Anda di halaman 1dari 10

RESUME

PENGARUH KURS RUPIAH, BI RATE, NET FOREIGN FUND DAN INDEKS DOW JONES
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

Dosen Pengampu :

Dr. Gideon Setyo B, MSi,Ak,CA.

NAMA : MOCH YUSUF MULTAZAM ATTO’ILLAH


KELAS : B
NPM : 17013010089

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kurs rupiah merupakan salah satu indikator dalam menjadikan keputusan dalam
mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di pasar saham. Menurut Joesoef (2008:24), kurs
merupakan mata uang tertentu yang dapat ditukar dengan unit mata uang lain. Kurs dapat
mempengaruhi biaya operasional perusahaan, ketika rupiah terdepresiasi terhadap dollar maka biaya
bahan baku, hutang luar negeri dan operasional perusahaan yang menggunakan dollar akan menjadi
beban dan mengganggu pendapatannya, sehingga keuntungan yang didapatkan emiten dan investor
tidak maksimal. Ketika instrumen pasar modal dan kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak stabil
maka investor akan mengalihkan investasi di instrumen pasar modal dan akan membeli USD karena
dollar akan terapresiasi ketika rupiah melemah. Tidak hanya kurs rupiah, tingkat suku bunga
Indonesia juga merupakan salah satu indikator dalam keputusan berinvetasi.

Tingkat suku bunga di Indonesia atau dikenal dengan BI Rate juga menjadi indikator dalam
penentuan investasi, Menurut Bank Indonesia (Bank Indonesia, diakses pada tanggal 31 Juli 2017),
BI Rate adalah suku bunga yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) dan diumumkan kepada publik. BI Rate ditetapkan oleh Dewan
Gubenur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh
fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. BI rate sering
dijadikan indikator oleh para investor untuk sebagai keputusan investasi, ketika BI Rate mengalami
kenaikan maka investor akan menyimpan dananya pada bank dan tidak menginvestasikan pada
instrumen di pasar modal, tingkat suku bunga yang tinggi dan aman menjadi salah satu alasannya.
Tetapi jika BI Rate

Indonesia mencatatkan pertumbuhan terbesar diantara negara maju diatas yaitu 189.5%,
dan diikuti oleh Nasdaq (Amerika) yaitu 96.09%, Dowjones (Amerika) yaitu 43.01%, Hangseng
(Hongkong) yaitu 18.23%, Ftse (Inggris) yaitu 5.55%, dan Nikkei (Jepang) yaitu 1.31%. Semua
indeks diatas mengalami penurunan secara bersamaan pada tahun 2008 karena adanya krisis
global, dan mengalami penguatan yang berbeda-beda pasca krisis global (Indopremier, diakses
tanggal 31 Juli 2017)

Net Foreign Fund merupakan salah satu indikator dari faktor pergerakan IHSG, karena aliran
transaksi asing yang masuk ke IHSG ataupun keluar IHSG akan menjadi peluang atau ancaman bagi
para investor. Semakin baiknya keadaan makro dan mikro akan membuat capital inflow menjadi
besar sehingga terjadi peningkatan pembelian bersih asing (net buy) pada IHSG. Capital outflow
besar dirasakan global pada tahun 2008 sehingga banyak negara krisis karena capital outflow keluar
secara besar termasuk di Indonesia.
Pada krisis 2008, Indeks Dow Jones juga mengalami penurunan dan mengalami pemulihan
pada 2009 ketika Federal Reserve mengeluarkan stimulus yaitu Quantitative Easing. Indeks Dow
Jones merupakan salah satu dari tiga indeks utama dan tertua di Amerika Serikat (New York Stock
Exchange). Menurut Sunariyah (2006), Amerika Serikat sebagai salah satu negara tujuan ekspor
Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung ataupun
melalui pasar modal.

BAB 2 TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 kurs

Menurut Mishkin (2008:136) nilai tukar atau kurs adalah harga dari mata uang suatu negara
dalam harga mata uang dengan negara lainnya. Sedangkan menurut Hady (2013:366) bahwa kurs
atau valuta asing adalah mata uang asing dan atau alat pembayaran lain yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan
kurs resmi pada bank sentral. Dapat diartikan bahwa kurs adalah nilai atau harga mata uang negara
domestic terhadap negara lainnya ataupun sebaliknya.

2.1.2 BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, diakses pada
tanggal 12 April 2017). BI Rate diumumkan setiap bulan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
dalam rapat Dewan Gubernur bulanan, dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan
Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaaran operasional kebijakan moneter.

2.1.3 Net foreign fund

Menurut Nurbaeti (2010:19), Net Foreign Fund (aliran transaksi bersih dana asing) merupakan
salah satu persyaratan pertumbuhan ekonomi, dimana peningkatan pertumbuhan perekonomian
biasanya didorong oleh masuknya pendanaan asing capital inflow (aliran dana masuk) dan capital
outflow (aliran dana keluar) asing dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara, baik secara
investasi langsung ataupun investasi tidak langsung.
2.1.4 Indeks saham Dow Jones

Indeks saham Dow Jones atau yang biasa disebut Dow Jones Index adalah salah satu
indeks pasar saham di Amerika. Indeks saham Dow Jones ini didirikan oleh editor The Wall Street
Journal dan pendiri Dow Jones & Company, Charles Dow pada 26 Mei 1896. Indeks Dow Jones
merupakan indeks tertua di Amerika Serikat dan mulai diperkenalkan pada 26 Mei 1896 dengan
20 perusahaan industri, dan dikembangkan kembali pada tahun 1928 dengan memilih 30
perusahaan industri terbesar di Amerika Serikat yang sudah melakukan IPO (Initial Public
Offering) di Amerika Serikat. Pemilihan 30 perusahaan ini berdasarkan kemampuan perusahaan,
aktivitas ekonomi, pertumbuhan laba, dll. Terdapat 3 indeks saham utama di Amerika selain Dow
Jones, yaitu Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500.

2.1.5 Indeks harga saham gabungan

Indeks harga saham gabungan atau sering disebut Jakarta Composite Index menjadi salah satu
indikator dalam melihat pergerakan pasar saham di Indonesia. Agar IHSG dapat menggambarkan
pasar yang wajar, oleh karena itu Bursa efek Indonesia berhak untuk memasukan maupun
mengeluarkan salah satu saham untuk menggambarkan pergerakan IHSG.
2.2 PEMBAHASAN

2.2.1 Uji Multicoliniarity

Tabel 1. Uji Multicoliniarity

Variabel Toleransi VIF Deskripsi


Nilai tukar rupiah (X1) 0855 1.170 Bebas dari
multicoliniarity
pertumbuhan PDB (X2) 0190 5255 Bebas dari
multicoliniarity
DJIA (X3) 0195 5138 Bebas dari
multicoliniarity
Sumber: SPSS output diproses

Berdasarkan tabel 2 nilai DW-Test adalah sama dengan 0,714, dari nilai ini kita dapat
membandingkannya dengan nilai signifikan 5% dan sampel N = 48. Pada tabel Durbin-Wastson
nilai DL adalah 1,4064 dan DU adalah 1,6708 . Nilai DW lebih kecil dari nilai-nilai DU dan DL.
menunjukkan bahwa autocortellation positif terjadi. Jadi untuk mengatasi hal ini, menggunakan
metode Orcutt Cochrane untuk mengubah data sampai data dinyatakan bahwa tidak ada
autokorelasi. Jika autokorelasi terjadi, perlu untuk menyelesaikannya dengan cara transformasi
menggunakan berbagai metode, termasuk Durbin Watson meth- od, Theil-Nagar, atau Cochrane-
Orcutt (Statistik, 2016).

2.2.2 Uji Autocor hubungan

Meja 2. Uji Autocor hubungan

Variabel Durbin-Watson Deskripsi


Nilai tukar rupiah (X1)
pertumbuhan PDB (X2) 0714 Tidak ada
DJIA (X3) autokorelasi
positif
Sumber: SPSS output diproses

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan metode Orcutt Cochrane pada tabel 3, dapat
dilihat bahwa data tidak lagi terjadi autokorelasi antara variabel satu dengan variabel lainnya.
Karena nilai dU lebih kecil dari nilai DW dan nilai DW lebih kecil dari nilai 4 - DU (DU <DW> 4 -
DU).
2.2.3 Uji Autocor hubungan setelah data transfor med dan Beberapa Parameter Regresi Linear

Tabel 3. Uji Autocor hubungan setelah data transfor med


Variabel Durbin-Watson Deskripsi
Nilai tukar rupiah (X1)
pertumbuhan PDB (X2) 1786 Tidak ada
DJIA (X3) Autocorre-
lation

Sumber: SPSS output diproses

Tabel 4. Beberapa Parameter Regresi Linear


Koefisien unstandardixed
Model B std erorr
(Konstan) 1486.373 388.785
Nilai tukar rupiah 0009 0021
pertumbuhan GDP -2378 0803
Indeks Dow Jones (DJIA) 0317 0043

Sumber: SPSS output diproses


Dari model persamaan regresi linear, dapat dijelaskan sebagai berikut;

 Konstan (α). Nilai konstan (α) dari 1486.373 menunjukkan bahwa, jika tingkat rupiah tukar,
pertumbuhan PDB, dan indeks Dow Jones (DJIA) adalah konstan, indeks harga saham
gabungan adalah 1.486.373 unit.

 Koefisien (β1) Untuk Variabel Rupiah Tukar. Nilai koefisien regresi (β1) adalah 0,009. nilai
positif (β1) menunjukkan bahwa ada hubungan searah antara variabel Indeks Harga Saham (Y)
dan variabel nilai tukar rupiah yang berarti bahwa jika nilai tukar rupiah variabel meningkat
sebesar satu unit, Indeks Harga Saham Gabungan ( Y) akan meningkat sebesar 0,009 unit
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

 Koefisien (β2) Untuk Variabel Pertumbuhan PDB. Nilai koefisien regresi (β2) adalah -2378.
nilai negatif (β2) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan searah antara variabel Indeks Harga
Saham (Y) dan variabel pertumbuhan PDB, yang berarti jika variabel pertumbuhan PDB jatuh
oleh salah satu unit, Indeks Harga Saham Gabungan (Y) akan menurun -2378 unit dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan.

 Koefisien (β3) Untuk variabel Dow Jones Index (DJIA). Nilai koefisien regresi(Β3) adalah
0,317. Nilai positif (β3) menunjukkan bahwa ada hubungan searah antara variabel Indeks
Harga Saham (Y) dan variabel indeks Dow Jones (DJIA), yang berarti jika Dow Jones variabel
indeks meningkat satu unit, Komposit Indeks Harga saham (Y) akan meningkat sebesar 0,317
unit dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

2.2.4 Simultan Hubungan Var Analisis iance dan hipotesis Uji


 Berdasarkan tabel 5, itu menunjukkan bahwa nilai F yang dihitung adalah 42,937 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000 (kurang dari 0,05 atau 5%). Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi yang dihasilkan cocok untuk melihat efek dari kurs rupiah tukar, pertumbuhan PDB dan
indeks Dow Jones (DJIA) pada-komponen situs Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga simultan variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.

Tabel 5. Simultan Hubungan Var Analisis iance


Variabel F Sig Deskripsi
Nilai tukar rupiah (X1)
pertumbuhan PDB (X2) 42.937 0000 Penting
DJIA (X3)
Sumber: SPSS output diproses

Tabel 6. hipotesis Uji


Variabel nilai t Sig Deskripsi
Nilai tukar rupiah (X1) 0420 0675 H1 tidak diterima
pertumbuhan PDB (X2) -2960 0005 H2 Diterima
DJIA (X3) 7468 0000 H3 Diterima

Sumber: SPSS output diproses


 Berdasarkan tabel 6, dapat diartikan sebagai berikut:
 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada IHSG.Besarnya t-nilai adalah 0.420 dengan tingkat
signifikan 0,675 (lebih besar dari 5%). Dalam ac- cordance dengan ketentuan yang
ditetapkan, ini berarti bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh dan tidak signifikan pada
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang berarti bahwa peningkatan nilai tukar rupiah
tidak meningkatkan IHSG pada Indonesia Bursa Efek. Jadi hipotesis yang menyatakan
bahwa nilai tukar rupiah memiliki efek pada IHSG di Bursa Efek Indonesia belum terbukti
benar.

2.2.5 Diskusi

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, uji menunjukkan F bahwa model regresi yang
dihasilkan cocok untuk tingkat variabel rupiah tukar, pertumbuhan PDB, dan Dow Jones Index
(DJIA) pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) pada periode 2012-2015 dengan F-nilai
adalah 42.937 dengan tingkat signifikan 0,000 (kurang dari 5%). Selain itu, nilai R Square adalah
0,745, yang berarti bahwa 74,5% dari perubahan IHSG dapat dijelaskan oleh tiga bles varia-
independen, yaitu: nilai tukar rupiah, pertumbuhan PDB dan indeks Dow Jones (DJIA).
Sedangkan sisanya 25,5% dipengaruhi oleh penyebab lain di luar model regresi. Hal ini
disebabkan nilai tukar rupiah, pertumbuhan PDB, dan Dow Jones Index (DJIA) yang
menunjukkan berbagai nilai-nilai yang mempengaruhi kenaikan atau penurunan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).

 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu hasil penelitian
oleh Hismendi, et al. (2013) yang menunjukkan negatif dan berpengaruh signifikan. The
nega- tive tanda menunjukkan bahwa ketika kenaikan nilai tukar rupiah (rupiah
terdepresiasi), yang posite Communication Indeks Harga Saham menurun. Dan hasil
penelitian oleh Jayanti, et al. (2014) yang juga menunjukkan hasil negatif dan berpengaruh
signifikan, yang menunjukkan bahwa peningkatan mata uang asing (dolar lokal) terhadap
mata uang lokal (Rupiah) memiliki dampak negatif pada perusahaan yang memiliki utang
luar negeri karena biaya perusahaan dibebani lebih besar untuk membayar utang dalam
dolar AS, menyebabkan investor enggan untuk berinvestasi dan IHSG penurunan.

 Pengaruh Pertumbuhan PDB pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Hismendi et al. (2013) yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB mencerminkan pertumbuhan ekonomi, jika
pertumbuhan ekonomi membaik maka daya beli masyarakat meningkat dan investor
membeli saham untuk menanamkan modalnya sehingga IHSG meningkat.

 Pengaruh Dow Jones Index (DJIA) pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dow Jones Industrial Average memiliki efek
positif pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hal ini karena pengaruh Amerika
Serikat dalam perekonomian dunia memberikan informasi dan guncangan yang dapat
mempengaruhi keputusan pelaku pasa
BAB 3 PENUTUP/SUMMARY

 Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap IHSG dilakukan
dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap IHSG. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh
secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel IHSG dapat diterima.

 Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kurs rupiah tukar, pertumbuhan PDB, dan Dow
Jones Index (DJIA) pada indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia untuk periode
2012-2015, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan PDB dan Dow Jones Index (DJIA)
mempengaruhi pergerakan IHSG di bursa Indonesia. Sementara nilai tukar rupiah tidak
mempengaruhi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

 Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi, saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat
berguna untuk penelitian masa depan, yaitu
1) Tambah periode penelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
2) Untuk penelitian lebih lanjut, dipandang perlu untuk meninjau faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi pergerakan IHSG, misalnya faktor fundamental perusahaan seperti
keuntungan, kerugian, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai