Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia serta merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita, yang telah dapat mengatasi percobaan dan
ujian sejarah, sehingga kita meyakini sedalam-dalamnya akan keampuhan dan kesaktiannya.
Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian Pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan
terus-menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya oleh
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara, serta setiap lembaga kenegaraan
dan kemasyarakatan, baik di pusat maupun daerah. Dan lebih dari itu, kita yakin bahwa
Pancasila itulah yang dapat memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbing kita semua dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu Pancasila harus kita amalkan dalam
kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila harus
manusiawi, artinya merupakan pedoman yang memang mungkin dilaksanakan oleh manusia
biasa. Agar Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi, maka pedoman pengamalannya
juga harusa bertolak dari kodrat manusia, khususnya dari arti dan kedudukan manusia dengan
manusia lainnya.
2. Manusiawi
Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan mengejar
kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang kuat dalam hidup manusia. Dan seperti
di isyaratkan oleh ketetapan MPR Nomor 11/MPR/1978, maka pancasila yang bulat dan utuh
memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagian hidup akan
tercapai apabila didasarkan atas keselarasan baik kehidupan manusia sebagai pribadi, dalam
hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan dengan alam, dalam hubungan
bangsa dengan bangsa, dalam hubungan manusia dengan tuhan maupun dengan mengejar
kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila menempatkan manusia dalam
keluhuran harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan yang maha Esa. Manusialah yang
menjadi titik tolak dari usaha kita memahami manusia itu sendiri.
3. Kodrat Manusia
Manusia tidak diciptakan dengan susunan tubuh yang dapat melakukan fungsinya
untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dan sempurna kepada lingkungannya, sehingga
manusia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya
5. Pengendalian diri
Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya itu kemauan dan
kemampuan mengendalikan diri dan kepentingan adalah suatu sikap yang mempunyai arti
yang sangat penting dan bahkan menjadi sesuatu yang sangat diharapkan, yang pada
gilirannya menumbuhkan kesinambungan dan stabilitas masyarakat. Pandangan sosial yang
berdiri atas paham keseimbangan tidaklah mengingkari bahwa manusia itu senantiasa
bergerak, berubah, dan berkembang, bahwa maysarakat itu dinamis.
Karena berpangkal tolak penghayatan dan pengamalan pancasila ialah kemauan dan
kemampuan manusia Indonesia dalam mengendalikan diri dan kepentingan agar dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat.
Dengan kesadaran dan berpangkal tolak yang demikian tadi, sikap hidup manusia
pancasila adalah:
a) Kepentingan pribadinya tetap di letakan dalam rangka kesadaran kewajibannya sebagai
mahluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya.
b) Kewajiban sebagai masyarakat dirasakan lebih besar dari pada kepentingan pribadinya.
Pengenalan pancasila tidak lain bertujuan untuk mewujudkan kehidupan pribadi dan
kehidupan bersama yang kita cita-citakan, kehidupan yang kita anggap baik. Dan untuk
merasakan kehidupanyang kita anggap baik itulah tujuan akhir dari pembangunan bangsa dan
negara kita.
B. Ekaprasetia Pancakarsa
Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa sansekerta secara harfiah “eka” berarti
satu atau tunggal “prasetya” berarti janji atau tekad, “panca” berati lima “karsa” berarti
kehendak yang kuat. Dengan demgan demikian Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang
tunggal untuk melaksanakan lima kehendak. Dalam hubungannya dengan ketetapan MPR
Nomor 11/MPR/1978 maka lima kehendak yang kuat itu untuk melaksanakan kelima sila
dari pancasila. Di katakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak
tergoyakan lagi.
Di samping arti harfiah seperti yang di uraikan di atas, maka yang lebih penting adalah
memahami Ekaprasetia Pancakarsa dari kedalaman semangat dan maksudnya.
Karena merupakan tekad, maka janji dalam Ekaprasetia Pancakarsa lebih merupakan tekad
yang tumbuh dari kesadaran sendiri
C. Pengamalan Pancasila
a) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c) Mengembangkan saling hormat menghormati kemerdekaan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
d) Menghargai setiap bentuk ajaran agama, dan tidak boleh memaksakan suatu agama dan
kepercayaan kepada orang lain.
a) Sebagai warga negara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama, dengan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih dahulu diadakan
musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
c) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.
d) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur, dengan
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, serta tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain.
e) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
a) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat indonesia.
b) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur menceminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
c) Bersikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati ha-hak orang lain.
d) Memupuk sikap suka memberi pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan agar
dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan hak milik untuk pemerasan, pemborosan, bergaya
hidup mewah dan perbuatan lain yang bertentangan dan merugikan kepentingan umum.
e) Memupuk sikap suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain yang bermanfaat,
serta bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan kesejahteraan bersama.
Pertanyaan