Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KESEHATAN

LANSIA

OLEH :
1. GABRIELA ANGELINA PALABI 193223115
2. I GEDE PUTRA SAINAN JAYA 193223116
3. I GUSTI AYU TRISNADEWI 193223117
4. I KOMANG PRAYOGA 193223118
5. IKE SRI WULANDARI 193223124
6. NANIK EKA PURNAWATI 193223131
7. NI WAYAN SUKRIMI 193223154
8. MERLINA SOFIANI 193223130
9. DESAK NYOMAN RISKA KRISMAYANTI 193223110
10. NI KADEK SUKRAENI PEBREYANTI 193223135

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010
yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia
dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang kesehatan dan keperawatan.
Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan bisa jadi disebabkan bahwa tidak
banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan penduduk di suatu wilayah dapat
menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk membedakan wilayah rural dan
urban di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo serta kota-kota lainnya
kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang bahwa Pantura adalah kota
terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu kota dengan kota lainnya.
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang tinggal
di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota,
mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan
teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan dari pertanian sudah kurang
menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari
penghidupan di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber
penghidupan keluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting sebagai sumber
penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup maka di
era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa sebagai sumber penghasilannya, contoh negara Singapura.
Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Perlindungan Lansia


Empat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain adalah ”bahwa pelaksanaan
pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan
usia harapah hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah”.
Selanjutnya dalam ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara lain dimuat
mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Asas
peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan. Dengan arah agar lanjut
usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan
fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta
terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraannya.
Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa
produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan
kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lanjut usia
mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai
penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan yang
meliputi :
• pelayanan keagamaan dan mental spiritual
• pelayanan kesehatan
• pelayanan kesempatan kerja
• pelayanan pendidikan dan pelatihan
• kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
• kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum perlindungan sosial bantuan sosial
Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :
• membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan
meningkatkan kesejahteraannya;
• mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus;
• memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi
terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan pemerintah, masyarakat dan
keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Lanjut Usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan sarana ibadah
dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas
pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
c. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas
umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi
dan olahraga khusus.
d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi
pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya
untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat
rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata
khusus, mendahulukan para lanjut usia.
Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan
umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai pemberian kemudahan
dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
a. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat yang berjumlah
paling banyak 25 orang.
b. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang kesejahteraan
rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, pendidikan
nasional, agama, permukiman dan prasarana wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan
pariwisata, perhubungan, pemerintahan dalam negeri. Unsur masyarakat adalah merupakan wakil
dari organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan
tinggi, dan dunia usaha.
c. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut
Usia.
d. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada tingkat provinsi, dan
oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.

4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia.
a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial

B. Pembinaan Lansia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang
kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas ataupun Rumah Sakit
serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah
tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia
di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran
serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi
pelayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam
pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan
upaya kesehatan usia lanjut setempat.
Tujuan Dan Sasaran Pembinaan :

a. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata
kemasyarakatan
b. Tujuan Khusus
• Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
• Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati
dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
• Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

c. Sasaran pembinaan Secara Langsung


• Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun
masyarakat luas.
• Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi
masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
• Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (
lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat
dan lain-lain.

d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung


• Keluarga dimana usia lanjut berada
• Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
• Masyarakat luas.

C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia


Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga.
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan
menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan
dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan
keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera.
Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal, dilakukan dengan cara: peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna
bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu :
a. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
b. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen
kesehatan
c. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem kesehatan
Nasional dan RP3JPK
f. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.
g. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja
Geatric.

Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia


Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai
dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat
berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang
penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
• Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya,
teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan
kesehatan lainnya.
• Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar
tetap merasa sehat dan segar.
• Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
• Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan
sesuai dengan kemampuannya.
• Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
• Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik
dan mental.
• Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa
kegiatan:
• Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-
penyakit usia lanjut
• Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut
serta tetap merasa sehat dan bugar.
• Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran
agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
• Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
• Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
• Pelayanan kesehatan dasar
• Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan

d. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
• Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu
misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
• Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
• Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
• Nasehat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
• Perawatan fisioterapi.
Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluhan
kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan. Adapaun
tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan kepada :
• Kelompok usia lanjut itu sendiri
• Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut
• Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut
• Penyelenggaraan kesehatan
• Lintas sektoral ( Pemerintah dan swasta )
Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut terdiri dari :
1. Komponen Penyebarluasan Informasi kesehatan dengan melakukan kegiatan :
• Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan kesehatan
masyarakat usia lanjut.
• Meningkatkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas puskesmas dan rujukan serta masyarakat
di bidang kesehatan masyarakat usia lanjut.
• Melengkapi puskesmas den rujukannya dengan sarana den bahan penyuluhan.
• Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk media masa agar pesan kesehatan
masyarakat usia lanjut menjadi bagian integral.
• Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat umum den kelompok khusus seperti daerah
terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
• Melaksanakan pengkajian den pengembangan serta pelaksanaan tekhnologi tepat guna dibidang
penyebarluasan informasi.
• Melaksanakan evaluasi secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyuluhan.
• Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam keadaan darurat seperti wabah, bencana alam,
kecelakaan.

2. Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan antara
lain:
• Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus LKMD
dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
• Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk swasta yang
melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan usia lanjut secara
sistematis dan berkesinambungan.
• Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan usia
lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.

3. Komponen Pengembangan Penyelengaraan penyuluhan dengan kegiatan :


• Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut di sekolah-sekolah kesehatan.
• Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut.
• Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai tingkat.

Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dimana masalah kesehatan,
masyarakat usia lanjut dan wilayahnya jelas sudah diketahui.
• Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut harus berdaya guna serta berhasil guna.
• Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang harus jelas, realistis
dan bisa diukur.
• Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan dicapai lebih objektif, rasional
hasil sasarannya.
• Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
• Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyelenggaraan benar-benar tepat guna
untuk dipergunakan.
• Memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan kemampuan
penyelenggaranan.

D. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang
sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

Sasaran posyandu lansia


a. Sasaran langsung :
• Pra usia lanjut (45-59 tahun)
• Usia lanjut (60-69 tahun)
• Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung :
• Keluarga dimana usia lanjut berada
• Masyarakat tempat Usila berada
• Organisasi sosial
• Petugas kesehatan
• Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan
dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai
berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan.
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan
kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan
pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan
sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan
posyandu lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami
kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan
dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau
motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke
posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk
selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional
yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti :
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut
nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan
olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat
kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan,
timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik
fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar
tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam
peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang
melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam
rangka menciptakan kemadirian masyarakat. Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan
paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di
Puskesmas-Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti-panti dan institusi lainya.
Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga.
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan
menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan
dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan
keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai