Anda di halaman 1dari 7

Pewarisan Gen Rangkai Kelamin

Oleh :
Nama : Rosyid Ridlo Al Hakim
NIM : B1A017102
Rombongan : IV
Kelompok :C
Asisten : Fajar Nur Sulistyahadi

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data Perhitungan Sex Linkage Rombongan IV

Jumlah
Hari Kenampaka Keadaan
Lalat Nama Pengamat
Ke- n Pupa Media Kultur
Imago
Tidak
Kelompok E Rombongan
1 6 Tidak berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
2 6 Tidak berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
3 6 Tidak berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
4 6 Tidak berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
5 5 2 Berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
6 5 2 Berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
7 5 6 berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
8 0 14 berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap
Tidak
Kelompok E Rombongan
9 15 60 berisi terkontaminasi,
IV
normal, lembap

Persilangan antara Drosophila betina virgin white eyes dengan Drosophila jantan liar.
Persilangan adalah sebagai berikut :
Rombongan Hasil
Jantan Jantan white Betina Betina white
liar eyes liar eyes

IV 11 0 12 0

Diagram Persilangan Drosophila :

♂ = XY
♀ = XX
White eyes = ww
Liar = WW
P : ♀ white eyes x ♂ liar
Gamet : XwXwx XWY
F1 : XWXw x XwY
♀ liar (carier) x ♂ white eyes
= 100 : 0
F2 : 0
B. Pembahasan

Kromosom memiliki beragam gen. Di dalam sebuah kromosom tertentu dijumpai


lebih dari sebuah gen. Gen-gen yang terdapat pada kromosom yang sama dinamakan
gen-gen berangkai (linked genes), sedang fenomenanya sendiri dinamakan berangkai
(linkage) (Susanto, 2011). Sex linkage adalah suatu keadaan dimana terdapat banyak gen
dalam satu kromosom. Pengertian ini biasanya mengacu pada kromosom tubuh
(autosom). Akibatnya bila kromosom memisah dari kromosom homolognya, gen-gen
yang berpautan tersebut selalu bersama (Suryo, 2013). Sedangkan gen rangkai kelamin
dalam bahasa inggris disebut sex-linkage ialah gen yang terletak pada kromosom
kelamin. Dengan begitu karakter yang ditimbulkan gen ini diturunkan bersama dengan
karakter kelamin (Yatim, 2003).
Gen rangkai kelamin dapat dikelompokkan berdasarkan macam kromosom
kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin umumnya dapat dibedakan
menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat dibedakan menjadi gen
rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula
beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada kromosom
Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tidak sempurna (incompletely sex-
linked genes) (Aryulina, 2005).
Gen terpaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X. Betina
memiliki susunan kromosom kelamin XX, terdapat sepasang kromosom seks yang
benar-benar homolog. Hal ini menjadikan hukum dominansi dan resesif bagi sifat-sifat
yang ditentukan oleh gen-gen terpaut kromosom X pada betina sama seperti tautan pada
sifat-sifat yang ditentukan oleh gen-gen autosom. Jadi, sifat-sifat tersebut akan lebih
sering diekspresikan pada laki-laki. Contoh gen terpaut kromosom X adalah penyakit
buta warna dan hemofilia (Sisunandar, 2011).
Gen terpaut kromosom Y adalah gen terpaut kelamin sempurna. Pada gen terpaut
kromosom ini disebut holandrik, berarti sifat yang diturunkan hanya terdapat pada laki-
laki saja. Organisme yang memiliki kromosom XY, sebagian besar kromosom Y tidak
memiliki homolog pada pada kromosom X dan juga sangat langka pada kromosom Y.
Walaupun ada gen pada kromosom Y tersebut akan diwariskan dari tetua jantan kepada
semua keturunan jantannya, akan tetapi tidak akan diwariskan pada keturunan betinanya.
Contoh gen terpaut kromosom Y adalah hypertrichosis (pertumbuhan rambut pada
telinga) dan keratoma dissipatum (penebalan kulit pada tangan dan kaki). Contoh
tersebut tejadi pada manusia (Aryulina, 2005).
Apabila kedua kromosom kelamin, yaitu kromosom X dan kromosom Y
dijajarkan, maka akan dapat dilihat bahwa ada bagian yang homolog (sama bentuk dan
panjangnya) dan bagian tak homolog. Pewarisan sifat yang diatur oleh gen semacam ini
dapat dikatakan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, dan berlangsung seperti halnya
pewarisan gen autosomal. Oleh karena itu, gen-gen pada segmen kromosom X dan Y
yang homolog ini disebut juga gen rangkai kelamin tak sempurna. Contoh pada
Drosophila melanogaster terdapat gen rangkai kelamin tak sempurna yang
menyebabkan pertumbuhan bulu pendek. Perkawinan resiprok untuk gen rangkai
kelamin tak sempurna akan memberikan hasil yang sama seperti halnya hasil yang
diperoleh dari perkawinan resiprok untuk gen-gen autosomal. Jadi, pewarisan gen
rangkai kelamin tak sempurna mempunyai pola seperti pewarisan gen autosomal (Suryo,
2013).
Pindah silang yaitu proses penukaran segmen dari kromatid-kromatid bukan
kakak-beradik (nonsister chromatids) dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa
pindah silang umumnya terjadi pada setiap gametogenesis pada kebanyakan individu.
Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase I), yaitu
pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang dibedakan
atas pindah silang tunggal dan pindah silang ganda. Pindah silang tunggal yaitu pindah
silang yang terjadi pada satu tempat, sehingga akan terbentuk 4 macam gamet. Dua
macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan induk (gamet-gamet tipe parental),
dua gamet lainnya merupakan gamet baru akibat terjadinya pindah silang (gamet-gamet
tipe rekombinal). Pindah silang ganda ialah pindah silang yang terjadi pada dua tempat.
Jika silang ganda (double cross) berlangsung diantara dua buah gen yang berangkai,
maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak akan nampak dalam fenotipnya (Suryo,
2013).
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan, dan
perhitungan diagram persilangan yang terjadi, maka terjadi perkawinan resiprok, karena
keturunan yang dihasilkan semuanya bertipe liar baik jantan maupun betina (berasal dari
individu parental yang gametnya telah ditukar). Perbedaan tipe lalat yang dihasilkan
hingga hari ke-9 dapat disebabkan karena lalat yang tedapat pada media merupakan lalat
keturunan parental, karena terjadi perpanjangan waktu untuk pengamatan, sehingga
terdapat jumlah keturunan fenotip yang begitu banyak dan tipenya liar. Hal tersebut
tidak sesuai dengan Suryo (2013), yang menyatakan bahwa warna mata pada lalat
Drosophila ditentukan oleh gen yang terletak pada kromosom kelamin. Ketidaksesuaian
ini dapat disebabkan karena media yang terkontaminasi sehingga lalat tidak dapat
berkembang biak dengan optimal. Selain itu, media yang terkontaminasi juga dapat
menyebabkan perkembangan telur, larva, dan pupa menjadi tidak normal.
DAFTAR REFERENSI

Aryulina, D., 2005. Biologi SMA dan MA. Jakarta: Esis.


Sisunandar., 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Suryo., 2013. Genetika Strata Satu. Yogyakarta: UGM-Press.
Susanto, A.H., 2011. Genetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yatim, W., 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai