Anda di halaman 1dari 5

PEWARISAN GEN RANGKAI KELAMIN (SEX LINKAGE)

Oleh:
Nama : Anjar Sari
NIM : B1A016123
Rombongan : VII
Kelompok :3
Asisten : Rani Eva Dewi

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
HASIL

Tabel 1.1 Data Hasil Persilangan Sex Linkage Rombongan VII


Jantan Betina
Kelas Fenotipe Jumlah
♂ ♀
White eyes - - 0
Liar 4 2 6
Jumlah 4 2 6

Diagram Persilangan Lalat Drosophila

P1 IWIW × IwI
(Lalat ♂ Tipe Liar) (Lalat ♀ White Eyes)
G IW Iw, I
F1 IWIw, IWI
(100% Lalat Tipe Liar)

P2 IWIw × IWI
(Lalat Tipe Liar) (Lalat Tipe Liar)
G IW, Iw IW, I
F2
IW I
W
I IW IW IWI
Iw IW Iw IwI

(50% Lalat Tipe Liar dan 50% Lalat White Eyes)


PEMBAHASAN

Gen-gen disebut berangkai apabila gen-gen tersebut terdapat pada


kromosom yang sama. Gen berangkai dibagi menjadi dua, yaitu gen rangkai
sempurna dan gen rangkai tak sempurna. Rangkai sempurna terjadi bila gen-gen
letaknya berdekatan sehingga selalu bersama-sama dan tidak terjadi pindah silang
atau tidak ada rekombinasi. Rangkai tak sempurna terjadi apabila gen-gen tersebut
letaknya berjauhan dalam satu kromosom sehingga memungkinkan terjadinya
pindah silang walaupun dalam jumlah yang terbatas. Hasil persilangan dengan
gen-gen yang berangkai akan memperlihatkan perbandingan fenotip keturunan
yang berbeda dengan Mendel karena gen-gen yang dipelajari Mendel terdapat
pada kromosom yang berbeda (Russell, 1994).
Gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin yang sering dinamakan
rangkai kelamin (Sex Linkage). Gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin
sering disebut dengan gen terangkai kelamin (Sex Linked Genes) yang dibedakan
menjadi gen terangkai Y yang terpaut pada kromosom Y dan gen terangkai X
yang terpaut pada kromosom X. Gen yang terpaut pada kromosom X tidak
memiliki alel pada kromosom Y sehingga penurunan sifat gen terpaut X sedikit
lain dari pada gen-gen autosom. Karena tidak memiliki alel pada kromosom Y,
maka gen terpaut seks akan mampu menunjukkan ekspresinya meskipun dalam
keadaan tunggal, baik dominan maupun resesif (Sisunandar, 2011).
Secara garis besarnya terdapat tiga kelompok gen rangkai kelamin, yaitu
gen rangkai X, gen rangkai Y, dan gen rangkai tak sempurna. Contoh peristiwa
pada gen rangkai X adalah hemofilia dan buta warna pada manusia, lalat
Drosophila white eyes, dan gen rangkai Z pada ayam. Contoh peristiwa pada gen
rangkai Y yaitu pertumbuhan bulu kasar yang panjang di telinga dan webtuse.
Pertumbuhan bulu pendek pada lalat Drosophila merupakan contoh dari peristiwa
gen tangkai tak sempurna (Suryo, 1994).
Pewarisan gen rangkai kelamin merupakan pola pewarisan resiprok yang
dihasilkan dari perkawinan resiprok. Perkawinan resiprok merupakan suatu
perkawinan yang menghasilkan keturunan yaitu keturunan betina memiliki sifat
yang sama dengan sifat tetua jantannya dan keturunan jantan akan memiliki sifat
yang sama dengan tetua betinanya. Pewarisan seperti ini sering disebut Criss-
Cross Inheritance (Pai, 1992).
Praktikum kali ini menyilangkan lalat jantan tipe liar dengan lalat betina
white eyes merupakan contoh dari gen rangkai X karena mengatur warna mata
pada lalat Drosophila. Berdasarkan hasil persilangan pada rombongan VII
didapatkan hasil F1 yaitu 4 ekor lalat jantan tipe liar dan 2 ekor lalat betina tipe
liar, tidak didapatkan hasil yang lalat mutan (white eyes). Praktikum ini tidak
menunjukkan peristiwa pada gen rangkai X, karena tidak munculnya lalat mutan
white eyes. Alasan memakai lalat betina white eyes yaitu disebabkan pewarisan
warna mata Drosophila melanogaster mengikuti pewarisan gen kelamin X,
sehingga pewarisannya terjadi baik pada lalat jantan maupun betina (Pai, 1992).
Menurut Suryo (1994), apabila betina yang bermutan disilangkan dengan jantan
yang normal maka akan dihasilkan F1 adalah betina yang normal dan jantan yang
mutan. Untuk keturunan selanjutnya diperoleh jantan maupun betina 50% mutan
dan 50% normal.
Pada praktikum ini hasilnya tidak sesuai dengan hukum Morgan. Menurut
Sisunandar (2011) menyatakan bahwa hasil persilangan gen terpaut seks sangat
tergantung kepada fenotip pada setiap jenis parentalnya. Hal ini karena hewan
betina mempunyai dua kromosom X sedangkan bagi hewan jantan hanya
mempunyai sebuah kromosom X saja. Namun ada faktor lain yang
mempengaruhinya yaitu:
1. Kelalaian dalam menghitung lalat Drosophila yang kurang teliti sehingga data
yang diperoleh tidak valid.
2. Kurang atau sedikit lalat Drosophila yang telah diamati.
3. Dalam proses perkawinan mengalami nondisjunction yaitu akibat dari
kromosom yang tidak memisah pada anafase dari meiosis dan menyebabkan
penambahan atau pengurangan kromosom dalam gamet dan zigot (Kusdiarti,
2006).
DAFTAR REFERENSI

Pai, A., 1992. Dasar-Dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat. Jakarta: Erlangga.

Russell, P., 1994. Foundamental of Genetics. New York: Harper Collins College
Publishers.

Sisunandar, 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto: UMP.

Suryo, 1994. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Anda mungkin juga menyukai