Anda di halaman 1dari 4

Mengapa Tidak Terjadi Demam dan Apa Kaitannya Dengan Keluhan Pasien?

Salah satu keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah bintik-bintik merah, dimana bintik-bintik
merah merupakan salah satu reaksi hipersensitivitas tipe II. Reaksi alergi tipe II merupakan
reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibody melawan/menyerang
secara langsung antigen yang berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya Ig G.
Pada proses immunitas humoral yang terjadi tidak menimbulkan demam karena immunoglobulin
tidak merangsang sitokin dari sel-sel yang dapat menyebabkan perangsangan pusat demam
seperti yang dilakukan oleh proses immunitas termediasi.

Reaksi Alergi tipe II {Antibody-Mediated Cytotoxicity (Ig G)}


Contoh penyakit-penyakit :
 Goodpasture (perdarahan paru, anemia)
 Myasthenia gravis (MG)
 Immune hemolytic (anemia Hemolitik)
 Immune thrombocytopenia purpura (ITP)
 Thyrotoxicosis (Graves' disease)

Gambarn klinis dari ITP

Pasien ITP mempunyai gambaran klinis yang khas, yaitu terjadi pada anak usia 4-6 tahun yang
tampak “sehat” dengan gambaran perdarahan kulit seperti hematom dan petekiae serta tanpa ada
demam. Sebanyak 75% pasien datang dengan jumlah trombosit <20.000/ uL. Sebagian besar
kasus (hampir 2/3 kasus) mempunyai riwayat penyakit infeksi yang terjadi hingga 4 minggu
sebelumnya. Pemeriksaan fisis juga hanya mendapatkan perdarahan kulit akibat trombositopenia.
Gambaran darah tepi menunjukkan jumlah trombosit rendah tanpa sel blast. Frekuensi
komplikasi ITP anak hanya 0,2% atau 1 per 500 kasus.
Demam
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita yaitu demam non-infeksi
dan demam infeksi (Widjaja, 2008).

1) Demam Non-infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit
ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam
non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak
ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh
adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau
demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker.

2) Demam Infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen, misalnya kuman,
bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara,
atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat
melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau
virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu.

Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi
bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
(penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas
dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Patofisiologi demam

Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan paling dikenal
secara universal. Demam terjadi tidak saja pada mamalia tetapi juga pada unggas, reptil, amfibi,
dan ikan. Jika terjadi pada hewan homeotermik, mekanisme termoregulasi berperilaku seolah-
olah mereka disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh di tingkat yang lebih tinggi daripada
normal, yaitu, “seperti termostat yang disetel ulang” ke titik baru di atas 37°C.

Reseptor suhu kemudian memberi sinyal bahwa suhu yang sebenarnya berada di bawah
titik patokan baru, dan mekanisme-mekanisme peningkat suhu mulai bekerja. Hal ini biasanya
menimbulkan sensasi dingin karena vaso-konstriksi kulit dan kadang hingga menyebabkan
menggigil. Namun, sifat respons bergantung pada suhu sekitar. Peningkatan suhu pada hewan
percobaan yang disuntik oleh suatu pirogen terutama disebabkan oleh peningkatan produksi
panas jika hewan ini berada di lingkungan dingin dan terutama disebabkan oleh penurunan
pengeluaran panas jika berada di lingkungan hangat. Toksin dari bakteri, misalnya endotoksin,
bekerja pada monosit, makrofag, dan sel Kupffer untuk menghasilkan beragam sitokin yang
bekerja sebagai pirogen endogen (EP). Terdapat banyak bukti bahwa IL-1 β, IL-6, IFN-β, IFN-γ,
dan TNF-α dapat bekerja secara independen untuk menimbulkan demam. Sitokin-sitokin dalam
darah ini adalah polipeptida dan kecil kemungkinannya untuk menembus otak.
Sumber :

Hikmah, Nuzulul dan Dewanti, I Dewa Ayu Ratna. 2010. Seputar Reaksi Hipersensitivitas
(Alergi). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Jember. 7(2): 108-12.

Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008

Anda mungkin juga menyukai