Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Keluarga Sadar Gizi


Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan Keluarga dan
Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Disebut
Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi
yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada konsumsi pangan yang beraneka ragam dan
bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga
yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi
baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga
itu (Depkes RI, 2007). Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang
baik yang dicirikan minimal dengan : 1. Menimbang berat badan secara teratur. 2.
Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI
eksklusif). 3. Makan beraneka ragam. 4. Menggunakan garam beryodium. 5. Minum
suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.
Landasan hukum pengembangan dan pembinaan Keluarga Sadar Gizi adalah sebagai
berikut:
1. Undang–undang No. 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2006 tentang Kewenangan Wajib Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun 2000
tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas;
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001 tentang
Kader Pemberdayaan Masyarakat;
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 Tahun 2003
tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat;
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1547/Menkes/SK/X/2003 Tahun 2003
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 Tahun 2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 331/Menkes/SK/V/2006 Tahun 2006
tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan;
15. Permenkes 23 tahun 2014 tentang upaya perbaikan gizi
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/SK/VII/2006 Tahun 2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga;
17. Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 411.3/1116/SJ, Tanggal
13 Juni 2001, Tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu.
2.2 Tujuan KADARSI
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar gizi (KADARZI) adalah seluruh keluarga berperilaku
sadar gizi, sedangkan tujuan khususnya yaitu agar keluarga dan masyarakat dapat
memperoleh informasi dan pelayanan gizi yang berkualitas dengan mudah (Depkes, 2004).
Tujuan utama dari konseling itu yaitu keluarga-keluarga yang belum menerapkan
indikator Kadarsi (5 indikator), terutama pada anggota keluarga yang sudah dewasa bisa
menerapkan 5 indikator itu. Selain itu konseling juga untuk memantapkan kemauan dan
kemampuan keluarga dalam melaksanakan perilaku Kadarzi dengan memanfaatkan potensi
yang dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungan. Lima indikator keluarga sadar gizi
yaitu:
a. Menimbang berat badan secara teratur
Tujuan dari penimbangan secara teratur yaitu untuk mengetahui perubahan berat badan
dalam menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan, dengan
mengetahui perubahan berat badan yang terjadi keluarga dapat mengenali masalah kesehatan
dan gizi anggota keluarganya serta mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau
dengan bantuan petugas.
b. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI
Eksklusif)
Pemberian ASI juga memberi manfaat yang besar bagi ibu yaitu mengurangi perdarahan
setelah melahirkan, mencegah/mengurangi terjadinya anemia, menunda kembalinya
kesuburan ibu sesudah melahirkan sehingga dapat menjaga waktu hingga kehamilan
berikutnya, membantu rahim kembali ke ukuran semula, mempercepat penurunan berat badan
seperti sebelum hamil, mengurangi kemungkinan menderita kanker ovarium dan payudara,
lebih ekonomis, serta tidak merepotkan (Zahraini, 2009).
c. Makan Beraneka Ragam
Makanan yang beraneka ragam dapat memberikan manfaaat yang besar terhadap
kesehatan. Hal itu karena zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam suatu jenis bahan
makanan, akan di lengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan lain, demikian juga
sebaliknya. Masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang
akan saling melengkapi, sehingga akan memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
(Khosman dan Anwar, 2008). Selain itu, mengkonsumsi makanan beraneka ragam dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan juga dapat menurunkan risiko untuk terkena masalah
gizi dan penyakit infeksi, sebagaimana hasil penelitian Sugimah (2009) yang menyatakan
bahwa makan beraneka ragam memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita.
d. Menggunakan Garam Beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalium iodat)
sebanyak 30-80 ppm. Sesuai dengan Keppres No.69 tahun 1994, semua garam yang beredar
di Indonesia harus mengandung iodium (Sari, dkk 2008). Fungsi Iodium dalam tubuh
manusia yaitu untuk membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh yang
bermanfaat dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa
(Gabriel, 2008).
e. Memberikan Suplemen Gizi (Kapsul Vitamin A Pada Balita)
Suplemen adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan zat mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh. Suplemen dapat berupa gabungan dari berbagai macam vitamin atau zat lain seperti
asam amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari kalsium, zinc, vitamin, asam folat, dan
lain-lain. Suplemen tidak diperlukan selama pengolahan makanan menerapkan pola gizi
seimbang. Asupan gizi paling bagus adalah dari makanan (Yokozu, 2009 dalam Damanik,
2011).

2.3 Sasaran Keluarga Sadar Gizi


Tahun 1998 telah dicanangkan gerakan keluarga sadar gizi (Kadarzi) yang
dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling
tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi. Sasaran kadarzi
adalah semua anggota keluarga. Perilaku sadar gizi yang diharapkan terwujud
minimal adalah :
a) Menimbang Berat Badan (BB) secara teratur
b) Memberi ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan (ASI
Eksklusif)
c) Makan beranekaragam makanan
d) Menggunakan garam beryodium
e) Minum suplemen gizi sesuai anjuran
Untuk mencapai sasaran KADARZI menurut Depkes RI (2007) adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan fungsi dan peran posyandu sebagai wahana masyarakat dalam
memantau dan mencegah secara dini gangguan pertumbuhan balita.
2) Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui advokasi,
sosialisasi, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan pendampingan keluarga.
3) Menggalang kerjasama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak lainnya dalam mobilisasi sumber
daya untuk penyediaan pangan rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga dan
perbaikan asuhan gizi.
4) Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplementasi gizi terutama zat gizi mikro
dan MP-ASI bagi balita GAKIN.
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan jaringannya
dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
6) Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk
meningkatkancakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan jaringannya.
7) Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui Pemantauan Wilayah
Setempat Gizi, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk dan
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.
Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Sasaran Keluarga Sadar Gizi:
a. Konseling Keluarga Sadar Gizi
- Pengertian Konseling Keluarga Sadar Gizi:
Konseling Kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma, Tenaga
Penggerak Masyarakat (TPM) dengan keluarga untuk membantu memecahkan
masalah perilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga.
- Tujuan Konseling Keluarga Sadar Gizi
Memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga untuk melaksanakan
perilakugizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
keluarga atau yangada di lingkungannya.
- Pelaksana Konseling Keluarga Sadar Gizi
Untuk pertama kali konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
puskesmas bersama Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dan kader dasawisma.
Untuk selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan TPM.
- Sasaran Konseling Keluarga Sadar Gizi
Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator sadar
gizi.Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa.

2.4 Cara Penanganan Keluarga Sadar Gizi

A. Apa itu keluarga sadar gizi

Kadarzi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan gizi seimbang,
mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan
mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai
oleh anggota keluarganya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah
berperilaku gizi yang baik secara terus menerus.

B. Kapankah sebuah keluarga disebut KADARZI

Apabila memenuhi syarat-syarat berikut :

- Keluarga bisa memantau berat badan secara teratur.

- Keluarga bisa makan beraneka ragam makanan.

- Keluarga bisa mengkonsumsi garam beryodium.


- Keluarga bisa memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai bayi berumur 6 bulan.

- Keluarga bisa mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota


keluarganya yang membutuhkan.

C. Mengapa perlu memantau berat badan secara teratur?

- Perubahan berat badan seseorang menggambarkan perubahan konsumsi makanan


atau adanya gangguan kesehatan.

- Menimbang berat badan dapat dilakukan dimana saja. Berat badan yang
meningkat menunjukkan asupan yang berlebih atau menderita sakit. Sebaliknya, berat
badan yang menurun menunjukkan asupan yang kurang ataupun menderita sakit.
Menimbang berat badan sebaiknya dilakukan secara teratur setiap bulan sekali.

- Berat badan normal dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil


pengukuran dengan tabel : BB/umur ataupun IMT( hubungi puskesmas terdekat).

D. Mengapa perlu makanan beraneka ragam??

- Tubuh manusia memerlukan zat gizi (energi, lemak, vitamin, protein dan mineral)
sesuai kebutuhan.

- Tidak ada satupun jenis bahan makanan yang lengkap kandungan gizinya.

- Mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung sumber zat tenaga


(makanan pokok: nasi, jagung, ubi, dll) zat pembangun (lauk pauk: daging, ikan,telur,
tahu, tempe, kacang-kacangan lainnya) dan zat pengatur (sayur dan buah

Pada semua kelompok umur pengetahuan tentang manfaat makanan pokok terihat
lebih tinggi (40%–53%) dibandingkan dengan manfaat

lauk hewani, nabati sayur dan buah. Diatas 80% responden menyatakan setuju untuk
mengkonsumsi lauk, sayur dan buah. Namun demikian perilaku mengkonsumsi
makanan beragam setiap hari pada umumnya masih rendah yaitu di bawah 20%
berdasarkan kelompok usia responden maupun berdasarkan provinsi. Rendahnya
perilaku keluarga untuk mengkonsumsi makanan beragam dikarenakan rendahnya
daya beli dan kurangnya

pengetahuan ibu sebagai penentu menu makanan keluarga.

https://media.neliti.com/media/publications/67944-ID-pengetahuan-sikap-dan-
perilaku-individu.pdf
2.5 Sumber Daya Yang Dimiliki Keluarga Sadar Gizi
Kosep Dasar Sumber Daya Keluarga
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya
untuk memenuhi keinginan. Terdapat 3 asumsi dasar memepelajari Sumber
Daya Keluarga yaitu:
1. SDK tidak hanya terdapat di dalam keluarga sendiri tetapi juga terdapat di
berbagai lingkungan sekitar keluarga.
2. Kondisi dari sumber daya merupakan elemen dari sistem yang dapat mendorong
atau menghambat pencapaian tujuan keluarga.
3. Perubahan salah satu sumber daya akan berpengaruh pada sumber daya lainnya
dalam sistem keluarga
Sumber Daya Manusia
• Mempunyai 2 ciri : Personal dan Interpersonal
• Ciri personal : kognitif, afektif, psikomotor; status kesehatan, bakat, tingkat
intelegensia, minat, sensitivitas
• Ciri interpersonal : HAM, kerjasama/gotong royong dan keterbukaan antar
personal dalam kaitannya dengan pengembangan
Aspek Kognitif
Penguasaan pengetahuan, tahapan;
1. mengetahui
2. memahami
3. menganalisis
4. mensintesis
5. mengevaluasi

Kegunaan Sumberdaya Kognitif


• Mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut sumber daya
• Menganalisis alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan
• Mengevaluasi kemungkinan yang relistis untuk mencapai tujuan
Kegunaan Sumber Daya Afektif
• Menumbuhkan rasa percaya
• Meningkatkan kerjasama & gotong royong
• Menciptakan rasa berguna
2.6 Hambatan kadarzi
Faktor- faktor yang Menghambat KADARZI:
Perilaku gizi ditingkat keluarga merupakan salah satu manifestasi gaya hidup
keluarga yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang menghambat
perilaku gizi dikeluarga adalah faktor fisiologis (umur), pendidikan pengetahuan gizi,
pekerjaan, pendapatan, lingkungan hidup (tempat tinggal dan besar keluarga), suku
bangsa, kepercayaan dan agama (budaya), sikap tentang kesehatan. Pada umunya
dalam penerapan perilaku gizi keluarga di Indonesia ibu mempunyai peran dominan
karena ibu bertanggung jawab penuh dalam penyediaan makanan bagi keluarga dan
pola pengasuhan anak sehingga masing-masing individu dalam keluarga mengikuti
perilaku gizi yang diterapkan oleh ibu terutama dalam konsumsi makanan dan
pengasuhan anak (Sediaoetama, 2008).
1. Umur Orang Tua
Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam mengasuh anak sehingga umumnya mereka mengasuh dan
merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Faktor usia muda
juga cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya
sendiri daripada kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan
kurang terpenuhi. Sebaliknya, ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima
dengan senang hati tugasnya sebagai ibu sehingga akan memengaruhi pula terhadap
kualitas dan kuantitas pengasuhan anak (Hurlock, 1999 dalam Nazaruddin 2013).
2. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang
anak. Menurut Suhardjo (1989) dalam Syafli (2011), keadaan tingkat pendidikan
orang tua yang rendah terutama ibu berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam
mengelola rumah tangga terutama pola konsumsi pangan sehari-hari. Sedangkan
menurut Gabriel (2008) Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak. Sehingga orang tua
yang berpendidikan tinggi akan lebih mengerti dan memperhatikan tentang pemilihan
pengolahan pangan serta pemberian makan yang sehat dan bergizi bagi anggota
keluarganya. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian Nazaruddin (2013) yang
menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
praktek KADARZI.
3. Pengetahuan Orang Tua
Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya
melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan
dirinya dan keluarganya. Tingkat pengetahuan ibu bermakna dengan sikap positif
terhadap perencanaan dan persiapan makan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka
semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan. Kurangnya pengetahuan tentang
gizi atau kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan
sebab penting gangguan gizi (Suhardjo, 2003 dalam Ridwan, 2010). Sebagaimana
hasil penelitian Nazaruddin (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan gizi dan perilaku kadarzi pada keluarga balita. Tingkat
pengetahuan ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan
makan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi
makanan.
Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan
ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan
perilaku yang kurang mendukung perilaku hidup sehat. Pengetahuan sangat penting
dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang yang pada akhirnya sangat akan
mempengaruhi status kesehatan anggota keluarganya (Depkes RI, 2007).
Seseorang yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu kurang mampu
menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain
yang berpendidikan lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah kalau orang
tersebut rajin mendengarkan informasi tentang gizi bukan mustahil pengetahuan
gizinya akan lebih baik (Ridwan, 2010).

4. Pekerjaan Orang Tua


Menurut Gabriel (2008) seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan
memiliki waktu lebih banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu
yang bekerja di luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan
pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki
keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni, 1994).
Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang adalah karena status pekerjaan ibu
sehingga ibu yang bekerja di luar rumah cenderung menelantarkan pola makan
keluarganya sehingga mengakibatkan menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan
berakibat pada keadaan status gizi anggota keluarga terutama anak-anaknya (Apriadji,
1996 dalam Nazaruddin, 2013).

5. Pendapatan Orang Tua


Pendapatan merupakan faktor yang terpenting menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan keluarga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari
penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa jenis bahan makanan
lainnya (Berg, 1986 dalam Nazaruddin, 2013). Menurut Madihah (2002) dalam
Nazaruddin (2013) pada umumnya bila pendapatan keluarga meningkat maka
kecukupan gizi keluarga akan meningkat. Namun, pendapatan tinggi tidak menjamin
untuk mendapatkan gizi yang cukup, jadi kemampuan membeli makanan tidak
menjamin untuk dapat memilih makanan yang baik.

6. Besar Keluarga
Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih
mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang sedang
tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi kurang
diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang paling
terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi sebab
seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan
banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh
memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua. Tahuntahun
awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam situasi yang rawan
(Suhardjo, 1989 dalam Gabriel, 2008).

7. Keaktifan Kader
Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan asuhan gizi ditingkat keluarga
belum memadai. Oleh sebab itu perlunya peran kader dalam upaya pemberdayaan
yaitu dengan melakukan pendampingan pada keluarga yang bermasalah dengan gizi
teruatama keluarga yang mempunyai balita dan ibu hamil. Pendampingan keluarga
KADARZI adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan
kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi
yang dialami (Depkes RI, 2007).
2.7 Solusi Keluarga Sadar Gizi
Solusi dalam menerapkan keluarga sadar gizi salah satunya melaksanakanan
pelatihan dari Dinas Kesehatan masing – masing Provensi di Indonesia. Bahwa
seseorang yang sadar gizi mempunyai 5 indikator sebagai berikut yaitu menimbang
berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir samapi usia 6
bulan, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium dan minum
suplementasi gizi.
Pelatihan ini bertujuan agar seluruh keluarga berprilaku sadar gizi serta
memberikan kemudahan keluarga dan masyarakat memperoleh informasi gizi dan
memberi kemudahan untuk memperoleh pelayanan gizi yang berkualitas. Dari hasil
pelatihan itu diharapkan kader bisa memberikan konseling pada masyarakat yang lain
sehingga masyarakat terpacu menjadi keluarga yang sadar gizi. Untuk sampai kepada
keluarga sadar gizi itu membutuhkan beberapa rantai penyalur informasi yaitu
Konseling Kadarzi diteruskan oleh konselor hingga sampai pada klien (masyarakat).
Beberapa pengertian mengenai Konseling Kadarzi yaitu proses komunikasi dua arah,
antara konselor dan klien untuk membantu klien memecahkan masalah perilaku gizi
yang belum dapat dilakukan oleh keluarga. Konselor adalah tenaga pelaksana gizi
atau petugas kesehatan di Puskesmas/Kader/Bagas (Pembantu petugas kesehatan
yang ada di desa siaga) yang telah mendapatkan pelatihan tentang KADARZI yang
akan membantu masalah memecahkan masalah gizi klien.
Tujuan utama dari konseling itu yaitu keluarga-keluarga yang belum menerapkan
indikator Kadarsi (5 indikator), terutama pada anggota keluarga yang sudah dewasa
bisa menerapkan 5 indikator itu. Selain itu konseling juga untuk memantapkan
kemauan dan kemampuan keluarga dalam melaksanakan perilaku Kadarzi dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungan.
Dalam hal ini dijelaskan oleh Dinas Kesehatan setempat bahwa ada beberapa
yang harus dipahami oleh konselor. Konselor bisa menjelaskan pengertian,
perkebangan dan kegunaan pemantauan kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga
serta bisa menjelaskan. Misalkan cara memantau kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta cara menegtahui kesehatan ibu hamil dan mencegah ibu
melahirkan BBLR dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan.
Dengan pelatihan Kadarzi ini diharapkan bisa menurunkan angka kesakitan dan
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
2.8 Catatan lain
Kadarzi Adalah Keluarga yang mampu mengenali masalah gizi setiap anggota
keluarganya dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi anggota
keluarganya, serta berperilaku makan yang beraneka ragam. Keluarga juga harus
mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota
keluarganya.
Ciri-ciri perilaku gizi yang baik :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
à ASI eksklusif.
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplementasi gizi (Tablet Tambah Darah (TTD), Kapsul Vitamin A dosis
tinggi).
1) Menimbang berat badan secara teratur
• Balita ditimbang berat badannya setiap bulan, dan hasilnya dicatat di KMS. Cara
mengukur : Lihat cacatan penimbangan balita pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
selama 6 bulan terakhir.
o Dengan kesimpulan :
- Baik jika 4 kali atau lebih.
- Belum baik, jika kurang dari 4 kali.
2) Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai 6 bulan.
• Bayi umur 0 – 6 bulan hanya diberi ASI saja, tidak diberi makanan dan minuman
lain.
Cara mengukur : Lihat cacatan status ASI eksklusif pada KMS atau pada catatan
kohort bayi. Jika tidak ada catatan, tanyakan kepada ibunya.
o Dengan Kesimpulan :
- Baik, berarti eksklusif.
- Belum baik, berarti tidak eksklusif.
3) Makan beraneka ragam.
• Anak balita mengkonsumsi makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah setiap
hari.
Cara mengukur : Menanyakan kepada ibu tentang konsumsi lauk hewani dan buah
dalam menu makanan anak balita selama 3 hari terakhir.
o Dengan Kesimpulan :
- Baik, jika setiap hari makan lauk hewani dan buah.
- Belum baik, jika tidak setiap hari makan lauk hewani & buah
• Keluarga mengkonsumsi makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah sesuai
kebutuhan.
Cara mengukur : Menanyakan kepada ibu tentang konsumsi lauk hewani dan buah
dalam menu keluarga selama 3 hari terakhir.
o Dengan Kesimpulan :
- Baik, dalam satu hari keluarga makan lauk hewani dan buah.
- Belum baik, jika tidak setiap hari makan lauk hewani & buah.
4) Menggunakan garam beryodium
• Adalah jika keluarga menggunakan garam beryodium untuk memasak makanan
setiap hari.
Cara mengukur : Menguji contoh garam yang digunakan keluarga dengan tes yodina
atau tes amilum.

o Dengan Kesimpulan :
- Baik, berarti beryodium (warna ungu atau biru).
- Belum baik, berarti tidak beryodium (tidak berubah warna).
5) Memberikan suplemen gizi sesuai anjuran.
• Kapsul Vitamin A biru diberikan pada bayi (umur 6 – 11bln) pada Bulan Februari
dan Agustus.
Cara mengukur : Lihat catatan pada KMS atau catatan Posyandu/Buku KIA, jika
tidak ada data tanyakan kepada ibunya.
o Dengan Kesimpulan:
- Baik, mendapat Kapsul Vitamin biru pada Bulan Februari atau Agustus.
- Belum baik, jika tidak pernah mendapat kapsul vitamin A
• Vitamin A Merah diberikan pada anak balita (umur 12 – 59 bl) setiap Bulan
Februari dan Agustus.
Cara mengukur: Lihat catatan pada KMS atau catatan Posyandu/Buku KIA, jika tidak
ada data tanyakan kepada ibunya.
o Dengan Kesimpulan :
- Baik, mendapat kapsul merah setiap bulan Februari dan Agustus
- Belum baik, jika tidak pernah mendapat kapsul vitamin A.
• Ibu hamil harus mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilannya.
Cara mengukur : Lihat catatan ibu hamil di Bidan Poskesdes atau jika tidak ada data
tanyakan kepada ibu hamil yang bersangkutan sambil melihat bungkus TTD.
o Dengan Kesimpulan :
- Baik, TTD diminum sesuai anjuran dan sesuai umur kehamilan.
- Belum baik, jika TTD diminum tidak sesuai anjuran.
• Ibu nifas mendapat dua Kapsul Vitamin A merah, yaitu : 1 kapsul diminum segera
setalh melahirkan dan 1 kapsul lagi diminum pada hari berikutnya (paling lambat
pada hari ke – 28 ).
Cara mengukur : Lihat catatan ibu nifas, jika tidak ada data tanyakan kepada ibu nifas
yang bersangkutan .
o Dengan Kesimpulan :
- Baik, mendapat dua Kapsul Vitamin A merah sampai hari ke – 28.
- Belum baik, jika tidak pernah mendapat Kapsul Vitamin A
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal,
mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut
Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan
menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi
sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan
garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul vitamin A dosis tinggi)
Kadarzi merupakan keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan gizi
seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota
keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi
yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila
telah berperilaku gizi yang baik secara terus menerus.
Indikator keluarga sadar gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi
keluarga. Menurut Depkes (2007), ada 5 indikator kadarzi yang meliputi : penimbangan
berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6
bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium,
memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita) sesuai anjuran.
3.2 saran
Saran dari kami yaitu Perlu dilakukannya peningkatan pendampingan keluarga
yang belum melaksanakan praktek KADARZI, terutama pada keluarga yang memiliki
balita gizi kurang dan gizi buruk agar status gizinya dapat diperbaiki. Selain itu pihak
puskesmas perlu melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah kepala Camat untuk
mendukung program KADARZI yang benar-benar menjadi solusi untuk mengatasi
permasalahan gizi yang ada dimasyarakat.
Daftar pustaka

https://lamongankab.go.id/dinkes/keluarga-sadar-gizi-kadarzi/

(diakses pada tanggal 19 maret 2020 pukul 1 : 16 )

http://www.indonesian-publichealth.com/download-permenkes-23-tahun-2014-tentang-upaya-
perbaikan-gizi/

(diakses pada tanggal 19 maret 2020 pukul 1 : 39 )

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/kmk-747_2007-pedoman-operasional-kadarzi-
desa-siaga.pdf

(diakses pada tanggal 19 maret 2020 pukul 2 : 03 )

https://id.scribd.com/doc/79421562/KELUARGA-SADAR-GIZI

http://sbhjenu.blogspot.com/2017/08/skk-keluarga-sadar-gizi-kadarzi-dalam.html?m=1

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47251/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22952/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://eprints.ums.ac.id/36893/5/BAB%20I.pdf

http://dinkes.surabaya.go.id/portal/berita/sosialisasikan-lima-indikator-keluarga-sadar-gizi/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47251/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

https://www.researchgate.net/publication/265194235_MANAJEMEN_SUMBER_DAYA_KEL
UARGA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47251/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y (Diakses pada: Jumat, 20 Maret 2020)

http://dinkes.surabaya.go.id/portal/berita/sosialisasikan-lima-indikator-keluarga-sadar-gizi/ (Di
akses pada tanggal 19 Maret 2020, pada pukul 11.40)

https://www.yumpu.com/en/document/read/53497584/pedoman-strategi-kie-keluarga-sadar-gizi-
kadarzi ini blm d copy

Anda mungkin juga menyukai