Anda di halaman 1dari 3

Nama : Tri vela karinada

NIM : 1402180072

1. Apakah yang dimaksud pajak pertambahan nilai (PPN), dan mengapa hal tersebut
dikenakan, apa dasar konep filosofinya?
Jawab : Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang/ jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dan hal ini dikenakan
karena untuk kegiatan impor, Ditjen Bea Cukai bertugas untuk memastikan importir telah
membayar PPN nya. ... Ketika PKP memungut PPN dari pembelinya, PKP harus membuat
bukti pungutan PPN yang disebut Faktur Pajak. Bagi penjual, PPN yang dipungut dari pembeli
akan menjadi PPN Keluaran (output tax).
PPN merupakan jenis pajak yang tidak langsung yang artinya adalah pajak tersebut disetor oleh
pihak lain pedagang yang bukan penanggung jawab pajak /dengan kata lain penanggung pajak
atau konsumen akhir tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
2. Apa yang menjadi subjek dan objek dari Pajak Pertambahan Nilai?
Jawab :

Subjek PPN :

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP), dimana PPN dipungut oleh PKP dalam hal:

 PKP melakukan penyerahan BKP


 PKP melakukan penyerahan JKP
 PKP melakukan ekspor BKP, ekspor BKP Tidak Berwujud, ekspor JKP

b. Non-PKP, dimana PPN akan tetap terutang meski yang melakukan kegiatan bukanlah
berstatus PKP, dalam hal:

 Impor BKP
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
 Melakukan kegiatan membangun sendiri

c. Orang pribadi yang memanfaatkan BKP/JKP di dalam daerah pabean Indonesia

Objek PPN :

a. Penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
b. Impor BKP (Barang Kena Pajak)
c. Penyerahan JKP (Jasa Kena Pajak) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
d. Pemanfaatan BKP tak terwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean maupun di dalam daerah pabean.
f. Ekspor BKP berwujud oleh PKP
g. Ekspor BKP tak berwujud oleh PKP
h. Ekspor JKP oleh PKP

3. Komodito apa saja yang dikecualikan dari PPN, atau tidak dikenakan PPN, menurut
anda mengapa hal tersebut diberlakukan?

Jawab :

Barang tidak kena PPN :


a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya. Diantaranya yaitu minyak tanah, hasbumi, panas bumi, batu permata, batu
kapur, garam batu, batu bara, biji perak, biji emas, dll.
b. Barang yang termasuk kedalam kebutuhan pokok. Diantaranya beras, jagung, garam,
daging belum diolah, telur,susu, buah buahan, sayur sayuran,dll.
Jasa tidak kena PPN :
a. Jasa pelayanan kesehatan medis diantaranya dokter umum, dokter spesialis, dokter
hewan, ahli kesehatan, psikiater, kebidanan, pengobatan alternative, dll
b. Jasa pelayanan social diantaranya panti asuhan, panti jompo, lembaga rehabilitasi,
pemakaman, pemadam kebakran, pemberian pertolongan pada kecelakaan, kecuali
yang bersifat komersial,dll
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko
d. Jasa keuangan diantaranya tabungan, menempatkan dana, meminjamkan dana, dll
e. Jasa keagamaan diantaranya jasa pelayanan ibadah, pemberian khotbah dan dakwah,
dll
f. Jasa pendidikan daintaranya pendidikan kedinasan, pendidikan luar sekolah, pendidikan
kesenian, pendidikan perguruan, pendidikan keagamaan, pendidikan akdemik, dll.
Alasannya kenapa hal tersebut diberlakukan karena status barang atau jasa adalah
Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP). Namun untuk barang tidak kena PPN, termasuk barang-
barang kebutuhan pokok, sejak awal ditetapkan sebagai barang tidak kena pajak sehingga tidak
wajib membuat faktur pajak.
4. Bagaimana cara kita menghitung PPN, jika transaksi harga barang sudah termasuk
PPN, dan harga barang belum termasuk PPN, jelaskan hal tersebut!
Jawab : PT. Nur menjual perangkat komputer dengan harga Rp15.000.000 dan tidak termasuk
PPN di dalamnya kepada PT. Pelita. Maka, DPP atas penjualan perangkat komputer tersebut
sebesar Rp11.000.000.

Nah, cara menghitung PPN atas pembelian tersebut adalah PPN terutang = 10% x
Rp11.000.000 = Rp1.100.000. Jadi, yang harus dibayar oleh PT. Pelita adalah sebesar
Rp12.100.000.

Lalu, bagaimana jika suatu transaksi sudah termasuk PPN? Bagaimana cara mencari DPP atas
transaksi tersebut? Mari simak kembali contoh kasus serta cara menghitung DPP PPN di
bawah ini.

Kasus:
PT. Kincir menjual perangkat komputer dengan harga Rp33.000.000 dan sudah termasuk PPN
ke Bendahara Dinas Kesehatan, maka berikut ini cara mencari tahu DPP atas perangkat
komputer tersebut.

DPP: 100/110 x Rp33.000.000 = Rp30.000.000

PPN terutangnya sebesar = 10% x Rp30.000.000 = Rp3.000.000

Maka dari itu, harga perangkat komputer tersebut memang sudah dikenai PPN sebesar 10%
atau Rp3.000.000.

5. Terhadap beberapa transaksi atau komoditas terkadang terdapat istilah PPN ditanggung
pemerintah, apa yang dimaksudkan dengan hal tersebut.

Jawab :

 Menteri Keuangan terbitkan peraturan terkait PPN yang ditanggung pemerintah atas
penyerahan minyak goreng di dalam negeri untuk Tahun Anggaran 2011 yakni PMK
Nomor 29/PMK.011/2011.
 Tujuannya untuk stabilisasi harga pangan dan perbaikan kualitas pangan.
 Anggaran yang dialokasikan untuk PPN ditanggung pemerintah sebesar
Rp250.000.000.000.
 Minyak goreng yang dimaksud adalah minyak goreng sawit curah yang tidak bermerek.
 PKP yang menyerahkan minyak sawit ini wajib menerbitkan faktur pajak dan dibubuhi
dengan cap “PPN Ditanggung Pemerintah Eks PMK Nomor 29/PMK.011/2011”.
 Namun, peraturan ini hanya berlaku sejak tanggal diundangkan hingga 31 Desember
2011.
 Kini minyak sawit curah sudah kembali dikenakan PPN. Hal tersebut juga diperkuat
dengan Pasal 1 PMK 116/PMK.010/2017 yang berisi barang yang tak dikenakan PPN
dan minyak sawit curah tidak tertera di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai