Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT

Dosen Pengampu : Rina Rosia, S.H.I., M.S.I.

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Zakat dan Wakaf

Disusun oleh :

1. Ika Puji Hastuti (63010170141)


2. Wahidah Arsyad (63010170157)
3. Niswatun Fatikha (63010170270)
4. Rima Damayanti (63010170265)
5. Etis Aulia Septiyowati (63010170307)
6. Shinta Ayu Kusuma W. (63010170313)
7. Faridatul Kasanah (63010170328)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaika makalah ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih diantaranya kepada

1. Rina Rosia, S.H.I., M.S.I. selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Zakat dan Wakaf
2. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini
Selanjutnya demi kesempurnaan penulis dalam menyelesaikan makalah, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi semua pihak
sehingga dapat memetik isi yang terkandung di dalamnya.

Salatiga, 07 September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban Islam adalah cermin kultural dari kalangan elit yang dibangun dengan
kekuatan-kekuatan ekonomi dan perubahan sosial. Peradaban Islam terbentuk berkat
penaklukan bangsa Arab selama delapan tahun masa pertempuran. Nabi Muhammad saw.
berusaha meraih kekuasaan atas suku-suku dalam rangka menundukkan Mekah.
Sejumlah utusan dan duta dikirim ke seluruh penjuru Arabia. Sementara suku-suku
bangkit untuk menyampaikan kesetiaan, membayar zakat dan pajak, sebagai simbol
keanggotaan dalam komunitas muslim dan simbol menerima Muhammad sebagai Nabi
dan Utusan Allah swt.

Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peranan khusus atau
ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat muncul pada tahun ke-9 H,
ketika dasar islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang
berbondong-bondong masuk islam. Mulailah peraturan yang disusun meliputi sistem
pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas bebas zakat dan tingkat
presentase zakat untuk barang yang berbeda-beda.Para pengumpul zakat dikirim ke
berbagai daerah dengan tugas yang jelas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengelolaan zakat pada masa Rasulullah SAW ?
2. Bagaimana cara pengelolaan zakat pada masa Khulafaur Rasyidin ?
3. Bagaimana cara pengelolaan zakat pada masa Ummayah dan Abbasiyah ?
4. Bagaimana bentuk komparasi Sejarah Pengelolaan Zakat ?
C. Tujuan Penuliasan
1. Untuk mengetahui cara pengelolaan zakat pada masa Rasulullah SAW.
2. Untuk mengetahui cara pengelolaan zakat pada masa Khulafaur Rasyidin.
3. Untuk mengetahui cara pengelolaan zakat pada masa Ummayah dan Abbasiyah.
4. Untuk dapat memahami bentuk komparasi Sejarah Pengelolaan Zakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Zakat Pada Masa Rasulullah
Peradaban Islam adalah cermin kultural dari kalangan elit yang dibangun dengan
kekuatan-kekuatan ekonomi dan perubahan sosial. Peradaban Islam terbentuk berkat
penaklukan bangsa Arab selama delapan tahun masa pertempuran. Nabi Muhammad
saw. berusaha meraih kekuasaan atas suku-suku dalam rangka menundukkan Mekah.
Sejumlah utusan dan duta dikirim ke seluruh penjuru Arabia. Sementara suku-suku
bangkit untuk menyampaikan kesetiaan, membayar zakat dan pajak, sebagai simbol
keanggotaan dalam komunitas muslim dan simbol menerima Muhammad sebagai Nabi
dan Utusan Allah swt. Zakat diperuntukkan untuk mengurangi kemiskinan dengan
menolong mereka yang membutuhkan

Pada tahun ke-2 H, shodaqoh fitrah diwajibkan. Shodaqoh fitrah, yang juga
dikenal sebagai zakat fitrah, diwajibkan setiap bulan puasa Ramadhan. Besarnya
satu Sha kurma, gandum, tepung keju atau kismis, atau setengah Sha gandum untuk
setiap muslim, budak atau orang bebas,laki-laki atau perempuan, muda atau tua, dan
dibayar sebelum shalat id.

Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peranan khusus atau
ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat muncul pada tahun ke-9 H,
ketika dasar islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang
berbondong-bondong masuk islam. Mulailah peraturan yang disusun meliputi sistem
pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas bebas zakat dan tingkat
presentase zakat untuk barang yang berbeda-beda.Para pengumpul zakat dikirim ke
berbagai daerah dengan tugas yang jelas. Mengumpulkan zakat bukanlah pekerjaan
yang memerlukan purnawaktu dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi
mereka mendapat bayaran tertentu dari dana zakat.

Dimasa Rasulullah, zakat dan ushr adalah pendapatan paling utama bagi Negara.


Zakat dan Ushr berbeda dengan pajak, tetapi merupakan kewajiban agama dan
termasuk salah satu pilar Islam. Pada masa Rasulullah zakat dikenakan pada hal-hal
berikut:

1. Benda logam yang terbuat dari emas. Seperti koin, perkakas, ornament dan bentuk
lainnya.
2. Benda logam yang teruat dari perak. Seperti koin, perkakas, ornament dan bentuk
lainnya.
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, dan kambing.
4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan.
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh.
7. Barang temuan.
Pencatatan seluruh penerimaan Negara pada masa Rasulullah tidak ada karena
beberapa alasan. Pertama, jumlah orang islam yang bisa membaca sedikit dan jumlah
orang yang dapat menulis atau yang mengenal aritmatika sederhana lebih sedikit lagi.
Kedua, sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk sederhana baik yang
didistribusikan maupun yang diterima.Ketiga, sebagian besar dari zakat hanya
didistribusikan secara local.Keempat, bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang
berbeda tidak umum digunakan.Kelima, pada kebanyakan kasus ghanimah digunakan
dan didistribusikan setelah terjadi peperangan tertentu.
Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa Rasulullah juga tidak
tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa system keuangan yang ada tidak
dijalankan sebagaimana mestinya atau membingungkan. Dalam kebanyakan kasus
pencatatannya diserahkan pada pengumpl zakat dan setiap orang yang terlatih dengan
mengumpulkan zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa oleh
Rasulullah. Selama tiga belas tahun di makkah, kaum muslimin didorong untuk
menginfakkan harta mereka buat para fakir, miskin dan budak, namun sebelum
ditentukan nisab dan beberapa kewajiban zakatnya, juga belum diketahui apakah telah
teroganisasi pengumpulan dan penyaluranya, yang jelas kaum muslimin awal
memberikan sebagian besar harta mereka untuk kepentingan islam.1
1Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar. 2001. Hml.33-36.
Dalam bidang pengelolaan zakat Nabi Muhammad saw, memberikan contoh dan
petunjuk operasionalnya. Manajemen operasional yang bersifat teknis tersebut dapat
dilihat pada pembagian struktur amil zakat, yang terdiri dari: (1) Katabah, petugas yang
mencatat para wajib zakat, (2) Hasabah, petugas yang menaksir, menghitung zakat,
(3)Juba>h, petugas yang menarik, mengambil zakat dari para muzakki, (4) Khaza>nah,
petugas yang menghimpun dan memelihara harta, dan (5) Qasa>mah, petugas yang
menyalurkan zakat pada mustah}iq (orang yang berhak menerima zakat).2

PRIMER SEKUNDER
Biaya pertahanan, seperti: persenjataan, unta, Bantuan untuk orang yang belajar agama di

2 Faisal, SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT DI DUNIA MUSLIM DAN INDONESIA (Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah
Charles Peirce dan  Defisit Kebenaran  Lieven  Boeve), Analisis,  Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 248.
kuda, dan persediaan madinah
Penyaluran zakat dan ushur kepada yang Hiburan untuk para delegasi keagamaan
berhak menerimanya menurut ketentuan al-
Qur’an.
Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru, Hiburan untuk para utusan suku dan Negara
imam, muadzin. serta biaya perjalanan mereka
Pembayaran upah para sukarelawan. Pengeluaran untuk duta-duta negara
Pembayaran utang Negara. Hadiah untuk pemerintah Negara lain
Bantuan untuk musafir. Pembayaran untuk pembebasan kaum
muslimin yang menjadi budak.
Pembayaran denda atas mereka yang
terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan
muslim.
Pembayaran utang orang yang meninggal
dalam keadaan miskin
Pembayaran tunjangan untuk orang miskin
Tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah
Persediaan darurat
Pengeluaran keuangan negara masa Rasulullah
B. Pengelolaan Zakat Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1. Periode Abu Bakar Ash Shidiq (537-634 M)
Pada periode ini sempat mengalami kendala dalam zakat, kendala tersebut
berupa keyakinan rakyat bahwa zakat adalah pendapatan personal Nabi
Muhammad SAW dengan adanya keyakinan tersebut maka dampaknya beberapa
umat muslim menolak untuk berzakat. Menurut mereka, zakat tidak wajib
ditunaikan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.Pemahaman yang salah ini
hanya terbatas dikalangan suku Arab Baduwi, mereka mengganggap bahwa zakat
merupakan hukuman dan beban yang merugikan.Jadi zakat pada zaman Abu Bakar
tidak memiliki kesempatan yang cukup luas untuk menata pemerintahan dengan
baik.3
Dimasa Rasulullah, jumlah kuda di Arab sangat sedikit terutama kuda yang
dimiliki orang-orang Islam terutama digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad
sehingga mereka dibebaskan dari kewajiban zakat. Pada periode selanjutnya,
periode Abu Bakar, kegiatan ternak dan memperdagangkan kuda dilakukan secara
besar-besaran di Syiria dan bagian lain dari daerah kekuasaan. Beberapa kuda
memiliki nilai jual yang tinggi dan orang-orang islam terlibat dalm perdagangan ini.
Karena maraknya perdagangan kuda.Mereka menanyakan kepada Abu Ubayda
Gubernur Syiria, tentang membayar zakat kuda dan budak.Gubernur memberitahu
bahwa tidak zakat atas keduanya. Kemudian mereka mengusulkan kebada Khalifah
agar ditetapkan kewajiban zakatnya tetapi permintaan mereka tidak
dikabulkan.Mereke kemudian datang kembali kepada Abu Ubayda dan bersikerah
ingin membayar. Ahirnya beliau menulis surat kepada Abu bakar dan Abu bakar
menginstrusikan Gubernur untuk menerk zakat dari mereka dan menditribusikkanya
kepada fakir miskin dan para budak-budak. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar
pernah terjadi serangan kaum muslim atas perintah Abu Bakar terhadap para
penentang pembayaran zakat. Ini menunjukkan bahwa negara memiliki peranan
dalam pemungutan zakat.

3Faisal, SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT DI DUNIA MUSLIM DAN INDONESIA (Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah
Charles Peirce dan  Defisit Kebenaran  Lieven  Boeve), Analisis,  Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 248.
2. Periode Umar Bin Khattab (584-644 M)
Pada periode ini Umar menetapkan suatu hukum berdasarkan realitas sosial.
Seperti menghapus zakat bagi golongan mu’allaf, enggan memungut sebagian
‘usyr (zakat tanaman) karena merupakan ibadah pasti, mewajibkan kharraj (sewa
tanah), menerapkan zakat kuda yang tidak pernah terjadi pada masa Nabi
Muhammad saw. Tindakan beliau yang menghapus zakat bagi
golongan mu’allaf bukan berarti beliau mengubah agama dan menyimpang dari al-
Qur’an. Beliau  hanya mengubah  suatu pendapat yang berbeda dari zaman
Rasulullah saw. Beliau juga membebankan kepada orang Nasrani Bani Taglab yaitu
kewajiban zakat dua kali lipat yang disebut dengan zakatMudha’afah, zakat ini
terdiri dari jizyah (pajak) yang diwajibkan kepada umat muslim sebagai imbangan
kebebasan bela negara, kebebasan hankamnas (pertahanan keamanan negara) dan
juga ada beban tambahan sebagai imbangan zakat yang diwajibkan khusus kepada
umat muslim.
Baitul Maal pada masa ini juga tertata dengan baik dan rapi, pasalnya
pendapatan negara meningkat drastis dan juga sistem adminstrasi yang lengkap.
Pada masa Ummar Ibn Khattab beliau mendirikan departemen pelayanan militer,
departemen kehakiman dan eksekutif, depatemen pelayanan dan pengembangan
islam dan departemen jaminan sosial untuk  membantu mendistribusikan harta
baitul maal, Ummar Ibn Khattab juga mendirikan dewan islam yang bertugas untuk
memberikan tunjangan-tunjangan kepada angkatan perang dan pensiun.
3.  Periode Usman Bin Affan (577-565 M)
Pengelolaan zakat pada periode Usman sebenarnya hanya melanjutkan
kebijakan yang ditetapkan oleh Umar. Pada periode ini perekonomian sangat baik
umat muslim sangat makmur. Harta zakat pada periode ini tertinggi daripada pada
masa-masa sebelum Usman, karena wilayah kekhalifahan semakin luas dan
pengelolaan zalat semakin sulit terjangkau membuat perhatian Usman akan
pengelolaan zakat tidak sepenuh seperti khalifah sebelumnya, sementara itu selain
zakat ada beberapa sumber pendapatan yang memadai seperti Kharaj(pajak tanah
pertanian) dan Jizyah (pajak) sehingga Usman lebih fokus pada hal ini dikarenakan
presentasinya dapat berubah-ubah tidak seperti zakat yang tetap seperti syariat
islam.
Usman tetap mempertahankan sistem santuan dan bantuan kepada masyarakat
yang berbeda-beda, meskipun Usman menjunjung tinggi prinsip kesamaan akan
tetapi beliau memberikan bantuan kepada masyarakat dengan level yang berbeda-
beda pada tingkat yang berbeda-beda pula. Usman juga membagi menjadi dua
macam pengelolaan zakat : (1) Zakat al-amwal az-zahirah (harta benda yang
tampak), seperti binatang ternak dan hasil bumi, dan (2) Zakat alamwal al-batiniyah
(harta benda yang tidak tampak atau tersembunyi), seperti uang dan barang
perniagaan. Zakat kategori pertama dikumpulkan oleh negara, sedangkan yang
kedua diserahkan kepada masing-masing individu yang berkewajiban mengeluarkan
zakatnya sendiri.
4.   Periode Ali Bin Abi Thalib (600-661 M)
Pada masa Ali situasi politik sedang berjalan tidak stabil penuh dengan
perperangan dan pertumpahan darah, akan tetapi dengan keadaan yang seperti itu
beliau tetap fokus terhadap pengelolaan zakat, beliau menganggap bahwa zakat
merupakan urat nadi bagi kehidupan pemerintahan dan agama ketika beliau bertemu
dengan fakir miskin dan pengemis buta yang beragama non-muslim beliau
mengatakan bahwa biaya hidup mereka harus ditanggung oleh Baitul Maal , beliau
juga ikut terjun langsung kedalam pendistribusian kepada para mustahiq (Delapan
golongan yang berhak mendapatkan zakat).
C. Pengelolaan Zakat Pada Masa Ummayyah dan Abbasiyah
Pengelolaan zakat pada masa tabi‘in terekam dalam catatan sejarah Daulah Bani
Umayyah, yang berlangsung selama hampir 90 tahun (41-127H). Khalifah ‘Umar ibn
‘Abd al-‘Aziz (717 M) adalah tokoh terkemuka yang patut dikenang sejarah, khususnya
dalam hal pengelolaan zakat. Di tangannya, pengelolaan zakat mengalami reformasi
yang sangat memukau. Semua jenis harta kekayaan wajib dikenai zakat. Pada masanya,
sistem dan manajemen zakat ditangani dengan amat profesional. Jenis harta dan
kekayaan yang dikenai wajib zakat semakin beragam. ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz adalah
orang pertama yang mewajibkan zakat dari harta kekayaan yang diperoleh dari
penghasilan usaha atau hasil jasa, termasuk gaji, honorarium, penghasilan berbagai
profesi dan berbagai ma>l mustafa>d lainnya. Sehingga pada masa
kepemimpinannya, dana zakat melimpah ruah tersimpan di Baitul Mal. Bahkan petugas
amil zakat kesulitan mencari golongan fakir miskin yang membutuhkan harta zakat.
Beberapa faktor utama yang melatarbelakangi kesuksesan manajemen dan pengelolaan
zakat pada masa Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z. Pertama, adanya kesadaran
kolektif dan pemberdayaan Baitul Mal dengan optimal. Kedua, komitmen tinggi
seorang pemimpin dan didukung oleh kesadaran umat secara umum untuk menciptakan
kesejahteraan, solidaritas, dan pemberdayaan umat. Ketiga, kesadaran di kalangan
muzakki (pembayar zakat) yang relatif mapan secara ekonomis dan memiliki loyalitas
tinggi demi kepentingan umat. Keempat, adanya kepercayaan terhadap birokrasi atau
pengelola zakat yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
Puncak keberhasilan pengelolan zakat terjadi pada masa khilafah Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah. Ketika kejayaan islam mulai mengalami pasang surut dan
didunia berkembang konsep negara bangsa berdasarkan asas nasionalisme, maka umat
islam tidak lagi hidup dalam satu atap kekhalifahan, tetapi terpecah menjadi beberapa
negara dengan peraturan yang berbeda-beda. Namun semangat membayar zakat bagi
umat Islam masih terus berlanjut.
Secara historis disebutkan bahwa ada suatu kecenderungan penguasa muslim,
sejak Daulah Abbasiyah hingga Turky Usmani, yang selalu menunjukkan ajaran
kedermawanan islam dalam bentuk kelembagaan. Khusunya pendidikan dan madrasah.
Terlihat pemerintah/penguasa menyokong bahkan membiayai sepenuhnya lembaga
tersebut, misanya madrasah Nizamiyah yang didirikan pada abad ke 10 M dan 11 M.
Kita tahu bahwa Turky Usmani juga menyisihkan diri dari sebagian anggaran
belanjanya untuk kepentingan beasiswa bagi penuntut ilmu di kota-kota keilmuan
seperti Kairo, Makkah, dan Madinah.
Universitas Al- Azhar juga menjadi satu contoh filantropi Islam yang luar biasa
dengan zakat harta maupun zis (zakat, infaq, shodaqoh. Karena itu Universitas Al-
Azhar sangat independen, bahkan lembaga belanja pendidikan islam ini lebih besar dari
anggaran negara belanja Mesir sendiri. Tetapi dalam perkembangan berikutnya, pada
191, pemerintah mesir dibawah Presiden Nasser melakukan nasionalisasi secara paksa
atas seluruh harta wakaf al-Ashar.Al-Azhar pun menjadi bagaian terstruktur dari
negara, anggaranya ditetapkan dan diberikan oleh negara.Syeikh Al-Azhar dijadikan
pejabat setingkat perdana Mentri dan digaji pemerintah. Akibatnya Al-Azhar tidak lagi
independen atau kekuatan penyeimbang penguasa.4
D. Komparasi Sejarah Pengelolaan Zakat

Masa/periode Pemerintah Pemerintah dan masyarakat

Rasullullah SAW Zakat dikelola


pemerintah.Rasulullah ikut
turun tangan sendiri dan
memberi petunjuk
operasionalnya
Khalifah Abu Bakar Zakat di kelola oleh
pemrintah. Bahkan mereka
yang membangkang
membayar zakat diperangi
Khalifah Umar Bin Zakat dikelola oleh
Khattab pemerintah baitul mal
dananya makin banyak
berasal dari wilayah yang
ditaklukan
Khalifah Ustmanbi Dikelola oleh pemerintah
n Affan namun karena gudang baitul
mal penuh maka muzakki
atas nama khalifah boleh
langsung membagikan
kepada mustahiq.
Khalifah Ali bin Sama seperti ustman Ali
Abi Thalib mengawasi sendiri

4Ekonomi Syariah C, “Pengelolaan Zakat Lintas


Sejarah”http://ekonomisyariahc.blogspot.com/2017/03/pengelolaan-zakat-lintas-sejarah.html (Diakses pada
tanggal 06 September 2019 pukul 16.57)
Bani Puncak keberhasilan
Umayyah danBani pengelolaan zakat terjadi
Abbasiyah pada masa khilfah Umayyah
dan Abbasiyah
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara historis disebutkan bahwa ada suatu kecenderungan penguasa muslim,
sejak Daulah Abbasiyah hingga Turky Usmani, yang selalu menunjukkan ajaran
kedermawanan islam dalam bentuk kelembagaan. Khusunya pendidikan dan madrasah.
Terlihat pemerintah/penguasa menyokong bahkan membiayai sepenuhnya lembaga
tersebut, misanya madrasah Nizamiyah yang didirikan pada abad ke 10 M dan 11 M. Kita
tahu bahwa Turky Usmani juga menyisihkan diri dari sebagian anggaran belanjanya
untuk kepentingan beasiswa bagi penuntut ilmu di kota-kota keilmuan seperti Kairo,
Makkah, dan Madinah.
Universitas Al- Azhar juga menjadi satu contoh filantropi Islam yang luar biasa
dengan zakat harta maupun zis (zakat, infaq, shodaqoh. Karena itu Universitas Al-Azhar
sangat independen, bahkan lembaga belanja pendidikan islam ini lebih besar dari
anggaran negara belanja Mesir sendiri. Tetapi dalam perkembangan berikutnya, pada
191, pemerintah mesir dibawah Presiden Nasser melakukan nasionalisasi secara paksa
atas seluruh harta wakaf al-Ashar.Al-Azhar pun menjadi bagaian terstruktur dari negara,
anggaranya ditetapkan dan diberikan oleh negara.Syeikh Al-Azhar dijadikan pejabat
setingkat perdana Mentri dan digaji pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.


2001.

Faisal, SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT DI DUNIA MUSLIM DAN INDONESIA


(Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan  Defisit Kebenaran  Lieven 
Boeve), Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 248.

https://fitrianitaumami.blogspot.com/2017/09/sejarah-pengelolaan-zakat_23.html?m=1

http://ekonomisyariahc.blogspot.com/2017/03/pengelolaan-zakay-lintas-sejarah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai