OLEH :
NIM: 19014104023
Profesi : Ners
MANADO 2020
A. Konsep Lanjut Usia (Lansia)
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah proses alamiah yang tidak dapat dihindari, semakin bertambah usia
fungsi tubuh mengalami kemunduran sehingga lansia lebih mudah terganggu
kesehatannya baik keadaan fisik maupun kesehatan jiwa karena keadaan fisik yang
mengalami kemunduran sehingga membuat lansia mengalami kecenderungan untuk
membutuhkan bantuan dalam hal memenuhi kebutuhan hari-harinya (Maryam
dkk,2008).
2. Klasifikasi Lansia
Adapun beberapa pendapat tentang batasan umur lansia yaitu:
1). Menurut World Health Organisation lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.
2). Klasifikasi pada lansia ada 5 (Maryam, 2008) yakni:
a. Pralansia (Prasenilis) = seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia = seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih Lansia resiko tinggi =
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial = lansia yang masih mampu melakukan aktivitas.
e. Lansia tidak potensial lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Departemen Kesehatan RI,
2003).
3. Karakteristik Lansia
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spritual, serta dari kondiri adaptif hingga kondisi
maladaftif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
5. Perubahan-Perubahan Lansia
1). Perubahan fisik pada lansia menurut (Potter dan Perry, 2010)
a. Sel
Perubahan yang terjadi pada sel lansia adalah berkurangnya jumlah sel, ukuran sel
lebih besar, jumlah sel di otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, berat
otak berkurang 5-10 %.
b. Sistem pernafasan
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap
bunyi atau suara- suara atau nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
c. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi
suram menyebabkan gangguan penglihatan, menurunnya lapangan pandang dan
hilangnya daya akomodasi.
d. Sistem respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, kapasitas pernafasan
menurun, kedalaman bernafas menurun, jumlah alveoli berkurang dan melebar,
menurunnya aktivitas silia.
e. Sistem kardiovaskuler
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
f. Sistem gastrointestional
Indra pengecap menurun karena hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap, esofagus
melebar, sensitifitas lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah,
menciutnya ovarium dan uterus, pada lakilaki produksi sperma menurun berangsur-
angsur, selaput lendir vagina menurun.
g. Sistem integumentary
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar
dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar.
h. Sistem endokrin
Menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin (progesteron,
esterogen, tertosteron), berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH,LH.
i. Sistem muskuloskletal
Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, discus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mangalami sklerosis, otot-otot serabut mengecil.
2). Perubahan- perubahan mental
Perubahan mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa sikap yang semakin
egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu. Perlu
dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu
keinginan untuk berumur panjang, berharap tetap diberi peranan dalam masyarakat,
tetap berwibawa mempertahankan hak dan hartanya dan meninggal secara terhormat
(Nugroho,2008). Menurut Bandiah 2015, faktor-faktor yang memengaruhi
perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan.
3). Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yaitu nilai seseorang yang diukur dari produktivitasnyadan
peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang pensiun maka pendapatan berkurang
(kehilangan finansial), kehilangan status (jabatan/posisi),kehilangan relasi,
kehilangan kegiatan sehingga menimbulkan kesepian serta perubahan cara hidup
(Nugroho,2008). Hal tersebut sejalan dengan ungkapan oleh Netuveli, dkk (2006),
yaitu penghasilan berbanding lurus dengan status kesehatan seseorang, artinya orang
dengan kesejahteraan baik mempunyai status kesehatan yang baik juga.
B. Kemandirian
1. Pengertian kemandirian
kemandirian lansia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup lansia dapat
dinilai dari kemampuan melakukan activity of daily living. Menurut Setiadi (2000),
Activity of Daily Living (ADL) ada 2 yaitu, ADL (Activity of Daily Living) standar
dan ADL (Activity of Daily Living) instrumental. ADL (Activity of Daily Living)
standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air
besar/kecil, dan mandi.Sedangkan ADL (Activity of Daily Living) instrumental
meliputi aktivitas yang kompleks seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon,
dan menggunakan uang. Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian
yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak bergantung pada orang lain
dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri
dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004).
b. Kesehatan psikis
Masalah pisikologis yang dialami golongan lansia antara lain kebingungan
untuk memikirkan disebut dengan disengagement theory, yang berarti
penarikan diri dari masyarakat dan dari pribadinya satu sama lain
(Darmojo,2000).
2. Faktor sosial
Sosilisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan
hubungan kerja atau tibanya saat pensiun, sehingga teman sekerja yang biasanya
menjadi teman curhat segala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari,
apalagi kalau teman sebaya atau sekampung sudah lebih dahulu meninggalnya.
Umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena
mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber
kebahagian manusia umunya berasal dari hubungan sosial.
C. ADL (Activity of Daily Living)
1. Pengertian ADL (Activity of Daily Living)
ADL(Activity of Daily Living) adalah suatu kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-harinya secara mandiri
D. KATZ Index
Indeks KATZ merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk melihat
kemampuan fungsional AKS (Aktifitas kehidupan sehari-hari). Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan mencoba memperoleh cara mengatasi
dan memperbaiki status fungsional dasar tersebut. Menurut Maryam (2008) dengan
menggunakan indeks kemandirian Katz untuk ADL(Activity Of Daily Living) yang
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal makan,
mandi,toileting,kontinen (BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi dan berpakaian.
Adapun aktifitas yang nilai dalam melakukan activity of daily living adalah Bathing,
Dressing, Toileting, Transferring, continence, dan feeding dengan penilaian sebagai
berikut:
1. Bathing/Mandi
Mandiri (1) : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya;
Bergantung (0): bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
2. Dressing/Berpakaian
Mandiri (1): mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancing/mengikat pakaian;
Bergantung (0): tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
3. Toileting
Mandiri (1): masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia
sendiri;
Bergantung (0): menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.
4. Transferring/Berpindah
Mandiri (1): berpindah dari tempat tidur, bangkit darikursi sendiri;
Bergantung (0): bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan sesuatu atau perpindahan.
5. Continence/Kontinen
Mandiri (1): BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.;
Bergantung (0): inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter dan
pispot, enema dan pembalut/pampers.
6. Feeding/Makanan
Mandiri (1): mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri;
Bergantung (0): bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali dan makan parenteral atau melalui Naso
Gastrointestinal Tube (NGT).
Pengkajian Tingkat Kemandirian dengan Indeks Katz
Total skor :
5 Tergantung Mandiri dari semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari fungsi di atas.
paling ringan
4 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu fungsi lainnya
ringan
3 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
sedang fungsi lainnya.
2 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke
Berat toilet, dan satu fungsi lainnya
1 Tergantung Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, berpindah
paling berat tempat, pergi ke toilet dan satu fungsi lainnya.
Keterangan :
Daftar Pustaka
Bandiah, Siti. (2015). Lanjut Usia dan Perawatan Gerontik. Yogyakarta. NuhaMedica.
Darmojo, RB, Mariono, HH. (2004). Geriatrik: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut (Edisi ke-3). Jakarta.
Balai Penerbit FKUI.
Hardywinoto, Setiabudhi. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama. Kemenkes RI.
(2012). Situasi dan Analisa Lanjut Usia danGambaranKesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
Jakarta: Kemenkes. .
Maryam, R. Siti, dk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.