Anda di halaman 1dari 21

ORAL MANIFESTASI SISTEMIK

Oleh :
DIAN PERMATA PRATAMA
NIM. 40617044

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
I. Identitas Pasien
NamaPasien : Ny. Suryati
Usia : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. Kladian RT/RW 002/001 Sidomulyo-Kediri
No. RM : 016958

II. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan mulut terasa kering, panas dan
mudah sariawan
b. Riwayat Penyakit : pasien menyampaikan bahwa mengetahui menderita diabetes
mellitus kurang lebih 1 tahun yang lalu dan hipertensi kurang lebih 3 bulan yang
lalu. Pasien memeriksa gula darah kurang lebih 2 minggu yang lalu dengan hasil
198mg/dl dan tekanan darah 140/90 mmhg. Pasien mengaku mengkonsumsi
obat glimepiride 1 kali sehari sebelum makan untuk mengobati penyakit diabetes
mellitus dan obat amlodipine 1 kali sehari sesudah makan untuk mengobati
tekanan darah tinggi. Pasien juga mengkonsumsi promag untuk mengobati maag
yang di derita. Pasien mengaku merasakan mulut kering ketika gula darah pasien
tinggi, terasa panas seperti terbakar setiap pagi sampai malam dan setiap kali
setelah makan. Pasien mengaku selalu terasa haus dan dapat menghabiskan air 3
botol air ukuran 1,5 liter/ 1hari/
c. Riwayat Kesehatan gigi : Pasien belum pernah melakukan perawatan pada
giginya.
d. Obat-obataan yang sedang dijalani: Glimepiride diminum 1 hari sekali saat pagi
hari sebelum makan dan amlodipine 1 kali sehari sesudah makan.
e. Riwayat Sosial : Pasien menyukai minuman manis dan makanan asin.
f. Riwayat Penyakit Sistemik : Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi.
g. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu dan kakak laki-laki pasien memiliki riwayat
penyakit sistemik.
III. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Ekstra Oral :
 Muka : Taa
 Pipi Kanan : Taa
Kiri : Taa
 Bibir atas : Taa
Bawah : Taa
Sudut Mulut : Taa
 Kelenjar Limfe :
Submandibularis Kanan : Taa
Submandibularis Kiri : Taa
Submental : Taa
Leher : Taa
 Kelenjar Saliva :
Parotis Kanan : Taa
Parotis Kiri : Taa
Submandibularis : Taa
Sublingualis : Taa
b. Pemeriksaan Intra Oral :
 Mukosa labial atas : Taa
Bawah : Taa
 Komisura Kanan : Taa
Kiri : Taa
 Mukosa bukal Kanan : pada mukosa bukal kaknan terdapat keratosis
sepanjang gigi P1-M2, berbatas jelas, lesi berwarna putih, jaringan sekitar
normal, tidakk dapat dikerok dan tidak sakit.
Kiri : pada mukosa bukal kaknan terdapat keratosis
sepanjang gigi P1-M2, berbatas jelas, lesi berwarna putih, jaringan sekitar
normal, tidakk dapat dikerok dan tidak sakit.
 Labial fold atas : Taa
Bawah : Taa
 Bukal fold atas : Taa
Bawah : Taa
 Gingiva RA : Taa
Gingiva RB : Taa
 Palatum : terdapat nodula tulang, berdiameter 1cm, single, berwarna sama
dengan jaringan sekitar, dan tidak sakit.
 Arkus Palatoglosus anterior : Taa
Posterior : Taa
 Lidah : Pada lateral lidah posterior sampai anterior terdapat lesi papula
berbentul scallop, bilateral, berbatas difus, tepi irreguler, berwarna seperti
jaringan sekitar, jaringan sekitar normal dan tidak sakit.
 Lidah : pada daerah dorsal lidah terdapat fissure yang memanjang kurang
lebih 2 cm, irreguler, multiple, bilateral, berbatas jelas, warna sama dengan
jaringan sekitar, tidak dapat dikerok dan tidak sakit.
 Dasar Mulut : Taa

IV. Diagnosa Sementara


Pada kasus ini diagnosa sementara yang didapat yaitu xerostomia et causa
Diabetes mellitus dan Hipertensi. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan
anamnesa yang didapat, serta pemeriksaan objektif. Selain itu hasil
pengumpulan saliva dengan metode spitting selama 5 menit yaitu 0,4ml/5 menit
didapatkan hasil 0,08 ml/menit.

V. Pemeriksaan Penunjang
Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan diagnosa akhir yang
tepat pada kasus ini.
- Patologi klinik minat hematologi, gula darah dan faal ginjal.
- Rujuk ke Sp.Pd

VI. Diagnosis
Xerostomia et causa Diabetes mellitus dan Hipertensi
VII. Rencana Perawatan
a. Terapi
- Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan air terlebih dahulu.
- Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan obat kumur periokin
sebanyak 15ml selama kurang lebih satu menit. Kandungan dari periokin
antara lain clorhexidin digluconate 0,2% sebagai antiseptik dan anti inflamasi,
Metyl salisilate 0,07% sebagai analgesik dan Menthol 0,06% sebagai
memberikan aroma dan rasa dingin.
- Setelah berkumur, pasien diinstruksikan untuk tidak makan/minum selama
30menit.

b. Resep
R/ Chlorhexidine digluconat 0,12% fl No.II
∫ 3 dd 10 ml coll or
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯"¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
Foto Intra Oral kunjungan 1

Gambar 1a. foto intraoral


mukosa palatal Gambar 1b. foto intraoral
mukosa ventral lidah

Gambar 1c. foto intraoral Gambar 1d. fotointraoral


mukosa kanan mukosa kiri
Gambar 1f. foto pengukuran
Gambar 1e. Foto intraoral saliva kunjungan 1
dorsal lidah

Gambar 1g. Foto intraoral Gambar 1e. Foto intraoral


mukosa labial RB mukosa labial RA

Laju aliran saliva:

_0,4 ml_ = 0,08 ml /menit


5 menit

c. KIE (Komunikasi, informasi, Edukasi )


 Menjelaskan tentang kondisi saat ini dan diagnosa sementara yang didapat.
 Banyak minum air 8 gelas/ hari
 Banyak mangkonsumsi sayur dan buah
 Konsumsi obat kumur sesuai instruksi operator yaitu 3x sehari setiap pagi,
siang dan malam sebelum tidur, dan di anjurkan sebelum berkumur dengan
obat kumur pasien diinstruksikan untuk gosok gigi atau berkumur dengan
air putih.
 Kontrol 5-7 hari setelah perawatan.
Kontrol 1
S: Pasien datang untuk melakukan kontrol 1 hari ke 3 setelah perawatan pada rongga
mulut yang terasa kering. Pasien sudah merasa berkurang keluhkan pada rongga
mulut yang terasa kering tersebut. Pasien mengaku menggunakan obat secara teratur
yaitu Obat kumur digunakan secara teratur 3x sehari pagi, siang, dan malam sebelum
tidur. Beberapa hari yang lalu, pasien dirujuk ke laboratorium dan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam. Hingga saat ini, pasien masih mengkonsumsi obat minum dari
dokter Spesialis Penyakit Dalam dan obat kumur tersisa 1/2 botol.
O: EO: Normal
TD: 130/90 mmHg
N: 84 x/menit; R: 24 x/menit
IO: Volume saliva selama 5 menit

_0,2ml_ = 0,1 ml /menit


5 menit

Hasil Pemeriksaan Laboratorium:


- hemoglobin lengkap:
Leukosit : 10,690%
Eusinofil : 9%
Neutrofil batang : 0%
Laju Endapan Darah : 30 ml/jam
- gula darah
Glukosa darah puasa : 150 mg/dl
Glikosa darah 2 jpp : 229 mg/dl
HbAIc : 7,8%
LED : 39 mm/jam
A : Xerostomia et causa diabetes mellitus dan hipertensi sedikit tertangani
P: ▪ Menjaga OH
 Banyak minum air 8 gelas/ hari
 Banyak mangkonsumsi sayur dan buah
 Pasien diinstruksikan untuk melanjutkan obat kumur sesuai instruksi operator
yaitu 3x sehari, dan anjurkan sebelum berkumur dengan obat kumur pasien
diinstruksikan untuk gosok gigi atau berkumur dengan air putih.
 Kontrol 5-7 hari setelah perawatan
Resep
R/ Chlorhexidine digluconat 0,12% fl No.I
∫ 3 dd 10 ml coll or
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯"¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
Foto Kontrol 1

A B C

D E F

G H
A. Foto intraoral dorsal lidah; B. Foto intraoral ventral lidah; C. Foto intraoral labial atas;
D. Foto intraoral labial bawah;. E. Foto foto intraoral mukosa bukal sinistra; F.foto intraoral
mukosa bukal dekstra G. Foto intraoral mukosa palatal; H. Foto hasil pengukuran saliva
kontrol 1

PEMBAHASAN
Xerostomia et causa diabetes mellitus dan hipertensi

Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Peningkatan tekanan darah

mengakibatkan menurunan usia harapan hidup seseorang dan peningkatan risiko

penyakit jantung koroner, stroke dan gagal jantung. Strategi pengobatan hipertensi

dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup dan menggunakan obat antihipertensi.

Modifikasi gaya hidup dimulai dengan perubahan gaya hidup berupa diet rendah garam,

berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur dan

penurunan berat badan bagi pasien dengan berat badan berlebih (Rika, 2015).

Obat antihepertensi yang biasa digunakan adalah Amplodipine. Amplodipine

merupakan derivat dari dihidropiridin golongan antagonis kalsium (Calcium Charmel

Blocker). Umumnya obat ini dapat ditoleransi dengan baik, namun juga memiliki

beberapa efek samping yaitu edema, sakit kepala, nausea, takikardi, palpitasi,

xerostomia, dispepsia, dan konstipasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

perusahaan Farmasi Canada (2004), dilaporkan bahwa dari 805 penderita hipertensi

yang mengkonsumsi Amplodipine mengeluh adanya xerostomia (Ganiswarna, 1995).

Efek samping obat Amplodipine dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut

seperti dispnoe, hiperglikemi dan rasa haus, muntah , leukopeni, purpura dan

trombositopenia. Tetapi efek samping yang menjadi keluhan utama pada rongga mulut

adalah xerostomia. Xerostomia adalah sindroma mulut kering yang timbul bila sekresi

saliva kurang dari normal yang berhubungan dengan dehidrasi, radiasi, kecemasan,

penggunaan obat-obatan, dan devisiensi vitamin. Volume saliva normal adalah 0,1

mL/menit. Jika sekresi saliva kurang dari noilai normal maka akan terjadi xerostomia

yang diikuti dengan penurunan fungsi saliva buffer mulut, pelindung mukosa mulut,
bersifat bakteriostatik dan bakteriosid, pelindung elemen gigi, dan memiliki self

cleansing untuk mempertahankan kesehatan gigi dan mulut serta sebagai stabilatas dan

retensi pengguna gigi tiruan. Saliva diproduksi oleh tiga kelenjar saliva mayor, dan

kelenjar saliva minor. Ketiga kelenjar saliva tersebut adalah kelenjar parotis

memproduksi saliva serous (encer) sebesar 25% dari volume normal total saliva,

kelenjar sublingualis memproduksi saliva mukus (kental) sebesar 5% dari volume total

dan kelenjar submandibularis memproduksi saliva seromukus sebanyak 70% dari

volume total saliva. Kelenjar saliva dipersyarafi oleh kedua sistem syaraf otonom yautu

syaraf simpatis dan parasimpatis. Syaraf simpatis menghasilkan saliva yang serous

(encer) dan dalam jumlah banyak. Amplodipine bekerja menghambat kerja syaraf

parasimpatis dimana jalur kalsium pada presinaps diblock sehingga ion kalsim tidak

dapat masuk ke post sinaps syaraf parasimpatis. Dengan tidak adanya suplai ion kalsium

yang bertanggung jawab atas pelepasan Asetilkolin, maka pelepasan Asetilkolin

menjadi terhambat. Sementara Aseltikolin tersebut merupakan messenger chemical

syaraf parasimpatis untuk menstimulasi produksi kelenjar saliva sehingga menimbulkan

gejala mulut kering (xerostomia) (Rika, 1984) .

Xerostomia jika tidak ditanggulangi maka dapat mengakibatkan meningkatnya

risiko karies, kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara, serta kandidiasis.

Dokter gigi dapat memberikan rekomendasi untuk menstimulasi saliva dengan

menghisap permen tanpa gula, juga menyarankan agar pasien lebih banyak

mengonsumsi air, mengurangi konsumsi kopi, menghindari pemakaian obat kumur yang

mengandung alkohol, dan untuk mengurangi risiko karies, dianjurkan untuk melakukan

topikal aplikasi fluor (Priscilia, 2015).

Diabetes Mellitus adalah penyakit klinis dan penyakit metabolik yang dicirikan

dengan abnormalnya kadar gula dalam darah (hiperglisemia) dan diregulasi


metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, hormon insulin yang diproduksi oleh

kelenjar pankreas berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam darah dengan

mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi (Akintoye., et all, 2017).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah

melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau >200 mg/dl dan kadar

gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan karena

kurangnya pembentukan insulin yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau-pulau

langerhans di pankreas atau adanya kerusakan pada pulau Langerhans itu sendiri.

Diabetes dibagi menjadi 2 yaitu tipe 1 yaitu IDDM dan Tipe 2 yaitu NIDDM. Pada

penderita Diabetes tipe 1, kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin sehingga

jumlah dalam tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan. Lain halnya dengan tipe 2

dimana hormon insulin tetap diproduksi tetapi tidak dapat berfungsi dengan baik.

Pada penderita yang mengalami poliuria mengakibatkan cairan dalam tubuh

menjadi berkurang, Hal ini dapat menyebabkan penurunan jumlah sekresi saliva atau

yang disebut juga dengan hiposalivasi. Selain itu pada penderita diabetes dapat menjadi

komplikasi mikrovaskular berupa retinopati, nefropati, dan neuropati. Salah satu

komplikasri neuropati adalah gangguan saraf simpatis dan parasimpatis, dimana akan

berakibat pada penurunan sekresi saliva. Akibat penurunan jumlah saliva menyebabkan

mulut menjadi kering atau xerostomia. Saliva adalah cairan yang terdapat di dalam

rongga mulut, terdiri dari sekret yang diproduksi oleh kelenjar saliva baik kelenjar

mayor maupun kelenjar minor. Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut.

Fungsi saliva yang penting dan sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan

menjadi pelumas bagi makanan dan melindungi mukosa dan gigi. Air, mucin, dan

glikoprotein kaya-proline menjadi pelumas bagi makanan dan membantu proses

menelan. Saliva berfungsi protektif dengan aksi pembersihan melalui berbagai


komponen antimikrobial seperti mucin, histatin, lisozim, dan laktoferin, serta melalui

antibodi spesifik terhadap mikroorganisme (Almeida, 2008). Dalam keadaan normal,

kecepatan aliran saliva berada dalam rentang 0,3-0,4 ml/menit ketika saliva tidak

terstimulasi. Sementara itu, kecepatan aliran saliva ketika terstimulasi akan meningkat,

yaitu berada dalam rentang 1,5-2 ml/ menit (Meryem, 2002).

MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT :

1. Xerostomia adalah perasaan subjektif dari rongga mulut yang kering . Hal ini

biasanya terlihat dengan adanya pengurangan jumlah saliva yang normal. Pada

penderita Diabetes Mellitus dengan kontrol glukosa darah yang tidak baik dapat

menyebabkan rendahnya stimulasi kelenjar parotid. Prevalensi rongga mulut yang

kering lebih besar terjadi pada wanita dibandingakan dengan laki-laki 5-12% dan

meningkat seiring bertambahnya usia. Xerostomia dapat mempengaruhi gaya hidup,

diet, individu dan kehidupan sosial. Xerostomia pada penderita diabetes mellitus

merupakan kondisi permanen yang tidak dapat ditanggulangi dengan meminum air.

Kondisi xerostomia dapat pada pederita diabetes mellitus dapat mengiritasi jarirngan,

menyebabkan inflamasi dan nyeri. Inflamasi yang terjadi pada pasien diabetes

mellitus sangat mendukung terjadinya infeksi periodontal dan kerusakan gigi.

Xerostomia kronis memerlukan dukungan multifase jangka panjang, termasuk bahan

seperti pelembab, saliva buatan pilocarpine, flourida, intruksi kebersihan mulut dan

konseling nutrisi (Langlais, 2012).

2. Dental Caries (Karies Gigi)

Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan
jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran cairan

darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik.

Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman

dan waktu. Pada penderita Diabetes Mellitus telah diketahui bahwa jumlah air liur

berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat

adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada

permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman

didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries

gigi.

Rongga mulut merupakan jalur utama masuknya makanan ke dalam tubuh dan

memegang peranan penting dalam proses pencernaan. Penguyahan permen karet

memiliki keuntungan diantaranya, menstimulasi sekresi saliva yang berguna untuk

membersihkan rongga mulut(self cleansing) dari sisa makanan dan menyediakan bahan

mineral yang dibutuhkan gigi. Didalam mulut Xylitol berfungsi untuk menstabilkan

mineral yang ada pada saliva. Xylitol akan berikatan dengan kalsium sehingga

kestabilan kalsium fosfat di dalam saliva dapat terjaga. Xylitol secara aktif dan pasif

juga hampir tidak dapat di fermentasikan oleh mikroorganisme rongga mulut sehingga

mencegah timbulnya asam dan dapat menetralkan pH saliva dengan baik. Hal ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa permen karet xylitol tidak memiliki efek

kariogenitas sehingga aman untuk pemeliharaan gigi.

Terapi dengan melakukan komunikasi, informasi dan edukasi yaitu: menjelaskan

kepada pasien bahwa keadaan lidahnya disebabkan oleh obat-obatan yang sedang

dikonsumsinya dan juga karena faktor hormonal seperti monoupause dan juga karena

psikogenik seperti stress yang dialami pasien. Mengintruksikan untuk rajin menggosok

lidah dan rutin memakai obat kumur yaitu Clorhexidine digluconate 0,2 %.
Chorhexidine merupakan derifate bis-bigoanite yang efektif dan mempunyai spectrum

luas, bekerja cepat, dan toksisitas rendah. Chlorexidine telah terbukti efektif terhadap

bakteri rongga mulut karena dapat mengurangi jumlah mikroorganisme plak sebanyak

80 %. Aplikasi obat kumur chlorexidine dapat mencegah timbulnya plak dan karies

karena memiiliki kemampuan bakterosid dan bakteriostatik terhadap bakteri rongga

mulut (Malhotra, L. 2011).

KESIMPULAN

Hiperglikemi mengakibatkan jumlah urine meningkat sehingga cairan dalam


tubuh berkurang dan jumlah sekresi saliva berkurang. Dengan berkurangnya saliva

dapat mengakibatkan xerostomia. Karena saliva mengadung enzim-enzim antimikroba

yang berinteraksi dengan mukosa oral dan dapat mencegah pertumbuhan candida yang

berlebih. Pada keadaan dimana terjadinya, perubahan pada rongga mulut yang

disebabkan berkurangnya aliran saliva, sehingga fungsi saliva tidak berfungsi secara

baik. Maka ronga mulut menjadi rentan terhadap mukosa yang buruk dan menimbulkan

yang menimbulkan rasa sakit. Terapi dengan rutin menggosok lidah dan rutin memakai

obat kumur dan diberikan yaitu Clorhexidine digluconate 0,2 %.

SKEMA SISTEMATIS

Diabetes Mellitus

Manifestasi sistemik Manifestasi oral


Penggunaan obat-obatan Laju aliran saliva berkurang Neuropati

Xerostomia

Rencana Perawatan

Rujukan PK Rujukan PK minat Serologi Rujukan Spesialis Penyakit


minat Dalam
Hematologi

Xerostomia Tertangani

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maskari A.Y, Al Sudairy, s.2011. Oral Manifestations and Complications of


Diabetes Mellitus: a Review, SQU Med J, Vol.11, Number 2:179-186.
Leite, R, S., Marlow , N,M., Fernandes, J.K., 2014. Internasional Diabetes
Federation atlas, 6th
Pedersen, 2004 .diabetes mellitus and related oral manifestations. Oral Biosci Med.
1(4): 229-248.
Strauss, S.M., Stefanou, L.B., 2014. Interdental cleanning Among persons with
diabetes: Relaionship with individual characteristic , Int J Dent Hygine: 12:
127-132.
Sanberg, G.E., dan wikblad K.F., 2003. Oral Dryness and Peripheral Neuropathy In
Subject With Type 2 Diabetes. J. Diabetes Complications, 17:192-8.
Almeida PV, Gregio AM, Machado MAN, Lima AAS, Azevedo LR. 2008. Saliva
composition and function, J Contemp Dent Pract;: 9(3), hal. 2-5.
Akintoye, Sunday O., Collins, Michael., Ship, Jonathan. 2008. Diabetes Mellitus
and Endokrin Disease, Burket's Oral Medicine 11 edition. India: BC Decker
Inc. Hal: 509-512
Joint National Comite (JNC). 2004. The Seventh Report of the Joint National
Comitee on Prevention, Detecton, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure. Departement of Health and Human Service, National Institute of
Health.
Malhotra L, Groferfe, Kapoor. 2011. Comparison of the Efectisness of a
Comersially Aherbal Mouthrinse with Chlorexidine glukonate at the Clinical
and Pasient Level. Page. 349-52
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Meryem, K, Tevfik, F. C., Funda, U, Saniye, S, dan Sakir, B. 2002. Salivary
Function in Patient with Chronic Renal Failure Undergoing Hemodialysis,
Annal ofNuclear Medicine;:16(2): 117-120.
Mohammad AR. 2005. Xerostomia in the geriatric patient: A new challenge for the
oral health professional. A review. Dental Forum/1/2005/XXXII, 67-72.
Rahmadhan, AG. 2010Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Cetakan Pertama.
Jakarta: Penerbit Bukune.p 15.
Schuurs HB. Patologi gigi-geligi, kelainan-kelainan jaringan keras gigi.
Yogyakarta; UGM, 1992; 135-152.
Porter, C. Scully, AM. Hegarty. 2004. An update of the etiology and management
of xerostomia. Oral Surgery Oral Medicine Oral Pathology: 97 (1, 28-46)

Lampiran Pemeriksaan Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai