▪ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana Pasal 1313 (1) seorang atau lebih KUHPer mengikatkan dirinya dengan satu orang lain atau lebih ▪ “Perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu Pasal 1851 barang mengakhiri suatu perkara KUHPerdata yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Perjanjian ini tidak sah apabila tidak dibuat secara tertulis.” ▪ Surat Biasa Bentuk Tertulis ▪ Akta Otentik ▪ Akta/Perjanjian di bawah tangan Para pihak melepaskan sebagian tuntutan mereka → untuk Harus tertulis → mengakhiri perjanjian formal perkara / mencegah timbulnya perkara ▪ Pasal 1853 KUHPer: kepentingan keperdataan dari suatu kejahatan / pelanggaran → bisa dilakukan perdamaian → namun tidak menghalangi Kejaksaan untuk menuntut perkaranya Contoh: Penggelapan, Pelanggaran lalu-lintas
▪ Pasal 1854 KUHPer: perdamaian terbatas pada soal
Subjek Hukum yang dipermasalahkan saja → jangan melewati batas dalam Perjanjian persoalan
Perdamaian ▪ Pasal 1858 KUHPer: kekuatan hukum perjanjian
perdamaian = putusan Pengadilan yang telah in kracht ▪ Pasal 1859 KUHPer: perdamaian dapat dibatalkan apabila telah ada kekhiklafan mengenai orangnya, atau mengenai pokok perselisihan → contoh: penipuan / paksaan ▪ Perdamaian dapat dibatalkan apabila terjadi kekhilafan mengenai orangnya atau pokok perselisihannya ▪ Apabila terjadi penipuan dan paksaan Batalnya ▪ Atas dasar surat-surat yang palsu (Pasal 1861 perdamaian: KUHPer) ▪ Perdamaian yang diakhiri oleh putusan Hakim yang telah inkracht namun tidak diketahui oleh para pihak / salah satu dari para pihak (Pasal 1862 KUHPer) Pasal 130 H.I.R:
▪ Hakim sebelum memeriksa perkara harus lebih
dahulu berusaha untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa ▪ kesempatan pada para pihak yang berperkara untuk mencapai perdamaian di muka sidang Pengadilan → akan ada akte perdamaian→ para pihak harus mentaati perdamaian itu