Anda di halaman 1dari 3

1

HUTANG

Penerimaan pajak bahkan hasil sumber daya alam yang dimiliki sudah tidak mampu
membiayai seluruh kegiatan operasional suatu negara maka negara tersebut perlu melakukan
efisiensi pengeluaran bahkan melakukan pinjaman luar negeri maupun dalam negeri yang biasa
disebut dengan hutang. Masalah akan muncul jika hutang suatu negara dari tahun ke tahun
semakin meningkat dan rasio hutang pemerintah diatas 30% dari jumlah PDB pada tahun
tersebut. Hutang merupakan suatu tindakan yang haram jika dapat dimanfaatkan dengan baik
terutama untuk tambahan modal dalam membiayai pembangunan. Demi membangun dan
mengejar ketertinggalan dari negara lain serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Saat
penerimaan pajak masih terus dioptimalkan, diambil kebijakan defisit yang konsekuensinya
menggunakan pembiayaan utang sebagai alat. Kebijakan pembiayaan utang ini diambil dengan
menimbang bahwa kebutuhan untuk pembangunan merupakan kebutuhan yang harus segera
diwujudkan tanpa penundaan.
Pemerintah sangat memegang teguh prinsip ini dan berkomitmen bahwa setiap rupiah
utang yang dilakukan harus dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang sifatnya produktif
dan investasi dalam jangka panjang yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Investasi dalam
jangka panjang yang antara lain digunakan untuk membiayai belanja infrastruktur, pendidikan,
dan kesehatan akan menghasilkan multiplier effect besar untuk generasi saat ini dan mendatang.
Selain itu utang merupakan divert tax, atau pajak yang tertunda. Dengan pengertian bahwa
investasi jangka Panjang tersebut akan menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih besar di masa
mendatang. Pembangunan yang dilakukan sekarang dalam jangka menengah dan Panjang akan
menaikkan jumlah investasi baru, meningkatkan daya saing dan daya beli serta pada akhirnya
akan menghasilkan penambahan penerimaan perpajakan di masa mendatang yang dapat
digunakan untuk membayar kembali utang yang dilakukan saat ini. Jadi yang dilakukan oleh
Pemerintah saat ini dan yang akan datang secara perhitungan ekonomis adalah sharing manfaat
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sharing beban yang ditanggung.
Hutang bukan hanya problematika di negara berkembang namun juga dialami di negara maju
besarnya pengeluaran dari pada pendapatan yang diterima sehingga hutang sebagai salah satu
instrumen kebijakan fiskal. Hutang dalam negara sangat diperlukan yaitu untuk :
1. Menjaga Momentum, Adanya kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda akan
mengakibatkan beban pembiayaan di tahun yang akan datang semakin membengkak dan
keruagian yang dialami semakin tinggi. Demi mengoptimalkan serta menutup gap
infrastruktur bahkan untuk meningkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang
amsih tertinggal dengan negara maju. IPM di tingkatkan melalui sektor pendidikan,
kesehatan dan perlindungan sosial untuk asset masa depan.
2. Memberikan Warisan Asset, Peningkatan IPM merupakan asset utama suatu negara dengan
kualitas yang tinggi. Selain itu fasilitas infrastuktur tentunya akan dirasakan untuk masa
mendatang. Beberapa proyek Indonesia yang dibiayai oleh hutang antara lain : 1. Mass Rapid
Transit (MRT) Jakarta, 2. Waduk Jatigede, dan 3. Jalur KA double Track Cirebon – Kroya.
Hutang bukanlah hal yang tidak diperbolehkan atau hal yang akan menggangu kestabilan
perekonomian negara, tentu dengan hutang negara menjadi stabil namun dengan pengelolaan
yang benar.
3. Menjaga Pertumbuhan Ekonomi, dan
4. Mengembangkan Pasar Keuangan.

ANISHA CHARISMA PERMATASARI - 1906338610


2

Rasio utang Pemerintah Indonesia masih relative lebih kecil jika dibandingkan Negara-
negara seperti Amerika Serikat, Jepang. Bahkan dengan Negara serupa seperti Thailand,
Vietnam, Filipina dan Malaysia, Indonesia masih lebih kecil. Rasio utang terhadap PDB Jepang
239%, AS 107%, Inggris 87%, Thailand 41%, Vietnam 61%, Filipina 42%, dan Malaysia 50%.
Membandingkan rasio utang dengan Jepang sah-sah saja secara relatif dan sifatnya global. Jika
dibandingkan dengan negara sepantaran (peers) pun kondisi Indonesia masih lebih baik,
misalnya Thailand, Malaysia, Turki, dan Brazil. Kalau dibandingkan dengan kondisi fiskal
Jepang yang memiliki peringkat kredit AA- dari S&P atau sekitar 8 tingkat di atas Indonesia,
hampir setengah dari pendapatan Jepang digunakan untuk membayar bunga utang, meskipun
suku bunganya sangat rendah (Statistia.com). Selain itu, meskipun Jepang tercatat sebagai
negara debitur sekaligus negara kreditur, defisit Jepang pada tahun 2017 berada di atas 4%,
sedangkan Indonesia menjaga tingkat defisit di bawah 3%, dimana pada tahun 2017 sebesar
2,51% dan tahun 2018 ini diperkirakan di kisaran 1,8% sampai 2%. (kemenkeu.co.id).
Hutang merupakan modal pemerintah untuk tetap mendanai kegiatan perekonomian pada tahun
tersebut atau tahun berikutnya. Pengertian hutang menurut Kieso et. Al (2008:172) hutang
adalah kemungkinan pengorbanan masa depan. Jenis – Jenis pemerintah hutang ada dua bagian :
1. REPRODUCTIVE DEBT dan DEAD WEIGHT DEBT
 Reproductive debt merupakan jenis hutang yang jumlah keseluruhannya dijamin oleh
kekayaan yang dimiliki oleh negara atas dasar nilai yang sama. Dead weight debt
merupakan hutang yang tidak disertai dengan jaminnan kekayaan yang dimiliki oleh
negara. Pembayaran cicilan hutang dan bunga reproductive debt diambil dari kekayaan
negara atau hasil usaha negara sesuai dengan jangka waktu dan kesepakatan yang ada.
 Sedangkan pembayaran hutang dan bunga dead weight debt bersumber pada penerimaan
lainnya, misalnya pajak, serta masa pengembaliannya tidak ada ketentuan pengaitan
kekayaan negara untuk melunasinya.
2. PINJAMAN PAKSA DAN PINJAMAN SUKARELA
 Pinjaman paksa merupakan pinjaman yang dilakukan dengan cara-cara paksaan sesuai
dengan keinginan si peminjam, baik dari segi jumlah, tata cara pembayaran dan bunganya.
 Sedangkan pinjaman sukarela merupakan pinjaman yang disesuaikan dengan kemauan
negara pemberi pinjaman dan disepakati oleh negara penerima pinjaman.
Pinjaman dalam negeri adalah pinjaman yang berasal dari sumber – sumber pembiayaan dalam
negeri, sedangkan pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang diperoleh dari sumber – sumber
luar negeri. Hutang bukan hal yang perlu dihindari, hutang akan memberikan manfaat yang baik
apabila dapat dikelola dengan benar. Manfaat yang dirasakan tidak sekaligus dirasakan, manfaat
dalam jangka panjang akan dapat meningkatkan kababilitas negara. Peningkatan Kababilitas
tentunya diimbangi dengan pengelolaan hutang yang baik.
Utang negara mengedepankan prinsip efisiensi biaya (Cost and Risk) dan prinsip kehati – hatian.
a. Dalam prinsip efisien hutang sebagai instrumen terpenting dengan biaya minimum dan resiko
yang terkendali dalam pengadaan hutang, serta
b. prinsip ke hati – hatian yaitu melakukan monitoring dan pengelolaan dalam peningkatan
kepercayaan pasar sebagai upaya utama pemerintah.
Selain pengelolaan hutang yang baik juga harus menjaga keseimbangan antara pinjaman hutang
dalam negeri dengan pinjaman hutang luar negeri. Hutang dari pasar domestik dibutuhkan
3

dalam rangka pendalaman pasar kemandirian pembiayaan dalam jangka panjang. Pasar
domestik yang dalam (deep) akan berperan dalam menurunkan tingkat bunga dan
meningkatkan likuiditas sehingga mengurangi resiko akibat sudden reveral. Sedangkan
hutang dipasar internasional tetap diperlukan untuk mendukung neraca pembayaran dan me-
refinance jatuh tempo hutang valas.
Dalam melakukan hutang harus juga mempertimbangkan bunga yang harus dikeluarkan baik
dari pihak pemberi dan pihak penerima. Resiko dari hutang harus diperhitungkan pengelolaan
yang baik akan mampu membayar bunga yang harus ditanggung. Namun apabila pengelolaan
hutang dirasa kurang baik maka resiko yang akan ditanggung bisa lebih besar. Di negara maju
sekalipun hutang digunakan untuk investasi sehingga dapat memberikan profit yang optimal.
Keadaan negara yang kurang mampu dalam pengelolaan hutang ditandai apabila saat
pengembalian hutang menggunakan hutang yang baru. Hal tersebut menandakan hutang bukan
lagi sebagai instrumen utama untuk meningkatkan kapasitas negara. Oleh sebab itu hutang dapat
dilakukan hutang sangat diperlukan apabila dalam pengelolaannya dapat menstabilkan
pengeluaran dengan pendapatan sebab hutang merupakan modal negara, berupa modal yang
wajib dikembalikan.

Anda mungkin juga menyukai