Anda di halaman 1dari 16

BIMBINGAN DAN KONSELING

KELOMPOK XI

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Psikologi Pendidikan

Yang dibina oleh Ibu Dr. Mustiningsih, M. Pd.

Oleh :

1. Ayunda Ika Widya Sakti (NIM : 180131601096)


2. Inga Anjelina (NIM : 180131601033)
3. Muh Yusril Faizin (NIM : 180131601044)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Oktober 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Bimbingan dan Konseling ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dr.
Mustiningsih, M. Pd. selaku Dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan Universitas
Negeri Malang yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Bimbingan dan Konseling. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga malakah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Malang, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Lampiran iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Pembahasan 1

C. Ruang Lingkup Pembahasan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Rujukan dan Kutipan 3

B. Cara Merujuk Kutipan Langsung 5

C. Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung 7

D. Cara Menulis Daftar Rujukan 7

E. Penulisan Daftar Pustaka Berdasarkan Standar IEEE 13

F. Cara Penulisan Daftar Pustaka APA Style 15

BAB III PENUTUP 18

A. Kesimpulan 18

B. Saran-Saran 18

Daftar Rujukan 19

Power Point Sajian 19

Lampiran-Lampiran 19
DAFTAR LAMPIRAN

Kata Pengantar i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah merupakan  sebuah proses tolong


menolong  antara individu satu dengan individu yang lain untuk
memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan
konseling mewakili hasrat masyarakat untuk membantu individu,
sumbangan bimbingan dan konseling menambah kepahaman tentang
informasi pendidikan, vokasional dan social yang diperlukan untuk
membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.
Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak
diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan
guru, pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor
tidak bertanggung  jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar
mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk
mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan
perkembangan pelajar.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami
berbagai pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka
untuk mereka dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi
dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka
dan  bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang
konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan
profesional, oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan
landasan-landasan tertentu.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling.
4. Untuk mengetahui asas-asas yang berkenaan bimbingan dan
konseling.

C. Ruang Lingkup Pembahasan


 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

            Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata,


yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling”
(diadopsi dari kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan
konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan.
Keduanya merupakan bagian yang integral. Untuk pemahaman yang
yang lebih jelas, dalam uraian berikut pengertian bimbingan dan
konseling diuraikan secara terpisah.
Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan
dari kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan
jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk
(giving instruction), mengatur (regulating), mrngarahkan (governing),
dan memberi nasihat (giving advice) (Winkel, 1991).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan
tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Jadi
secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan
atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan
berarti konteksnya bimbingan. Makna bimbingan bisa diketahui melalui
akronim kata bimbingan sebagai berikut:
B          (bantuan)
I           (individu)
M         (mandiri) atau kemandirian
B          (bahan)
I           (interaksi)
N         (nasihat)
G         (gagasan)
A         (asuhan)
N         (norma)
Jadi bimbingan bisa berarti bantuan yang diberikan pembimbing
kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian
dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian
nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” didalam
kamus artinya dikaitkan dengan “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu
nashiat (to obtain consel), anjuran (to give counsel) dan pembicaraan (to
take counsel). Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti
pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
(Mortensen, 1994) menyatakan bahwa konseling merupakan proses
hubungan antar pribadi dimnana orang yang satu yang membantu yang
lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya. Makna konseling juga dapat dimaknai dari akronim kata
konseling sebagai berikut;
K         (kontak)
O         (orang)
N         (menangani)
S          (masalah)
E          (expert atau ahli)
L          (laras)
I           (integrasi)
N         (norma)
G         (guna)
Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung
oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan
norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.
Berdasarkan makna bimbingan dan koseling diatas, dapat
dirumuskan makna bimbingn dan konseling sebagai berikut:
Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu
(konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap
masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu
menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.
 
B. Tujuan Bimbingan dan Konseling

            Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab


itu tujuan bimbingan dan konseling adalah dalam
rangka: pertama. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian
individu yang dibimbing atau dikonseling. Kedua, membantu
mengembangkan kualitas kesehatan mental klien. Ketiga, membantu
mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan
lingkungannya. Keempat,  membantu klien menanggulangi problema hidup
dan kehidupannya secara mandiri.
Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan terhadap diri sendiri dan penerimaan terhadap diri sendiri.
2. Penyesuaian diri terhadap lingkungan (sekolah, rumah, masyarakat).
3. Pengembangan potensi semaksimal mungkin.
4. Pemecahan masalah dengan baik dan realistis.
5. Hamdan Bakran Adz Dzaky, (2004), merinci tujuan bimbingan dan
konseling dalam Islam sebagai berikut: pertama, untuk mnghasilkan
suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah),
bersikap lapang (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufiq dan
hidayah-Nya (mardhiyah).
Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan
kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada
diri sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan kerja maupun
lingkungan sosial dan sekitarnya.
Ketiga,  untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh),
kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat
kepada-Nya, ketulusan memenuhi segala perintah-Nya serta
ketabahan menerima ujian-Nya.
Kelima, untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan
potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah
dengan baik dan benar, dapat dengan baik menaggulangi berbagai
persoalan hidup dan dapat membeikan kemanfaatan dan keselamatan
bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
 
 
C. Landasan Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999): Landasan Bimbingan


dan konseling ada 6, yaitu:
1. Landasan Filosofis
Filosofis bisa bermakna cinta kebijaksanaan. Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan atau
tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang
bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai
hal yang menyangkut pelayanan bimbingan dan konseling.
Pemikiran filosofis menjadi alat bermanfaat bagi pelayanan
bimbingan dan konseling secara umum dan bagi konselor secara
khusus, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi
konseling dan dapat membuat keputusan yang tepat.
2. Landasan Religius
Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling
setidaknya ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:
a) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah
makhluk Allh SWT.
b) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia
berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya
secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan
mneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan
dan pemecahan masalah individu.
3. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan tingkah laku individu. Landasan
psikologis dalam bimbingan dan konseling adalah memberikan
kepahaman tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan.
Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan
konseling adalah perilaku klien, yaitu perilaku klien yang perlu di
ubah atau dikembangkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
4. Landasan sosial-budaya
Merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.
Seorang individu pada dasarnya merupakan produk  lingkungan
sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan
tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Masing-masing suku  
dan berbangsa memiliki sosial budaya yang berbeda. Perbedaan itu
bisa subyektivitas budaya sehingga akan berpengaruh pula pada upaya
pemberian bantuan (bimbingan konseling).
5. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang
menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara,
analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris
yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan
tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
6. Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya
ketika seseorang sedang melakukan praktek bimbingan dan konseling
berarti ia sedang mendidik; Landasan pedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan
sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan
salah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagai inti
proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebih lanjut
sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.

D. Asas Bimbingan dan Konseling  


    
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, ada
asas-asas yang dalam melakukannya, yaitu ketentuan yang harus
diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan itu. Asas-asas yang di
maksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian,alih tangan kasus dan tut wuri handayani. Untuk
lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara terperinci masing-masing
asas tersebut sebagai berikut:
1. Asas kerahasiaan, konselor dituntut dan bertanggung jawab atas
kerahasiaan data dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan,
data dan keterangan tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh pihak
lain selain konselor dan klien.
2. Asas kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukarelaan klien
untuk mengikuti, menjalani layanan yang diperlukan baginya.
3. Asas keterbukaan, yaitu agar menghendaki klien untuk bersifat
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna untuk pengembangan
dirinya.
4. Asas kekinian, menghendaki agar klien bimbingan dan konseling
untuk permasalahan klien yang sekarang. Layanan yang berkenaan
dengan masa depan atau kondisi masa lalu dilihat dampak dan
kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
5. Asas kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan
dan konseling, yakni klien diharapkan menjadi individu yang
mandiri dengan ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri, konselor hendaknya mampu mengarahkan
segenap layanan bimbingan dan konseling yang di selenggarakannya
bagi perkembangan kemandirian peserta didik.
6. Asas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien berpartisipasi secara
aktif di dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
7. Asas kedinamisan, usaha pelayanan bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar
mengulang hal yang sama, yang bersifat monoton, melainkan
perubahan yang selalu menuju ke sesuatu pembaharuan, sesuatu
yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien
yang dikehendaki.
8. Asas keterpaduan, pelayanan usaha bimbingan dan konseling
berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien, disamping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi
dan proses layanan yang diberikan.Untuk terselenggaranya asas
keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang
perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta
berbagai sumber yang dapat dipergunakan untuk menangani masalah
klien, dan semuanya dipadukan dalam keadaan serasi  dan saling
menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling.
9. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari
norma agama, norma adat, norma hukum Negara, norma ilmu,
maupun kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan ini diterapkan terhadap
isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
10. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu  di lakukan asas
ke ahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan
prosedur, teknik, alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu
mendapat latihan secukupnya baik teori dan praktik, sehingga akan
dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan yang terbaik.
11. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan
konseling, asas alih tangan jika konselor sudah mengarahkan
segenap kemampuannya untuk membantu klien, namun klien belum
dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim klien tersebut kepada petugas, badan  atau lembaga yang
lebih ahli.
12. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum
yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara
konselor dan klien. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami
masalah dan menghadap konselor saja, namun diluar hubungan
proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan
adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong


untuk mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah klien,
yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi
klien. Bimbingan dan konseling adalah dua komponen yang tak
terpisahkan dan saling membutuhkan dan saling berperan didalam proses
bimbingan dan konseling.
 
B. Saran-Saran
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR RUJUKAN
 
Baraja, Abubakar. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta:
Studio Press.
Kartono, Kartini. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar
Pelaksanaannya. Jakarta: CV Rajawali.
Prayitno., Emti, Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis
Intregrasi. Jakarta: RajaGrafindo Pers.
 

Anda mungkin juga menyukai