Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 1 STATSE GERONTIK

“KATZ INDEKS OF INDEPENDENCE IN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL)”

OLEH :

Nama : Susilawati Darwan

NIM: 19014104023

Profesi : Ners

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2020
A. Konsep Lanjut Usia (Lansia)
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah proses alamiah yang tidak dapat dihindari, semakin bertambah usia
fungsi tubuh mengalami kemunduran sehingga lansia lebih mudah terganggu
kesehatannya baik keadaan fisik maupun kesehatan jiwa karena keadaan fisik yang
mengalami kemunduran sehingga membuat lansia mengalami kecenderungan untuk
membutuhkan bantuan dalam hal memenuhi kebutuhan hari-harinya (Maryam
dkk,2008).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Contantanides, 1994). Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh ini disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalm
struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ. Perubahan perubahan tersebut
umumnya mengarah pada kemunduran fisik dan psikis sehingga akan berpengaruh
pada activity of daily living (Setiawan, 2009).

2. Klasifikasi Lansia
Adapun beberapa pendapat tentang batasan umur lansia yaitu:
1). Menurut World Health Organisation lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.
2). Klasifikasi pada lansia ada 5 (Maryam, 2008) yakni:
a. Pralansia (Prasenilis) = seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia = seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih Lansia resiko tinggi =
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial = lansia yang masih mampu melakukan aktivitas.
e. Lansia tidak potensial lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Departemen Kesehatan RI,
2003).

3. Karakteristik Lansia
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spritual, serta dari kondiri adaptif hingga kondisi
maladaftif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

4. Kebutuhan Hidup Lansia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Lansia juga memiliki kebutuhan hidup yang
sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lansia antara lain kebutuhan akan
makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang
sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai
banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan
pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia
agar dapat mandiri.

5. Perubahan-Perubahan Lansia
1). Perubahan fisik pada lansia menurut (Potter dan Perry, 2010)
a. Sel
Perubahan yang terjadi pada sel lansia adalah berkurangnya jumlah sel, ukuran sel
lebih besar, jumlah sel di otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, berat
otak berkurang 5-10 %.
b. Sistem pernafasan
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap
bunyi atau suara- suara atau nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
c. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi
suram menyebabkan gangguan penglihatan, menurunnya lapangan pandang dan
hilangnya daya akomodasi.
d. Sistem respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, kapasitas pernafasan
menurun, kedalaman bernafas menurun, jumlah alveoli berkurang dan melebar,
menurunnya aktivitas silia.
e. Sistem kardiovaskuler
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
f. Sistem gastrointestional
Indra pengecap menurun karena hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap, esofagus
melebar, sensitifitas lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah,
menciutnya ovarium dan uterus, pada lakilaki produksi sperma menurun berangsur-
angsur, selaput lendir vagina menurun.
g. Sistem integumentary
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar
dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar.
h. Sistem endokrin
Menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin (progesteron,
esterogen, tertosteron), berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH,LH.
i. Sistem muskuloskletal
Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, discus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mangalami sklerosis, otot-otot serabut mengecil.
2). Perubahan- perubahan mental
Perubahan mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa sikap yang semakin
egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu. Perlu
dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu
keinginan untuk berumur panjang, berharap tetap diberi peranan dalam masyarakat,
tetap berwibawa mempertahankan hak dan hartanya dan meninggal secara terhormat
(Nugroho,2008). Menurut Bandiah 2015, faktor-faktor yang memengaruhi
perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan.
3). Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yaitu nilai seseorang yang diukur dari produktivitasnyadan
peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang pensiun maka pendapatan berkurang
(kehilangan finansial), kehilangan status (jabatan/posisi),kehilangan relasi,
kehilangan kegiatan sehingga menimbulkan kesepian serta perubahan cara hidup
(Nugroho,2008). Hal tersebut sejalan dengan ungkapan oleh Netuveli, dkk (2006),
yaitu penghasilan berbanding lurus dengan status kesehatan seseorang, artinya orang
dengan kesejahteraan baik mempunyai status kesehatan yang baik juga.

6. Masalah Fisik pada Lansia (Bandiah, 2015)


a. Mudah jatuh
b. Mudah lelah
c. Nyeri dada
d. Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
e. Pembengkakan kaki bagian bawah
f. Nyeri pada sendi pinggul
g. Nyeri pinggang dan punggung
h. Sukar menahan buang air seni
i. Sukar menahan buang air besar
j. Gangguan ketajaman penglihatan
k. Gangguan pada pendengaran
l. Gangguan tidur
m. Keluhan pusing-pusing
n. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan pada anggota badan.
o. Mudah gatal-gatal

B. Kemandirian
1. Pengertian kemandirian
kemandirian lansia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup lansia dapat
dinilai dari kemampuan melakukan activity of daily living. Menurut Setiadi (2000),
Activity of Daily Living (ADL) ada 2 yaitu, ADL (Activity of Daily Living) standar
dan ADL (Activity of Daily Living) instrumental. ADL (Activity of Daily Living)
standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air
besar/kecil, dan mandi.Sedangkan ADL (Activity of Daily Living) instrumental
meliputi aktivitas yang kompleks seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon,
dan menggunakan uang. Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian
yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak bergantung pada orang lain
dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri
dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia


Menurut Depertemen Kesehatan Sosial Indonesia dalam Hardywinoto dan Setiabudhi
terdiri dari 2 faktor yaitu: faktor kesehatan dan faktor sosial.
1. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Faktor kesehatn
fisik yaitu kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap serangan
penyakit, sedangkan faktor kesehatan psikis yaitu penyesuaian terhadap kondisi
lanjut usia.
a. Kesehatan fisik
Kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-
penyakit degeneratif mulai menampakkan diri karena usia lanjut mengalami
menurunan fisik, pancaindra, potensi dan kapasitas intelektual (Depkes dan
Kesejahteraan Sosial, 2001). Sudah seharusnya lansia menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti kemampuan motorik yang
menurun sehingga menyebabkan usia lanjut menjadi lambat dan kurang aktif,
penurunan fungsi otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka
pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal
benda-benda, kegagalan dalam melakukan aktivitas, gangguan menyusun
rencana, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas
seharihari yang disebut dementia atau pikun (Depkes,2003), sehingga keluhan
yang terjadi adalah mudah kelelahan, mudah lupa, gangguan saluran
pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.

b. Kesehatan psikis
Masalah pisikologis yang dialami golongan lansia antara lain kebingungan
untuk memikirkan disebut dengan disengagement theory, yang berarti
penarikan diri dari masyarakat dan dari pribadinya satu sama lain
(Darmojo,2000).
2. Faktor sosial
Sosilisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan
hubungan kerja atau tibanya saat pensiun, sehingga teman sekerja yang biasanya
menjadi teman curhat segala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari,
apalagi kalau teman sebaya atau sekampung sudah lebih dahulu meninggalnya.
Umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena
mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber
kebahagian manusia umunya berasal dari hubungan sosial.
C. ADL (Activity of Daily Living)
1. Pengertian ADL (Activity of Daily Living)
ADL(Activity of Daily Living) adalah suatu kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-harinya secara mandiri

2. Klasifikasi ADL (Activity of Daily Living)


1. ADL (Activity of Daily Living) dasar yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya, meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting,
mandi dan berhias. Ada juga yang memasukan kontinensi buang air besar dan buang
air kecil dalam katagori ADL (Activity of Daily Living) ini.
2. ADL (Activity of Daily Living) instrumental yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-
hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telepon, mengelola uang kertas serta
hal-hal yang ada pada ADL (Activity of Daily Living) dasar.
3. ADL (Activity of Daily Living) vokasional yaitu ADL (Activity of Daily Living)
yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. ADL (Activity of Daily Living) non vokasional yaitu ADL (Activity of Daily
Living) yang bersifat rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang.

3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living)


Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk melakukan
activity of daily living tergantung pada beberapa faktor yaitu:
1. Umur dan status perkembangan Umur dan status perkembangan seorang klien
menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi
terhadap ketidakmampuan melaksanakana ctivity of daily living. Saat
perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan-lahan
berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of daily
living.
2. Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi
dalam activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan,
menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem
muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat
merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada
sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu
pemenuhan activity of daily living(Hardywinoto, 2007).
3. Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan
activity of daily living.Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi
kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian
dalam melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).
4. Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu
hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses
ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan
interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep
diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab
keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi,
gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat
mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living(Hardywinoto, 2007).
5. Tingkat Stress
Tingkat stress Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap
berbagaimacam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor),
dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan
tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi
seperti kehilangan.
6. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh
dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada
siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas
meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut
berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang
dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.
7. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status
mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu.
Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami
gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya (Hardywinoto, 2007).
8. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat
salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam
posyandu salah satunya adalah pemeliharan activity of daily living. Lansia yang
secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih
baik dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu (Pujiono, 2009).

4. Penilaian Activity Of Daily Living(ADL)


Penilaian ADL(Activity Of Daily Living) penting dalam rangka menetapkan level
bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang. Bila lansia
tidak dapat melakukan ADL (Activity Of Daily Living) instrumen secara mandiri
diperlukan peran perawat pembantu (caregiver).Dengan demikian, lansia diharapkan
dapat terus bersosialisasi (Tamher dan Noorkasiani, 2011). Terdapat sejumlah alat
atau instrument ukur yang telah teruji validitasnya untuk mengukur ADL(Activity Of
Daily Living) dasar salah satunya adalah indeks Katz.

D. KATZ Index
Indeks KATZ merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk melihat
kemampuan fungsional AKS (Aktifitas kehidupan sehari-hari). Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan mencoba memperoleh cara mengatasi
dan memperbaiki status fungsional dasar tersebut. Menurut Maryam (2008) dengan
menggunakan indeks kemandirian Katz untuk ADL(Activity Of Daily Living) yang
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal makan,
mandi,toileting,kontinen (BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi dan berpakaian.
Adapun aktifitas yang nilai dalam melakukan activity of daily living adalah Bathing,
Dressing, Toileting, Transferring, continence, dan feeding dengan penilaian sebagai
berikut:
1. Bathing/Mandi
Mandiri (1) : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya;
Bergantung (0): bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
2. Dressing/Berpakaian
Mandiri (1): mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancing/mengikat pakaian;
Bergantung (0): tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
3. Toileting
Mandiri (1): masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia
sendiri;
Bergantung (0): menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.
4. Transferring/Berpindah
Mandiri (1): berpindah dari tempat tidur, bangkit darikursi sendiri;
Bergantung (0): bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan sesuatu atau perpindahan.
5. Continence/Kontinen
Mandiri (1): BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.;
Bergantung (0): inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter dan
pispot, enema dan pembalut/pampers.
6. Feeding/Makanan
Mandiri (1): mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri;
Bergantung (0): bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali dan makan parenteral atau melalui Naso
Gastrointestinal Tube (NGT).
Pengkajian Tingkat Kemandirian dengan Indeks Katz

Aktivitas Skor (1 atau 0) Mandiri (Skor 1) Tanpa Tergantung (Skor 0) Dengan


pengawasan, pengarahan, atau pengawasan, pengarahan, dan
bantuan orang lain bantuan orang lain.
MANDI ( Skor 1) Melakukan mandi secara (Skor 0) Perlu bantuan lebih
Skor: mandiri atau memerlukan bantuan dari satu bagian tubuh, perlu
hanya untuk bagian tertentu saja bantuan total.
___________ misalnya
BERPAKAIAN Skor 1) Bisa memakai pakaian (Skor 0) Perlu bantuan lebih
Skor : sendiri, kadang perlu bantuan untuk dalam berpakaian atau bahkan
___________ menalikan sepatu. perlu bantuan total.
KE TOILET (Skor 1) Bisa pergi ke toilet sendiri, (Skor 0) Perlu bantuan dalam
Skor : mrmbuka melakukan BAB dan BAK eliminasi.
___________ sendiri.
BERPINDAH (Skor 1) Bisa berpindah tempat (Skor 0) Perlu bantuan dalam
Skor : sendiri tanpa bantuan, alat bantu berpindah dari bed ke kursi
__________ gerak diperkenankan. roda, bantuan dalam berjalan.
KONTINEN (Skor 1) Bisa mengontrol eliminasi. (Skor 0) Inkontinensia
Skor : sebagian atau total baik
__________ bladder maupun bowel.
MAKAN (Skor 1) Bisa melakukan makan (Skor 0) Perlu bantuan dalam
Skor : sendiri. Makanan dipersiapkan oleh makan, nutrisi parental.
__________ orang lain diperbolehkan.

Total skor :

6 = Tinggi (pasien mandiri)

0 = Rendah (pasien tergantung total)

Pembacaan hasil penilaian Activity of Daily Living


No Penilaian Kriteria
6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinen dan
makan.

5 Tergantung Mandiri dari semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari fungsi di atas.
paling ringan

4 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu fungsi lainnya
ringan

3 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
sedang fungsi lainnya.

2 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke
Berat toilet, dan satu fungsi lainnya

1 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, berpindah
paling berat tempat, pergi ke toilet dan satu fungsi lainnya.

0 Tergantung Tergantung pada 6 fungsi di atas.


total

Modifikasi indeks kemadirian KATZ menurut Maryam, R. Siti, dkk, 2011


No Aktifitas Mandiri Ketergantungan
1 Mandi dikamar mandi (menggosok,
membersihkan, dan mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan
mengenakannya
3 Memakan makanan yang telah disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan
diri (menyisir rambut, mencucui rambut,
menggosok gigi, mencukur kumis)
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan
mengeringkan daerah bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)
7 Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan
dan mengeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol mengeluarkan air kemih
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau ke luar
rungan tanpa alat bantu seperti tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapikan
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
kebutuhan keluarga
13 Mengelolah keuangan (menyimpan dan
menggunakan uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi untuk
bepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan
aturan (takaran obat dan waktu minum obat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan
uang, aktifitas social yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktifitas diwaktu luang (kegiatan
keagamaan, social, rekreasi, olahraga, dan
menyalurkan hobby)
Jumlah

Keterangan :

Point : 13-17 mandiri (mampu melakukan aktifitas dasar)

Point : 0-12 ketergantungan (kurang mampu melakukan aktifitas)

Daftar Pustaka

Bandiah, Siti. (2015). Lanjut Usia dan Perawatan Gerontik. Yogyakarta. NuhaMedica.

Darmojo, RB, Mariono, HH. (2004). Geriatrik: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut (Edisi ke-3). Jakarta.
Balai Penerbit FKUI.
Hardywinoto, Setiabudhi. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama. Kemenkes RI.
(2012). Situasi dan Analisa Lanjut Usia danGambaranKesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
Jakarta: Kemenkes. .

Maryam, R. Siti, dk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Ed 7. Indonesia:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai