Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN JENIS KELAMIN, SEX-LINKAGE ,PAUTAN, dan ALEL

GANDA

MAKALAH

untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika yang dibina oleh

Ibu Novida Pratiwi, S.Pd., M.Si dan Bapak Deny Setiawan, M.Pd

Disusun oleh :

Amri Yahya (170351616589)

Fitri Rif'atul Izza (170351616518)

Nur Hidayati Rifa'i (170351616515)

Kelompok 9 / Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

April 2020
RINGKASAN MATERI

Jenis kelamin dapat ditentukan dalam semua organisme hidup. Sifat dasar
genetik penentuan seks sangat bervariasi di antara berbagai bentuk kehidupan.
Pada kebanyakan hewan dan tumbuhan, individu menjadi khusus untuk
menghasilkan satu jenis gamet. Kemudian adapun Faktor-Faktor Penentu Jenis
Kelamin antaranya Faktor lingkungan faktor genetik melainkan karena adanya
faktor luar yang mempengaruhinya yang dikenal dengan faktor lingkungan,
biasanya yang mengambil peranan dalam faktor lingkungan ini adalah keadaan
fisiologis. Dan Faktor Genetik pada mumnya dapat dikatakan bahwa faktor
genetiklah yang menentukan jenis kelamin suatu makhluk, tepatnya adalah
komposisi dari suatu kromosom (karena bahan genetik terdapat didalam
kromosom).

Adpun tipe tipe dari penentuan jenis kelamin antaranya, penentuan Jenis
Kelamin Tipe XX Dan XY, penentuan jenis kelamin pada manusia/mamalia
dikatakan mengikuti sistem XY. Seorang perempuan memiliki 22 pasang autosom
dan 1 pasang kromosom-X, sehingga formula kromosom untuk seorang
perempuan ialah 22AAXX, sedangkan sel telur haploid nya adalah 22AX yaitu 22
sel autosom dan sebuah kromosom seks. Penentuan Jenis Kelamin Tipe XO dan
XX pada beberapa serangga, khususnya ordo Hemiptera (kepik) dan ordo
Orthoptera (belalang), hewan jantanya bersifat heterogametik . sel gamet yang
dihasilkan jantan ada dua macam, yaitu X dan O (tanpa kromosom kelamin).
Penentuan Jenis Kelamin Tipe ZZ dan ZW, Penentuan jenis kelamin pada tipe ini
terdapat pada burung (termasuk unggas), kupu-kupu. Sebagai contoh, penentuan
jenis kelamin pada unggas, misalnya Ayam. Penentuan Jenis Kelamin Tipe
Haploid (n) dan Diploid (n) ,pada serangga yang termasuk ordo Hymenoptera
seperti lebah madu, semut, lebah, penentuan jenis kelaminnya sama sekali tidak
ada hubungannya dengan kromosom kelamin. Gen Tunggal Dan Penentuan Jenis
Kelamin, penentuan jenis kelamin pada beberapa makhluk hidup dipengaruhi oleh
kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal. Penentuan Jenis Kelamin Dan
Lingkungan Luar, Pada beberapa hewan tingkat rendah, penentuan jenis kelamin
tidak genetic melainkan tergantung dari lingkungan luar. Seks Membalik
Sebagian, Crew (1923) menemukan bahwa jenis kelamin ayam betina yang
dewasa dapat berubah menjadi jantan . ayam betina yang membalik jenis
kelaminnya itu memliki bulu ekor seperti ayam jantan, dapat berkokok dan
berlaku sebagai induk jantan terhadap anak-anaknya.
ISI MATERI

A. Penentuan jenis kelamin


Jenis kelamin dapat ditentukan dalam semua organisme hidup. Sifat
dasar genetik penentuan seks sangat bervariasi di antara berbagai bentuk
kehidupan. Pada kebanyakan hewan dan tumbuhan, individu menjadi khusus
untuk menghasilkan satu jenis gamet. Biasanya tidak hanya berbeda jenis
gonad yang mereka miliki, tetapi juga berbeda dalam hal morfologis dan
fisiologis, atau karakteristik seks sekunder. (Campbell. 2008) Bentuk yang
biasanya menghasilkan ovum dikenal sebagai betina, salah satu yang biasanya
menghasilkan sperma atau serbuk sari dikenal sebagai jantan. Karena beberapa
proses seksual tidak melibatkan gamet, penerapan lebih universal dari istilah
“gender” mengacu pada setiap donor materi genetik sebagai jantan dan
penerima sebagai betina (Rondonuwu. 1989)
 Faktor-Faktor Penentu Jenis Kelamin
a) Faktor lingkungan
Penentu jenis kelamin bukan hanya karena faktor genetik
melainkan karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya yang dikenal
dengan faktor lingkungan, biasanya yang mengambil peranan dalam faktor
lingkungan ini adalah keadaan fisiologis. Jika kadar hormon kelamin
dalam tubuh tidak seimbang peredarannya, maka pernyataan fenotip pada
makhluk mengenai jenis kelaminnya dapat berubah, akibatnya watak
kelaminnya pun mengalami perubahan.
b) Faktor Genetik
Umumnya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang
menentukan jenis kelamin suatu makhluk, tepatnya adalah komposisi dari
suatu kromosom (karena bahan genetik terdapat didalam kromosom) Pada
beberapa mahkluk hidup dipengaruhi oleh kegiatan yang berlainan dari
gen-gen tunggal. (Tamarin, 2002)

 Tipe-tipe penentuan jenis kelamin


1) Penentuan Jenis Kelamin Tipe XX Dan XY

Pada manusia memiliki 46 kromosom atau 22 pasang kromosom


yang merupakan autosom dan 1 pasang kromosom seks pada atau
gonosome. Kromosom seks dilambangkan dengan X dan Y. Seorang
perempuan memiliki dua kromosom X dan seorang laki-laki X dan Y
kromosom. Jumlah gonosomes tidak menentukan gender melainkan ada
atau tidak adanya kromosom Y, Penentuan jenis kelamin pada
manusia/mamalia dikatakan mengikuti sistem XY. Seorang perempuan
memiliki 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom-X, sehingga formula
kromosom untuk seorang perempuan ialah 22AAXX, sedangkan sel telur
haploid nya adalah 22AX yaitu 22 sel autosom dan sebuah kromosom
seks. Pada laki-laki memiliki 22 pasang autosom dengan 2 sel gonosom
yaitu X dan Y maka formula kromosom untuk laki laki adalah 22XY,
sehingga dalam bentuk sel diploidnya laki-laki memiliki dua macam
spermatozoa, yaitu:

a. Ginospermium yaitu, spermatozoa kromosom yang memiliki 22


autosom dan sebuah kromosom X sehingga formulanya 22AX
b. Androspermium yaitu spermatozoa yang memiliki 22 autosom dan
sebuah kromosom Y sehingga formulanya 22AY. Andropermium

Memiliki ukaran yang ebih kecil jika dibandingkan dengan


ginospermium. Apabila sebuah sel telur dibuahi oleh ginospermium maka
anak yang dihasilkan adalah anak perempuan. Tetapi bila sel telur dibuahi
oleh androspermium maka anak yang dihasilkan adalah laki-laki.

 Sel Kromatin (Kromatin kelamin)

Badan kromatin ditemukan oleh seorang ahli genetika dari


Kanada, yaitu M.L. Barr pada tahun 1949. Ia menemukan bahwa pada
kandungan inti sel betina, ditemukan suatu badan yang menyerap
warna, badan itu kemudian disebut dengan Barr Body. Adanya Barr
Body menunjukan jenis kelamin pada wanita. Pada sel somatis wanita
terdapat sebuah kromatin kelamin sementara sel somatis pria tidak
memilikinya. Selanjutnya diketahui bahwa banyaknya kromatin
kelamin ternyata sama dengan banyaknya kromosom X dikurangi satu.
Jadi, wanita normal mempunyai sebuah kromatin kelamin karena
kromosom X-nya ada dua. Sedangkan, pria normal tidak mempunyai
kromatin kelamin karena kromosom X-nya hanya satu. keberadaan
kromatin kelamin sering kali digunakan untuk menentukan jenis
kelamin serta mendiagnosis berbagai kelainan kromosom kelamin pada
janin melalui pengambilan cairan amnion embrio (amniosentesis).
(Suryo. 1996)

 Hipotesa Lyon

Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan


hipotesis bahwa kromatin kelamin merupakan kromosom X yang
mengalami kondensasi atau heterokromatinisasi sehingga secara genetik
menjadi inaktif (tidak aktif). Hipotesis ini dilandasi hasil
pengamatannya atas ekspresi gen rangkai X yang mengatur warna bulu
pada mencit. Individu betina heterozigot memperlihatkan fenotipe
mozaik yang jelas berbeda dengan ekspresi gen semidominan (warna
antara yang seragam). Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu
kromosom X yang aktif di antara kedua kromosom X pada individu
betina. (Suryo. 1996)

2) Penentuan Jenis Kelamin Tipe XO dan XX

Beberapa serangga, khususnya ordo Hemiptera (kepik) dan ordo


Orthoptera (belalang), hewan jantanya bersifat heterogametik . sel gamet
yang dihasilkan jantan ada dua macam, yaitu X dan O (tanpa kromosom
kelamin). Penentuan kelaminya adalah hewan jantan XO dan hewan betina
XX. Contoh penentuan jenis kelamin serangga tipe XO misalnya pada
belalang ( Melanoplus differentialis ). Belalang betina memiliki 24
kromosom atau 22 +X. Saat pembuahan, pertemuan sel telur X dan sel
sperma X membentuk individu XX (belalang betina), sedangkan sel telur X
dan sperma O membentuk individu XO (belalang jantan). (Suryo. 1996)

3) Penentuan Jenis Kelamin Tipe ZZ dan ZW

Penentuan jenis kelamin pada tipe ini terdapat pada burung


(termasuk unggas), kupu-kupu. Sebagai contoh, penentuan jenis kelamin
pada unggas, misalnya Ayam. Ayam jantan memiliki kromosom kelamin
ZZ, sedangkan ayam betina ZW. Pada saat terjadi pembuahan, pertemuan
sperma Z dan sel telur W membentuk individu ZW (ayam betina) sedangkan
pertemuan sperma Z dan sel telur Z membentuk individu ZZ (ayam jantan).
(Suryo. 1996)

4) Penentuan Jenis Kelamin Tipe Haploid (n) dan Diploid (n)

Pada serangga yang termasuk ordo Hymenoptera seperti lebah


madu, semut, lebah, penentuan jenis kelaminnya sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kromosom kelamin. Lebah madu jantan misalnya,
terjadi karena pertenogenase, yaitu terbentuknya makhluk dari 8 sel telur
tanpa didahului oleh pembuahan. Dengaan demikian maka lebah madu
jantan bersifat haplod, yang memiliki 16 buah kromosom. Sel telur yang
dibuahi oleh spermatozoon akan menghasilkan lebah madu betina yang
berupa lebah ratu dan pekerja, masing-masing bersifat diploid (2n) dan
memiliki 32 kromosom. Karena perbedaan tempat dan makanan, lebah ratu
subur (fertil), sedangkan lebah pekerja madu mandul (steril). Jadi jenis
kelamin dari serangga-serangga tersebut tidak ditentukan oleh kromosom
kelamin seperti yang lazim berlaku pada makhluk lainnya, akakn tetapi
tergantung dari sifat plodi dari serangga itu. Jika serangga bitu haploid, ia
adalah jantan sedangkan serangga itu diploid ia adalah betina. (Suryo.
1996)

5) Gen Tunggal Dan Penentuan Jenis Kelamin


Penentuan jenis kelamin pada beberapa makhluk hidup dipengaruhi
oleh kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal. Tanaman jagung (Zea
mays) misalnya, merupakan tanaman berumah satu (bunga jantan dan bunga
betina terdapat pada satu tanaman). Jika gen (ba) homozigotik, maka
tongkol yang biasanya merupakan bunga betina akan berubah membentuk
struktur benang sari. Sebaliknya bila gen (ts) homozigotik maka malai yang
biasanya merupakan bunga jantan berubah membentuk struktur seperti
putik dan tidak menghasilkan serbuk sari. Tanaman dengan genotip babatsts
adalah jantan. Peristiwa ini menunjukkan tanaman berumah satu dapat
berubah menjadi tanaman berumah dua atau kebalikannya, sebagai akibat
adanya mutasi dari dua buah gen dalam hal ini Bb menjadi bb dan Ts
menjadi ts. (Suryo. 1996)

6) Penentuan Jenis Kelamin Dan Lingkungan Luar


Pada beberapa hewan tingkat rendah, penentuan jenis kelamin tidak
genetic melainkan tergantung dari lingkungan luar. Individu jantan dan
betina mempunyai genotif yang sama, tetapi suatu rangsang dari sumber
lingkungan menentukan pertumbuhan kelamin jantan atau betina.
Contohnya cacing laut Bonnelia yang jantan kecil, mengalami degenerasi
dan hidup didalam rahim cacing betina yang besar. Semua alat dari cacing
jantan mengalami degenerasi kecuali alat reproduksi, sehingga dapat
membuahi sel telur dari cacing betina. (Suryo. 1996)
7) Seks Membalik Sebagian
Crew (1923) menemukan bahwa jenis kelamin ayam betina yang
dewasa dapat berubah menjadi jantan . ayam betina yang membalik jenis
kelaminnya itu memliki bulu ekor seperti ayam jantan, dapat berkokok dan
berlaku sebagai induk jantan terhadap anak-anaknya. Ayam betina yang
membalik jenis kelainnya itu disebabkan karena rusaknya ovarium atau
karena ovarium diserang suatu penyakit, walaupun ayam betina itu
membalik jenis kelaminnya tetapi susunan kromosomnya tetap sama, yaitu
ZO. Ayam memiliki dua gonada, tetapi pada ayam betina gonada yang
sebelah kiri berkembang menjadi ovarium, sedangkan yang kanan
mengalami degenerasi. Penyelidikankan oleh Crew ini membuktikan bahwa
ovarium pada ayam betina yang membalik jenis kelaminnya telah rusak
karena tuberkulose, sehingga gonad sebelah kanan berkembang menjadi
testis. (Suryo. 1996)

Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat diperoleh kesimpulan


bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis kelamin ialah faktor genetik dan
faktor lingkungan. 2. Tipe-tipe jenis kelamin pada makhluk hidup ialah dari Tipe
XX dan XY, Tipe ZO dan ZZ , Tipe XO dan XX , Tipe 2n dan n 3.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A dan J.B. Reece. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga

Rondonuwu, S. 1989. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta : UM

Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Tamarin, R.H. 2002. Prinsiples of Genetics. North America: Mc Graw Hill


Companies

Anda mungkin juga menyukai