Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


            Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan kronik baru yang
segera menjadi pandemic global yang cukup sulit sekali dikendalikan. Obesitas meningkat tajam
dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang mendapat prioritas utama dalam upaya
pengendalian penyakit kronik (M.Nadjib Bustam, 2015).
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju,
seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama
populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. (Lucy A. Bilaver,2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan
obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk
dunia menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini
terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes
(Sayoga dalam Rahmawaty, 2004). Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan
prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika
Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
            Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak,
dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan
laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).  Masalah obesitas meluas ke negara-
negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah
meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
            Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin
meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan
karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia
belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah
obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian

1
hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah
mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%,
gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
            Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar
2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal
sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK)
yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan
mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung
sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut obesitas,apa
penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada penyakit jantung koroner, dan bagaimana
mengatasinya. Selain itu akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap
kejadian Penyakit Jantung Koroner  (PJK).

B.     Rumusan Masalah


1. Apa defenisi Obesitas?
2. Apa saja klasifikasi Obesitas?
3. Apa riwayat alamiah Obesitas?
4. Bagaimana epidemiologi dalam penanggulan Obesitas?
5. Berapa frekuensi dan besaran masalah Obesitas?
6. Apa factor penyebab Obesitas?
7. Apa Sumber data Obesitas?
8. Bagaimana cara penanggulangan penyakit Obesitas?

C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi Obesitas
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Obesitas
3. Untuk mengetahui riwayat alamiah Obesitas
4. Untuk mengetahui pendekatan epidemiologi dalam penanganan Obesitas

2
5. Untuk mengetahui frekuensi besaran masalah Obesitas
6. Untuk mengetahui factor penyebab Obesitas
7. Untuk mengetahui sumber data Obesitas
8. Untuk mengetahui upaya pencegahan Obesitas

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Obesitas
                          Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan kronik baru
yang segera menjadi pandemic global yang cukup sulit sekali dikendalikan. Obesitas meningkat
tajam dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang mendapat prioritas utama dalam
upaya pengendalian penyakit kronik (M.Nadjib Bustam, 2015).
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan
organnya (Misnadierly, 2007). Menurut WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang
berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Myers (2004),
seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh
mereka
  Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan
berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
               Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap orang
perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini
terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin
wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.
               Definisi Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir menjadi
masalah global – menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada tahun 2005 sekitar
1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan berat badan, setidaknya 400 juta orang
dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat
badan.Para ahli percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3
miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala

4
masalahobesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem kesehatan
pemerintah.
Diperlukan manajemen yang kompeherensif, focus kefaktor resiko gaya hidup , makan
dan berolahraga mengingat obesitas sebagai penyakit gaya hidup. Upaya pengendalian
berhadapan dengan diri (Self Manajement)dalam hal penurunan asupan gizi dan peningkatan
aktivitas fisik. Obesitas meningkat tajam dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang
mendapat prioritas utama dalam upaya pengendalian penyakit kronik. Obesitas telah menujukkan
dampaknya terhadap peningkatan resiko penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, HT,
diabetes , kecacatan terkait arthritis dan kanker.

B. Klasifikasi Obesitas

Tipe Obesitas: (Nur,Khasanah 2012)


1. Tipe Android (Buah Apel)
Tipe obesitas ini umumya diderita oleh laki-laki. Pada obesitas tipe ini, lemak banyak
disimpan dibawah kulit dinding perut dan rongga perut. Akhirnya perut manjadi gemuk
dan buncit, dan penderita mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type).
Karena lemak banyak berkumpul di rongga perut, obesitas ini disebut dengan obesitas
sentral.

2. Tipe Gynoid (Buah Pir)

5
Obesitas tipe ini paling banyak dialami oleh wanita. Klebihan lemak pada wanita
disimpan dibagian bawah kulit daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk
seperti buah pir (pear type).

Lemak yang menumpuk di rongga perut (obesitas sentral) ternyata lebih berbahaya dari
lemak yang menumpuk dibagian pinggul dan paha(obesitas tipe pir). Obesitas sentral
beresiko lebih tinggi terkena penyakit degeneratif dibandingkan obesitas tipe pir. Akan
tetapi obesitas sentral lebih mudah menurunkan berat badan dibandingkan tipe pir.
Penggolongan obesitas bisa Juga berdasarkan IMT:

6
Pada obesitas sentral, pengukuran lebih baik menggunakan lingkar pinggang daripada IMT.
Pengukuran antropologi lingkar pinggang dilakukan dengan mengukur keliling perut dimulai
dari pertengahan krista illiaka dengan tulang iga terakhir secara horizontal. Dikatakan
obesitas sentral apabila didapatkan lingkar pinggang ≥90 cm pada laki-laki dan ≥80 cm pada
perempuan (Gotera, et. al. 2006).

C. Riwayat Alamiah Obesitas


Riwayat alamiah penyakit (Nature History of Disease) adalh perkembangan suatu penyakit
tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu
penyakkitberlangsung secara natural. Pada umumnya riwayat alamiah penyakit terbagi tiga
yaitu:
 Tahap Prepatogenesis
Pada fase ini penyakit belum terlihat dan berkembang tapi kondisi yang melatar
belakangi untuk terjadinya penyakit telah ada. Interaksi awal antara agent-host dan
environment menghasilkan stimulus yang berupa kelebihan kalori.
 Tahap Patogenesis
Interaksi lanjutan antara stimulus dengan host yang mengsilkan respons berupa
a. Akumulasi lemak jaringan
b. Meningkatnya berat bada melebihi standar berdasarkan umur, sex dan jenis
kelamin
c. Distribusi lemak secara menyeluruh pada tubuh

7
Bila reaksi antara stimulus dengan host terus berlanjut dan telah melibatkan
system organ maka akan timbul gejala-gejala dan tanda klinis sehingga akan
terjadi
a. Penurunan efisiensi kerja dan aktifitas fisik
b. Efek penurunan mortalitas menigkat oleh karena ateroklerosis, hipertensi dan
diabetes
Akhir perjalanan obesitas dapat berupa:
a. Sembuh => Normal kembali
b. Defect => Hipertensi, obesitas
c. Disabilitas => Sulit bergerak
d. Meninggal

D. Pendekatan Epidemiologi dalam Penanganan Obesitas


Untuk dapat hidup sehat, upaya pertama yang perlu dilakukan adalah mengendalikan tekanan
darah, kadar lemak darah, menjaga berat badan ideal, makan dengan pola seimbang, aktif
berolahraga, tidak merokok dan menjauhi alcohol. Apabila terdapat factor resiko dan sudah ada
gejala awal penyakit segeralah kedokter untuk mendapatkan pertolongan atau penanganan.
(Suiraoka,2012)

E. Frekuensi dan Besaran Masalah Obesitas


Kasus Obesitas atau kegemukan pada anak dan dewasa di Tanah Air terus meningkat
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar sejak 2007 hingga 2018. Direktur Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy di Jakarta, Rabu (16/1) mengatakan penurunan kasus
obesitas hanya terjadi pada kategori balita dari 12,7% pada 2013 menjadi 8% pada 2018.
Sementara prevalensi obesitas (indeks massa tubuh di atas 27,0) usia di atas 18 tahun pada
2007 sebesar 10,5%, 14,8% pada 2013, dan 21,8% pada 2018. Angka tersebut lebih besar
dibanding prevalensi berat badan lebih (indeks massa tubuh 25,0 sampai kurang dari 27,0) yang
mencapai 8,6% pada 2007, 11,5% pada 2013, dan 13,6% pada 2018.
Sementara prevalensi obesitas sentral (lingkar perut perempuan lebih dari 80 cm dan laki-laki
90 cm) untuk usia di atas 15 tahun lebih besar, yakni 18,8% pada 2007, 26,6% di 2013, dan 31%
pada 2018. Baik obesitas dewasa dan obesitas sentral pada anak, ketiga daerah paling tinggi

8
tingkat obesitasnya, ialah Sulawesi Utara, kedua tertinggi DKI Jakarta, dan ketiga tertinggi
Kalimantan Timur. Kasus obesitas sentral yang diukur lewat lingkar perut paling tinggi di
Sulawesi Utara dialami 42,5% penduduk, sementara obesitas dewasa paling tinggi 31%.

F. Faktor Penyebab Obesitas


Faktor penyebab obesitas sangatlah luas, yang meliputi semua factor yang meberikan
kemungkinan resiko menjadi obesitas . Misalnya, dilihat dari factor gender , terdapat perbedaan
resiko antara pria dan wanita dimana wanita mempunyai kemungkinan untykmobesitas lebih
tinggi dibandingkan kaum pria. Faktor lingkungan , perilaku dan genetic dinyatakan sebagai
factor yang terbukti meemberikan konstribusi terhadap terjadinya obesitas.
Faktor penyebab obesitas adalah factor-faktor yang mengakibatkan kalori berlebih, karena
asupan makanan yang berlebih atau pembakaran yang kurang dari gerak olahraga yang kurang,
sehingga kalori berlebih itu disimpan sebagai lemak. Lemak berlebih inilah yang member
konstibusi terhadap kenaikan berat badan hingga kegemukan. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadi energy lebih dan penimbunan lemak ini biasanya bersifat ganda (multiple-cause).
Faktor resiko obesitas dapat bersumber dari satu atau lebih dari factor berikut ini
(Gormley,189)
1. Genetik
Pada dasarnya gen mempengaruhi komposisi dan distribusi lemak tubuh. Faktor genetic juga
berperan terhadap efisiensi tubuh dalam metabolisme makanan menjadi energy , dan bagaimana
tubuh membakar energy selama beraktivitas fisik dan berolahraga.
2. Behavior (perilaku)
Terdapat tiga bentuk perilaku yang beresiko terhadap obesitas, yakni hidup tidak aktif, perilaku
makan tidak sehat, dan merokok.
a. Kurang aktivitas fisik
Jika hidup tidak aktif, hanya sedikit kalori yang terbakar. Gaya hidup mewah lebih memudahkan
mendapatkan masukkan kalori yang lebih banyak, karena kalori yang terbakar lebih sedikit.
b. Perilaku makan tidak sehat

9
Yang tergolong perilaku makan tidak sehat adalah perilaku yang dapat menyebabkan tubuh
mendapatkan masukkan energy terlalu tinggi dan kurang berkualitas (berlebihan lemak), seperti
makan fast food, tidak sarapan pagi, minuman kalori tinggi, makan porsi berlebih.
c. Merokok
Merokok menyebabkan berbagai penyakit, utamanya kanker paru, jika berhenti merokok
kenaikan berat badan bisa terjadi. Walaupun demikian, meroko masih lebih tinggi resiko nya
dibandingkan berhenti merokok.
3. Lingkungan
Beberapa contoh lingkungan yang beresiko obesitas:
1. Kurang tersedianya alur jalan kaki disekitar rumah dan tempat terbuka yang aman
untuk kegiatan rekreasi
2. Jadwal kerja yang ketat yang menjadi alasan tidak punya waktu untuk olahraga.
4. Sosial dan Ekonomi
Secara social seseorang yang banyak berteman dan bergaul dengan orang-orang gemuk,
dekatakan mempunyai kmungkinan lebih besar menjadi gemuk. Faktor ekonomi berkaitan
dengan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memilih makanan yang sehat, atau tidak mampu
memasak makanan sehat, atau tidak punya cukup uang untuk membeli makanan sehat..
5. Faktor gaya hidup keluarga
Obesitas cenderung terjadi dalam sebuiah keluarga. Hal ini bukan saja terjadi secara genetic,
tetapi juga termasuk pada kesamaan materi makanan, gaya hidup dan kebiasaan makan anggota
keluarga.
6. Psikologi
Faktor psikologi berkaitan dengan kurang tidur malam dan factor emosi
(bosan,marah,tegang) bisa mendorong overatingg yang berakhir dengan obesitas.

Gejala Timbulnya Obesitas


               Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik,

10
termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,
lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.           
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien
dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat
penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

G. Sumber data Obesitas


WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas
pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga
dalam Rahmawaty, 2004).
Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di
dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan
kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak,
dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan
laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).  Masalah obesitas meluas ke negara-
negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah
meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di Shanghai pada
tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari
dua kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015
diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin
meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan

11
karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia
belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah
obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian
hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah
mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%,
gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki
13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14
tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi
WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. 
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar
2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal
sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK)
yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan
mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung
sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.

Obesitas di Indonesia

12
Obesitas di Dunia
Di negara-negara seperti Inggris, AS, Australia dan Kanada, obesitas terjadi pada hampir 25
persen pria yang berusia 18 tahun ke atas. Di lokasi Asia Tenggara, Afrika, dan Mediterania
Timur, obesitas di kalangan wanita memiliki prevalensi hampir dua kali lipat dibanding
obesitas pada pria. Distribusi lemak tubuh antara wanita dan pria mungkin berada di belakang
angka-angka ini, tetapi penelitian menunjukkan faktor ekonomi dan sosial juga berperan. Di
negara-negara yang dilanda perang seperti Suriah , perempuan selalu terbatas pada rumah
mereka, memberi mereka sedikit ruang untuk kegiatan olahraga atau rekreasi.

Negara-negara dengan Prevalensi Obesitas Tertinggi

H. Upaya Pencegahan Obesitas


Menurut perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian Society for the Study of
Obesity, penanganan kegemukan dilaksanakan berpedoman pada lima prinsip yaitu:
1. Motivasi
         Jika seseorang menganggap gemuk bukan hal yang merisaukan, tentu program penurunan
berat badan tidak akan berhasil. Sebagai contoh ada seorang pembawa acara yang berbadan
gemuk dan senang akan kondisi tubuhnya. Beberapa kali diwawancarai, yang bersangkutan
13
dengan semangat mengatakan bahwa ia tidak akan menurunkan berat badannya. Tetapi apa yang
terjadi? Saat ini terlihat sang presenter kurus akibat mengalami penyakit tertentu.
         Sebelum memulai program penurunan berat badan, pertama-tama yang harus diubah adalah
pola pikir dari orang gemuk. Motivasi menjadi kurus harus kuat tertanam di dalam dirinya,
bukan sekedar ikut-ikutan karena misalnya baru saja membaca tulisan ini. Motivasi ini bis
diperkuat dengan bergabung dalam kelompok mereka yang mempunyai program sama,
berdiskusi dengan pakarnya, dan lain sebagainya. Biasanya dalam kelompok, para anggota bisa
saling mengingatkan dan saling berkompetisi. Begitu pula dengan adanya pakar dalam kelompok
tersebut, usaha yang dilakukan menjadi sistematik dan terarah. Adalah lebih baik jika penurunan
berat badan dilakukan pada saat belum mengalami kondisi penyakit tertentu, bukan akibat dari
penyakit yang diderita.

2. Pengaturan Diet
        Makin gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar. Ini karena pengaruh
zat/hormon yang terdapat dalam sel-sel lemak. Maka usaha pembatasan diet harus dilakukan
sesegera mungkin. Jika yang bersangkutan menganggap bahwa usaha pembatasan diet bisa
dilakukan kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu usahanya menjadi lebih sulit. Karena itu, pada
saat ini juga, tetapkanlah bahwa saya harus membatasi diet saya, sebelum menjadi lebih gemuk
lagi dengan risiko lebih susah lagi untuk berdiet. Carilah makanan yang rendah kalori. Mulailah
hari kita hanya dengan mengonsumsi setengah dari porsi makan Anda sehari-hari. Semua porsi
yang kita makan dikurangi separoh. Itu saja. Jangan lupa pula membatasi makanan manis, asin,
dan lemak. Tetapi harus diingat, jangan sampai kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran
WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg
per minggu.

3. Pola Hidup Sehat


         Selain pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda untuk mengevaluasi usaha
Anda. Hal ini kelihatan sepele namun memberi efek yang tidak kalah besarnya dengan program
diet itu sendiri. Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik dan benar.

4. Terapi Kedokteran

14
         Meskipun banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi langsing, namun
sebaiknya sebelum menggunakan obat-obatan, berkonsultasi dulu dengan dokter. Tanyakanlah
bagaimana cara kerja, efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara berlebihan terdapat
dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu cocok dan sesuai pada orang lain.
Lagi pula, program penurunan berat badan tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan.

5. Pembedahan
         Pembedahan berupa pengambilan lemak perut (omentum) dilakukan jika seseorang telah
memiliki BMI sama atau lebih dari 40. Selain itu bisa juga dilakukan pada BMI kurang dari 35
jikalau telah memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat berat tubuh berlebihan.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan kronik baru yang
segera menjadi pandemic global yang cukup sulit sekali dikendalikan. Obesitas meningkat tajam
dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang mendapat prioritas utama dalam upaya
pengendalian penyakit kronik (M.Nadjib Bustam, 2015).
 Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan
jumlah sel lemak bertambah.
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan
obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk
dunia menderita obesitas.
 Obesitas merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)  serta
meningkatkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler secara  Langsung  maupun tidak
langsung.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bustan,Nadjib M.2015. Manajemen Pengendakian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:Rineka


Cipta
Khasanah Nur.2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Jogjakarta:
Laksana
Suiroaka,Ip. 2012. Penyakit Degeneratif. Universitas Gadjah MadaYogyakarta. Nuha Medika
Anonim.2007.Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007.(Online), 
http://dinkessulsel.go.id/new/images/profil_kab/profil%20makassar-2007.pdf,diakses 14 April
2014
Arul.2009.Obesitas.(Online),  http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesita/, diakses 14
April 2014.
Fadilah.2011.Obesitas dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu Penyakit Dalam.(Online),
http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesitas-dan-penyakit-jantung-koroner.html,
diakses 14 April 2014.
http://reseplangsing.blogspot.com/2008/10/beberapa-faktor-penyebab obesitas.html,diakses 14
April 2014.
Jungelian.2008.Mari mengenal lebih jauh tentang jantung koroner.(Online),
              https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/obesitas/,diakses 14 April 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai