Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

PSYCHIATRY

Bipolar Episode Depresif

OLEH:

DELA HESTI PRATIWI

201710330311089

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Gangguan mood bipolar (GB) sudah dikenai sejak zaman Yunani kuno. Emil
Kraepelin, seorang psikiater Jerman, menyebut GB sebagai manik-depresif. la
melihat adanya perbedaan antara manik- depresif dengan skizofrenia. Awitan
manik-depresif tiba-tiba dan perjalanan penyakitnya berfluktuasi dengan keadaan
yang relatif normal di antara episode, terutama di awal-awal perjalanan penyakit.
Sebaliknya, pada skizofrenia, bila tidak diobati, terdapat penurunan yang
progresif tanpa kembali ke keadaan sebelum sakit. Walaupun demikian, pada
keadaan akut kedua penyakit terlihat serupa yaitu adanya waham dan halusinasi.
Bipolaritas artinya pergantian antara episode manik atau hipomanik dengan
depresi. Istilah GB sebenamya kurang tepat karena ia tidak selalu merupakan dua
emosi yang berlawanan dari suatu waktu yang berkesinambungan. Kadang-
kadang pasien bisa memperlihatkan dua dimensi emosi yang muncul bersamaan,
pada derajat berat tertentu. Keadaan ini disebut dengan episode campuran. Sekitar
40% pasien dengan GB memperlihatkan campuran emosi. Keadaan campuran
yaitu suatu kondisi dengan dua emosi tersebut dapat muncul bersamaan atau
pergantian emosi tersebut (mania dan depresi) sangat cepat sehingga disebut juga
mania disforik.
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan siklotimia, dan
GB yang tak dapat dispesifikasikan.
Gangguan bipolar (GB) sering salah atau tidak terdiagnosis. Karena salah atau
tidak terdiagnosis, pengobatan GB sering tidak efektif sehingga menjadi beban
keluarga, disabilitas psikososial jangka panjang, dan tingginya risik;o bunuh diri.
Sekitar 20%-50% pasien yang mulanya didiagnosis sebagai episode depresi
mayor unipolar ternyata adalah GB. Bila manifestasi yang muncul adalah mania
akut, penegakan diagnosisnya lebih mudah. Meskipun demikian, mania akut sulit
dibedakan dengan skizofrenia.
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup
tinggi. Tingginya angka mortalitas disebabkan oleh seringnya terjadi
komorbiditas antara GB dengan penyakit fisik, misalnya, dengan diabetes melitus,
penyakit jantung koroner, dan kanker. Komorbiditas dapat pula terjadi dengan
penyakit psikiatrik lainnya misalnya, dengan ketergaotungan zat dan alkohol yang
juga turut berkontribusi dalam meningkatkan mortalitas. Selain itu, tingginya
mortalitas juga dapat disebabkan oleh bunuh diri. Sekitar 25% penderita
gangguan bipolar pemah melakukan percobaan bunuh diri, paling sedikitsatu kali
dalam kehidupannya. Oleh karena itu, penderita GB harus diobati dengan segera
dan mendapat penanganan yang tepat.

1.2. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas
wawasan penulis ataupun pembaca mengenai penyakit Bipolar episode depresi.

1.3. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas
wawasan penulis ataupun pembaca mengenai penyakit Bipolar episode depresif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup.
Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang
menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan suasana
perasaan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas,
dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah
dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut.
Ada empat jenis GB tertera di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders IV-Text Revision (DSM-IV TR) yaitu GB I, GB II. gangguan siklotimia, dan GB
yang tak dapat dispesifikasikan.

2.2 Epidemiologi
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara 0,3-4,8%,
siklotimia antara 0,5-6,3%, dan hipoania antara 2,6-7,8%. Total prevalensi spectrum
bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6-7,8%.
Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I mencapai
0.8% dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan dengan komunitas
mencapai antara 0,4-1,6%. Angka ini konsisten di beragam budaya dan kelompok etnis.
Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5% dari populasi. Sementara gangguan
bipolar II tampaknya lebih umum pada wanita hal ini dperkirakan dipengaruhi oleh
hormon, efek dari melahirkan, stressor psikososial untuk wanita, dan pembelajaran
budaya yang mengajarkan wanita tidak dapat berusaha sendiri (behavioral models of
learned helplessness), gangguan bipolar I mempengaruhi pria dan wanita cukup merata.
Ini perkiraan prevalensi dianggap konservatif. Episode manik lebih banyak didapatkan
pada pria dan depresi lebih umum pada wanita. Saat seorang wanita mengalami episode
manik gelaja yang timbul dapat bercampur antara manik dan depresi. Pada wanita juga
lebih sering ditemukan siklus cepat atau rapid cycling seperti memiliki 4 episode manik
dalam 1 tahun periode.
Epidemiologi Penelitian melaporkan usia rata-rata saat onset 21 tahun untuk
gangguan bipolar. Ketika studi meneliti usia saat onset yang bertingkat menjadi interval 5
tahun, usia puncak pada timbulnya gejala pertama jatuh antara usia 15 dan 19, diikuti
oleh usia 20 - 24. Onset mania sebelum usia 15 telah kurang dipelajari. Gangguan bipolar
mungkin sulit untuk mendiagnosis pada kelompok usia ini karena presentasi atipikal
dengan ADHD. Dengan demikian, benar usia saat onset bipolar disorder masih belum
jelas dan mungkin lebih muda dari yang dilaporkan untuk sindrom penuh, karena ada
ketidakpastian tentang presentasi gejala pada anak-anak. Penelitian yang mengikuti
kohort keturunan pasien dengan gangguan bipolar dapat membantu untuk
mengklarifikasi tanda-tanda awal pada anak-anak. Onset mania setelah usia 60 kurang
mungkin terkait dengan riwayat keluarga gangguan bipolar dan lebih mungkin untuk
dihubungkan dengan diidentifikasi faktor medis umum, termasuk stroke atau lainnya
pusat sistem saraf lesi.
Bukti dari studi epidemiologi dan kembar sangat menunjukkan bahwa gangguan
bipolar adalah penyakit diwariskan. Kerabat tingkat pertama pasien dengan gangguan
bipolar memiliki pengaruh signifikan tinggi gangguan mood daripada kerabat kelompok
pembanding yang tidak menderita gangguan psikis. Namun, modus warisan tetap tidak
diketahui. Dalam praktek klinis, keluarga dengan gangguan mood, terutama dari
gangguan bipolar, memberikan bukti-bukti yang nyata yang kuat dari potensi gangguan
mood primer pada pasien dengan sebaliknya didominasi fitur psikotik. Demikian juga,
besarnya peran yang dimainkan oleh stres lingkungan, terutama di awal perjalanan
penyakit, masih belum jelas. Namun, ada bukti yang berkembang bahwa fitur lingkungan
dan gaya hidup dapat berdampak pada tingkat keparahan dan perjalanan penyakit.
Peristiwa stres kehidupan, perubahan jadwal tidur-bangun, dan alkohol saat ini atau
penyalahgunaan zat dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dan memperpanjang waktu
untuk pemulihan.

2.3 Etiologi
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan
faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial
dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress
kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin, dopamine,
serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti hingga saat ini.
Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang
paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.
- Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan
sensitivitas dari reseptor β adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan oleh
respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga mendukung
adanya peran langsung dari system noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya
melibatkan reseptor β2 presinaps pada depresi karena aktivasi pada reseptor ini
menghasilkan penurunan dari pelepasan norepinefrin. Reseptor β2 juga terletak
pada neuron serotoninergic dan berperan dalam regulasi pelepasan serotonin.
- Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin
reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya kadar serotonin dapat
menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri
memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam cairan cerebropinalnya dan
memiliki kadar konsentrasi rendah uptake serotonin pada platelet.
- Dopamine. Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga
memiliki peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat
mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai dopamine
dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbic dopamine tidak berfungsi terjadi
pada depresi dan dopamine reseptor D1 hipoaktif pda keadaan depresi.
- Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.
Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission
tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang
berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk
dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada
amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak
penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran
myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran
konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat
dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.

Faktor genetik

- Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan
gangguan mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk menderita
gangguan mood. Jika kedua orang tuanya menderita gangguan mood, maka
kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat jika ada anggota
keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat jauh. Satu riwayat keluarga
gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara
umum, dan lebih spesifik pada kemungkianan munculnya bipolar.
- Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya menjelaskan
50-70% etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang gangguan
mood pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar dizigot
sekitar 16-35%.

Faktor psikososial

- Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan
perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan
psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor
lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat
menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan
lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin
termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil
akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang
lebih tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal.
Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan
kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I,
walaupun pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko untuk dapat
berkembang menjadi depresi mayor atau gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba
yang memicu stress yang kuat adalah prediktor dari onset episode depresi.

2.4 Manifestasi Klinis


Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi
dan episode mania.
 Episode Depresi Mayor
Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat symptom atau tanda
yaitu :
 Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
 Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
 Sulit atau banyak tidur
 Agitasi atau retardasi psikomotor
 Kelelahan atau berkurangnya tenaga
 Menurunnya harga diri
 Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
 Pesimis
 Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa rencana) atau
tindakan bunuh diri.
 Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya fungsi personal,
sosial, pekerjaan.
 Episode manik/mania:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood
yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau
lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
 Grandiositas atau percaya diri berlebihan
 Berkurangnya kebutuhan tidur
 Cepat dan banyaknya pembicaraan
 Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
 Perhatian mudah teralih
 Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
 Meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
 Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang)
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik,
hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab
beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas
yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi,
waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi.
 Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang
terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik),
iritabel, marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh
diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan
kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan
perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran
psikotik, dan mengganggu fungsi personal, sosial dan pekerjaan.

 Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit tiga episode yaitu depresi,
hipomania, atau mania dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang
mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan
interpersonal atau pekerjaan.

 Siklus Ultra Cepat


Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam
beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia
dan sangat sulit diatasi.

 Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling
sering yaitu:
 Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
 Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistik terjadi pada episode depresi. Ada kalanya gejala psikotik tidak
serasi dengan mood. Pasien dengan gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai
skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi
pasien dengan gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan
prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara
gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian sosial pramorbid
yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan terapi yang penting,
pasien dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di
samping anti depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi
antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis.

2.5 Diagnosis
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi
dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang
terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi symptom gangguan bipolar adalah The Structured Clinical
Interview for DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE) dapat pula
digunakan untuk mengidentifikasi symptom sesuai dengan ICD-10.

Pembagian menurut DSM-IV1:


 Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
a) Saat ini dalam episode depresi mayor
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran
c) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
d) Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
e) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, Episode yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
a) Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran atau episode depresi.
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
c) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
d) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I
 Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggal
a) Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada rwayat depresi mayor
sebelumnya.
b) Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
c) Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
d) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
a) Saat ini dalam episode manik
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
c) Episode mood pada kriteria a dan b bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan
Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
d) Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum.
e) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini1
a) Saat ini dalam episode campuran
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau
campuran
c) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan
tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham,
atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan
d) Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
e) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting
lainnya.
 Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
a) Saat ini dalam episode hipomanik
b) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau
campuran
c) Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau
hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
d) Episode mood pada kriteria a dan b tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.

 Gangguan Mood Bipolar II


Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode hipomanik.
 Gangguan Siklotimia
a) Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-
gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak
memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja
durasinya paling sedikit satu tahun.
b) Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-
gejala pada kriteria a lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
c) Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
dua tahun Gangguan tersebut
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manic
atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat)
atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat
ditegakkan)
d) Gejala-gejala pada criteria a bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
e) Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
f) Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek fungsi
penting lainnya.

Pembagian menurut PPDGJ III:


 F31 Gangguan Afek bipolar
 Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)
dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu
tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya
ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode
itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma
mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
 Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)

 F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik


 Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik ,
depresif, atau campuran) di masa lampau.

 F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) di masa lampau.

 F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau
 F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan
(F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau

 F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau

 F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3);dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran dimasa lampau

 F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran


 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania
dan depresif yang sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode
penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu);
dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau
 F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
 Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-
kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depres if atau
campuran)
 F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
 F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

2.6 Tatalaksana
Farmakoterapi
Hingga sekarang masih belum ada pengobatan tuntas untuk bipolar, tetapi harus
ada obat untuk mengontrol mood dan gejala yang berkaitan. Oleh karena itu penyakit
bipolar bisa menyebabkan rekurensi dan pengobatannya berlaku sepanjang hayat.
Bipolar merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan jangka panjang, walaupun
pasien merasa sudah sembuh. pengobatan haruslah di atur oleh psikiater. Pasien juga
biasanya mendapat tim perawatan yang terdiri dari psikolog , pekerja sosial, perawat
psikater. Perawatan primer dapat berupa obat, konseling peribadi, keluarga atau
kelompok atau bisa juga edukasi dan support group.
Paramedis mungkin akan mengambil langkah untuk merawat inapkan pasien
dengan indikasi jika pasien bertingkah berbahaya, atau pasien ingin bunuh diri atau
menjadi psikotik. Obat yang digunakan adalah obat yang berguna untuk menstabilkan
mood dengan segera. Apabila gejala telah membaik dan bisa dikontrol, psikiater akan
mencoba pengobatan yang terbaik untuk jangka panjang.
Pengobatan rumatan digunakan untuk mencegah penyakit bipolar dalam jangka
panjang. Pasien yang tidak patuh pada pengobatan rumatan akan relaps dan timbul
gejala bipolar atau akan timbul perubahan mood yang minor dan bisa berganti dengan
episode depresi dan episode mania yang lengkap. Jika pasien mempunyai masalah
penyalahgunaan zat atau alkohol, pengobatannya juga akan berbeda karena harus
memperbaiki keadaan penyalahgunaan zat. Jika tidak, pengobatan akan menjadi lebih
sulit karena harus memperkirakan zat yang disalahgunakan.
Pengobatan bipolar termasuk untuk menstabilkan mood pasien agar tidak berada
dikutub mood yaitu episode mania dan episode depresi. Oleh karena itu mood
stabilizer diperlukan dalam pengobatan, dan juga pengobatan yang dapat
meghilangkan anxietas dan depresi. Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan
pada gangguan bipolar
 Lithium
Lithium (lithobid) adalah merupakan obat yang efektif dalam menstabilkan mood
dan mencegah pasien berada dalam episode mania dan episode depresi, obat ini juga
telah digunakan sejak lama. Lithium biasannya digunakan pada pengobatan bipolar.
Pada umumnya ia merupakan pengobatan lini pertama untuk pengobatan bipolar.
Lithium (escalith atau lithobid) merupakan mood stabilizer yang pertama yang
diluluskan oleh FDA di tahun 1970 untuk pengobatan episode mania. Penggunaan
lithium ini begitu efektif dalam mengawal symptom episode manik dan mencegah
terjadinya rekuren episode manik dan episode depresi. Penggunaan lithium haruslah
disertai dengan pemeriksaan darah rutin karena pengunaan litihium pada jangka
panjang bisa menyebabkan kegagalan ginjal dan masalah tiroid.
- Farmakologi
Sejumlah kecil lithium terikat dengan protein. Lithium diekskresikan dalam bentuk
utuh hanya melalui ginjal.
- Indikasi
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi
rumatan GB.
- Dosis
Respons lithium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan mentitrasi
dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L.
Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk
mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi rumatan. Untuk
terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEq/L. Dosis kurang dari 0,4 mEq/L,
tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat terjadi
bila dosis 1,5 mEq/L.
- Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan
ensefalopati dapat pula terjadi akibat lithium. Neurotoksisitas bersifat irreversible.
Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya, ataksia,
defisit memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi intoksikasi lithium,
hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat merusak tubulus ginjal. Faktor
resiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium, polifarmasi dan adanya penyakit
fisik yang lainnya. Pasien yang mengkonsumsi litium dapat mengalami poliuri. Oleh
karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak meminum air.
- Pemeriksaan laboratorium
Sebelum memberikan lithium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi
tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas 40 tahun,
pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan
fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid
diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.
- Wanita hamil
Penggunaan lithium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin.
Kejadiannya meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini. Wanita
dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat terapi lithium rumatan, dapat
melanjutkan lithium selama kehamilan bila ada indikasi klinis. Kadar lithium
darahnya harus dipantau dengan seksama. Pemeriksaan USG untuk memantau janin,
harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita tersebut harus disupervisi oleh ahli
kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi, risiko litium terhadap janin dan
efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan.

 Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.
Asam valproat atau divaproex (depatoke) diluluskan oleh FDA pada tahun 1995
digunakan untuk mengobati mania, ia merupakan pengobatan yang popular karena
bisa mengantikan lithium untuk pengobatan bipolar karena ia juga berfungsi sebagai
mood stabilizer. Dari segi efektifitas asam valproat juga sama efektif dengan
penggunaan lithium. Valproat tersedia dalam bentuk :
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan sodium
valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang
dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari
2. Preparat intravena
3. Preparat sipusitoria
- Farmakologi
Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral. Konsentrasi
puncak plasma sodium valproat dan asam valproat dicapai dalam dua jam sedangkan
sodium divalproat dalam 3-8 jam. Absorbsi divalproat lebih cepat bila dibandingkan
dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan dengan
makanan. Ikatan valproat dengan protein meningkat bila diet mengandung rendah
lemak dan menurun bila diet mengandung tinggi lemak.
- Dosis
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum
berkisar antara 45 -125 mg/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan divalproat
dengan konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-
20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai
konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu
makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum >
100 mg/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat dalam plasma yang
dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.
- Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi
rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan lithium, siklus cepat,
GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
- Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya
anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim
transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.
Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam valproat dan
valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.

 Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat kanal
Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.
- Farmakokinetik
Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Obat cepat melewati sawar otak dan
mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin dieksresikan
dalam bentuk utuh.
- Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun
rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
- Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
- Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk
kemerahan di kulit.
Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai
terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,
risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.

 Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.
- Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme oleh
enzim hepar yaitu CYP 2D6.
- Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan
cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan
hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.
Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk terapi rumatan
GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap
dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5
mg - 50 mg per dua minggu.
- Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan.10,11
- Efek Samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya
gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan
dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan
reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat
terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan
dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.
 Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin
1(H1), dan a1- adrenergik.
- Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan
campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
- Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
- Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa lama.
Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi
bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi
dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.

 Quetiapin
Berfungsi untuk mengurangkan simptom episode manik yang sudah berat dan
episode manik yang datang dengan tiba-tiba. Quetiapin merupakan suatu derivat
dibenzotiazepin yang bekerja sebagai antagonis 5-HT1A dan 5 -HT2A, dopamin D1,
D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik a1 dan a2. Afinitasnya rendah terhadap
reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.
- Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia
dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg,
dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-
XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
- Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus
cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
- Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping
yang sering dilaporkan, efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu.
Perubahan berat badan dengan quetiapin sedang dan tidak perlu dilakukan
penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan
dengan antipsikotika tipik.

 Aripiprazol
Seperti olanzapine, aripiprazol juga dipakai untuk pengobatan antipiskotik dengan
episode campuran dan episode manik. Aripiprazole juga digunakan untuk pengobatan
rumatan penyakit bipolar, dan mempunyai sediaan injeksi yang digunakan sebagai
usaha dalam penatalaksanaan pada saat darurat. Ia juga digunakan pada episode
manik yang datang dengan tiba-tiba dan juga pada keadaan manik yang berat.
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
- Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas
sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin
reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.
- Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis
efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu
antara 10-15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan
akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa
dosis awal 5 mg dapat meningkatkan tolerabilitas.
- Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga
efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan
pada GB I, episode depresi.
- Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, ansietas, dan mual merupakan
kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok yang
mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara
bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat
mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan penghentian pengobatan.
Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus
pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak
dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan interval QTc.

Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya
harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi
hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania,
antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan
antipsikotika atipik. Tergantung pada simptom dokter yang merawat mungkin akan
merekomendasikan pasien untuk mengunakan anti depresan. Pada beberapa pasien
yang menderita gangguan bipolar, obat anti depresan juga bisa menyebabkan
tercetusnya episode manik. Dengan itu dokter yang merawat akan merekomendasikan
juga pengobatan dengan kombinasi mood stabilizer dan hal ini tidak menjadi satu
masalah. Efek samping anti depresan yang sering adalah penurunan kegairahan sex
dan masalah untuk mencapai orgasme. Anti depresan generasi terdahulu yang terdiri
dari trisiklik dan inhibitor MAO juga bisa menyebabkan efek samping yang
berbahaya dan membutuhkan monitoring pengobatan yang rutin. Fluoxetine (Prozac),
paroxetine (paxil), sertraline (Zoloft) dan bupropion (wellbutrin) adalah contoh anti
depresan yang digunakan untuk pengobatan kelainan bipolar.

Symbyax
Pengobatan symbyax ini terdiri dari dari kombinasi antidepresan fluoxetine dan
atipsikotik olanzepin. Ia berfungsi sebagai penggobatan depresi dan penstabil
mood/mood stabilizer. Symbyax juga teah diluluskan oleh FDA terutama pada
pengobatan bipolar. Efek samping symbyax termasuk peningkatan berat badan,
pusing dan peningkatan nafsu makan Obat ini juga dapat menyebabkan masalah
seksual mirip dengan yang disebabkan oleh antidepresan.

Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan suatu obat anti anxietas, dimana ia berfungsi untuk
mengurangkan anxietas dan memperbaiki kualitas tidur. Contoh obat golongan
benzodiazepin termasuk clonezepam (klonopin), lorazepam (ativan), diazepam
(valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprozolam (niravam, xanax).
Benzodiazepin pada umumnya digunakan untuk mengurangkan anxietas hanya pada
jangka waktu yang pendek. Efek samping benzodiazepine antaranya pusing,
penurunan koodinasi otot, masalah keseimbangan dan memori.

Tabel 1. FDA-approved Bipolar Disorder Treatments


Agents Manic Mixed Depression Maintenance

MOOD STABILISER

Lithium √ – – √

Divalproex DR √ – – –

Divalproex ER √ √ – –

Carbamazepine ER √ √ – –

ATYPICALS –

Risperidone √ √ – –

Olanzapine √ √ – √

Quetiapine √ – √ √

Ziprasidone √ √ – –
Aripiprazole √ √ – √

OTHER

Lamotrigine – – – +

Olanzapine/fluoxetine – – √ –

- Drugs listed in order of approval for a bipolar disorder indication. This chart
does not imply comparable efficacy or tolerability profiles.
- Physicians’ Desk Reference®. 60th ed. Montvale, NJ: Medical Economics Co;
2006

Pengobatan dalam kehamilan


Banyak obat-obatan yang digunakan pada terapi ganngguan bipolar bisa
menyebabakan defek kongenital pada janin. Pada wanita hamil, menjalani terapi
farmakologi merupakan satu cobaan yang sukar untuk para psikater. Dokter yang
merawat haruslah mempertimbangkan pengobatan dan resiko pada janin, namun jika
terapi obat-obatan dihentikan, ia dapat menyebabkan simptom bipolar timbul ketika
usia kehamilan masih berjalan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa penggunaan
lithium bersifat aman, namun ada juga penelitian yang mengatakan ia bisa
membahayakan janin di dalam kandungan. Dan kebanyakkan obat-obatan untuk
gangguan bipolar bisa menebusi ASI. Dengan itu regimen pengobatan yang lebih
ketat haruslah di lakukan.
Berikut merupakan efek samping pengobatan pada wanita yang sedang hamil :
 Asam valproate mempunyai resiko kepada fetus dan mempengaruhi
perkembangan anak tersebut.
 Carbamazepine mempunyai limitasi dalam efektifitas dan mempunyai resiko
membahayakan fetus.
 Lithium mempunyai resiko kepada bayi seperti masalah jantung.
 Iamotrigine mempunyai risko membahayakan fetus.
 Paroxetine memiliki reskio kepada fetus seperti masalah kadiovaskular
malformation.
 Penggunanaan jangka masa panjang benzodiazepine bisa menyebabkan
masalah kepada anak seperti cleft plate dan floppy baby syndrome.

Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut Pada Gangguan Bipolar


Terapi Lini 1:
- Injeksi IM aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien dengan
episode mania atau campuran akut. Dosis adalah 9,75 mg/injeksi. Dosis
maksimum adalah 29,25 mg/hari (tiga kali injeksi perhari dengan interval dua
jam). Berespon dalam 45-60 menit.
- Injeksi IM olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan episode mania
atau campuran akut. Dosis 10 mg/injeksi. Dosis maksimum adalah 30 mg/hari.
Berespon dalam 15-30 menit. Interval pengulangan injeksi adalah dua jam.
Sebanyak 90% pasien menerima hanya satu kali injeksi dalam 24 jam pertama.
Injeksi lorazepam 2 mg/injeksi. Dosis maksimum Lorazepam 4 mg/hari. Dapat
diberikan bersamaan dengan injeksi IM Aripiprazol atau Olanzapin. Jangan
dicampur dalam satu jarum suntik karena mengganggu stabilitas antipsikotika.
Terapi lini 2:
- Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah 30 menit.
Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
- Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dapat diberikan bersamaan
dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.

Penatalaksanaan Episode Depresi Akut pada Gangguan Bipolar 1


Terapi lini 1:
- Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium atau divalproat + SSRI,
Olanzapin + SSRI, litium + divalproat.

Terapi lini 2:
- Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau divalproat + lamotrigin
Terapi lini 3:
- Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin, litium atau divalproat +
venlafaksin, litium + MAOI, TKL, Litium atau divalproat atau AA + TCA,
litium atau divalproat atau karbamazepin + SSRI + Lamotrigin, penambahan
topiramat.
Obat-obat yang tidak direkomendasikan : Gabapentin monoterapi, aripiprazol
mono terapi

Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar 1


Terapi lini 1:
- Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin, litium atau
divalproat + quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP), penambahan
RIJP, aripiprazol
Terapi lini 2:
- Karbamazepin, litium +divalproat, litium + karbamazepine, litium + divalproat
+ olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin + fluoksetin
Terapi lini 3:
- Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan ECT, penambahan
topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan okskarbazepin
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan: Gabapentin, topiramat atau
antidepresan monoterapi

Penatalaksanaan Depresi akut pada Gangguan Bipolar II


Terapi lini 1:
- Quetiapin
Terapi lini 2:
- Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau divalproat + antidepresan, litium +
divalproat, antipsikotika atipik + antidepresan.
Terapi lini 3:
- Antidepresan mono terapi (terutama untuk pasien yang jarang mengalami
hipomania)

Rekomendasi Terapi Rumatan pada Gangguan Bipolar II


Terapi lini 1:
- Litium, lamotrigin
Terapi lini 2:
- Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik + antidepresan,
kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau antipsikotika atipik.
Terapi lini 3:
- Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT
Obat-obatan yamg tidak dianjurkan: Gabapentin.
Tabel 2. Algoritma terapi Episode Depresi pada Gangguan Bipolar.

 Intervensi Psikososial

1. Penyuluhan Psikososial
Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode manik
akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.
 Penjelasan : gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang ekstrim
dimana dapat merasa sangat depresi, lemah, lesu kemudian beralih pada
keadaan energik, sangat semangat.
 Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam
waktu 1 hari yang dapat terjadi marah, sensitif dan kesenangan yang berlebihan
 Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya tidur
yang sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum sakit serta
hindari kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya).
 Kekambuhan perlu dicegah dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya
waktu tidur, menghabiskan uang atau merasa lebih enegik dari biasanya dan
segera mulai terapi jika hal tersebut terjadi.
 Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang
sedang dideritanya dan merasa hebat serta energi yang meluap-luap, jadi
pengasuh sangat perlu menjadi bagian dalam upaya pencegahan.
 Hindari penggunaan alkohol maupun zat psikoaktif
 Perubahan gaya hidup sebaiknya terus dilanjutkan dan perlu diupayakan serta
direncanakan
 Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian
yang menyedihkan dan mebicarakannya pada keluarga dan sahabat.
 Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat menghindari
pengurangan waktu tidur, memperbaiki hubungan dukungan sosial, berdiskusi
serta meminta pendapat tentang keputusan penting misalnya tentang uang atau
keputusan penting lainnya)
 Kesehatan fisik, sosial, jiwa anggota keluarga juga patut diperhatikan.
 Bangun kepercayaan: rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien dengan gangguan bipolar, dimana
hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien secara
simultan.
2. Membangun hubungan sosial
 Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara
langsung maupun tidak langsung dukungan psikososial (contohnya pertemuan
keluarga, bepergian bersama teman, mengunjungi tetangga, berolahraga).
 Secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali segala
kegiatan sosial yang pernah dijalaninya serta menasehati keluarga pasien
tentang ini.
3. Rehabilitation
 Memfasilitasi kesempatan kepada pasien dan perawatnya untuk berpartisipasi
dalam kegitan ekonomi, pendidikan serta kesenian di lingkungannya baik
secara formal maupun informal.
 Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk
mencari pekerjaan yang baik
4. Follow-up
 Follow yang berkesinambungan wajib diperlukan. Tingkat kekambuhannya
tinggi dan pasien yang berada dalam keadaan manik seringkali tidak sadar
untuk mencari pengobatan bagi dirinya, jadi pengobatan serta perawatan yang
tidak dilakukan secara bersamaan sangat merugikan pada saat tertentu.
 Pada setiap follow up, gejala serta efek samping dari pengobatan dan kebutuhan
akan intervensi psikososial perlu dicantumkan.
 Pasien dengan gangguan manik sebaiknya melakukan evaluasi secara berkala.
Evaluasi harus lebih sering sampai episode manik berakhir.
 Kumpulkan informasi mengenai penyakit serta terapi dari pasien dan
perawatnya, khususnya yang tentang gejala dan tanda serta pengelolaan terapi
secara bersamaan, saat hilangnya gejala. Jika pasien tidak memiliki perawat
yang merawatnya amak pemeriksaan dilakukan secara berkala, diusahakan
merekrut seorang perawat, idealnya yang berasal dari lingkungannya dapat
teman atau keluarganya
 Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stress
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi
psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama,
walaupun setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan
sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi, modeling dan
permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan memecahkan masalah
yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.
Beberapa jenis psikoterapi yaitu :
a. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar
untuk mengubah pola pikir dan perilaku negative.
b. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga
memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.
c. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan
bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur
aktivitas harian mereka.
d. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai
penyakit yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini
membantu penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik maupun
depresi sehingga mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.

 Pendidikan dan Pencegahan


Pencegahan primer dapat dilakukan apabila diketahui bahwa dalam keluarga
terdapat yang mengalami gangguan ini, maka diharapkan pasien dan atau keluarganya
melakukan antisipasi. Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan ini,
diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti anjuran unruk
mengkonsumsi obat sesuai anjuran.
2.7 Komplikasi
 Perubahan mood dan nafsu makan
 Peningkatan berat badan

2.8 Prognosis
Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang tepat,
pengetahuan komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan positif
dengan dokter dan therapist, kesehatan fisik. Semua faktor ini merujuk ke prognosis
bagus.
Akan tetapi prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk dibandingkan
dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50% pasien gangguan
bipolar I memiliki episode manik Kedua dalam waktu dua tahun setelah episode
pertama. Kira-kira 7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak menderita gejala
rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita gangguan
kronis. Pasien mungkin memiliki 2 sampai 30 episode manik, walaupun angka rata-
rata adalah Sembilan episode. Kira-kira 40% dari semua pasien menderita lebih dari
10 episode.

 
BAB 3
KESIMPULAN
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Penyebab gangguan bipolar
multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan
neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-
kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan,
dan banyak lagi faktor lainnya. Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar
yaitu, episode depresi dan episode mania. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
yang terdapat dalam DSM-IV dan PPDGJ III. Penatalaksanaan gangguan bipolar
terdiri dari farmakoterapi, intervensi psikososial dan psikoterapi. Prognosis
tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang tepat, pengetahuan
komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan positif dengan dokter
dan therapist serta kesehatan fisik.
DAFTAR PUSTAKA

1) Rusdi Maslim. 2010. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ


III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2) Rusdi Maslim. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
3) Weiten, W. and Halpem, D.F. 2004. Psychology: themes and variations (6th
ed.). Belmont, CA: Thomson/Wadsworth.
4) NIMH. Bipolar disorder. 2010. Diunduh dari:
http://www.nimh.nih.gov/health/publicat ions/bipolardisorder/complete-
index.shtml.
5) Mood Disorders. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, DSM-IV-TR 4th Ed. Arlington, Va.: 8. American Psychiatric
Association, Washington DC, 2005
6) Katzung, Betram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Edisi
8. Jakarta: Salemba Medika
7) Harold I Kaplan, Benjamin J Sadock, Jack A Grebb. 2010. Sinopsis Psikiatri.
Jakarta: Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai