Anda di halaman 1dari 2

Nama: Andika Pramatama

NPM: 1706026153/Kelas B/Paralel

RANGKUMAN FILSAFAT HUKUM

Historical and Anthropological Jurisprudence

Harus diakui bahwa mazhab sejarah memahami kebenaran bahwa hukum bukanlah
seperangkat aturan abstrak yang hanya dipaksakan kepada masyarakat, tetapi merupakan
bagian integral dari masyarakat itu, yang memiliki akar yang kuat dalam kebiasaan dan sikap
sosial dan ekonomi dari para anggotanya di masa lalu dan sekarang. Selain itu, penerimaan
yang sama-sama adalah pandangan bahwa hakim dan pengacara pada umumnya sebagai
bagian dari masyarakat dimana mereka hidup dan berada. Mereka mencerminkan banyak,
kebiasaan dasar dan sikap masyarakat mereka, sehingga perkembangan hukum sejauh ada di
tangan mereka, mungkin akan menyesuaikan secara luas dan umum dengan pola perilaku
yang disetujui secara luas atau setidaknya diterima dalam masyarakat itu.

Salah satu figur penting penganut aliran historis dan juga romantik adalah
Savigny. Ia menolak hukum kodrati, dan memandang sistem hukum adalah bagian dari
budaya sebuah masyarakat. Hukum menurutnya bukanlah hasil dari tindakan
sewenang-wenang pembuat undang-undang, namun berkembang sebagai respon dari
kekuatan impersonal yang ditemukan dalam jiwa nasional masyarakat, yang disebutnya
“volksgeist”. Savigny melihat hukum sebagai suatu pancaran dari jiwa, diibaratkan hukum
layaknya bahasa dan musik yang berkembang dan mengalir dari proses kebangsaan yang
dilalui oleh masyarakat. Mazhab historis yang dibawa oleh Savigny tidak lagi
memandang hukum sebagai seperangkat aturan abstrak yang diberlakukan ke
masyarakat, namun hukum adalah bagian yang integral dari masyarakat itu sendiri,
yang mengakar dalam pada kebiasaan sosial dan ekonomi masyarakat masa lalu dan
masa kini.

Di Inggris, pendekatan historis, yang menaati kepatuhan mistisnya terhadap sang


Volkgeist, membuat kemajuan penting di tangan perintis Sir Henry Maine. Maine menentang
teori-teori rasionalisasi jika hukum kodrat dan aliran utilitarian, suatu upaya serius untuk
mempelajari sifat dan perkembangan hukum mula-mula baik dalam konteks historis
aktualnya, dan juga diterangi oleh studi tentang masyarakat yang belum berkembang di dunia
kontemporer. Dalam praktiknya ini berarti bagi Maine terutama hukum awal Yunani, Roma
dan Perjanjian Lama, ditambah dengan hukum asli India.

Holmes menyatakan bahwa “jika anda belajar hukum, maka anda juga
belajar antropologi.” Berkaitan dengan hal ini, hukum berkaitan erat dengan antropologi jika
dipandang berdasarkan kacamata pandangan mazhab historis. Mayoritas ahli hukum
mengklasifikasikan hukum dalam artian yang rigid dan sempit. Bahwa hukum itu ada dalam
suatu masyarakat jika masyarakat itu memiliki hukum tertulis formal, pengadilan, polisi
atau penjara. Kenyataannya, hukum tidak sesempit itu. Bahkan jika suatu masyarakat
primitif sekalipun tidak memiliki hal-hal diatas, bukan berarti mereka tidak punya
hukum. Para ahli hukum mengklasifikasikan “hukum” yang ada di masyarakat primitif
tersebut ialah kebiasaan, belum cukup untuk disebut sebagai hukum. Terkait dengan ini,
Malinowski memperluas lingkup apa yang dimaksud dengan hukum, bahwa seharusnya
hukum itu memenuhi sifat “timbal balik, kejadian sistematis, publisitas, dan ambisi.”
Max Gluckman memiliki definisi lain, bahwa hukum itu adalah seperangkat aturan
yang diterima oleh semua anggota masyarakat karena mengatur hak dan cara-cara
layak bagi seseorang untuk berlaku tindak dalam hubungannya dengan orang lain,
termasuk cara untuk mendapatkan perlindungan untuk haknya.”

Anda mungkin juga menyukai