Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Konsep Akuntansi dan Hipotesis Keprilakuan”


Mata Kuliah : Akuntansi Keprilakuan
Dosen Pengampu: Drs.Jihen Ginting, M.Si Ak.Ca

OLEH:
Ilham Anugrah(7172220002)

Alvin Furada (7173520003)

Ineke Silvya Sidabutar(7173220014)

Atika Ramadhan(7171220005)

Abigail El Karen(7173220001)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Akuntansi Keprilakuan ini.
Makalah ini berisi pembahasan yang mendalam mengenai konsep akuntansi dan hipotesis
keprilakuan.Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,kami mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas.Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya ,atas
perhatiannya, kami mengucapkan terimakasih.

Medan,28 Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disiplin ilmu akuntansi memiliki banyak cara untuk menggunakan,
menyimpulkan, atau membangun suatu teori umum yang didasarkan pada banyak teori
sederhana mengenai kejadian-kejadian spesifik yang berkaitan dengan operasi,
organisasi, dan sebagainya. Sampai teori umum ini dihasilkan, kita terus beroperasi
dengan berbagai teori yang tidak dapat  dihubungkan atau disesuaikan terhadap beberapa
kerangka kerja akuntansi secara logis. Tidak banyak yang mengetahui bahwa banyak
perdebatan tentang teori-teori, praktik, dan prosedur akuntansiyang muncul dari
perbedaan dalam asumsi dasar akuntansi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep akuntansi yang terjadi di perusahaan?
2. Bagaimana hipotesis keprilakuan untuk setiap konsep konsep tersebut?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajerial
2. Mengetahui bagaimana konsep akuntansi dan hipotesis keprilakuan
BAB II

PEMBAHASAN

I. Persepsi Berbeda Tentang Perusahaan

Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling terkait. Sistem
tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses operasi perusahaan serta
pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Salah satu aspek terpenting dalam
organisasi melibatkan proses akuntansi perusahaan. Akan tetapi, subjek  ‘konsep dasar
akuntansi’ merupakan suatu hal yang sering diabaikan. Subjek tersebut terkadang hanya
didasarkan pada akademisi lain dan ditarik dari pojok ‘pengetahuan’ lain sebelum
diabaikan  lagi. Dengan beberapa pengecualian, buku teks dasar telah mengabaikan masalah ini,
dan jarang membahasnya di luar lingkaran akademik. Dua konsep utama yaitu konsep
kepemilikan dan konsep entitas, telah berulang kali dimuat dalam literature dan terkadang
mengalami perbaikan, modifikasi, dan refleksi sudut pandang alternative sebagai usaha
rekonsiliasi. 

a. Konsep Kepemilikan

Mereka yang menganut konsep telah memahami perusahaan sebagai sesuatu yang dimiliki oleh
seorang pemilik tunggal, sekumpulan partner, dan sejumlah pemegang saham. Asset perusahaan
dilihat sebagai  kepemilikan dari orang-orang tersebut dan kewajiban (hutang) perusahaan
sebagai kewajiban mereka. Bisnis semata-mata merupakan pemisahan bagian kepentingan
keuangan pemilik yang dicatat secara terpisah karena sesuai dengan atau dibutuhkan untuk
berbagai alasan. Pemilik (proprietor) adalah pusat dari seluruh kepentingan di sepanjang waktu,
dan sudut pandang mereka tercermin dalam catatan akuntansi. Total asset dikurangi dengan total
kewajiban sama dengan kekayaan bersih yang dimasukkan dalam perusahaan. Pos-pos
pendapatan dan biaya akan meningkatkan atau mengurangi kekayaan bersih.

Ketika mendistribusikan dividen, perusahaan dipandang benar-benar memberikan sesuatu yang


menjadi bagian dari kekayaan pribadi mereka selama beberapa waktu kepada tangan pemilik.
Pembayaran bunga dan pajak  oleh perusahaan adalah biaya dari  pemilik dan mengurangi
kekayaan bersih mereka dengan cara yang sama seperti biaya operasi perusahaan lainnya.
b. Konsep Entitas

Konsep entitas, sama seperti konsep kepemilikan, merupakan sebuah sudut pandang, sebuah
sikap dalam pikiran yang tidak hanya dibatasi terhadap akuntan. Ini merupakan esensi dari
konsep akuntansi entitas. Penganut konsep ini melihat entitas sebagai  sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada entitas tersebut. Mereka
memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari
pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Ketika keuntungan diperoleh oleh entitas tersebut,
keuntungan tersebut juga menjadi milik entitas yang akan diserahkan kepada pemegang saham
hanya jika dividen diumumkan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang
tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri,dan ini tidak
dipengaruhi oleh penggunaan keuntungan tak terdistribusi yang dicantumkan pada bagian
pemegan saham di neraca.

Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang entitas benar-
benar melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan pemilik saham. Bebrapa
penulis telah menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah untuk aktivitas entitas memberikan
bukti dari eksistensi konsep entitas. Namun perlu disampaikan disini bahwa mereka tidak
memahami perusahaan sebagaimana para penganut konsep entitas murni. Indeks atau pemisahan
catatan akuntansi entitas umumnya disebut “konvensi entitas”, bukan “ konsep entitas “.

c. Konsep Tanggung Jawab sosial

Beberapa orang memahami perusahaan sebagai lembaga social yang beroperasi untuk
memajukan seluruh anggota dan kelompok dalam masyarakat. Mereka melihat perusahaan
bertanggung jawab kepada pemegang saham, manajemen, pegawai, pemasok, konsumen,
pemerintah dan anggota public lainnya. Golongan ini memberikan konsep ketiga yang dengan
jelas menyampaikan ide tanggung jawab social sebagaimana dengan mana entitas bertidak dan
melakukan aktivitasnya. Sepertinya, konsep ini berhubungan dengan etika dalam hal tujuan,
sasaran dan cara mendapatkan atau mencapai tujuan dan sasaran tersebut, dan bukan dengan
usaha untuk mengubah persepsi perusahaan sebagai entitas yang memiliki aset bersih.

II.  Teori - Teori Ekonomi Perusahaan


Jelas terlihat bahwa konsep kepemilikan konsep entitas perusahaan merupakan bagian dari
disiplin ekonomi tetapi keduanya tidak ditunjukkan dan diberi label dengan jelas seperti pada
disiplin akuntansi. Mc Guire mengatakan area ini telah ditutupi oleh ekonom yang memandang
perusahaan (Enterprise) dan wirausahawan (Entrepreneur) sebagai suatu kesatuan atau sebagai
sesuatu yang sama. Dengan demikian, pada suatu waktu menyebut keuntungan sebagai
pengembalian (Return) bagi perusahaan, sementara pada saat yang lain menyebut keuntungan
sebagai pengembalian (Return) kepada pemilik perusahaan. Lebih lanjut lagi, ada kebulatan
suara diantara para ekonom tentang jwaban yang tepat terhadap pertanyaan apakah keuntungan
merupakan pengembalian (Return) terhadap individual atau unit komunitas.

Straus dan Davis adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas serta melihat
perusahaan itu sendiri sebagai wirausahawan dan keuntungan sebagai penghasilan bersih dari
perusahaan. Pandangan ini tentu saja mengeleminasi ketidaksesuain dari “keuntungan tidak
dibagi” dalam model ekonomi.

konsep kepemilikan tercermin dalam pernyataan ekonom, Milton Friedman, yang


menyampaikan konsep tanggung jawab sosial yang banyak di adopsi oleh pejabat perusahaan.

III. Konsekuensi Dari Sudut Pandang yang Berbeda

Lorig menampilkan perbedaan akuntansi dan pelaporan yang menurutnya disebabkan oleh
eksistensi dari dua sudut pandang utama. Alasan ini akan sulit menemukan dari daftar item-item
ketika menyampaikan persepsi tentang sudut pandang yang sesuai dengan perbedaan spesifik.
Misalnya, dia mengatakan orang yang menganut konsep entitas akan mencatat biaya untuk
dividen atas saham preferen karena mereka memandang para pemegang saham preferen sebagai
orang yang berbeda diluar kelompok kepemilikan, tetapi berbeda dalam kategori yang sama
dengan pemegang obligasi. Sementara, orang yang menganut konsep kepemilikan. Tidak
memandang demikian. Mereka yang memandang sudut pandang Husband dan Staubus yang
berada pada ujung (ekstrim) dari kontinum konsep kepemilikan akan menyesuaikan item-item
yang sama ini sesuai dengan sudut pandangnya.s disisi lain, Lorig memandang pemegang saham
preferen sebagai wirausahawan. Dengan demikian, akan sulit membuat daftar perbedaan
komprehensif guna melukiskan seluruh sudut pandang dalam dua kategori utama.
Banyak hal dalam daftar Lorig yang berhubungan dengan cara bagaimana item-item
diperlakukan dalam pernyataan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang saham, dan penulis
tidak yakin bahwa pernyataan keuangan tersebut harus mencerminkan sikap atau konsep
perusahaan maupun tanggung jawab dari pihak yang mempersiapkannya. Ketika pernyataan
dipersiapkan, setiap pertimbangan harus didasarkan pada regulasi agensi serta gaya dan metode
yang digunakan sebelumnya. Lebih lanjut, lagi diasumsikan bahwa orang yang menganut sudut
pandang entitas bisa saj mempersiapkan pernyataan keuangan ini dengan cara yang mereka
anggap akan menyenangkan pemegang saham.

Lorig menunjukkan semua pendukung konsep entitas tidak tertarik pada penilaian kembali aset
ketika terjadi perubahan tingkat harga. Hal ini meruakan kebalikan dari para pendukung sudut
pandang kepemilikan yang mempraktikkan penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan
tingkat harga. Orang-prang yang menganut sudut pandang entitas biasanya lebih peduli pada
kehidupan dan pertumbuhan entitas, dan serta segala sesuatu yang berkaitan guna memastikan
bahwa seluruh aset digunakan secara menguntungkan di berbagai divisi organisasi. Untuk
mengendalikan hal tersebut maupun kinerja manajer secara efektif, nilai sekarang perlu
diperhatikan. Reevaluasi aset sering dibutuhkan guna memungkinkan dilakukannya hal
tersebut.  Bagi penganut sudut pandang entitas, reevaluasi aset akan menambah ekiutas entitas
dengan sendirinya. Meskipun penganut sudut pandang entitas reevaluasi aset berguna untuk
mengarahkan perhatian pada sisi aset dari neraca, terdapat beberapa perbedaan signifikan antara
konsep entitas dengan konsep kepemilikan dalam hal cara penilaian aset kembali.

IV. Beberapa Hipotesis Keprilakuan untuk Konsep yang Berbeda

Perusahaan yang sama, misalnya mengumpulkan fakta yang sama. Namun, fakta tersebut sering
dipandang secara berbeda. Contoh ini semata-mata mengilustrasikan masalah yang telah
diperhatikan oleh para psikolog selama bertahun-tahun. Apa yang disebut sebagai fakta objektif
biasanya hanya merupakan sesuatu yang dipahami oleh seorang individu. Kita melihat dunia
dengan cara yang agak berbeda dengan cara orang lain sehingga perbedaan dalam persepsi
sangat mungkin terjadi.

Memang didasari bahwa persepsi yang berbeda sering menghasilkan toleransi dan
memungkinkan seseorang untuk meneriama sudut pandang orang lain sebagai sesuatu yang sah
(legitimate). Namun, sebagaimana disampaikan oleh Stagner, orang-orang sering menjadi sangat
terlibat pada situasi di mana mereka gagal membedakan keterlibatan mereka sendiri dengan fakta
spsifik. Secara khusus, ini terjadi pada situasi yng melibatkan konflik.

V. Alasan Terjadinya Perbedaan Persepsi

Secara jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi, norma kelompok,
lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan dengan pola interaksi secara tumpang
tindih. Sebagaimana banyak ditulis pada buku-buku maupun jurnal-jurnal yang khusus
membahas mengenai masalah ini, pembahasan pada buku ini tidak lebih dari sekadar
memberikan gambaran kasar yang dibutuhkan untuk memahami masalah tersebut. Untuk
memahami cara manusia merespons dan mengatasi lingkungan social, kita harus mengetahui
apakah arti lingkungan bagi manusia tersebut. Persepsi umumnya bergantung pada besarnya
asumsi yang dibawa oleh seorang individu pada kesempatan khusus. Makna dan signifikansi
yang kita tentukan pada sesuatu, seseorang, dan suatu kejadin bergantung pada makna dan
signifikansi  yang kita bangun menjadi kerangka referensi melalui pengalaman masa lalu.
Kerangka ini mungkin saja  menggunakan sistem nilai kita, yang terkadang dicetak selama
bertahun-tahun ketika  kita membentuk sikap terhadap  bermacam-macam situasi, orang,
kelompok, dan sebagainya. Katz mengatakan bahwa ketika sikap khusus diorganisasikan ke
dalam struktur hierarkis, maka sikap  khusus tersebut mencakup sistem nilai.

Sikap ini adalah pembentukan psikologis yang kita pelajari sejalan dengan perkembangan kita;
ketika dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak menurut karakteristik tertentu. Ini
menunjukkan dampak keluarga perkembangan sikap dari setiap individu. Banyak orang
menganggap faktor keluarga adalah pengaruh langsung utama karena keluarga merupakan filter
biasa dimana budaya , kelas, agama, dan sumber-sumber lainnya mengalir keseorang individu
diawal perkembangan usianya. Bukti ini disampaikan oleh Lipset yang dari temuan penelitiannya
melaporkan bahwa terdapat konruensi yan relatf tinggi antara suara ayah dan suara pemilih
(voter) pertama. Namun, terdapat peangaruh penting lain terhadap perkembangan sikap selain
keluarga. Budaya adalah pengaruh paling penting yang sangat berbeda antara satu masyarakat
dengan masyarakat lain. Ahli antropologi telah menunjukkan bagaimana perbedaan budaya
bertanggung jawab atas bermacam-macam perbedaan sikap terhadap banyak hal. Namun, dalam
pembahasan ini, budaya total tidak menjadi faktor penting karena terdapat perbedaan persepsi
dalam satu budaya.

Selanjutnya, harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya menyadari seluruh aspek dari
struktur nilai mereka atau bermacam-macam sikap yang masuk ke struktur tersebut. Oleh karena
itu, mereka tidak sepenuhnya menyadari persepsi mereka terhadap lingkungan tertentu. Banyak
dari nilai-nilai ini terekam di alam bawah sadar mereka, menunggu kemungkinan untuk tampil
jika terdapat motivasi yang sesuai.

Hipotesis tersebut didasarkan pada observasi informasi yang dilakukan terhadap beberapa
praktik akuntan public, akuntan dalam perdagangan dan industry, pemegang saham, para pelaku
bisnis dalam segala ukuran, mahasiswa dan seterusnya.

VI. Beberapa Hipotesis Mengenai Konsep Kepemilikan

Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari suatu
perusahaan dalam jumlah yang substansial menagnut pandanagan kepemilikan. Secara khusus,
hal ini terjadi pada pemegang saham yang memiliki saham biasa dalam kuantitas yang
substansial. Di sini, diakui bahwa sebagian besar  praktik akuntan public didasarkan pada
pandangan kepemilikan, dan mereka yang membahas hal ini sepertinya setuju bahwa ini
merupakan hasil dari pengadopsian mereka terhadap sudut pandang pemegang saham ketika
mereka melakukan audit terhadap banyak perusahaan. Bagi sebagian besar akuntan public,
fungsi utama sistem akuntansi  adalah mencerminkan kepentingan para pemegang saham.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh badan akuntansi cenderung berorientasi pada gaya dan aroma
dari konsep kepemilikan, dan ini menghasilkan gaya pendidikan kepemilikan akuntan public
yang cenderung menuju pada arah yang sama.hasilnya adalah akuntan publik cenderung
memandang aset bersih sebagai sesuatu yang benar-benar dimilki oleh pemegang saham.

Selanjutnya pengaruh dalam keluarga. Banyak istri dan anak dari pemegang saham yang besar
juga menjadi pemegang saham, dan konsep kepemilikan diserap dalam atmosfer rumah. Banyak
akuntan public mengikuti jejak ayahnya, dan bahkan ketika anaknya masuk kepekerjaan
berbeda , mereka sering menggunakan banyak nilai orang tua sebagai bagian dari nilai yang
dianutnya.
Ketika kepemilikan menyebar  diantara ribuan pemegang saham, pemilik perusahaan hampir
tidak dapat dibedakan dengan public umum. Dengan demikian, citra public dari perusahaan
sangat mungkin menjadi citra dari pemiliknya juga. Tidak satupun dari banyak pemangku
kepentingan (stakeholder) kecil dengan masalah seperti ini menyebut dirinya sebagai pemilik
perusahaan yang sahamnya mereka pegang. Perbedaan dalam sudut pandang mereka sepertinya
dikondisikan oleh faktor-faktor lain.

VII. Beberapa Hipotesis Berkaitan Dengan Konsep Entitas

Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang tanggung jawabnya
didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi skala hierarkis dari pegawai ini, semakin
kuat mereka menganut konsep ini. Mayoritas dari pegawai semacam ini, baik secara sadar
maupun tidak, memandang entitas sebagai pemilik dari keuntungan ketika mereka mendapatkan
aset bersih. Mereka cenderung memandang pemegang saham sebagai bagian yang penting bagi
perusahaan, tetapi bukan bagi pemiliknya.

Mereka yang memandang pembayaran dividen, bunga, dan pajak perusahaan sebagai biaya dari
entitas menjadi eksekutif puncak., sementara mereka yang memandang pembayaran ini sebagai
distribusi keuntungan cenderung menjadi anggota manajemen menengah yang bertanggung
jawab menghasilkan keuntungan tersebut. Bagi sebagian besar pengontrol  dana akuntan yang
dipekerjakan oleh perusahaan, fungsi utama dari catatan akuntansi adalah memberikan data
kepada manajemen guna membantu mereka dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan
fungsi pengendalian.

Pengaruh lingkungan dalam organisasi, seperti norma kelompok eksekutif, memasukkan dasar-
dasar konsep entitas, dan pengaruh ini segera diinternalisasi oleh anggota kelompok yang
terrlibat secara psikologis di posisi mereka masing-masing. Bahkan, fakta bahwa anggota
kelompok tersebut mungkin menduduki posisi rendah sampai menengah di perusahaan
sepertinya tidak menghalangi mereka untuk memiliki sudut pandang entitas yng sama dengan
yang dipegang oleh eksekutif tersebut. Selain itu, juga disampaikan hipotesis bahwa isu saham
psikologis bagi eksekutif tidak akan mengubah pandangan bahwa kesejahteraan mereka
bergantung pada kehidupan dan keberhasilan entitas. Mereka tidak akan memandang dirinya
sebagai pemilik.
Diskusi informal penulis dengan banyak orang telah menunjukkan bahwa banyak orang
membuat ramalan mengenai suatu entitas meskipun mereka tidak mempunyai afiliasi langsung
dengan perusahaan atau entitas tersebut. Nilai beberapa orang ini telah dipengaruhi oleh
hubungan dekat mereka dengan eksekutif perusahaan. Namun, mayoritas dari mereka sepertinya
dikondisikan oleh cara di mana perusahan distruktur dan cara di mana peranan signifikan
perusahaan dalam masyarakat dilakukan. Ketika sebagian besar aturan telah menentukan batasan
legal terhadap penarikan keuntungan atau modal oleh pemegang saham dan pertukaran saham,
serta pemegang saham tidak lagi mempunyai suara dalam manajemen perusahaan, akan terlihat
jelas bahwa entitas legal fiksi menjadi riil dalam persepsi banyak orang. Hal ini dapat dibuktikan
lebih lanjut oleh perubahan budaya yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Terdapat orang
lain yang tidak mempunyai konsep signifikan tentang perusahaan. Sejarah lingkungan mereka
menunjukkan mereka belum terekspos pada faktor-faktor yang memotivasi sikap konsekuensi
pada area in
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan Konsep Akuntansi dan Hipotesis dalam
pembahasan adalah Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki berbagai sistem
yang saling terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah
proses operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Beberapa konsep terdiri dari Konsep Kepemilikan, Konsep Entitas dan Konsep Tanggung
Jawab sosial.
Teori-teori Ekonomi perusahaan menurut Mc Guire yang mengatakan area ini
telah ditutupi oleh ekonom yang memandang perusahaan (Enterprise) dan wirausahawan
(Entrepreneur) sebagai suatu kesatuan atau sebagai sesuatu yang sama. Straus dan Davis
adalah wakil dari ekonom yang mengadopsi konsep entitas serta melihat perusahaan itu
sendiri sebagai wirausahawan dan keuntungan sebagai penghasilan bersih dari
perusahaan. Dan Milton Friedman, yang menyampaikan konsep tanggung jawab sosial
yang banyak di adopsi oleh pejabat perusahaan.

B. Saran
Dalam mengkaji teori-teori akuntansi meskipun terdapat banyak perbedaan
persepsi sebaiknya dari setiap pengamat akuntansi mampu memberikan sikap serta
konsekuensi untuk menghasilkan solusi yang mampu melihat dilema dari kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan dunia pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai