BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan dan juga sangat penting bagi kehidupn manusia, karena pendidikan
bidang oleh karna itu, pendidikan menitik beratkan pada peningkatan pada sumber
berpusat pada guru, model pembelajaran tertutup, terpisah, atau terisolasi dengan
1
2
memahami apa yang disampaikan oleh guru, dan mengakibatkan siswa tidak berhasil
dasar. Pada saat apersepsi di dalam kelas, guru langsung menulis materi di papan
tulis, kemudian siswa disuruh mancatatnya. Setelah siswa mencatat guru langsung
menjelaskan dan memamparkan materi dengan rinci. Sehingga siswa tidak berpikir
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar
merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran.
Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam
menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh
matematika kurang jelas dan kurang menarik perhatian siswa serta pada umumnya
guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran. Di samping itu penggunaan
metode pengajaran yang salah. Sehingga siswa dalam memahami dan menguasai
materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.
pelajaran yang terkenal sulit dan memerlukan logika berpikir yang tinggi, selain itu
ini dapat disimpulkan berdasarkan ketuntasan belajar siswa di sekolah tersebut. Nilai
ujian siswa pada semester sebelumnya menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa
terdapat 10 orang belum mampu mencapai nilai diatas 65. Dan Nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 63,36. Sementara itu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar
65. Dari temuan tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa belum dapat
masalah ilmu kimia yang berupa teori, konsep, hukum, dan fakta. Salah satu tujuan
matematika dan saling keterkaitanya serta penerapanya baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun teknologi. Oleh sebab itu, siswa diharapkan mampu memahami dan
belajar suatu adalah perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut baik perubahan
Pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang
sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru matematika.
4
Rendahnya hasil belajar matematika karena adanya berbagai cap negatif telah
melekat di benak siswa berkenaan dengan pelajaran matematika, yang bisa jadi itu
semua dimunculkan dari guru baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari
tidak hanya menggunakan satu metode saja, agar pembelajaran lebih efektif. Upaya
dapat lebih efektif dalam belajar matematika adalah dengan menerapkan model
inkuiri dalam pemecahan masalah yang sulit di lakukan secara individu, sehingga
menggunakan model pembelajaran inkuiri ini siswa lebih aktif dalam proses
juga belajar untuk saling mendengar dan menghargai pendapat orang lain, khususnya
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap
yang dimilikinya.”
5
menggunakan metode pembelajaran inkuiri melatih siswa untuk berpikir secara kritis
dan analisis, sehinga mampu memahami suatu konsep/ materi dengan baik dan
rincinamun tetap mengedepankan sikap saling menghargai pendapat. Oleh karena itu,
a. Untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan penggunaan
model pembelajaran inkuiri pada materi operasi hitung bilangan di Kelas I-A
model pembelajaran inkuiri pada materi operasi hitung bilangan di Kelas I-A
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
matematika.
2) Sebagai masukan bagi guru tentang model pembelajaran yang sesuai dalam
hitung.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan murid. Interaksi yang bernilai
Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif wholistik, yang
menempatkan murid sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga
murid mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan
cetak, program televisi, gambar, dan audio, sehingga semua itu mendorong terjadinya
perubahan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran, dari guru sebagai
mengaresemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
7
8
sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting
proses belajar mengajar murid dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara
informasi, maka dalam istruction guru lebih banyak berperan sebagai fasilisator,
sejumlah mana murid telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari
sejauhmana murid telah melakukan proses belajar”. Guru tidak lagi berperan sebagai
sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing agar murid mau dan
mampu belajar. Pembelajaran bukan lagi berpusat pada guru tetapi sudah beralih
kepada murid. Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Tidak ada suatu kegiatan yang dilaksanakan tanpa tujuan,
karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke
maka proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Kelas bukanlah
belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. Ketika murid akan belajar
tentang fungsi pasar, maka pasar itu sendiri merupakan tempat belajar bagi murid.
Sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun
tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian juga halnya dengan kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai
dalam kegiatannya. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali
pembelajaran, sehingga semua komponen yang lain harus disesuaikan dengan tujuan
suatu hasil yang diharapkan dari pengajaran dan bukan sekedar proses dari
tetapi proses untuk mengubah tingkah laku murid sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan
tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas.
Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai murid dapat membentuk pola
perilaku murid itu sendiri. Untuk itulah model dan strategi yang digunakan guru
tidak hanya sekedar model ceramah, akan tetapi menggunakan berbagai model.
Penggunaan model yang bervariasi akan membuat murid menjadi termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran.
10
baik. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang bararti.
disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang
dengan pecahnya konsentrasi murid. Setelah peristiwa itu, tugas guru adalah
Dalam merancang sebuah pembelajaran yang baik, tentu saja guru harus
pembelajaran, kondisi kelas, dan lain sebagainya. Bila faktor-faktor yang mendukung
seperti yang diharapkan akan dapat tercapai seperti yang diharapkan. Memang tidak
mudah dalam merancang sebuah pembelajaran yang baik dengan melibatkan siswa
dalam belajar. Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
Berhasil atau tidaknya proses belajar seorang individu juga dipengaruhi oleh
banyak faktor baik itu faktor yang berasal dari dalam (intern), maupun faktor yang
berasal dari luar dirinya (ekstern). Prestasi belajar siswa pada hakekatnya merupakan
interaksi dari beberapa faktor. Purwanto (2010: 102) menyatakan bahwa belajar
Pertama Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor
individual meliputi: kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, motivasi dan
11
faktor pribadi. Kedua, faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor
sosial, meliputi: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan, dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
mempengaruhi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si
pelajar (intern) yaitu faktor-faktor psikologis dan fisiologis sedangkan faktor yang
berasal dari berasal dari luar diri si pelajar (ekstern) yaitu faktor-faktor nonsosial dan
faktor-faktor sosial”.
diri peserta didik (internal) dan dari luar peserta didik (eksternal).
belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan
belajar dan terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan
harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan
12
Seseorang dapat dikatakan telah belajar, apabila dalam dirinya telah terjadi
suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Namun hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari
akibat dari suatu proses belajar. Menurut aliran psikologi kognitif yang dikemukakan
oleh Bruner dalam Budiningsih (2012: 40) memandang hasil belajar adalah :
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka
intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas
Mudjiono (2009: 72) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:
tergolong terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang terendah
perilaku yang lebih tinggi. Untuk dapat menganalisis misalnya, siswa harus memiliki
Menurut Bloom dalam Simyati dan Mudjiono (2009: 83) ranah afektif terdiri
(1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya
perbedaan-perbedaan.
(2) Partisipasi,yag mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam satu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan
berpartisipasi dalam satu kegiatan.
(3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai,mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya menerima suatu
pendapat orang lain.
(4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai
dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara
bertanggung jawab.
(5) Sintesis,mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program kerja.
(6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil
karangan.
tergolong terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang terendah
14
perilaku yang lebih tinggi. Untuk dapat menganalisis misalnya, siswa harus memiliki
Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 85) menyatakan ranah afektif
motorik yang saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu
(2010: 115) menyatakan bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku organisme dapat dianggap belajar”.
Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor
yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdapat dari luar
siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa bersifat
biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain adalah faktor
psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan
adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan
kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri.
unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin
menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa
melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu
umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu
(faktor internal), dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal)”.
kesehatan dan cacat tubuh. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan dan
Sedangkan cacat tubuh itu dapat berupa buta, tuli, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan
cacat tubuh juga bisa mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuh, maka
a. Faktor Psikologis
bakat, motif, serta kematangan, dan kesiapan”. Faktor inteligensi atau kecerdasan
perhatian juga dapat menjamin hasil belajar yang baik, sehingga siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Dan juga prestasi belajar
siswa ini dapat dipengaruhi oleh faktor minat dan bakat. Kemampuan itu baru akan
b. Faktor Motif
Slameto (2003:55) “Faktor motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang
akan dicapai”. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir. Motif-
motif ini ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan atau
a. Faktor Keluarga
dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto (2003: 45)
Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan keciL tetapi bersifat menentukan
Djamarah (2003: 29) menyatakan bahwa “siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar-anggota
keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, dan pengertian orang
18
tua”. Dalam hal ini Hasbullah (2005:46) mengatakan bahwa “keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama
keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan, oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari
(1) makin besar dukungan orang tua makin tinggi tingkat perkembangan
kognitif anak, (2) makin kuat pemaksaan yang diberikan oleh orang tua maka
makin rendah perkembangan kognitif anak, (3) makin besar dukungan orang
tua, makin tinggi kemampuan sosial dan kemampuan instrumental anak, (4)
makin kuat tingkat pemaksaan yang diberikan orang tua terhadap anak-
anaknya maka makin rendah kemampuan sosialnya.
pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar anak. Semakin besar perhatian
keluarga maka akan semakin besar prestasi yang dapat dicapai siswa.
b. Faktor Sekolah
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang
baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-
hasil belajarnya. Hamalik (2011: 45) menyebutkan bahwa faktor sekolah yang
merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk
kumpular, anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentu, sehingga anakpun dapat
terpengaruh pula.
karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya
kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pads dirinya, sehingga
c. Faktor Masyarakat
juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembekajaran
20
ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru
berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini sering juga dinamakan
pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang
merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial
di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa
berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3)
hipotesis.
sebuah strategi yang langsung terpusat pada peserta didik yang mana nantinya
jawaban atas pertanyaan sesuai dengan struktur dan prosedur yang jelas”. Sehingga
model pembelajaran ini bisa melatih para siswa untuk belajar mulai dari menyelidiki
dan menemukan masalah hingga menarik kesimpulan. Adapun model ini menjadikan
siswa akan lebih banyak belajar mandiri untuk memecahkan permasalahan yang telah
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapa diketahui bahwa model inkuiri
1. 60 + 95 + 40 = ...
Jawab :
= 100 + 95
= 195
2. 125 + 75 + 85 = ...
Jawab :
= 200 + 85
= 285
penjumlahan, contoh :
Jawab :
Cara 1 :
Cara 2 :
= 40
24
2. (4 + 8) x 5 = ...
Jawab :
Cara 1 :
Cara 2 :
= 60
Jadi, (4 + 8) x 5 = 60
pengurangan, contoh :
1. 6 x (5 – 4) = ...
Jawab :
Cara 1 :
Cara 2 :
= 6
Jadi, 6 x (5 – 4) = 6
25
Jawab :
Cara 1 :
Cara 2 :
= 170
2) Sifat Asosiatif
2) Jika angka persepuluhan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan
menjadi 1 satuan.
2) Jika angka satuan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan
menjadi 1 puluhan.
2) Jika angka puluhan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan
menjadi 1 ratusan.
2) Jika angka ratusan lebih dari atau sama dengan 5, maka dibulatkan
menjadi 1 ribuan.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Depdiknas (2007:12) PTK
”berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas”.
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas I-A SD Negeri 69 Banda Aceh tahun
28
29
pada materi operasi hitung bilangan. Penelitian dilakukan pada semester I yaitu
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I-A di SD Negeri 69 Banda
Aceh yang berjumlah 27 orang. Penulis juga melibatkan seorang guru yang
penelitian. Melalui data-data yang terkumpul, akan dapat diambil suatu kesimpulan
dari hasil penelitian. Adapun teknik pengumpulan data penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Siswa
Pada siswa dilakukan tes dan observasi. Tes dilakukan untuk mengetahui
nilai yang dicapai siswa setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran mastery
learning (belajar tuntas). Tes dilakukan sebanayak 2 kali yaitu tes siklus I dan II.
Selain dari pada tes, pada siswa juga dilakukan observasi aktivitas mengikuti
dan II. Observasi dilakukan terhadap guru saat melaksanakan pembelajaran di kelas.
pembelajaran.
30
2. Guru
ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa dan murid. Lebih jelasnya statistik yang
berikut:
¿
ΣX
X= ( Sudjana , 2002: 43) X́ = ❑X ¿
N N
Keterangan :
¿
X́ X = nilai rata-rata
NN = jumlah siswa
menggunakan rumus persentase yang disarankan oleh Arikunto (2010: 202) berikut
ini:
F
P= x 100 %
N
31
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N : Jumlah Siswa
digunakan rumus yang disarankan oleh Arikunto (2010: 202) berikut ini:
F
P= x 100 %
N
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N : Jumlah Siswa
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila memiliki daya serap ≥
56% dari skor tes ketuntasan belajar secara klasikal tercapai bila ≥ 85 % murid di
BAB IV
4.1.1 Siklus I
1. Perencanaan
sebagai berikut:
c. Membuat RPP siklus I tentang materi operasi hitung bilangan dan langkah-
d. Guru menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan pokok bahasan operasi
hitung bilangan.
e. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas yaitu
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa serta soal tulisan berbentuk pilihan
ganda.
34
2. Pelaksanaan
Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis dalam siklus I rincian
3. Observasi
Hasil tes dan observasi aktivitas guru dan siswa dipaparkan secara rinci oleh
kelas sebagai observer. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
sebesar 4,31 (86.20%) yang termasuk dalam kategori baik. Terdapat beberapa
sebesar 3,25 (65%) yang termasuk dalam kategori cukup. Terdapat beberapa aktivitas
siswa yang masih mendapatkan kategori cukup. Sehingga, penelitian ini harus
Tes diberikan oleh penulis kepada siswa di setiap akhir proses pembelajaran.
Tes yang diberikan terdiri dari 10 soal dan berbentuk pilihan ganda. Hasil tes siklus I
memahami materi yang diajarkan meningkat lebih baik dari sebelum dilaksanakan
penelitian tindakan kelas. Hasil tes belajar siswa yang diperoleh pada siklus I pada
2 Alhadi 70 √
3 Andika Maha 90 √
4 Aidina Fitria 70 √
5 Dila Safira 70 √
6 Fergi Syuhada 60 √
7 M. Haikal 70 √
8 Irfan Andrian 90 √
9 Merah Tulip R 70 √
10 Merah Selvia S 60 √
11 Mirza Sahputra 80 √
12 M. Abdurrahim N 80 √
13 Mekar Ananta 70 √
14 M. Haikal 60 √
15 Najwa Rizki R 60 √
16 Puji Maisuri 80 √
17 Rahmi Izra H 80 √
18 Sri Jalisda 70 √
19 Kausar Lazwardi 60 √
20 Uweis Karni A 70 √
21 Sanjana Isnaini 70 √
22 Qois Rakin R 60 √
23 M. Fathahul 70 √
24 M. Muarif 60 √
25 Fathiya Nur M 70 √
26 Zulfatani 70 √
27 Rahmatul Aulia 80 √
Jumlah 0 22 5
Rata-Rata 71,11 -
Persentase Ketuntasan - 74,07% 25,93%
Hasil belajar siklus I pada materi Operasi hitung bilangan mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 71,11. Penilaian dilakukan melalui tes hasil belajar secara tulisan
80 71.11
70
60
50
Persentase
40
30 25.93
20
10
0
Tuntas Tidak tuntas
Siklus I
Berdasarkan data Tabel 4.3 dan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas belajar sebanyak 20 siswa (74,07%) dari 27 siswa yang mengikuti proses
pembelajaran, sementara siswa yang tidak tuntas berjumlah 7 orang siswa (25,93%).
4. Refleksi
Adapun keberhasilan yang telah dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Nilai rata-rata yang telah diperoleh 71,11 dan siswa yang tuntas sebanyak 20
b) Aktivitas siswa mendapatkan nilai rata-rata 3,25 (65%) yang termasuk dalam
kategori cukup.
c) Aktivitas guru mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,31 (86,20%) yang termasuk
Adapun perbaikan yang harus dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Hasil belajar siswa harus ditingkatkan karena ada 5 orang siswa (18,52%) yang
belum tuntas belajarnya secara klasikal pada materi operasi hitung bilangan.
39
kerja kelompok di depan kelas dan mengajukan pendapat atau komentar terhadap
presentasi kelompok.
c) Aktivitas guru dalam memotivasi siswa yang terlibat dan memahami materi yang
mendapatkan nilai sebesar 4,31 (86.20%) yang termasuk dalam kategori baik.
4.1.2 Siklus II
1. Perencanaan
sebagai berikut:
c. Membuat RPP siklus II tentang materi operasi hitung bilangan dan langkah-
d. Guru menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesuai dengan pokok bahasan operasi
hitung bilangan.
2. Pelaksanaan
3. Observasi
40
Hasil tes dan observasi aktivitas guru dan siswa dipaparkan secara rinci oleh
kelas sebagai observer. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat
sebesar 4,69 (93,80%) yang termasuk dalam kategori sangat baik. Tidak terdapat
aktivitas guru yang masih mencapai kategori cukup, sehingga penelitian tindakan ini
sebesar 4,63 (92,60%) yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil aktivitas
siswa pada siklus II telah termasuk kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
Tes diberikan oleh penulis kepada siswa di setiap akhir proses pembelajaran.
Tes yang diberikan terdiri dari 10 soal dan berbentuk pilihan ganda. Hasil tes siklus
memahami materi yang diajarkan meningkat lebih baik dari sebelum dilaksanakan
penelitian tindakan kelas. Hasil tes belajar siswa yang diperoleh pada siklus II pada
2 Alhadi 80 √
3 Andika Maha 100 √
4 Aidina Fitria 80 √
5 Dila Safira 80 √
6 Fergi Syuhada 70 √
7 M. Haikal 70 √
8 Irfan Andrian 100 √
9 Merah Tulip R 80 √
10 Merah Selvia S 60 √
11 Mirza Sahputra 90 √
12 M. Abdurrahim N 90 √
13 Mekar Ananta 80 √
14 M. Haikal 70 √
15 Najwa Rizki R 70 √
16 Puji Maisuri 90 √
17 Rahmi Izra H 90 √
18 Sri Jalisda 80 √
19 Kausar Lazwardi 70 √
20 Uweis Karni A 80 √
21 Sanjana Isnaini 80 √
22 Qois Rakin R 100 √
23 M. Fathahul 80 √
24 M. Muarif 100 √
25 Fathiya Nur M 80 √
26 Zulfatani 80 √
27 Rahmatul Aulia 100 √
Jumlah 0 26 1
Rata-Rata 83,33 -
Persentase Ketuntasan - 96,30% 3,70%
Hasil belajar siklus II pada materi operasi hitung bilangan mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 83,33. Penilaian dilakukan melalui tes hasil belajar secara tulisan
120
96.3
100
80
Persentase
60
40
20
3.7
0
Tuntas Tidak tuntas
Siklus I
Berdasarkan data Tabel 4.9 dan grafik 4.5 dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas belajar sebanyak 26 siswa (96,30%) dari 27 siswa yang mengikuti proses
pembelajaran, sementara siswa yang tidak tuntas berjumlah 1 orang siswa (3,70%).
4. Refleksi
Adapun keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Nilai rata-rata yang telah diperoleh 83,3 dan siswa yang tuntas sebanyak 26 orang
siswa (96,30%).
b) Aktivitas siswa mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,63 (92,60%) yang termasuk
c) Aktivitas guru mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,69 (93,80%) yang termasuk
Hasil tindakan siklus III menunnjukkan bahwa aktivitas siswa, aktiitas guru
dan hasil belajar siswa telah mencapai kategori sangat baik. Sehingga tidak
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan atas hasil tes belajar siswa yang
dilanjutkan dengan refleksi pengamatan pada setiap siklus tindakan. Pada siklus II
45
diperoleh temuan bahwa siswa kelas I-A di SD Negeri 69 Banda Aceh pada materi
operasi hitung bilangan telah mencapai ketuntasan baik secara individual maupun
secara klasikal.
Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal
ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 3,69
(73,80%) pada siklus II sebesar 4,31 (86,20%) dan pada siklus II sebesar 4,69
(93,0%).
Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II.
Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 3,25
(65%), pada siklus II sebesar 4,13 (80,26%) dan pada siklus II sebesar 4,63
(92,60%).
Hasil belajar pada siklus I, siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar
66,67 dan siswa yang tuntas belajar sebanyak 14 siswa (51,85%) dari 27 siswa yang
ada, sementara siswa yang tidak tuntas berjumlah 13 orang siswa (48,15%). Pada
Siklus II, nilai rata-rata kelas yang dicapai oleh siswa sebesar 72,96 dan siswa yang
tuntas belajar sebanyak 22 siswa (81,48%) dari 27 siswa yang ada, sementara siswa
yang tidak tuntas berjumlah 5 orang siswa (18,52%). Pada siklus II, nilai rata-rata
yang diperoleh siswa sebesar 96,30. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 26 siswa
46
(96,30%) dari 27 siswa yang ada, sementara siswa yang tidak tuntas berjumlah 1
Peningkatan hasil belajar pada siklus II, lebih baik dari pada siklus II dan I,
siswa dalam belajar dan melakukan pengawasan yang lebih baik dari siklus
sebelumnya, sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus II dapat tercapai dengan
baik. Berdasarkan hasil tes tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
belajar selama tiga siklus dan telah tuntas secara individual dan klasikal.
BAB V
PENUTUP
47
5.1 Kesimpulan
inkuiripada materi operasi hitung bilangan, maka kesimpulan yang dapat ditarik
a. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal
ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 3,69
(73,80%) pada siklus II sebesar 4,31 (86,20%) dan pada siklus II sebesar 4,69
(93,0%).
b. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II.
Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar
3,25 (65%), pada siklus II sebesar 4,13 (80,26%) dan pada siklus II sebesar
4,63 (92,60%).
c. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus
ke siklus. Pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 66,74,
Siklus II, sebesar 72,96 dan siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh siswa
sebesar 83,3.
5.2 Saran
46
48
Berdasarkan hail penelitian yang telah penulis kemukakan diatas, maka perlu
motivasi sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dan mampu mengalami
yang terdapat pada pembelajaran inkuiri. Sehingga tujuan belajar dapat tercapai
DAFTAR PUSTAKA
49
Ali, Muhammad. 2002. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru
Algensindo. Bandung. Indonesia.
Nasution, S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT.
Bina Aksara. Jakarta. Indonesia.