Anda di halaman 1dari 26

PENILAIAN HOTS RANAH PENGETAHUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran SD


Dosen Pengampu: Hieronimus Sujati, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Shinta Maylani NIM 18108241096
2. Destiarini Mahardika NIM 18108241111
3. Arif Wulandari NIM 18108241175
4. Nur Hazizah NIM 18108244012
5. Ovan Jati Pamulat NIM 18108244066

Kelas: 3 D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya
mengenal istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa
setiap jenjang dan  jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu
selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran,
perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap dan
kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan
materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
               Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini
seorang guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang
mengalami kesulitan dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar
peserta didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya
sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik
yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar.
               Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu
adanya pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran
sehingga jika terjadi kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di
perbaiki untuk kedepannya agar tujuan pem-belajaran yang telah di rumuskan
pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di harapkan, kemudian pemakalah
akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek pembelajaran di
antaranya mengenai unsur-  unsur sasaran penilaian meliputi input, transformasi,
dan output, kemudian yang menjadi obyek penilaian yaitu ranah kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Penilaian?
2. Apa Fungsi dan Tujuan Penilaian?
3. Apa saja Prinsip-Prinsip dalam Penilaian?
4. Apa saja Jenis-Jenis Penilaian?
5. Apa saja Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis HOTS?
6. Apa Prosedur dalam Penilaian?
7. Apa Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS?
8. Bagaimana Penilaian Berbasis HOTS dalam Aspek Kognitif?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Penilaian?
2. Mengetahui Fungsi dan Tujuan Penilaian?
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip dalam Penilaian?
4. Mengetahui Jenis-Jenis Penilaian?
5. Mengetahui Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis HOTS?
6. Mengetahui Prosedur dalam Penilaian?
7. Mengetahui Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS?
8. Mengetahui Penilaian Berbasis HOTS dalam Aspek Kognitif?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian

Menurut Nurgiyantoro (2008) istilah “penilaian” dalam bahasa Indonesia


dapat bersinonim dengan “evaluasi” (evaluation) dan kini juga popular istilah
“asesmen” (assessment). Berdasarkan lampiran Permendikbud no 66 tahun 2013
tentang standar penilaian pendidikan, penilaian pendidikan diartikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik. Permendikbud no 104 tahun 2014, tentang penilaian hasil
belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
menjelaskan, penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah
proses pembelajaran.

Sunarti dan Selly Rahmawati (2014: 7) menyebutkan bahwa penilaian


merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan. Sejalan dengan itu, Linch (dalam Nurgiyantoro,
2008: 251) mengemukakan bahwa penilaian adalah usaha yang sistematis untuk
mengumpulkan informasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan. Angelo
T.A. (1991) mengatakan bahwa asesmen kelas adalah suatu metode sederhana
yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun
setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang telah
diajarkan kepada mereka.

Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas


untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Richard I. Arends,
2008: 217). Palomba and Banta (1999) penilaian adalah pengumpulan, ulasan, dan
penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan
tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa. Dari beberapa pendapat
para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan
mengumpulkan dan mengolah informasi tentang capaian hasil belajar peserta
didik secara sistematis selama dan setelah proses pembelajaran.

B. Fungsi dan Tujuan Penilaian


1. Fungsi Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai
berikut :
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan
tujuan intruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan
belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para
orang tua. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan
kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya

Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa


berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai
perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang
diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar
anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.

Fungsi penilaian yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan


kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian menurut
Cronbach, 1954 dalam Oemar Hamalik, 2002: 204 adalah sebagai berikut:

1. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau


mengembangkan perilakunya.
2. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah
dikerjakannya.
3. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar
yang digunakannya telah memadai.
4. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi.

Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam


mewujudkan dan mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib yang
ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa yang dikerjakannya
yang berupa nilai. Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan
sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan
puas dengan hasil yang didapatkannya. Penilaian juga membantu guru
dalam menetapkan metode yang digunakan telah tepat diterapkan.

2. Tujuan Penilaian
Sedangkan tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah
sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui


kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata
pelajaran yang ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para
siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta
strategi pelaksanaanya.
4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi
pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.

Dari pendapat di atas, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil


belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam
proses pembelajaran tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini dapat terlihat berhasil
tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila hasilnya
kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses
pendidikan sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak
sekolah.

C. Prinsip-Prinsip Penilaian

Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan,


maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur panilaian.

Menurut Helmawati (2019: 214-215) prinsip umum dalam Penilaian Hasil


Belajar oleh Pendidik sebagai berikut.

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan


yang diukur
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dan dengan berbagai teknik penilaian yang sesuai
dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan criteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Prinsip penilaian menurut Nana Sudjana (1995: 9) yang dimaksudkan adalah


sebagai berikut:

1. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga


jelas abilitas (segi) yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan
interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam
merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku
pelajaran yang digunakan.
2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-
mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses
belajar-mengajar sehingga pelaksanaanya berkesinambungan. “Tiada proses
belajar-mengajar tanpa penilaian” hendaknya dijadikan semboyan bagi setiap
guru. Prinsip ini mengisyaratkan pentingnya penilaian formatif sehingga dapat
bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.
3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat
komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak hanya
aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.

Dalam melakukan penilaian, guru harus berpatokan terhadap kurikulum


yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakan. Sehingga dalam merancang
penilaian hasil belajar siswa lebih jelas. Penilaian dilakukan pada setiap saat
proses pembelajaran sehingga pelaksanaanya berkesinambungan. Agar diperoleh
hasil belajar yang objektif sesuai dengan kemampuan siswa maka menggunakan
berbagai alat penilaian. Apabila hasil belajar siswa kurang baik maka guru
bertanggungjawab penuh terhadap siswa sampai siswa tersebut meperoleh hasil
yang baik.

Depdiknas (2004 : 7) menyatakan bahwa prinsip atau kriteria penilaian


yaitu:

1. Validitas

Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi
yang terwakili secara proporsional.

2. Reliabilitas
Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan
menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek penilaian akan
reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan
lagi dengan kondisi yang relatif sama, untuk menjamin penilaian yang reliable
petunjuk pelaksanaan proyek dan penskorannya harus jelas
3. Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
4. Keseluruhan atau komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat
untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga
tergambar profil kemampuan peserta didik. Sehingga di sini jelas terlihat
kemampuan yang dimiliki peserta didik.
5. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif, untuk itu penilaian harus adil,
terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami
peserta didik dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan
atau pemberian angka. Dalam memberikan penilaian guru tidak boleh pilih
kasih.
6. Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.

Dalam menilai hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan


prinsip-prinsip dalam penilaian agar hasilnya sesuai baik.

D. Jenis-Jenis Penilaian
1. Penilaian Sikap

Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah


merubah konsep. penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh
guru selama ini. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik
memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu
bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk
jurnal atau catatan pendidik

2. Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara terpisah


maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan,
secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar
yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu.

Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur


penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses berpikir.
Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan,
pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan, dan
pelaporan, serta pemanfaatan hasil penilaian. Teknik penilaian pengetahuan
menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan. Penilaian hasil belajar diharapkan
dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat
mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi
pelajaran.

Aspek pengetahuan (KI-3) diukur melalui tes, baik test lisan atau test
tulisan. Test lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru dan
dijawab secara lisan oleh siswa. Test tertulis terdiri dari dari dua model yaitu
objektif dan non objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG),
menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat. Sedangkan non objektif yaitu
soal uraian. Dalam kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan adalah
PG dan uraian.

Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan:

1) transfer satu konsep ke konsep lainnya,


2) memproses dan menerapkan informasi,
3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda,
4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
5) menelaah ide dan informasi secara kritis. (Kemdikbud, 2018 : 10-11).

Karakteristik soal HOTS antara lain, (1) mengukur keterampilan berpikir


tingkat tinggi, (2) berbasis permasalahan kontekstual, (3) menggunaan bentuk soal
beragam, dan (4) mengukur level kognitif C-4 (menganalisis), C-5
(mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).

3. Penilaian Keterampilan

Pelaksanaan penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik praktik,


produk, dan proyek. Dalam proses penilaian keterampilan, sudah tentu ada aspek
HOTS didalamnya. Sebagai contoh, ketika kita meminta siswa untuk membuat
suatu produk atau proyek, maka dalam proses tersebut ada kreativitas di
dalamnya, ada proses transfer knowledge dan ada proses penyelesaian masalah.
Jadi proses penilaian keterampilan bisa mencakup aspek transfer knowledge,
critical thinking dan creativity serta problem solving.

E. Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis HOTS


Nitko & Brookhart (2011: 237-239) menambahkan bahwa instrumen tes
utuk mengukur kemampuan berpikir kritis adalah berupa tes uraian yang
didalamnya mengandung deskripsi situasi, kemudian diikuti dengan pertanyaan
yang mengarah pada indikator kemampuan berpikir kritis tertentu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Mundilarto (2010: 58, 61), yaitu tes berbetuk uraian sangat
sesuai untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Kemampuan berpikir kritis termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi,
sehingga tepat bila diukur dengan menggunakan tes uraian. Jawaban responden
pasti beragam, maka untuk meminimalisir unsur subjektifitas dalam melakukan
penilaian, diperlukan rubrik penilaian yang jelas dan rinci. Penulisan soal HOTS
terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan,
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan
pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran
tinggi. Caranya adalah sebagai berikut:

(1) Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan,
sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan).
(2) Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus). Agar butir soal yang
ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan
dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan.
(3) Mengukur kemampuan berpikir kritis.

Ada 11 kemampuan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam


menulis butir soal HOTS.

1. Menfokuskan pada pertanyaan.


Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau
eksperimen dan hasilnya, peserta didik dapat menentukan masalah 22 utama,
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau
kesimpulan.
2. Menganalisis argumen.
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua
argumentasi, peserta didik dapat:
a. menyimpulkan argumentasi secara cepat,
b. memberikan alasan yang mendukung argumen yang disajikan,
c. memberikan alasan tidak mendukung argumen yang disajikan.
3. Mempertimbangkan yang dapat dipercaya.
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau
eksperimen dan interpretasinya, peserta didik menentukan bagian yang dapat
dipertimbangan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta
memberikan alasannya.
4. Mempertimbangkan laporan observasi.
Contoh indikator soalnya: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau
laporan observer/reporter, peserta didik dapat mempercayai atau tidak
terhadap laporan itu dan memberikan alasannya.
5. Membandingkan kesimpulan.
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada
peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri atas:
(1) satu kesimpulan yang benar dan logis,
(2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan logis, peserta didik dapat
membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan
atau kesimpulan yang harus diikuti.
6. Menentukan kesimpulan.
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada
peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan, peserta didik
dapat menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan
alasannya.
7. Mempertimbangkan kemampuan induksi.
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan
beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan sebuah
kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya.
8. Menilai.
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah,
dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat menentukan:
a. solusi yang positif dan negatif,
b. solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan,
dan dapat memberikan alasannya.
9. Mendefinisikan Konsep.
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah,
peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
10. Mendefinisikan asumsi.
Contoh indikator soal Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang
implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang
tepat sesuai dengan asumsi. 24
11. Mendeskripsikan.
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan,
segmen dari video klip, peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang
dihilangkan (Rosana, 2014: 394-400).
F. Prosedur Penilaian

Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:

1) Penyusun perencanaan penilaian


2) Mengembangkan instrumen penilaian
3) Melaksanakan penilaian
4) Memanfaatkan hasil penilaian
5) Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan
deskripsi

Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan
dengan urutan:

a. Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah


disusun
b. Menyusun kisi-kisi penilaian
c. Membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian
d. Melakukan analisis kualitas instrumen
e. Melakukan penilaian
f. Mengolah, menganalisis, dan menginterpresentasikan hasil penilaian
g. Melaporkan hasil penilaian
h. Memanfaatkan laporan hasil penilaian

Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan


mengordinasikan kegiatan dengan urutan:

a. Menetapkan KKM
b. Menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran
c. Menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya
d. Melakukan analisis kualitas instrumen
e. Melakukan penilaian
f. Mengolah, menganalisis, dan menginterpresentasikan hasil penilaian
g. Melaporkan hasil penilaian
h. Memanfaatkan laporan hasil penilaian

Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:

a. Menyusun kisi-kisi penilaian


b. Menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya
c. Melakukan analisis kualitas instrumen
d. Melakukan penilaian
e. Mengolah, menganalisis, dan menginterpresentasikan hasil penilaian
f. Melaporkan hasil penilaian
g. Memanfaatkan laporan hasil penilaian

G. Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS


Dalam melaksanakan kurikulum 2013, guru disamping didorong untuk
melaksanakan pembelajaran yang HOTS (Higher Order Thinking Skills), juga
didorong untuk menilai hasil belajar pada aspek pengetahuan yang HOTS.

Pembelajaran yang menerapkan HOTS bercirikan transfer


pengetahuan (transfer of knowledge), berpikir kritis dan kreatif (critical thinking
dan creativity) serta penyelesaian masalah (problem solving). Hal-hal yang
dipelajari oleh peserta didik dalam pembelajaran meliputi fakta, konsep, prosedur,
dan metakognitif.

Pembelajaran yang HOTS juga menerapkan kecakapan abad 21 atau 4C


yang meliputi (1) komunikasi (communication), (2) kolaborasi (collaboration), (3)
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem
solving), (4) kreatif dan inovatif (creative and innovative). Berdasarkan kepada
hal tersebut, maka pembelajaran HOTS dapat dapat diterapkan pada beberapa
model pembelajaran, seperti pembelajaran menyingkap/ menemukan (inquiry/
discovery), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL), dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning/ PjBL).

Dalam pembelajaran HOTS, tingkat kemampuan yang diberikan kepada


peserta didik bukan lagi kemampuan tingkat rendah (Lower Order Thinking
Skills/LOTS) seperti mengetahui (C-1), memahami (C-2), dan mengaplikasikan
(C-3), tetapi kemampuan tingkat tinggi seperti menganalisis (C-4), mengevaluasi
(C-5), dan mengkreasi (C-6). 

Intinya, peserta didik bukan lagi dijejali oleh ceramah guru dari awal
sampai dengan akhir pembelajaran, tetapi memberi ruang kepada pesera didik
untuk berpikir, meneliti, menelaah, menganalisis, hingga mampu menemukan dan
mengontruksi sendiri pesan utama sebuah materi pembelajaran yang dipelajarinya.
Siswa bukan hanya sekedar menyelesaikan sejumlah materi pelajaran, tetapi
memiliki bekal yang akan diimplementasikan dalam kehidupannya. Itulah yang
disebut sebagai pembelajaran kontekstual (CTL), pembelajaran
bermakna (meaningful learning) dan pembelajaran tuntas (mastery learning).
Sebelum menerapkan pembelajaran dan penilaian HOTS, tentunya guru
terlebih dahulu harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mencerminkan pembelajaran dan penilaian HOTS, karena RPP tersebut akan
menjadi panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil
pembelajaran HOTS akan diukur melalui penilaian HOTS pada aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuannya untuk mengetahui ketercapaian
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari sebuah Kompetensi Dasar (KD)
yang diwakili oleh sebuah Kata Kerja Operasional (KKO).

H. Penilaian Berbasis HOTS Pada Aspek Pengetahuan

Untuk penilaian pembelajaran berbasis HOTS, pada penilaian aspek pengetahuan


atau kkognitif dengan bentuk tes dan dilakukan melalui tahapan: penyususnan
perencanaan penilaian, mengembangkan instrument penilaian,melaksanakan
penilaian, memanfaatkan hasil penilaian, dan melaporkan hasil penilaian dalam
bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

Presentase penilaian pembelajaran pada aspek kognitif hendaknya didistribusikan


sebagai berikut:

1. Kognitif level 1 (C1-Pengetahuan) sebanyak 5 %


2. Kognitif level 2 (C2-Pemahaman) sebanyak 10%
3. Kognitif level 3 (C3-Aplikasi) sebanyak 45%
4. Kognitif level 4 (C4-Analisis) sebanyak 25%
5. Kognitif level 5 (C5-Evaluasi) sebanyak 10%
6. Kognitif level 6 (C6-Kreasi) sebanyak 5%

Berikut perincian Taksonomi Anderson (perbaikan Taksonomi Bloom) yang dapat


digunakan sebagai acuan dalam penilaian pembelajaran berbasis HOTS, Menurut
Helmawati (2019:219-226):

a. Mengingat (pengetahuan)
Proses awal : menjelaskan jawaban factual, menguji ingatan, dan
pengenalan.
1) Indikator kata kerja
Kata kerja yang digunakan, diantaranya adalah memilij, menguraikan,
mendefinisikan, menunjukkan, memberi label, mendaftar,
menempatkan, memadankan, mengingat, menamakan, menghilangkan,
mengutip, mengenali, menentukan, menyatakan.
2) Model pertanyaan
 Siapa? (nama, penemu, pahlawan, penulis dst.)
 Dimana? (tempat, letak,kedudukan, struktur).
 Yang mana? (yang terbaik, terendah, tertinggi, tertinggal,
warna yang disukai, teori yang digunakan).
 Apa yang terjadi bila? (dibandingkan, digeser, dibuka, dibuat,
dikontraskan).
 Berapa banyak?
 Kapan?
 Bilamana?
 Mengapa terjadi?
 Apa artinya?
3) Strategi pembelajaran dan hasil belajar
Membuat daftar faktual, membuat garis waktu terhadap beberapa
kejadian, membaca puisi, mejelaskan fakta, membandingkan jenis,
menggambar fakta, menguraikan ingatanannya, menghitung,
menguraikan fakta, menyoroti perbandingan dan perbedaan
berdasarkan ingatan, mengulang cerita.
b. Memahami (pemahaman)
Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhanakan, dan
membuat perhitungan.
1) Indikator kata kerja
Menggolongkan, mempertahankan, mendemonstrasikan, membedakan,
menerangkan, mengekspresikan, mengemukakan, memperluas,
memberi contoh, menggambarkan, menunjukkan, mengaitkan,
menafsirkan, menaksir, mempertimbangkan, memadankan, membuat
ungkapan, mewakili, menyatakan kembali, menulis kembali,
menentukan merangkum, mengatakan, menerjemahkan, menjabarkan.
2) Model pertanyaan
 Nyatakan dengan kata-kata sendiri!
 Yang mana buktinya!
 Apa buktinya!
 Bagaimana faktanya!
 Apa artinya!
 Apakah yang ini sama dengan yang itu!
 Beri contoh!
 Pilih definisi yang tepat!
 Singkat paragraf ini dengan kata-kata sendiri!
 Apa yang terjadi bila ...?
 Jelaskan kejadiannya!
 Bagian mana yang tidak sesuai?
 Jelaskan makna!
 Apa yang dapat diharapkan dari? Bacalah diagram/grafnk ini!
 Apa yang mereka katakan?
 Hal ini sama dengan?
 Kelihatannya bagaimana?
 Apakah dapat dipercaya?
 Tunjukkan dengan gambar/tabel/grafik!
 Pernyataan mana yang mendukung?
 Pembatasan apa yang dipilih?
3) Strategi Pembelajaran dan Hasil Belajar

Mengaitkan hubungan; mengelaborasi konsep; membuat rangkuman;


membuat ungkapan, cerita, atau penjelasan; membuat aturan
permainan; membuat gambaran visual dalam bentuk tabel, graflk, peta,
kerangka, alur cerita, pola makna, atau analogi.
c. Menerapkan

Memahami kapan menerapkan; mengapa menerapkan; dan mengenali poIa


penerapan ke dalam situasi yang baru, tidak biasa, dan agak berbeda atau
berlainan.

1) lndikator Kata Kerja


Menerapkan, menentukan, mendramatisasikan, menjelaskan,
menggeneralisasikan, memperkirakan, mengelola, mengatur,
menyiapkan, menghasilkan, memproduksi, memilih, menunjukkan,
membuat sketsa, menyelesaikan, menggunakan.
2) Model Pertanyaan
 Meramalkan atau memperkirakan apa yang akan terjadi bila?
 Menentukan pernyataan yang akan digunakan.
 Memperkirakan pengaruh yang akan terjadi.
 Mempertimbangkan berbagai pengaruh.
 Memperkirakan hasil.
 Menceritakan yang akan terjadi.
 Menyatakan bagaimana, mengapa, dan dimana,
 Mengatakan apa yang akan berubah.
 Memperkirakan perubahan.
 Menunjukkan hasil.
3) Strategi Pembelajaran dan Hasil Belaiar
Teladan, percontohan, berwawasan, menyelesaikan studi kasus,
magang, simulasi, latihan, pemblasaan, mengoleksu, mengarsip,
mendokumentasi, melaporkan.

d. Menganalisis
Memecahkan ke dalam bagian, bentuk, dan pola.
1) lndikator Kata Kerja
Menganalisis, mengategorikan, mengelompokkan, membandingkan,
membedakan, mengunggu|kan, mendiversifikasikan, mengidentifikasi,
menyimpulkan, membagi, memerinci, memilih, menentukan,
menunjukkan, melaksanakan survei.
2) Model Pertanyaan
 Bagaimana fungsi dari?
 Bagaimana fakta?
 Pendapat?
 Bagaimana asumsi?
 Apakah pernyataan ini relevan?
 Motifnya apa?
 Berkaitan dengan apa?
 Perbedaannya bagaimana?
 Apakah dapat dilaksanakan?
 Kesimpulannya bagaimana?
 Bagaimana kevakinan penulis?
 Apa yang diasumsikan penulis?
 Membuat perbedaan,
 Menyatakan pendapat.
 Menyatakan kaberpihakan.
 Membuat definisi.
 Bagaimana menerapkan gagasan?
 Gagasan apa yang mendukung kesimpulan?
 Bagaimana hubungan antara?
 Gagasan mana yang paling penting?
 Apa gagasan utamanya?
 Apa temanya?
 Hal apa yang tidak konsisten?
 Hal apa yang keliru?
 Bagaimana teknik membujuk?
 Bagaimana bentuk sastranya?
 Pernyataan apa yang terkandung dalam?
3) Strategi Pembelajaran dan Hasil Belajar
Model berpikir, asumsi yang menantang. analisis retrospeksi,
mendebat, membuat refleksi, mendiskusikan, memadukan kegiatan
belajar, membuat keputusan, memilih altenatif, menentukan keputusan.
e. Menilai
Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa
1) lndikator Kata Kerja
Menghargai, mempertimbangkan, mengkritik, memertahankan,
membandingkan.
2) Model Pertanyaan
 Bagaimana kekeliruan yang terjadi?
 Apa yang konsisten dan apa yang tidak konsisten?
 Mana yang lebih penting secara logika, moral, validitas,
kredibilitas dan kesesuaian?
 Bagaimana kesalahannya?
3) Strategi Pembelajaran dan Hasil Belajar
Asumsi yang menantang, debat, Jurnalistik, diskusi, mengelola
kegiatan belajar, membuat keputusan.
f. Menciptakan (Sintesis)
Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya
kurang jelas.
1) Indikator Kata Kerja
Memilih, menentukan, menggabungkan, mengombinasikan,
mengarang, mengonstrukil, membangun, menciptakan, mendesain,
merancang, mengembangkan, melakukan, merumuskan, membuat
hipotesis, menemukan, membuat, mempercantik, mengawali,
mengelola, merencanakan, memproduksi, memainkan peran,
menceritakan.
2) Model Pertanyaan
 Bagaimana cara menguji?
 Mengajukan alternatif.
 Selesaikan hal-hal berikut!
 Buat aturannya!
 Siapa lagi yang akan dipilih?
3) Strategi Pembelajaran dan Hasil Belajar
Teladan, asumsi menantang, refleksi, jurnalistik, debat, diskusi,
memadukan kegiatan belajar dengan yang lain, desain, pengambilan
keputusan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Angelo, T.A., 1991. Ten easy pieces: Assessing higher learning in four


dimensions. In Classroom research: Early lessons from success. New
directions in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.

Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Helmawati. 2019. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis HOTS. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Mundilarto.2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: Pusat


Pengembangan Instruksional
Nana Sudjana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaian Otentik. Cakrawala Pendidikan, dalam


https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/320/pdf diakses pada
tanggal 19 September 2019.
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. 1999. Assessment Essentials:


Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, dalam
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud66-2013SPenilaian.pdf
diakses pada tanggal 17 September 2019
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104
Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dalam
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud104-
2014PenilaianHasilBelajar.pdf diakses pada tanggal 19 September 2019.
Rosana, Dadan. 2014. Evaluasi Pembelajaran Sains (Asesmen Pendekatan
Saintifik Pembelajaran Terpadu). Yogyakarta: UNY Press.

Sunarti dan Selly Rahmawati. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013: Membantu
Guru dan Calon Guru Mengetahui Langkah-langkah Penilaian
Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Andi
Sains Nitko, A. J.,Brookhart, & M Susan. 2011.Educationall Assesmant of
Student

Anda mungkin juga menyukai