NO : 22
KLS : XI MIPA
Dalam penegakkan hukum pe laku illegal fishing UU No 31 Tahun 2004 dengan tegas
menyatakan da lam Bab XIII Pengadilan Perikan an, Pasal 71 ayat (1) menyatakan, pe
ngadilan perikanan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan tindak
pidana di bi dang perikanan merupakan indikator keseriusan pemerintah menangani
pelanggaran perikanan. Hal ini menuntut kesiapan penegak hu kum Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, Perwira TNI AL, dan aparat Pol ri berkoordinasi lebih intens dalam
menangani tindak pidana di bidang perikanan. Pengadilan per ikanan bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutuskan tin dak pidana perikanan oleh majelis hakim.
Sanksi terhadap pelanggar UU ini pun sudah sangat jelas. Terma suk denda seperti
tercantum pada pa sal 84-105, bahwa setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pe
ngelolaan perikanan RI melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan kimia,
bahan biologis, bahan peledak, alat serta cara yang dapat merugikan atau
membahayakan kelestarian sumber daya ikan atau lingkungannya, terancam hukum
an penjara maupun didenda. Jerat hu kum tersebut berlaku bagi nah koda kapal, ahli
penangkapan, dan anak buah kapal, demikian pula dengan pemilik kapal perikanan,
penanggung jawab perusahaan perikanan maupun operator kapal. Meski sudah ada
sanksi hukumnya, namun masih saja banyak pihak yang menyalahi aturan tersebut.
Kasus illegal fishing yang hanya membuat repot penegak hukum di Indonesia. Di
beberapa kawasan ne gara Asia Pasifik, kasus seperti nitu sering terjadi. Illegal fishing
me rupakan salah satu bentuk pe nyalahan aturan terhadap UU per ikanan yang marak
terjadi di In do nesia dan beberapa negara di Asia- Pasifik.
Pelanggaran tersebut dapat ter jadi di semua kegiaan perikanan tangkap tanpa
tergantung pada lokasi, target spesies, alat tangkap yang digunakan dan eksploitasi.
Serta, dapat muncul di semua tipe perikanan baik skala kecil dan industri, perikanan
di zona juridiksi nasional maupun internasional. Se tiap tahun, Kementerian Kelaut an
dan Perikanan, Indonesia meng alami kerugian akibat pencurian ikan sebesar Rp 31
miliar
Selain itu tidakan ini juga didukung oleh beberapa pernyataan lainnya seperti
1.Mengacu Deklarasi Djuanda, dapat disimpulkan bahwa Indonesia berhak atas segala
kekayaan alam yang terkandung di laut sampai kedalaman 200 meter pada wilayah
landas kontinen. Batas laut teritorial Indonesia sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan
perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut.
2. Pasal 69 ayat (4) dalam Undang-undang No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
memiliki serangkaian payung hukum terkait penegakan hukum terhadap tindakan
illegal fishing, salah satunya adalah dimungkinkannya dilakukan penenggelaman
kapal yang terbukti melakukan pengangkapan ikan tanpa izin.
3. Pasal 59 ayat (3) pada UU No 32 Tahun 2014 tentang Kelautan mengatur
pembentukan Badan Keamanan Laut.
4. Pada 13 Maret 2013, DPD sebenarnya mengajukan RUU Kelautan, namun sempat
terhambat karena keterbatasan DPD dalam hal kewenangan legislasinya. Inisiatif ini
dilanjutkan pasca Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 92/PUU/X/2012 dimana
ditetapkan bahwa DPD dapat mengajukan RUU.
3. Kenapa hal serupa sering terjadi di Indonesia ?
Jawab :
Berikut beberapa faktor yang mendukung terjadinya illegal fishing di perairan Indonesia: