Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh
Fatwa hardiyanti (1910211008)

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Muhammadiyah Jember
A. DIMENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

1. Dimensi Pendidikan dan Moral

Dimensi pendidikan nilai dan moral adalah salah satu dimensi yang terdapat dalam
pembelajaran kewarganegaraan, dimana nilai tersebut memiliki arti realitas abstrak sebagai
perinsip–perinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai juga berfungsi sebagai acuan
perilaku setiap individu. Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nuurani untuk
membimbing perilaku dan cara berfikir.Melalui proses pendidikan, manusia diharapkan dapat
memperoleh nilai kemanusiaannya, sehingga dapat menyadari realitas sosial yang terjadi
disekitarnya dan menyadari perannya untuk berperilaku sebagaimana mestinya atas realitas
sosial tersebut.

2. Dimensi Hukum dan Kemasyarakatan


Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara
perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau
kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan
militer.
Filsuf Aristoteles menyatakan bahwa Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari
pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela.Hukum dapat dibagi dalam berbagai
bidang, antara lain hukum pidana/hukum publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara,
hukum tata negara, hukum administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum internasional,
hukum adat, hukum islam, hukum agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan.Hukum di
Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada hukum Eropa,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah
jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda (Nederlandsch-Indie).
Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi
hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan
warisan.

Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-
undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia masyarakat dibagi menjadi beberapa bagian yang
mempunyai arti antarlain: Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan manusia
yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan aturan ikatan-ikatan yang tentu. Bermasyrakat
adalah merupakan masyarakat yang bersekutu. Permasyarakatan adalah lembaga yang mengurus
orang hukuman.

Kemasyarakatan adalah mengenai masyarakat, sifat-sifat atau hal masyarakat.


Ralp Linton (1936: 91), mendefinisikan masyarakat (society) adalah “Setiap kelompok manusia
yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batasnya yang jelas“.David
Krech, Richard S. Crutcfield dan Egerton L. Ballachey (1962: 308), mendefinisikan masyarakat
adalah “Masyarakat adalah suatu kumpulan manusia yang berinteraksi yang aktivitas-
aktivitasnya terarah pada tujuan-tujuan yang sama dan yang cenderung memiliki sistem
kepercayaan, sikap serta bentuk kegiatan yang sama”
(Krech, Crutcfield dan Ballachey, 1962: 308).

Masyarakat dalam arti yang luas, berarti sekelompok manusia yang memiliki kebiasaan, ide
dan sikap yang sama, hidup di daerah tertentu, menganggap kelompoknya sebagai kelompok
sosial dan berinteraksi.(Lihat buku ISD karangan, Prof. Dr. Tajul Arifin. MA hal. 45). Dengan
melihat berbagai arti dari Kemasyarakatan itu sendiri maka Masyarakat memiliki berbagai syarat
agar dapat disebut demikian yang diantaranya :

1. Populasi penduduk dari berbagai keturunan.


2. Kebudayaan atau Kultur yaitu karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang
3. Hasil-hasil kebudayaan yang dikembangkan oleh manusia dari bidang teknologi, dan
pendayagunaan alam secara maksimal.
4. Organisasi Sosial yaitu sebagai jaringan bagi warga baik secara individu kepada
individu, peranan-peranan, kelompok social dan kelas sosial.
5. Lembaga sosial dan Sistemnya, sebagai salah satu aturan bagi sebuah masyarat yang
harus dijaga untuk kebaikan masyarakat itu sendiri dengan membatasi tingkah laku
masyrakat yang menyimpang dengan norma-norma yang berlaku.

B. LANDASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

Landasan hukum pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah

 UUD 1945
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
 Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006
Landasan hukum pendidikan kewarganegaraan di PT (Perguruan Tinggi)

a. UUD 1945
Pembukaan UUD 1945.
 Alinea kedua tentang suatu cita-cita mengisi kemerdekaan
 Alinea keempat khusus tentang tujuan dari negara, yaitu keamanan dan
kesejahteraan.
 Batang tubuh UUD 45
1. Pasal 27 ayat 1, Tentang kesamaan kedudukan dari warga negara dalam hukum dan
pemerintahan
2. Pasal 27 ayat 3, Tentang hak dan kewajiban warga negara dalam upaya untuk bela
Negara
3. Pasal 30 ayat 1, Tentang hak dan kewajiban warga negara dalam usaha untuk pertahanan
dan keamanan negara.
4. Pasal 31 ayat 1, Tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982
UU No. 20/1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia).
 Pasal 18

Wujud Hak dan Kewajiban setiap warga negara adalah dengan ikut serta dalam usaha bela
negara yang diselenggarakan dengan PPBN (Pendidikan Pendahuluan Bela Negara) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam Sikdiknas (Sistem Pendidikan Nasional).

 Pasal 19 ayat 2

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara harus diikuti oleh warga negara dan dilaksanakan
dengan bertahap, yaitu:

1. Tahap awal, terdapat pada pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan menengah dan
dalam gerakan Pramuka.
2. Tahap lanjutan, terdapat di dalam tingkat Pendidkan Tinggi atau Perguruan Tinggi dalam
bentuk Pendidikan Kewiraan.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


 UU No. 20/2003 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)

Kepmendiknas (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional) No. 232/U tahun 2000 {mengenai
Pedoman Penyusunan Kurikulum PT (Pendidikan Tinggi) dan PHBM (Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa)}.

 Kepmendiknas No. 45/U tahun 2002 (tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi)

Dari ketiga hal tersebut, telah ditetapkan bahwa Pendidikan Bahasa, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Pendidikan Agama merupakan kelompok dari mata kuliah
Pengembangan Kepribadian yang harus diberikan dalam kurikulum setiap rencana studi maupun
kelompok rencana studi.
d. Surat Keputusan Dirjen Dikti (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional) Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2006.

Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/2006 mengenai Rambu-Rambu Pelaksanaan


Kelompok Studi Pengembangan Kepribadian yang tercantum Pendidikan Kewarganegaraan di
Pergurauan Tinggi.

C. PENDIDIKAN KEWIRAAN DAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan Kewarganegaraan yang dahulu dikenal dengan Pendidikan Kewiraan, adalah


materi perkuliahan yang menyangkut pemahaman tentang persatuan dan kesatuan, kesadaran
warga Negara dalam bernegara, serta pendidikan bela Negara yang tertuang dalam suatu Surat
Keputusan Dirjen Dikti No. 267/DIKTI/2000. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, dengan
sendirinya juga dikembangkan kemampuan kepribadian dan kemampuan intelektual dalam
bidang politik, hukum, kemasyarakatan, filsafat dan budaya. Materi tersebut antara lain
membahas tentang demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan sosial budaya, ekonomi, serta
pertahanan dan keamanan. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, materi disajikan secara objektif
dan ilmiah dan tanpa unsur doktriner. Oleh karena itu materi Pendidikan Kewarganegaraan pada
hakikatnya tidak bersifat militeristik, objektif dan ilmiah.
Dalam UU No. 2 Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional  pasal 39 (2),
dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah tentang hubungan antar warganegara dan Negara serta pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Dalam pelaksanaannya selama ini , pada jenjang Pendidikan
Dasar sampai dengan Pendidikan Menengah, Pendidikan Kewarganegaraan digabung dengan
Pendidikan Pancasila menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Sedangkan
di Perguruan Tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Kewiraan yang
lebih menekankan pada Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang,
yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004
berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Landasan PKN adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan
perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.

 TUJUAN PENDIDIKAN KEWIRAAN

1. Memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa


mengenai hubungan antara warga negara dengan negara, dan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Agar memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun,
jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara Republik
Indonesia yang terdidik dan bertanggung jawab.
3. Agar menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat
mengatasi dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang
berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
4. Agar memiliki sikap perilaku sesuai nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, dan rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.

5. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu


kewarganegaraan.
6. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
7. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
8. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. (Kurikulum KTSP, 2006)

D. TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


a. Tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk menumbuhkan


wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon
penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi
serta seni.

Selain itu tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan lainnya yaitu untuk


meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, profesional, bertanggung  jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Peran
kewarganegaraan pun cukup penting untuk keberlangsungan bangsa dengan menambah wawasan
dan pengetahuan kewarganegaraan.

b. Tujuan pendidikan kewarganegaraan secara khusus


Secara khusus, terdapat beberapa tujuan kewarganegaraan yang diperuntukkan untuk
membentuk moral dan perilaku siswa. Pentingnya mempelajari kewarganegaraan memang juga
berperan pada moral dan perilaku para siswa. Inilah beberapa tujuan pendidikan
kewarganegaraan di sekolah secara rinci.

 Mendorong siswa supaya mempunyai kemampuan serta kecakapan dalam mengenali


berbagai macam permasalahan hidup dan kesejahteraan maupun cara-cara
penyelesaiannya.
 Mendorong siswa agar mendapatkan kemampuan dalam memutuskan sikap yang penuh
tanggung jawab sesuai moral yang telah tertanam didalam diri.
 Mendorong siswa agar dapat mengenali serta memahami segala bentuk perubahan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.
 Mendorong siswa agar mempunyai kemampuan dalam memaknai segala peristiwa
sejarah juga nilai-nilai budaya dalam upaya menggalang semangat Bhinneka Tunggal Ika
sebagai pedoman ersatuan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai