Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di
atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam
akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem
rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses
rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan
sarana, tidak ada dukungan peraturan.

B. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mengetahui sistem rujukan tepat waktu.

C. Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi sistem rujukan secara umum
2. Menjelaskan sistem rujukan tepat waktu
D. Manfaat
Kita dapat memahami dan mengetahui secara keseluruhan tentang sistem rujukan tepat
waktu

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rujukan

Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara)


untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin
menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian,
statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti,
nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi
tersebut ditemukan (wikipedia).

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang


melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.

Pengertian operasional: sistim rujukan paripurna terpadu merupakan suatu


tatanan yang komponen jaringan didalamnya meliputi pelayanan kebidanan yang
dapat berinteraksi dua arah timbal balik, antara bidan di desa, bidan dan dokter
puskesmas di pelayanan kesehatan dasar, dengan para dokter spesialis di RS
kabupaten untuk mencapai rasionalisasi penggunaan sumberdaya kesehatan dalam
penyelamatan ibu dan bayi baru lahir yaitu penanganan ibu risiko tinggi dengan
gawat-obstetrik atau gawat-darurat-obstetrik secara efisien, efektif, profesional,
rasional, dan relevan dalam pola rujukan terencana.

2
B. Jenis Rujukan
1. Rujukan secara konseptual terdiri atas:
Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut
masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operasional dan lain-lain.
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang
lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah


kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
a. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas,
dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal,
pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

3. Rujukan Terencana
Menyiapkan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh hari bagi
ibu risiko tinggi/Risti. Sejak awal kehamilan diberi KIE. Ada 2 macam rujukan
terencana yaitu :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB) untuk ibu dengan APGO dan AGO – ibu Risti
masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan, ibu berjalan
sendiri dengan suami, ke RS naik kendaraan umum dengan tenang, santai,
mudah, murah, dan tidak membutuhkan alat ataupun obat.

3
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR) : di dalam RDB terdapat pengertian RDR atau
Rujukan In Utero bagi janin ada masalah, janin risiko tinggi masih sehat
misalnya kehamilan dengan riwayat obstetrik jelek pada ibu diabetes mellitus,
partus prematurus iminens. Bagi janin, selama pengiriman rahim ibu
merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang aman, nyaman, hangat,
steril, murah, mudah, memberi nutrisi dan O 2, tetap pada hubungan fisik dan
psikis dalam lindungan ibunya.
Pada jam-jam krisis pertama bayi langsung mendapatkan perawatan
spesialistik dari dokter spesialis anak. Manfaat RDB/RDR: pratindakan diberi
KIE, tidak membutuhkan stabilisasi, menggunakan prosedur, alat, obat standar
(obat generik), lama rawat inap pendek dengan biaya efisien dan efektif
terkendali, pasca tindakan perawatan dilanjutkan di puskesmas.

4. Rujukan Tepat Waktu/RTW untuk ibu dengan gawat darurat-obstetrik, pada


kelompok FR III AGDO perdarahan antepartum dan preeklampsi berat
/eklampsia dan ibu dengan komplikasi persalinan dini yang dapat terjadi pada
semua ibu hamil dengan atau tanpa FR. Ibu GDO membutuhkan RTW dalam
menyelaatkan ibu atau BBL.

C. Rujukan tepat waktu (RTW)

Pada saat ini sudah terjadi GDO (Gawat Darurat Obstetrik), memerlukan pelayanan
emergensi dimana pra tindakan kadang memerlukan stabilisasi pasien, perawatan RS
lebuh lama dan mahal. Bila tepat semua fasilitas lengkap maka bayi idan ibu selamat
tetapi bila tidak bayi dan ibu akan meningkat RKM-nya ataupun Angka
Kesakitannya.

Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian maternal dan neonatal


dibanyak negara, para pakar kesehataan menganjurkan upaya pertolongan yang
difokuskan pada periode intrapartum (Adriaansz. G 2008)

4
Fokus pada periode intrapartum ternyata berhasil di Thailand sehinggal pada 1984
RKM hanya 50100000 kelahiran hidup. Malaysia dan Sri Lanka pada tahun yang
sama RKM hanya 50% dan sebelumnya. Keberhasilan ini ternyata dicapai dengan
berbagai upaya dan faktor pendukung jangka panjang seperti pelatihan tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan rujukan yang disertai jaminan pembiayaan
pelayanan Kesehatan sistim jaga mutu dan perbaikan system kinerja serta manajemen
informasi yang baik.
Adriaansz. G 2008, menulis bahwa sisi baik dari pelayanan intra partum adalah
pelayanan yang tidak membutuhkan perubahan radikal pada sumberdaya dan proses
pelayanan tetapi lebih pada pemilihan periode kritis yang akan membawa dampak
bermakna terhadap upaya penurunan RM/AKI dan mengedepankan akses serta
kualitas pelayanan pada daerah atau negara dengan sumberdaya terbatas. Secara
umum dilaksanakan diberbagai jenjang fasilitas mulai dari fasilitas primer hinata
rumah sakit rujukan merupakan bagian dari pelayanan rutin ditaslitas kesehatan
kemampuan untuk menanggulangi masalah kesehatan disesuaikan dengan jenjang
dan sumberdaya yang ada (APN, PONED PONEK) dar menggunakan transportasi
(rujukan) yang ada .
Pelayanan kesehatan tidak saja pada persalinan saja tetap mencakup pula aspek
pendukung seperti kesiapan petugas mengenal wara dil dan antisipas komplikasi atau
gawat darurat persalinan rujukan optimal dan tepat waktu serta penanganan segera
dan adekuat ditasitas rujukan.

Para pakar percaya bahwa fokus pada periode intrapartum akan dapat mencapai target
ARIRKM dibawah 200100000 K (Kelahiran Hidup pada tahun 2015 Fokus periode
intrapartum pertu dukungan ampetyanand fasilitas Kesehatan bukan bila tidak fokus
maka pelayanan intrapartum akan segala yang tidak dagat dipungkiri adalah masih
adanya pacitan rujukan yang belum dapat 24 jam melayani pasien serta perilaku
tenaga kesehatan yang belum paham arti perjalanan proses persalinan melayani
pasien serta perilaku tenaga kesehatan yang belum paham arti perjalanan proses
persalinan.
Apabila kita menekankan periode intrapartum maka kita harus paham betul dan
menghayati pengertian sistem rujukan dalam bidang obstetri dan ginekologi, karena
rujukan bukan sekedar mengirim pasien ke rumah sakit tetapi harus tahu apa
konsekuensinya secara keseluruhan.

5
Keefektifan RTW (Rujukan Tepat Waktu) atau fokus pada proses intrapartum telah
dibuktikan dibeberapa Negara seperti Sri Lanka, Thailand dan Negara lainnya.
Murray SF dkk (2001), mengatakan bahwa untuk mencapai sistem referral yang
efektif perlu suatu instrument:
1. Adanya Pusat Sistem Rujukan yang baik
2. Komunikasi 2 arah secara lisan maupun tulisan
3. Transportasi yang tersedia dan terencana
4. Protokol yang disepakati untuk deteksi dini adanya penyulit
5. Tenaga yang terlatih
6. Kerjasama tim antar tingkat referral (Bidan, PKM dan RSUD) Sistem
catatan medik yang seragam
7. Mekanisme yang jelas sehingga tidak ada bypass dalam sistem referral
seperti informasi yang jelas tentang arti rujukan, biaya dil

Delapan instrumen ini hanya sebagai pemandu saja, dimana pada pelaksanaannya
untuk tiap daerah tidak sama dalam kombinasi instrument ini. Demikian pula untuk
masing-masing daerah tentunya ada hal yang spesifik yang dapat dipakai untuk
meningkatkan keefektifan sistem referral.

Pembe AB dkk. 20:0) dalam penelitiannya di Tanzania tentang efektivitas dalam


sistem rujukan ibu hamil menyatakan bahwa hambatan yang paling banyak terjadi
karena faktor demografi, transportasi dan biaya.

6
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,
juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical. Salah satu bentuk pelaksanaan
dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah
rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin,
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan

B. Saran
Dengan dipelajarinya tentang rujukan, penulis berharap:
1. Bagi Tenaga Kesehatan: Tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk
mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, merupakan asuhan
persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi dan segera
melakukan rujukan saat kondisi masih optimal, maka para ibu akan terhindar dari
ancaman kesakitan dan kematian.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan: Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan
ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan
harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. 3. Bagi
Pasien: untuk bertindak kooperatif dan keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan
pasien selama di rumah sakit dan membawa uang untuk biaya perawatan. Bagi
Masyarakat: untuk mendukung sistem rujukan dan membantu proses perujukan pasien

7
Daftar Pustaka

https://obgynmag.blogspot.com/2012/06/sistem-rujukan-pada-kasus-kebidanan.html
https://k3dkebumen.wordpress.com/2014/05/29/rujukan-dini-yang-terencana/
http://suryadun.blogspot.com/2014/02/makalah-sistem-rujukan.html

Anda mungkin juga menyukai