NIM : P27226018176
Tugas : FT Kegawatdaruratan
Perencanaan Transportasi
Pendekatan model multiobjektif bertujuan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari
tempat pengungsian dan jalur yang harus diambil oleh korban dari gedung menuju ke
tempat pengungsian yang telah ditetapkan pada saat terjadi kasus berupa bencana yang
membutuhkan evakuasi.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja evakuasi adalah waktu
keberangkatan yang dipilih oleh pengungsi.
Kedua, membutuhkan estimasi kondisi lalu lintas yang akurat berdasarkan beban
lalulintas yang dihasilkan dari berbagai waktu evakuasi dan skenario rute.
dengan:
ri = Kemampuan pelayanan dari link i, yang merupakan kapasitas total yang
mungkin dari link i/standar kapasitas link per jam per lane untuk tipe jalan yang
ada.
|A| = Jumlah elemen dalam set A, contoh jumlah link pada jaringan.
Solusi ini menghasilkan manfaat sistem yang jauh lebih luas, yang diukur dengan
penghematan waktu perjalanan, daripada solusi diidentifikasi dengan rasio V/C
Factor ini sangat terkenal di psikologi bencana. Human Factor dapat menjadi penyebab
bencana, memperburuk situasi atau meredakan situasi bahaya. Human Factor mengubah
arah evakuasi. Pengelompokan pengungsi berdasarkan karakteristik pengungsi adalah
langkah pertama memperkenalkan Faktor Manusia, contohnya : muda dan tua pengungsi,
orang sehat dan cacat, pria dan wanita, penduduk dengan dan tanpa pengetahuan tentang
rute lalu lintas atau peta wilayah, pengungsi dengan strategi evakuasi yang stabil versus
pengungsi dengan strategi evakuasi yang tidak stabil.
2. Model Evakuasi
- Variabel Input. Nilai variabel input dapat ditentukan untuk menganalisis variabel output
mengingat karakteristik model simulasi
- Variabel Output
Inti dari teori ini adalah perilaku manusia secara umum dapat diamati selama fase atau
tahapan bencana, bencana, peristiwa berbahaya atau peristiwa yang mengancam jiwa
lainnya. Tiga fase dalam bencana: sebelum, selama dan setelah (dampak bencana atau
bencana).
Leach menjelaskan dua tahap sebelum dampak, dan tiga tahap setelah dampak.
Selama tahap pertama, Threat Stage, tanda-tanda meramalkan bencana, tetapi tidak
meyakinkan. Contohnya gunung berapi aktif tetapi tidak ada erupsi
Selama tahap kedua, Warning Stage, bencana sudah dekat dan bahayanya meyakinkan.
Contohnya letusan pertama telah dimulai. Evakuasi diperlukan, tetapi terkadang tidak
segera mungkin. Sebagian besar yang selamat tidak dapat mengungsi secara mandiri.
Selama tahap ketiga, Recoil Stage setelah dampak bencana, penyebab langsung ancaman
telah memudar atau telah menghilang atau berakhir. Contohnya letusan gunung berapi
berhenti. Sebagian besar, yang selamat belum aman.
Selama tahap keempat, Rescue Stage, para penyintas lebih atau kurang aman. Jika perlu,
evakuasi adalah berhasil dilaksanakan atau akan dilakukan segera.
Dengan Dynamic Disaster Model Leach dimungkinkan untuk menawarkan spesifikasi model
tentang partisipasi (calon) korban dalam proses evakuasi selama tahap bencana.
Pada dua tahap pertama bencana harga evakuasi terlalu tinggi untuk sebagian besar
penduduk. Selama dampak dan recoil stage yang signifikan proporsi korban tidak dapat
berpartisipasi dalam evakuasi secara mandiri. Mereka secara kognitif, emosional dan secara
perilaku tidak siap atau mereka terluka. Sebagian besar penyintas yang sehat dapat
mengungsi di tahap penyelamatan.
b) Menentukan fase atau tahapan bencana memberikan banyak informasi tentang perilaku
potensial korban yang bisa diharapkan. Selama Threat Stage, sekitar 20% penduduk
menolak mengungsi. Selama Impact Phase sekitar 10% dari korban tetap tenang dan
waspada
c) Dalam literatur psikologis, banyak meta-analisis dan tinjauan literatur tersedia untuk
memperkirakan efek (korelasi antara variabel atau ukuran efek terhadap perawatan).
Estimasi ini dapat digunakan untuk mendapatkan esensi dari seberapa penting variabel
yang dimaksud. Misalnya, variabel intelijen berkorelasi 0,4 dengan kinerja pekerjaan dan
prestasi sekolah. Perkiraan pertama tentang hubungan antara kecerdasan dan
keberhasilan selama evakuasi (juga sebuah prestasi) adalah r = 0,4. Sebagian besar
variabel kepribadian memiliki korelasi kecil dengan kinerja pekerjaan. Variabel
kepribadian memiliki efek kecil pada banyak variabel. Jadi sangat mungkin spesifik
karakteristik kepribadian akan memiliki efek kecil pada efektivitas evakuasi (r = 0,2).
Keadaan psikologis dari pengungsi, seperti cemas, depresi, dan stres akan memiliki, efek
negatif besar pada fungsi kognitif seperti perhatian, yang dibutuhkan selama evakuasi
yang efektif (r = -0,4).
e) Data empiris dari penelitian lalu lintas, penelitian tentang perilaku routing atau
penelitian tentang psikologi sosial memberikan bukti langsung untuk nilai parameter
yang akan digunakan dalam model evakuasi. Sekitar 5% pengamat akan membantu
korban bencana atau kecelakaan, bahkan jika mereka mempertaruhkan hidup mereka
sendiri.
g) Para ahli penelitian bencana dapat memberikan estimasi nilai parameter dan
menyarankan hubungan antara parameter berdasarkan pengalaman mereka di bidang
penelitian.
h) Di sebagian besar model evakuasi dengan Faktor Manusia, spesifikasi model adalah
dugaan pintar oleh peneliti dia sendiri
Semua prosedur ini memberikan estimasi sementara yang dapat digunakan sebagai nilai
awal untuk pembangunan sebuah model evakuasi. Variabel output dari model simulasi akan
memberikan informasi tentang validitas yang dipilih nilai parameter dan hubungan antar
parameter. Juga, evaluasi kesesuaian antara data empiris dan model perkiraan akan
memvalidasi model simulasi.