PENDAHULUAN
1
hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah
mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%,
gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar
2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal
sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK)
yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan
mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung
sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut obesitas,apa
penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada penyakit jantung koroner, dan bagaimana
mengatasinya. Selain itu akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap
kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi Obesitas
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Obesitas
3. Untuk mengetahui riwayat alamiah Obesitas
4. Untuk mengetahui pendekatan epidemiologi dalam penanganan Obesitas
2
5. Untuk mengetahui frekuensi besaran masalah Obesitas
6. Untuk mengetahui factor penyebab Obesitas
7. Untuk mengetahui sumber data Obesitas
8. Untuk mengetahui upaya pencegahan Obesitas
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Obesitas
Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan kronik baru
yang segera menjadi pandemic global yang cukup sulit sekali dikendalikan. Obesitas meningkat
tajam dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang mendapat prioritas utama dalam
upaya pengendalian penyakit kronik (M.Nadjib Bustam, 2015).
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan
organnya (Misnadierly, 2007). Menurut WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang
berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Myers (2004),
seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh
mereka
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan
berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap orang
perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini
terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin
wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.
Definisi Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir menjadi
masalah global – menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada tahun 2005 sekitar
1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan berat badan, setidaknya 400 juta orang
dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat
badan.Para ahli percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3
miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala
4
masalahobesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem kesehatan
pemerintah.
Diperlukan manajemen yang kompeherensif, focus kefaktor resiko gaya hidup , makan
dan berolahraga mengingat obesitas sebagai penyakit gaya hidup. Upaya pengendalian
berhadapan dengan diri (Self Manajement)dalam hal penurunan asupan gizi dan peningkatan
aktivitas fisik. Obesitas meningkat tajam dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang
mendapat prioritas utama dalam upaya pengendalian penyakit kronik. Obesitas telah menujukkan
dampaknya terhadap peningkatan resiko penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, HT,
diabetes , kecacatan terkait arthritis dan kanker.
B. Klasifikasi Obesitas
5
Obesitas tipe ini paling banyak dialami oleh wanita. Klebihan lemak pada wanita
disimpan dibagian bawah kulit daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk
seperti buah pir (pear type).
Lemak yang menumpuk di rongga perut (obesitas sentral) ternyata lebih berbahaya dari
lemak yang menumpuk dibagian pinggul dan paha(obesitas tipe pir). Obesitas sentral
beresiko lebih tinggi terkena penyakit degeneratif dibandingkan obesitas tipe pir. Akan
tetapi obesitas sentral lebih mudah menurunkan berat badan dibandingkan tipe pir.
Penggolongan obesitas bisa Juga berdasarkan IMT:
6
Pada obesitas sentral, pengukuran lebih baik menggunakan lingkar pinggang daripada IMT.
Pengukuran antropologi lingkar pinggang dilakukan dengan mengukur keliling perut dimulai
dari pertengahan krista illiaka dengan tulang iga terakhir secara horizontal. Dikatakan
obesitas sentral apabila didapatkan lingkar pinggang ≥90 cm pada laki-laki dan ≥80 cm pada
perempuan (Gotera, et. al. 2006).
7
Bila reaksi antara stimulus dengan host terus berlanjut dan telah melibatkan
system organ maka akan timbul gejala-gejala dan tanda klinis sehingga akan
terjadi
a. Penurunan efisiensi kerja dan aktifitas fisik
b. Efek penurunan mortalitas menigkat oleh karena ateroklerosis, hipertensi dan
diabetes
Akhir perjalanan obesitas dapat berupa:
a. Sembuh => Normal kembali
b. Defect => Hipertensi, obesitas
c. Disabilitas => Sulit bergerak
d. Meninggal
8
tingkat obesitasnya, ialah Sulawesi Utara, kedua tertinggi DKI Jakarta, dan ketiga tertinggi
Kalimantan Timur. Kasus obesitas sentral yang diukur lewat lingkar perut paling tinggi di
Sulawesi Utara dialami 42,5% penduduk, sementara obesitas dewasa paling tinggi 31%.
9
Yang tergolong perilaku makan tidak sehat adalah perilaku yang dapat menyebabkan tubuh
mendapatkan masukkan energy terlalu tinggi dan kurang berkualitas (berlebihan lemak), seperti
makan fast food, tidak sarapan pagi, minuman kalori tinggi, makan porsi berlebih.
c. Merokok
Merokok menyebabkan berbagai penyakit, utamanya kanker paru, jika berhenti merokok
kenaikan berat badan bisa terjadi. Walaupun demikian, meroko masih lebih tinggi resiko nya
dibandingkan berhenti merokok.
3. Lingkungan
Beberapa contoh lingkungan yang beresiko obesitas:
1. Kurang tersedianya alur jalan kaki disekitar rumah dan tempat terbuka yang aman
untuk kegiatan rekreasi
2. Jadwal kerja yang ketat yang menjadi alasan tidak punya waktu untuk olahraga.
4. Sosial dan Ekonomi
Secara social seseorang yang banyak berteman dan bergaul dengan orang-orang gemuk,
dekatakan mempunyai kmungkinan lebih besar menjadi gemuk. Faktor ekonomi berkaitan
dengan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memilih makanan yang sehat, atau tidak mampu
memasak makanan sehat, atau tidak punya cukup uang untuk membeli makanan sehat..
5. Faktor gaya hidup keluarga
Obesitas cenderung terjadi dalam sebuiah keluarga. Hal ini bukan saja terjadi secara genetic,
tetapi juga termasuk pada kesamaan materi makanan, gaya hidup dan kebiasaan makan anggota
keluarga.
6. Psikologi
Faktor psikologi berkaitan dengan kurang tidur malam dan factor emosi
(bosan,marah,tegang) bisa mendorong overatingg yang berakhir dengan obesitas.
10
termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,
lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien
dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat
penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
11
karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia
belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah
obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian
hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah
mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%,
gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki
13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14
tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi
WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar
2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal
sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK)
yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan
mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung
sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
Obesitas di Indonesia
12
Obesitas di Dunia
Di negara-negara seperti Inggris, AS, Australia dan Kanada, obesitas terjadi pada hampir 25
persen pria yang berusia 18 tahun ke atas. Di lokasi Asia Tenggara, Afrika, dan Mediterania
Timur, obesitas di kalangan wanita memiliki prevalensi hampir dua kali lipat dibanding
obesitas pada pria. Distribusi lemak tubuh antara wanita dan pria mungkin berada di belakang
angka-angka ini, tetapi penelitian menunjukkan faktor ekonomi dan sosial juga berperan. Di
negara-negara yang dilanda perang seperti Suriah , perempuan selalu terbatas pada rumah
mereka, memberi mereka sedikit ruang untuk kegiatan olahraga atau rekreasi.
2. Pengaturan Diet
Makin gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar. Ini karena pengaruh
zat/hormon yang terdapat dalam sel-sel lemak. Maka usaha pembatasan diet harus dilakukan
sesegera mungkin. Jika yang bersangkutan menganggap bahwa usaha pembatasan diet bisa
dilakukan kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu usahanya menjadi lebih sulit. Karena itu, pada
saat ini juga, tetapkanlah bahwa saya harus membatasi diet saya, sebelum menjadi lebih gemuk
lagi dengan risiko lebih susah lagi untuk berdiet. Carilah makanan yang rendah kalori. Mulailah
hari kita hanya dengan mengonsumsi setengah dari porsi makan Anda sehari-hari. Semua porsi
yang kita makan dikurangi separoh. Itu saja. Jangan lupa pula membatasi makanan manis, asin,
dan lemak. Tetapi harus diingat, jangan sampai kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran
WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg
per minggu.
4. Terapi Kedokteran
14
Meskipun banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi langsing, namun
sebaiknya sebelum menggunakan obat-obatan, berkonsultasi dulu dengan dokter. Tanyakanlah
bagaimana cara kerja, efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara berlebihan terdapat
dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu cocok dan sesuai pada orang lain.
Lagi pula, program penurunan berat badan tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan.
5. Pembedahan
Pembedahan berupa pengambilan lemak perut (omentum) dilakukan jika seseorang telah
memiliki BMI sama atau lebih dari 40. Selain itu bisa juga dilakukan pada BMI kurang dari 35
jikalau telah memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat berat tubuh berlebihan.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan kronik baru yang
segera menjadi pandemic global yang cukup sulit sekali dikendalikan. Obesitas meningkat tajam
dan segera menjadi salah satu gangguan kesehatan yang mendapat prioritas utama dalam upaya
pengendalian penyakit kronik (M.Nadjib Bustam, 2015).
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan
jumlah sel lemak bertambah.
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan
obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk
dunia menderita obesitas.
Obesitas merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta
meningkatkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler secara Langsung maupun tidak
langsung.
16
DAFTAR PUSTAKA
17