nabillar.aisy.nra@gmail.com
ABSTRAK
Dalam suatu produksi yang dilakukan di sebuah perusahaan, pengendalian dan penjaminan
mutu sangat diperlukan guna mengurangi dan mengendalikan keseragaman dan kerusakan
produk. Hal ini dilakukan agar konsumen dapat memperoleh produk atau jasa yang diberikan
oleh perusahaan secara maksimal dan sesuai. Pengendalian dan penjaminan mutu juga
dilakukan guna menarik pelanggan sebanyak-banyaknya, semakin tinggu mutu atau kualitas
barang atau jasa yang ditawarkan maka akan semakin banyak pelanggan atau konsumen yang
mengonsumsi sehingga target produsen atau perusahaan. Pengendalian dan penjaminan mutu
juga dilakukan agar perusahaan dapat bersaing secara global dengan layak.
Kata kunci: konsumen, pengendalian dan penjaminan mutu, produk dan jasa,
BAB I PENDAHULUAN
Saat ini, globalisasi sangat berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan. Salah satunya
dalam dunia bisnis. Sebelumnya dunia bisnis telah dihadapkan dengan persaingan yang semakin
ketat, baik secara lokal maupun regional. Namun karena globalisasi telah meluas pada dunia
bisnis juga, saat ini dunia bisnis juga harus bersaing ketat secara global, oleh karena itu
pengendalian dan penjaminan mutu pada suatu perusahaan baik jasa maupun barang sangat
diperhatikan agar dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas kelas dunia yang layak
bersain dalam pasar global.
Pengendalian dan penjaminan mutu juga berperan penting dalam upaya pencapaian target
profit yang diinginkan dan menghindari kerugian besar yang mungkin akan diperoleh
perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metodologi
penulisan serta sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan paper.
Bab ini berisi tentang dasar teori mengenai pengendalian dan penjaminan mutu seperti
definisi, sejarah, ruang lingkup, perkembangan serta tokoh-tokoh yang berperan dalam
perkembangan mutu.
Bab III Kesimpulan
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari teori statistika yang dibahas pada bab sebelumnya.
Menurut Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pelanggan. Menurut Crosby, mutu adalah hasil yang sesuai dengan apa yang
disyaratkan atau distandarkan sebelumnya. Menurut Deming, mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar/konsumen. Sedangkan menurut Feigenbaum, mutu adalah seluruh gabungan
sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari mulai pemasaran, proses pembuatan, dan
pemeliharaan dimana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu sesuai
harapan pelanggan.
Definisi mutu tidak ada yang universal, namun berdasarkan apa yang telah dikemukakan
oleh para ahli, mutu adalah usaha mulai dari pemilihan produk, pemasaran, proses pembuatan
serta pemeliharaan produk/jasa yang dilakukan untuk memenuhi atau melebihi harapan para
pelanggan dan selalu berubah karena kondisi dan permintaan pelanggan yang juga berubah.
Pengendalian mutu sendiri adalah usaha untuk menjaga dan mempertahankan kualitas
produk agar sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan berdasarkan kebijakan puncak
manajemen. Sedangkan penjaminan mutu adalah seluruh perencanaan dan kegiatan sistematis
bahwa barang atau jasa memenuhi persyaratan mutu.
Pada produksi barang/jasa sebelumnya, manusia tidak mengenal apa itu mutu, mereka
hanya mengedepankan kuantitas yang tinggi agar profit yang diperoleh lebih banyak, namun
tidak untuk bersaing dengan lawannya. Hingga akhirnya manusia menemukan adanya mutu,
kemudian melakukan upaya pengendalian mutu, penjaminan mutu hingga akhirnya ditemukan
Manajeman Mutu Terpadu (Total Quality Management / TQM).
Pengendalian mutu pertama kali dikenalkan oleh Ellias Whitney pada awal abad 19,
dalam bentuk pengecekan barang yang akan dikirim ke pelanggan yaitu memisahkan barang
cacat dan barang yang akan dikirim agar konsumen merasa puas.
Pada tahun 1924, Dr. Walter Shewhart memperkenalkan bagan kendali kontrol (control
chart) yang bermanfaat untuk mengetahui apakah mutu produk yang dihasilkan berada pada
batas yang dikehendaki sehingga inspeksi silakukan hanya pada sampel barang dan dapat
mengurangi biaya. Pada tahun 1950, Dr. W.E Deming memperkenalkan konsep pengendalian
mutu menyelutuh pada perusahaan. Deming menekankan pentingnya kontrol statistic dalam
proses produksi dan perbaikan mutu produksi. Kemudian Deming dan Schewhart
mengembangkan konsep siklus PDCA untuk mengidentifikasi masalah, memperoleh data dan
mengembangkan rekomendasi.
Pada tahun 1961, Dr. A.V Feigenbaum memperkenalkan konsep make it right at the first
time. Dimana konsep ini kemudian berkembang dan menjadi salah satu dasar TQM. Pada tahun
1987 lahirlah suatu standar tentang manajemen mutu yaitu ISO 9000 atau (International
Organization for Standarization).
Joseph Juran merupakan seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Juran menjadi seorang
penulis dan editor dari beberapa buku di antaranya, Juran’s Quality Control Handbook, Juran
on Planning for Quality dan Juran on Leadership for Quality. Juran juga merupakan seorang
guru manajemen pertama yang menghadapi isu-isu manajemen mutu yang lebih luas. Dia yakin
bahwa kebanyakan masalah mutu dapat dikembalikan pada masalah manajemen. Dengan
demikian, menurutnya 85% masalah merupakan tanggungjawab manajemen karena mereka
memiliki 85% kontrol dalam sistem organisasi.
W.E Deming merupakan seorang statistik, professor, penulis, dosen dan konsutan yang
berasal dari Amerika. Deming mengemukakan bahwa ada 14 prinsip yang harus dilakukan untuk
mencapai suatu mutu dari produk/jasa, yaitu:
1. Menumbuhkan tekad yang kuar dan rencana jangka panjang berdasarkan visi ke depan
dan inovasi baru untuk meraih mutu.
2. Mengadopsi filosofi yang baru, atau dengan kata lain mencari metode yang baru dalam
bekerja.
3. Menghentikan ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih kualitas. Setiap orang
yang terlibat karena sudah menciptakan kualitas hasil produk/jasanya dengan baik, harus
selalu menjaga kinerja masing-masing meskipun tidak dalam pengawasan.
4. Menghentikan hubungan kerja yang hanya atas dasar harga. Harga harus selalu terkait
dengan nilai kualitas produk atau jasanya.
5. Melakukan perbaikan-perbaikan terhadap nilai kualitas produk atau jasa.
6. Mengadakan pelatihan sambil bekerja (on the job training), karena pelatihan merupakan
alat yang baik untuk pengembangan kualitas kerja untuk semua tingkatan dalam unsur
lembaga.
7. Melembagakan kepemimpinan yang membantu setiap orang untuk dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
8. Menghilangkan sumber-sumber penghalang komunikasi antar bagian dan antar individu
dalam lembaga.
9. Menghilangkan sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam organisasi
agar mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien.
10. Menghilangkan kuota atau target kuantitatif yang dapat membuat pekerja lupa dengan
kualitas.
11. Menghilangkan slogan dan kewajiban kepada staff yang akan menimbulkan hubungan
tidak baik antara atasan dan bawahan.
12. Menyingkirkan penghalang yang merebut /merampas hak para pimpinan dan pelaksana
untuk bangga dengan hasil kerja masing-masing/
13. Melembagakan program pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan diri bagi semua
orang dalam lembaga.
14. Melibatkan semua orang dalam lembaga untuk ikut dalam proses transformasi menuju
peningkatan mutu.
2.4.3. Philip B. Crosby
Philip Crosby mengemukakan dua ide mengenai mutu, yang pertama adalah mutu itu
gratis, terlalu banyak pemborosan dalam sistem saat mengupayakan mutu. Yang kedua adalah
ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak
berguna bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan.
Kaoru Ishikawa merupakan salah satu doktor yang bergabung dengan Japanese Union of
Scientist and Engineers (JUSE), sebuah kelompok yang fokus di bidang kontrol kualitas. Dr.
Kaoru Ishikawa merupakan pencetus konsep Lingkaran Kualitas (Quality Circle) dan Diagram
Sebab-Akibat (Fishbone Diagram).
Pada tahun 1962, Ishikawa mengembangkan teori Quality Circles, dimana sekumpulan
orang belajar untuk mengidentifikasi masalah lalu memberikan solusi atas masalah tersebut.
Ishikawa juga berkontribusi dalam penyempurnaan model PDCA (Plan Do Check Act) yang
dikembangkan oleh E.W. Deming, penemu konsep PMT. Ishikawa mengkolaborasikannya
menjadi rencana enam langkah, yaitu:
Menurut Feigenbaum, mutu adalah produk komposit total dan layanan karakteristik
pemasaran, teknik manufaktur dan pemeliharaan dimana produk dan jasa yang digunakan akan
memenuhi harapan pelanggan. Poin penting dari penjelasan Feigenbaum adalah bahwa kualitas
harus didefinisikan dalam hal kepuasan pelanggan, serta kualitas adalah multidimensi dan harus
didefinisikan secara komprehensif dank arena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan
pelanggan, maka mutu adalah dinamis.
Dr. Armand Feigenbaum mengemukakan bahwa kualitas produk dan jasa adalah seluruh
gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari mulai pemasaran, proses pembuatan, dan
pemeliharaan dimana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya akan bertemu sesuai
harapan pelanggan.
BAB IV Kesimpulan
1. Mutu adalah usaha mulai dari pemilihan produk, pemasaran, proses pembuatan serta
pemeliharaan produk/jasa yang dilakukan untuk memenuhi atau melebihi harapan para
pelanggan dan selalu berubah karena kondisi dan permintaan pelanggan yang juga
berubah.
2. Pada produksi barang/jasa sebelumnya, manusia tidak mengenal apa itu mutu, mereka
hanya mengedepankan kuantitas yang tinggi agar profit yang diperoleh lebih banyak,
namun tidak untuk bersaing dengan lawannya. Hingga akhirnya manusia menemukan
adanya mutu, kemudian melakukan upaya pengendalian mutu, penjaminan mutu hingga
akhirnya ditemukan Manajeman Mutu Terpadu (Total Quality Management / TQM).
3. Ruang lingkup mutu menurut Assauri meliputi pengendalian mutu pada bahan baku,
proses produksi serta pengendalian produk akhir.
4. Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan teori mutu adalah W.E Deming,
Philip B. Crosby, A.V Feigenbaum, Joseph Juran serta Dr. Kaoru Ishikawa.
DAFTAR PUSTAKA
http://angga.staff.ipb.ac.id/files/2016/09/3-SEJARAH-PERKEMBANGAN-KUALITAS.pdf
diakses tanggal 21 Agustus 2017 pukul 12.11
Deming, W.E, Out of The Crisis: Quality Productivity and Competitive Position, Cambridge
University Press, Cambridge, 1986
Feigenbaum, A.V, Total Quality Control, Third Edition, New York: McGraw-Hill Book Co,
1983