Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan Pada Klien

Dengan Masalah Gangguan Psikologi Ansietas


dan Strategi Pelaksanaan Pada Klien Dengan Masalah Gangguan
Jiwa Ansietas

PROGRAM STUDI : Keperawatan Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Profesi Ners
MATA KULIAH : Keperawatan Jiwa I
BEBAN STUDI : 3 SKS ( 2 SKS T, 1 SKS P)
PENEMPATAN : Semester IV T.A 2020 / 2021
PEMBIMBING : Ns.., M.Kep, Sp. Kep.J.
PENYUSUN : Gilang LazuardySubhi Sajid
NIM P3.73.20.2.18.015

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
KASUS I

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH


GANGGUAN PSIKOLOGI : ANSIETAS
A. MASALAH UTAMA
Ansietas
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007). Ansietas dapat
diartikan sebagai suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah
disertai respon otonomis individu, perasaan khawatir yang disebabkan oleh perasaan
antisipasi terhadap bahaya (Wilkinson, 2007). Ansietas merupakan gejolak emosi
seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri
yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008).
2. Jenis Kecemasan
Freud membagi kecemasan dalam tiga tipe, antara lain:
a. Kecemasan realistik yaitu rasa takut akan ancaman atau bahaya – bahaya nyata
yang ada di lingkungannya dan dunia luar.
b. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut akan dihukum, asa takut ini tumbuh pada
anak yang diperlakukan secara otoriter oleh orang tua maupun orang lain
c. Kecemasan moral yaitu rasa takut akan susana hati (super ego) dan cenderung
akan merasa takut atau bersalah jika bertentangan dengan moral.
3. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ansietas Ansietas Ansietas Panik


Ringan Sedang Berat

2
Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress.
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
4. Psikopatologis
Rasa cemas muncul karena adanya ancaman pada seseorang tanpa tau
penyebabnya, lemahnya ego dapat memicu ancaman menjadi kecemasan yang
dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat aminobutirik-gamma
neroregulator (GABA) juga berperan utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Psikologis
Konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan insting atau impuls
primitif) dan superego (hati nurani). Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego bahwa ada
bahaya yang mengancam.
3) Sosiokultural

3
Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar
belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
b. Faktor Presipitasi
1) Ancaman terhadap integritas biologi
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan
akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum
penyebab ansietas.
2) Ancaman terhadap rasa aman
Ancaman keamanan diri meliputi : tidak tercapainya harapan, tidak
terpenuhinya kebutuhan akan status, rasa bersalah atau pertentangan antara
keyakinan diri dan prilaku, tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan
dari orang lain.
C. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif (Suliswati, 2005).
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang
dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.

4
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang. 
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien.
4) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

E. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Ansietas
Ansietas

Koping tidak efektif

F. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Ansietas
DO :

5
a. Klien terlihat berkeringat dingin dan juga terlihat gelisah.
b. Klien terlihat suka merenung dan tampak gugup saat diajak
berinteraksi.

DS :
a. Klien mengatakan dirinya mudah gelisah juga takut tertinggal
pelajaran, klien juga sulit untuk berkonsentrasi.
b. Klien mengeluh pusing, mual dan sering terbangun saat tidur.
2. Harga Diri Rendah
DO :
a. Klien tidak kondusiff dalam berinteraksi hal ini dilihat dari nada
suara yang lemah dan lambat juga jarang untuk kontak mata dan
cenderung menundukan kepalanya.
b. Klien lebih sering mengkritik dirinya sendiri.
DS :
a. Klien mengatakan lebih suka berdiam diri dikarenakan malu untuk
bertemu dengan keluarganya.
b. Klien mengaku sudah putus asa dengan pengobatan yang sedang
dijalaninya dan merasa dirinya tidak berharga.
3. Koping Tidak Efektif
DO :
a. Klien terlihat tidak memnuhi peran sesuai usianya.
b. Klien berperilaku tidak asertif hal ini dilihat dari partisipasi
sosialnya yang kurang.
c. Klien nampak memanipulasi seseorang untuk mencapai
keinginannya.
DS :
a. Pasien merasa malu karena pernah menghamili istrinya sebelum
menikah, pasien selalu merasa takut kepada orang lain karena
pasien selalu merasa orang lain membicarakan kejelakan
dirinya dan akan melukai dirinya..

6
b. Pasien merasa malu karena pernah menghamili istrinya
sebelum menikah, pasien selalu merasa takut kepada orang
lain karena pasien selalu merasa orang lain membicarakan
kejelakan dirinya dan akan melukai dirinya.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Harga Diri Rendah
3. Koping tidak efektif

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Ansietas
Rencana Tindakan :
a. Tindakan Keperawatan Untuk Individu
Tujuan
Rasa cemas klien berkurang atau hilang
Sp 1:
1) Menjadi pendengar yang hangat dan responsi.
2) Memberi waktu yang cukup pada pasien untuk merespon.
3) Mengidentifikasi pola perilaku dan pendekatan yang menimbulkan perasaan
negatif.
Sp 2 :
1) Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya.

2) Menghubungkan perilaku dan perasaanya.

3) Memvalidasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien.

4) Menggunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang


mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik.
5) Menggunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaanya.
SP 3 :

7
1) Membantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas.
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik.
3) Mengaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan .

SP 4:
1) Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri.
2) Mendorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.
b. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
Tujuan :
Klien mendapat dukungan keluarga
SP 1:
1) Menjadi pendengar yang baik.
2) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
SP 2 :
1) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala ansietas yang dialami klien beserta
proses terjadinya.
2) Mengajak keluarga untuk selalu menjadi pendukung klien dalam ansietasnya.
SP3 :
1) Menjelaskan cara-cara merawat klien ansietas.
2) Menyukseskan keluarga agar dapat mengajarkan klien dalam mengendalikan
ansietasnya.
2. Harga Diri Rendah
a. Tindakan Keperawatan Untuk Individu
Tujuan :
Rasa percaya diri klien meningkat

8
Sp 1:
1) Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
2) Menjadi pendengar yang baik
3) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
SP 2:
1) Membantu klien agar mengungkapkan perasaannya
2) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Memberikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnya
SP 3:
1) Menetapkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan klien
2) Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuannya
3) Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
SP 4:
1) Melatih klien untuk bisa melakukan secara individu
2) Menyukseskan klien agar dapat melaksanakannya di luar
b. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
SP 1:
1) Mendiskusikan kepada keluarga mengenai perilaku HDR pasien
2) Membangun bina hubungan saling percaya kepada keluarga
3) Menjadi pemdengar yang baik
SP 2:
1) Mengedukasi kelurga mengenai tanda, gejala dan dampak HDR
2) Meyakinkan keluarga agar dapat menjadi sarana pendukung klien
SP 3:
1) Mengajarkan keluarga untuk dapat merawat klien HDR di rumah
2) Menyukseskan tindakan agar klien dapat dirawat mandiri di rumah
3. Sumber Koping Efektif
a. Tindakan Keperawatan Untuk Individu
Tujuan :

9
Pasien dapat melakukan pembelajaran dengan baikdan benar
SP 1:
1) Menjadi pendengar yang baik.
2) Mengidentifikasi persepsi klien mengenai maslah yang dihadapinya.
3) Mengenali perilaku dan respon agar mempercepat pasien untuk belajar dan
berkembang.
SP 2 :
1) Mendiskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
2) Mengidentifikasi peran yang ada dalam keluarga
3) Mendiskusikan tentang peran keluarga
SP 3 :
1) Menunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang
digunakan
2) Mendorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang
dimilikinya
3) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan.
SP 4 :
1) Melibatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
2) Menyukseskan pasien dalam membangun kefektifan belajarnya
b. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
SP 1 :
1) Membangun bina hubungan saling percaya
2) Menjadi pendengar yang baik
3) Mendiskusikan apa yang dirasakan pasien selama dirawat

SP 2:

1) Menjelaskan keluarga tentang keluarga sebagai pendukung utama


2) Mendorong keluarga agar selalu mendukung klien dalam prestasi belajarnya

SP 3 :

1) Mengajarkan keluarga dalam memotivasi klien dalam pembelajarannya

10
2) Menyukseskan keluarga dalam mendukung klien dalam belajarnya secara
mandiri
I. EVALUASI
1. Untuk klien yang selalu merasa cemas dalam pembelajarannya, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan berkurangnya atau hilangnya cemas yang berlebih.
2. Untuk keluarga pasien yang selalu merasa cemas akan pembelajarannya, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan keluarga yang dapat mnjadi sumber koping bagi
klien.
3. Untuk klien yang merasa tidak berharga lagi, keberhasilan dalam asuhan keperawatan
ditandai dengan rasa percaya diri klien dapat meningkat, sehingga klien dapat
melakukan hal berikut.
a. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
b. Klien mampu menonjolkan kemampuan yang dimilikinya.
c. Klien mampu menenghargai dirinya sendiri.
4. Untuk keluarga pasien yang merasa tidak berharga lagi, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan keluarga dapat menjadi pendukung dan dapat merawat
pasien di rumah, sehingga keluarga dapat melakukan hal berikut.
a. Keluarga mampu mengerti fungsi keluarga.
b. Keluarga mampu merawat klien.
c. Keluarga mampu mendukung klien

11
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGI
ANSIETAS
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Nn A (18 tahun) mengeluh demam yang naik turun, pasien sudah dirawat di RS
selama 3 hari. Pasien mengatakan mual, sakit kepala, tidak nafsu makan, tidur sering
terbangun, keluar keringat dingin, sulit untuk konsentrasi. Pasien mengeluh, selama
dirawat sering memikirkan kuliahnya dan takut ketinggalan pembelajaran. Selama ini
pasien tidak pernah sakit, nafsu makan baik dan tidak pernah terpapar zat beracun.
Orangtua dan teman-teman pasien selalu memberi dukungan kepadanya. Pasien
merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, pasien tinggal bersama kedua orangtuanya.
Jaminan kesehatan pasien ditanggung oleh asuransi kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Strategi Komunikasi

12
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi Nn. perkenalkan nama saya Gilang, saya suster yang bertugas dinas
pagi ini. Saya bertugas dari pukul 07.00-14.00 WIB dan saya suster yang akan
merawat kakak selama kakak dirawat di rumah sakit ini. Boleh disebutkan nama
panjang kakak? Dan kakak senang dipanggil apa?
2) Evaluasi/validasi
Baiklah, bagaimana keadaan dan perasaan kakak saat ini?

b. Kontrak :
1) Topik : “apakah kakak bersedia untuk mengobrol dengan saya? Jika iya, menurut
kakak sebaiknya kita ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
perasaan kakak hari ini? Atau ada yang ingin kakak bicarakan?”
2) Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Kakak maunya berapa
menit? Bagaimana kalau 10 menit, bisa?
3) Tempat : “Dimana kita duduk? Di teras, di kursi panjang itu atau dimana?”
4) Tujuan : “ Untuk saling kenal”

1. Fase Kerja
“Kakak mengatakan kalau merasa khawatir dengan perkuliahan kakak, sudah
beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba kakak ceritakan lebih lanjut
tentang perasaan bapak, kenapa kakak merasakan hal tersebut, apa yang kakak
pikirkan? Oh, jadi kakak takut kalau penyakit ini dapat mengganggu perkuliahan
kakak? Bagaimana kalau kita coba mengatasi kecemasan kakak dengan relaksasi
dengan cara tarik napas dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi
kecemasan yang kakak rasakan.” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan
lakukan, dan kakak memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan.
Kita mulai ya kak? Pertama-tama kakak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu
tahan napas. Dalam hitungan ketiga setelah itu kakak hempaskan udara melalui
mulut dengan meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba kakak praktikan.
2. Fase Terminasi

13
a. Evaluasi Subyektif

“Nah, sekarang bagaimana perasaan kakak? Apakah perasaan cemasnya sudah


berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b. Evaluasi Objektif

“Sekarang coba kakak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang


seperti saya contohkan tadi ya?”
c. Kontrak

“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul
9 pagi seperti saat ini di serambi depan?
d. Rencana Tindakan Lanjutan

“Selanjutnya kakak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Keliat, B. A. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Kalsifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai