa. Bentuk tes akhir tindakan disusun
dalam bentuk tes objektif dan uraian. Briscoe, dkk. (!991:218) menyatakan bentuk
tes pilihan ganda tidak memberi tantangan bagi siswa untuk belajar dengan
alternatif (Essai atau uraian) yang memungkinkan siswa meresponkan apa yang
mereka tahu sehingga bisa mendorong dan menjadi kebutuhan siswa dalam
pembelajaran bermakna.
Dari hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan siklus I, siklus II, dan
siklus III didapatkan bahwa siswa telah menjawab sesuai dengan kemampuannya.
Sehingga nilai yang diperoleh sangat bervariasi antara siswa kelompok atas,
subjek dinyatakan bahwa mereka dapat menjawab soal-soal tes tersebut karena
Jadi dengan membuat peta konsep mereka dapat terdorong untuk membaca materi
dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa melalui peta konsep,
maka terwujutlah belajar bermakna sehingga akan menguatkan ingatan siswa dan
Hasil analisis tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian Cavallo &
hasil positif di dalam pemahaman mereka, tetapi juga meningkatkan rasa dan
sikap potitif selama dan setelah pelajaran berlangsung, yang pada akhirnya dapat
mendorong retensi jangka panjang. Dia melakukan studi terhadap siswa biologi
84
selama 3 minggu yang belajar dengan peta konsep, diperoleh hasil bahwa siswa
yang diajarkan dengan peta konsep mencapai skor tes objektif dan retensi belajar
Berdasarkan hasil analisis respon siswa yang telah dilakukan pada bab IV ,
konsep untuk pertanyaan positif sebesar 3,73 atau berada pada skala sikap setuju.
Sedangkan untuk pertanyaan negatif sebesar 2,27 atau berada pada skala sikap
ragu-ragu. Maka hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa secara umum strategi
pembelajaran yang digunakan guru selama ini dianggap belum maksimum, yaitu
selama ini guru hanya menggunakan satu strategi pembelajaran sehingga tidak
begitu terpengaruh terhadap hasil belajar siswa (kelas rendah) dalam proses
proses belajar sehingga menekankan pada aspek konstruktif dalam proses belajar.
mereka akan terlibat dalam suatu kegiatan belajar seperti pemetaan konsep, maka
85
perhatiannya akan lebih besar dan menjadi lebih berminat untuk melibatkan diri
para guru dapat mengubah pembelajaran dari yang teacher-centered menjadi yang
pemetaan konsep siswa memberikan kesempatan yang lebih besar untuk belajar
bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan
pembelajaran melalui pembuatan peta konsep oleh siswa baik secara individual
serta waktu yang cukup, maka akan dapat membentuk proses pembelajaran yang
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian paparan data dan temuan penelitian dalam bab IV dan
kelompok belajar, dan waktu yang cukup dapat membantu siswa MAN 3
nilai 66,7 dengan ketuntasan belajar 62,5% pada siklus I, 72,4 dengan
ketuntasan belajar 75% pada siklus II, dan 82,4 dengan ketuntasan belajar
3. Secara umum respon siswa terhadap strategi pembelajaran dengan peta konsep
pertanyaan negatif sebesar 2,27 atau berada pada skala sikap ragu-ragu.
B. Saran-saran
dengan menggunakan peta konsep, maka diajukan beberapa saran yang perlu
a. Kesiapan Guru
b. Kesiapan Siswa
siswa perlu diberikan keterampilan dan latihan cara menusun peta konsep,
c. Waktu
Pembuatan peta konsep sangat memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga
peta konsep dapat dikerjakan oleh siswa di rumah dan pada pertemuan
kelompok.
3. Bagi peneliti lain yang berminat menggunakan peta konsep, maka dapat
mengembangkan lebih lanjut terhadap materi lain dalam bidang studi biologi.
Di samping itu dapat digunakan sebagai salah satu alat pembelajaran biologi
secara kontekstual.
88
DAFTAR RUJUKAN
Ali, M. 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Amin, M. 1990. "Pemetaan Konsep Suatu Teknik Untuk Belajar yang Bermakna"
Jurnal Pendidikan, 9 (2): 55-56.
Briscoe, C., Sarah Ulerick dan LaMaster. 1991. :Meaningful Learning in Collage
Biology Through Concept Mapping." Journal The American Biology
Teacher, 53 (4): 214-219.
Irawan, P., Suciati., & Wardani, I.G.A.K. 1997. Teori Belajar, Motivasi dan
Ketrampilan Mengajar. Jakarta: PAU-PPAI.
Jailani. 2001. Pengaruh Strategi Belajar Dengan Peta Konsep Melalui Kerja
Kelompok Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada SMU Diponegoro
Tumpang Kabupaten Malang. Tesis tidak diterbitkan. PPS IKIP Malang.
Novak, J.D., & Gowin, D.B. 1984. Learning How to Learn. New York:
Cambrigde University Press.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory Research and Practice. Boston:
Allyn and Bacon.
Sudjana, N., 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Susilo, H. 2000. Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Masa Depan.
Disampaikan Pada Seminar Sehari di SLTP Negeri 2 Malang. Depdiknas:
Lembaga Penelitian Malang.
Susilo, H., dan Prasetyo, T.I. 1989. Pengaruh Penggunaan peta Konsep Sebagai
Strategi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Mata
Kuliah Genetika. Malang: Pusat penelitian IKIP Malang.
Susilo, H., Yanto, dan Nindianingsih. 2001. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tentang Keanekaragaman Makhluh Hidup Dengan Pembuatan Peta
Konsep Bagi Siswa Kelas 1 Cawu 1 SLTP 1 Driyorejo. Malang: Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang.
Tim Action Research Biologi Gugus Blitar. 2000. "Strategi Penggunaan Peta
Konsep." Jurnal Gentengkali, 7 (3): 150-156.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Depdikbud: Deroktorat Jenderal Pendidikan Tinggi PPGSM.
Tim Penulis Pekerti Bidang MIPA. 2001. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Biologi Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdiknas
Tjan Kiaw Nio, dkk., 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Biologi SMU. Jakarta:Depdiknas.
Wahab, A., & Lestari, L.A. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga
University Press..
Zubaidah,S. dkk. 2000. Pembuatan Peta Konsep Dan Pemberian Pra Tes Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan
Siswa Kelas III SLTP Laboratorium IKIP Malang. Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Malang.
93
skor standar yang dituntut oleh peta konsep yang bersangkutan dan hasilnya
dinyatakan dalam prosentase. Ada kemungkinan bahwa skor peta konsep yang
lebih baik dari standar yang telah ditentukan oleh guru yang menilai. Selanjutnya
Novak memberikan suatu model penilaian berdasarkan skor dari suatu peta
konsep yang menggunakan contoh Model Pemberian Skor seperti pada gambar
berikut:
94
Hirarki
Konse
p
kunci
Konse Kense
Lapisan 2
p p
Hub Hub
Hubungan melintang : 2 x 10 = 20
--------------------------
Jumlah = 57 point
a. Setiap proposisi (hubungan antar dua konsep hirarkial) bila valid diberi
skor 1 (satu)
skor standar yang disusun guru dikalikan dengan angka 100% akan diperoleh
Kelas : …………..……………………….
Tanggal : ……………….…………………..
Penilaian
Nilai Siswa Guru
No Indikator
maksimum
1. Apakah kumpulan kata-kata (konsep)
bahasan?
2. Apakah kata-kata (konsep) telah
khusus?
3. Apakah nomor level tingkatan sudah
97
kata-kata konsep?
4. Apakah kata-kata penghubung dapat
konsep?
6. Apakah penghubung kata-kata (garis)
yang sesuai?
8. Apakah peta konsep mudah untuk di
ikuti?
9. Apakah pemahaman pengetahuan
ada keterkaitan?
10. Apakah peta konsep tersusun dengan
rapi?
Total
Kelas : …………..……………………….
Tanggal : ……………….…………………..
Penilaian
Nilai Siswa Guru
No Indikator
maksimum
1. Apakah Anda datang kepersiapan
peta konsep?
7. Apakan Anda setuju dengan cara
kelompok?
Total
PEDOMAN OBSERVASI
Kelas/Semester : …………………………………………………………
diamati :
………………………………………………………...
100
memecahkan masalah
2 Memberikan tanggapan terhadap
diberikan
4 Motivasi dalam mengerjakan
tugas-tugas
5 Toleransi dan mau menerima
anggota kelompok
7
8
9
10
Pengamat
(…………………..)
101
O
1 2 3 4
1. Senang 1. Memiliki kemauan Pembelajaran biologi dilaksanakan dengan
belajar yang tinggi untuk membuat saya memiliki kemauan yang tin
memahami proses biologi lebih konsep, maka prinsip, konsep dan proses b
pelajaran
tersebut
102
4. Terbantu dalam
1 2 3 4
3. Tidak 1. Lebih sulit Jika pembelajaran biologi dilaksanakan
menyelesai-
mengeluar- pendapat
pendapat
dan
1. PETUNJUK
1. Identitas Siswa
2. Mohon Anda memberi jawaban sejujurnya dan sesuai dengan apa adanya
3. Instrument ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban. Silakan
beri jawaban Anda dengan cara memberitanda cek (√) pada tempat yang
telah disediakan.
saya”
105
SS S RR TS STS
Kalau Anda sangat setuju (SS)
(STS)
II. ANGKET
No Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
1 2 3 4 5 6 7
1 Pembelajaran biologi dilaksanakan
mengikuti pelajaran
membosankan
pahami
diberikan guru
keras
1 2 3 4 5 6 7
10 Pembelajaran biologi dilaksanakan
saya
dapat diingat
mengeluarkan pendapat
pendapat