Anda di halaman 1dari 29

KESEHATAN MASYARAKAT

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN


REPRODUKSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Konsep dasar asuhan komunitas
Semester IV yang diampu oleh Ni Komang Erny Astiti

Disusun oleh;

Ni Komang Diah Puspitasari (P07124018 019)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
karunia saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Pencemaran Lingkungan
Terhadap Kesehatan Reproduksi ” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan saya juga berterima kasih kepada ibu Ni Komang Erny Astiti selaku Dosen mata
kuliah Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.

Denpasar, 31 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan .............................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Berbagai Macam Pengrusakan Lingkungan ..................................................... 7
B. Pencemaran Lingkungan .................................................................................. 8
C. Definisi Pestisida ........................................................................................... 15
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ 21
BAB IV SIMPULAN ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup
mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini
banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia memanfaatkan sumberdaya
alam yang tersedia. Semakin banyak jumlah manusia, semakin banyak pula
sumberdaya alam yang digali, diolah dan dijadikan berbagai produk yang siap
digunakan (Luthfi, Achmad. 2004).
Dalam proses pengambilan, pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya
alam, terdapat sisa yang tidak digunakan. Sisa tersebut dibuang karena tidak
dibutuhkan yang disebut dengan limbah. Limbah tersebut dibuang ke lingkungan
sehingga masalah yang ditimbulkan merata dan menyebar luas di lingkungan.
Limbah yang biasanya menimbulkan masalah terhadap lingkungan antara lain
berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian, pertambangan dan rekreasi
(Dharmono, 2013).
Kerusakahan lingkungan akibat pencemaran terjadi dimana-mana yang
berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Bahkan pencemaran lingkungan menimbulkan berbagai dampak buruk
bagi manusia seperti penyakit dan bencana alam.
Karena itu, masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat
populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi

4
kita ini. Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat perlu
mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi
akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat
mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan (Luthfi, Achmad. 2004).
Permasalahan pencemaran lingkungan harus segera diatasi bersama
diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara di perkotaan,
kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan
lapisan ozon, kontaminasi zat radio aktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan ini, tentunya
kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses itu terjadi, akibat yang
dihasilkan dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu
sendiri.
Berhubungan dengan masalah pencemaran lingkungan, maka dalam hal ini
kami menyusun makalah “Pencemaran Lingkungan” agar mengetahui penyebab
pencemaran lingkungan terjadi, macam-macam dan dampak pencemaran
lingkungan, limbah sebagai sumber pencemar dan bagaimana cara
penanggulangannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dan faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan?
2. Apa saja macam-macam dan dampak dari pencemaran lingkungan?
3. Apa yang dimaksud dengan pestisida?
4. Apa dampak pestisida terhadap kesehatan reproduksi?

5
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dan faktor penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan
2. Untuk mengetahui macam-macam dan dampak dari pencemaran lingkungan
3. Untuk mengetahui definisi dari pestisida
4. Untuk mengetahui dampak pestisida terhadap kesehatan reproduksi

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Berbagai Macam Pengrusakan Lingkungan


Berbagai masalah kerusakan lingkungan yang banyak terjadi antara lain,
kerusakan hutan, erosi tanah, kepunahan satwa liar, kepunahan tumbuh-tumbuhan,
dan lain-lain.
1. Kerusakan Lingkungan Hidup oleh Faktor Alam
Bentuk kerusakan lingkungan yang disebabkan faktor alam pada umumnya merupakan
bencana alam, seperti letusan gunung api, banjir, abrasi, angin puting beliung, gempa
bumi, tsunami, dan sebagainya.
- Letusan gunung api sering terjadi di berbagai belahan bumi yang merupakan
jalur gunung api, seperti Indonesia. Peletusan gunung api ada yang lemah dan
ada yang kuat. Makin kuat letusan gunung api, makin besar kerusakan
lingkungan yang ditimbulkannya.
- Banjir sering pula disertai dengan tanah longsor telah mengakibatkan kerusakan
terhadap lingkungan kehidupan. Banjir telah mengakibatkan daerah
permukiman dan pertanian terendam sehingga banyak tanaman-tanaman mati,
jalan-jalan longsor, jembatan hancur, dan sebagainya.
- Kerusakan lingkungan hidup di tepi pantai disebabkan oleh adanya abrasi, yaitu
pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi secara alami.
- Peristiwa gempa bumi merupakan kekuatan alam yang berasal dari dalam bumi
dan dapat menyebabkan getaran di permukaan bumi. Gempa bumi sering terjadi
di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sehingga menimbulkan
kerusakan pada lingkungan.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup yang Disebabkan oleh Kegiatan Manusia
Proporsi kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia
sebetulnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh alam. Bentuk keruskan lingkungan yang disebabkan oleh

7
manusia di antaranya pencemaran sungai oleh limbah industri, penebangan
hutan secara massal dan ilegal, dan sebagainya.
- Penebangan-penebangan hutan untuk keperluan industri, lahan pertanian, dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
yang luar biasa. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi menyebabkan
timbulnya lahan kritis, ancaman terhadap kehidupan flora dan fauna, dan
kekeringan.
- Pencemaran lingkungan dapat terjadi terhadap air, tanah, dan udara. Pada
umumnya, pencemaran air dan tanah terjadi karena pembuangan limbah-limbah
industri dan biasanya terjadi di perkotaan. Adapun pencemaran terhadap udara
terjadi karena hasil pembakaran bahan bakar.
- Kasus-kasus pencemaran perairan telah sering terjadi karena pembuangan
limbah industri ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut.
- Kebocoran-kebocoran pada kapal-kapal tanker dan pipa-pipa minyak yang
menyebabkan tumpahan minyak ke dalam perairan menyebabkan kehidupan di
tempat itu terganggu, banyak ikan-ikan yang mati, tumbuh-tumbuhan yang
terkena genangan minyak pun akan musnah pula. Masyarakat yang mempunyai
mata pencarian menangkap ikan seperti nelayan terimbas pula dampak
negatifnya, yaitu berkurangnya jumlah tangkapan ikan yang mereka peroleh.
- Perladangan hutan secara liar oleh penduduk. Akibatnya keanekaan flora dan
fauna hutan menurun drastik, serta manfaat hutan bagi manusia pun terganggu
bahkan hilang sama sekali.
B. Pencemaran Lingkungan
Pengertian Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009,
pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energy, dana tau komponen lain ke dalam lignkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.

8
Sedangkan bila ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran
lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu
yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada dau rmateri, baik keadaan
struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia.
Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh
semua pihak, karena pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan
terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa
manusia (Luthfi, Achmad. 2004).
Faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagai
hasil sampingan perbuatan manusia meliputi (Luthfi, Achmad. 2004) :
1) Faktor Industrialisasi
a. Pertambangan, transportasi, penyulingan dan pengolahan
bahan hingga menghasilkan barang yang dapat digunakan.
b. Pertambangan, transportasi, penyulingan dan penggunaan
bahan bakar untuk menghasilkan energi.
c. Sisa-sisa buangan yang dihasilkan sebagai hasil sampingan
selama proses-proses di atas.
2) Faktor Urbanisasi
a. Pembukaan hutan untuk perkampungan, industri dan sistem
transportasi.
b. Penimbunan atau menumpuknya sisa-sisa buangan/sampah dan hasil
samping selama proses-proses di atas.
3) Perkembangan/pertumbuhan penduduk yang pesat
a. Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal/perumahan.
b. Meningkatnyakebutuhanpangandankebutuhanenergi.
c. Meningkatnya kebutuhan barang-barang konsumsi dan bahan-
bahan untuk hidup.
4) Faktor Cara Hidup

9
a. Penggunaan barang kebutuhan secara berlebihan sehingga terbuang
percuma.
b. Tuntutan akan kemewahan
c. Pemborosan energi
a. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan
1. Pencemaran Udara
Zat pencemarnya berupa oksidakarbin (CO,CO2), oksidanitrogen (NO,
NO2), oksidasulfur (SO2,SO3), hidrokarbon, bahan organik, partikel padat
(tanah, karbon, asbes, timbal), partikel cair (asam sulfat, asam nitrat, minyak,
pestisida), dan CFC (freon). Oksida belerang dan oksida nitrogen larut dalam
air hujan, sehingga menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat melarutkan
kapur dan semen pada patung dan dinding bangunan, menghambat
pertumbuhan dari tumbuhan dan merusakkan daun dan akar tumbuhan, dan
melarutkan garam-garam almunium. Akumulasi garam alumunium disungai
dan danau dapat membunuh ikan.Dalam keadaan udara tidak tercemar,secara
alami air hujan bersifat asam lemah karena merupakan larutan asam karbonat
(H2CO3) yang terbentuk ketika air hujan malarutkan karbon dioksida diudara.
Kabut asap di kota-kota besar seperti Jakarta di sebabkan oleh asap kendaraan
dan industri sehingga dapat mengiritasi mata dan paru-paru dan merusak
tumbuhan (Dharmono, 2013).
Gasfreon(CFC)adalah gas yang mencair jika dimanfaatkan, sehingga
dapat digunakan sebagai pendingin pada lemari es dan AC, bahan pendorong
dalam kaleng aerosol seperti pada parfum, catsemprot, hair spray (aerosol
propellant) dan sebagai pembentuk gelembung pada plastik busa
(foamingagents). Di lapisi stratosfer, radiasi ultraviolet akan memecah CFC
dan melepas kanradikalklorin (Cl). Atomklorin akan mengikat satu
atomoksigen dariozon membentuk klorinmonoksida. Klorinmonoksida bersifat
labil dan akan bereaksi dengan ozon lain membentuk gas oksigen dan

10
atomklorin. Ataomklorin secara berantai dan terus menerus memecah molekul
ozon, sedangkan ozon dilapisi strstosfer berfungsi menyaring dan menyerap
radiasi ultraviolet, sehingga makhluk hidup di bumi dapat terlindungi karena
radiasi ultraviolet dapat mengubah susunan basa purindan pirimidan pada DNA
(Dharmono, 2013).
Karbondioksida dapat menyebabkan efekrumah kaca jika kadarnya
di atmosfer meningkat dan meyebabkan peningkatan suhu bumi yang disebut
pemanasan global. Peningkatan kadar CO2 karena pembakaran bahan bakar
fosil (BBM, Batu bara) dan dehutanisasi. Karbondioksida memiliki
kemampuan menyerap radiasi inframerah dan menghalangi pantulan panas dari
permukaan bumi untuk lepas keluar angkasa dan memantulkannya kembali
kebumi (Dharmono, 2013).
Table 1
Beberapa Unsur Pencemaran Udara dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Manusia
No. Unsur Pencemar Dampak terhadap Manusia
1 Karbon monoksida (CO) Pusing, sakit kepala, mual, serangan
jantung, penglihatan kabur,
keseimbangan badan menurun, lemas,
pingsan, kematian.
2 Sulfur Dioksida (SOX) Iritasi mata, iritasi saluran pernapasan,
pandangan kabur, gejala penyakit
jantung.
3 Nitrogen Oksida (OX) Iritasi mata, kejang-kejang,
kelumpuhan, sulit bernapas, radang
ginjal, kanker paru-paru.
4 Hidrokarbon (hc) Iritasi mata, iritasi hidung, iritasi
tenggorokan, pusing, mual.

11
5 Timbal (Pb) Kekurangan darah, mengganggu fungsi
ginjal, kejang-kejang, gangguan system
syaraf dan otak, kelainan bayi dalam
kandungan.
6 Partikel Penyakit saluran pernapasan

2. Pencemaran Air
Sumber pencemaran air berasal dari limbah (efluen) industri, rumah
tangga, pasar, daerah pertanian, dan kebocoran tanker minyak. Zat
pencemar yang dapat masuk ke air, antara lain: bahan yang mengandung bibit
penyakit, bahan yang membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya,
bahan kimia anorgnik dari industri, limbah pupuk pertanian, bahan yang
tidak terlarut, endapan, bahan yang mengandung radio aktif dan panas.
Limbah-limbah tersebut dapat mencemari air karena di dalam komposisi
kimianya terdapat zat-zat berbahaya (logam berat dan bakteri), suhu dan pH
nya dapat mematikan organism di dalamnya, dan kemampuan untuk menyerap
oksigen dari air sangat besar sehingga organism di perairan menjadi
kekurangan oksigen. Dampak negatif pencemaran air antara lain: berubah
warna dan berbau busuk, biota air mati, penyakit kulit, muntaber, penyakit
minamata (kabyo), air tanah tercemar, dan terjadinya eutrofikasi.Air tanah yang
tercemar sangat sulit untuk dikembalikan menjadi air bersih karena airnya
tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai aerob, pengencerandan
penguraian polutan tidak dapat berjalan (Dharmono, 2013).
Eutrofikasi adalah meningkatkan nutrisi atau zat-zat makan diperairan
sehingga menjadi sangat subur dan menyebabkan pertumbuhan tanaman air
(eceng gondok) dan ganggang sangat subur. Eutrofikasi disebabkan akumulasi
ion nitrat dan ion pospat yang berasal dari limbah pupuk pertanian. Karena
jumlah tanaman air sangat banyak, proses penguraiannya memerlukan banyak

12
oksigen. Akibatnya perairan mengalami deoksigenasi (penurunan oksigen),
sehingga terjadi penguraian secara anaerob (pembusukan) yang menghasilkan
gas hydrogen sulfida. Untuk megetahui perairan tercemar atau tidak digunakan
parameter limbah yaitu uji pengukuran jumlah bakteri,uji kandungan oksigen
dengan BOD, COD,dan DO, uji kandungan bahan organic dan bahan
anorganik, tingkat kekeruhan, kandungan logam berat, dan derajat keasaman
(pH) limbah cair. Semakin tinggi BOD dan COD suatu perairan, maka semakin
tercemar perairan tersebut, sedangkan bila semakin rendah nilai DO (Dissolved
Oxygen, oksigen terlarut) maka semakin tercemar perairan tersebut
(Dharmono, 2013).

Tabel 2
Unsur Pencemaran air, Sumber, dan Dampaknya terhadap Manusia
Dampak terhadap
No. Unsur Pencemar Sumber
Manusia
Pabrik pipa plastic,
PVC, tambang Sakit pinggang dan tulang
1 Cadmium
timah hitam, punggung, gagal ginjal
tambang bijih seng
Kekurangan hormone
Industri kelenjar gondok, tekanan
2 Kobalt elektronika, darah tinggi, pergelangan
industry kimia kaki membengkak,
penyakit jantung

13
Sakit kepala, sukar
Pabrik plastic, menelan, penglihatan
Airraksa industry sabun dan kabur, daya dengar
3
(Hg/mercuri) kosmetika, menurun, gusi
aktivitas pertanian membengkak, diare,
cacat pada bayi
Kepala pusing, mual,
kerusakan hati dan ginjal,
4 Bahan insektida Aktivitas pertanian
kanker kulit, kanker paru-
paru, kanker hati

3. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah atau daratan terjadi jik ada bahan-bahan asing, baik
organik maupun anorganik, yang menyebabkan daratan atau tanah rusak.
Akibatnya, daratan tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan
manusia. Padahal jika daratan tersebut tidak mengalami kerusakan, maka dapat
digunakan untuk mendukung kehidupan manusia seperti untuk pertanian,
peternakan, kehutanan, pemukiman, dan lain-lain (Luthfi, Achmad. 2004).
Pencemarannya berupa sampah plastik dan kaca yang sulit terurai,
sampah organik, logam, kertas, kaleng, pupuk, detergen, dan pestisida yang
berasal dari limbah industri, tumah tangga, pertanian, dan pertambangan
(Dharmono, 2013).
Pupuk buatan, obat pembasmi hama seperti pestisida, herbisida, bila
digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah, merubah
sifat fisis, sifat kimia dan sifat biologis tanah, sehingga menganggu
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Sampah dan bahan buangan dan benda padat
yang makin meningkat jumlahnya dapat menjadi bahan penceman tanah,
apalagi yang sukar diuraikan oleh bakteri pengurai (Luthfi, Achmad. 2004).

14
Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia.
Banyak dari gas SO yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara
atau bensin berakhir dengan sulfat yang masuk ke dalam tanah atau
tertampung di atas tanah. Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak
limbah-limbah dari rembesan penumpukan tanah (landfill), kolam lumpur
(lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian
dari bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan
tempat pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi.
Mikroorganisme tanah melalui aktivtasnya dapat menghilangkan CO dari
atmosfir. Oleh karena itu tanah merupakan tempat penampungan dari karbon
monoksida (Luthfi, Achmad. 2004).
4. Pencemaran Suara (kebisingan)
Polutannya berupa suara bising yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, konser musik, dan pesawat terbang. Dampak negatifnya dapat
menimbulkan gangguan fisiologis seperti peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi, bertambahnya metabolism basal, gangguan psikologis seperti rasa
tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan gangguan emosi,
gangguan komunikasi, dan terjadinya ketulian.Tingkat kebisingan terjadi
apabila intensitas bunyi melampaui 50 desibel (dB) (Dharmono, 2013).
Dampak yang lainnya punahnya spesies,resistensi hama, resurjensi
(ledakan) populasi hama, kesuburan tanah berkurang, keracunan dan penyakit,
pemekatan hayati (biomagnification), terjadi penipisan lapisan ozon (lubang
ozon), dan efek rumah kacaserta pemanasan global (Dharmono, 2013).
C. Pengertian Pestisida
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan,menolak, memikat atau membasmi organisme pengganggu.
Nama ini berasal dari pest “hama” yang diberi akhiran cide “pembasmi”.
Sasarannya juga bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung,

15
mamalia, ikan atau mikroba yang dianggap mengganggu. Dalam bahasa sehari-
hari, pestisida seringkali disebut “racun”.
Pestisida adalah subtansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama disini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur),bakteri dan virus,kemudian
nematode (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya
untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Pestisida tidak saja
membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga
membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, (Diana, 2000).
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur
dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan
untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas
ambang ekonomi atau ambang kendali.
2.2 Peranan Pestisida Terhadap Sektor Pertanian
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan
terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vector (penular) penyakit
manusia dan binatang penganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang
perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan

16
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya. Berdasarkan ketahanannya di lingkungan.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad
pengganggu tanaman. Pestisida juga berperan sebagai salah satu komponen
pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati,
efisien untuk mengendalikan hama tertentu,mudah terurai dan aman bagi
lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan
berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan
pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa
perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu.
Cara lain untuk mengatasi jasad pengganggu selain menggunakan pestisida
kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat
dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu
melawan jasad penganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan
hasil (Sudarmo, 1991).
2.3 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
social yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya atau
suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan
dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi.
D. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Reproduksi
Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh

17
pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian
menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus
keracunan pestisida langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya
terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan
pestisida (Pan AP, 2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian
sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar,
bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pestisida juga
beresiko terkontaminasi pestisida.
Pestisida bisa dikatakan sebagai pencetus timbulnya kanker, tingkat
kesuburan menurun dan gangguan dari terhadap sistem kekebalan tubuh.
Kebijakan pertanian yang berorientasi pada ekspor, membuat semakin gencarnya
dibuka lahan-lahan perkebunan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta yang
sangat tergantung dengan penggunaan pestisida, buruh perkebunan dan
masyarakat tinggal di sekitar juga beresiko tinggi terpapar oleh pestisida. Pemilik
perkebunan dan perusahaan pestisida hanya memikirkan sudah berapa banyak
laba dan keuntungan yang diperoleh, tetapi tidak memikirkan dampak buruk
terhadap kesehatan dan kehancuran lingkungan ketika pestisida disemprotkan.
Peran Perempuan di Pertanian yang begitu besar membuat perempuan juga
dominan dan paling beresiko terhadap dampak pestisida. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Badan Pangan Dunia di perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO),
jumlah perempuan yang terlibat di sektor pertanian meningkat dari tahun ke
tahun. Jumlah tenaga kerja perempuan dalam sektor pertanian mengalami
peningkatan hampir empat kali lipat dari tahun 1960 sebanyak 7,43 juta menjadi
20,82 juta orang pada tahun 2000 (Data FAO, 2000). Meskipun FAO belum
pernah mengeluarkan data jumlah petani terutama petani perempuan yang terkena
dampak pestisida, namun ada beberapa studi terhadap kasus-kasus yang berkaitan
dengan dampak pestisida tersebut.
Di beberapa Negara Asia ditegaskan bahwa perempuan adalah pekerja utama
di pertanian dan perkebunan, yang berhubungan langsung dengan penggunaan

18
pestisida dalam pekerjaannya sehari-hari. Seperti di Malaysia, perempuan terlibat
di hampir 80 persen dari 50,000 dari pekerjaan umum dan terpaksa menjadi
pekerja di perkebunan, dengan sebanyak 30,000 orang yang aktif sebagai
penyemprot pestisida di sektor perkebunan sendiri.
Para pekerja di Malaysia sangat beresiko terpapar pestisida karena hampir
sehari-hari menggunakan pestisida seperti Paraquat, Methamidophos dan
Monocrotophos. Akibatnya, petani perempuan dan perempuan buruh perkebunan
banyak yang menderita penyakit dan mengalami gangguan kesehatan yang kronis
dan akut. Seperti kuku jari tangan yang membusuk, gatal-gatal, perut mual dan
nyeri, sakit punggung, pusing, nafas sesak, mata kabur/rabun, mudah marah, sakit
kepala, sesak di dada, bengkak, nyeri otot, rasa gatal kulit dan infeksi kulit,
bahkan timbulnya kanker.
Di India, pestisida menjadi penyebab utama yang telah membinasakan Hidup
penduduk desa Kasargod, Kerala. Di temukan bahwa selama dua setengah
decade, pestisida jenis endosulfan telah disemprotkan dilahan perkebunan
kacang-kacangan, pohon dan buah jambu monyet di beberapa desa daerah
Kasargod yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan di Kerala. Akibatnya
penduduk desa di sekitar perkebunan menderita berbagai macam penyakit dan
menderita gangguan kesehatan akibat terpapar pestisida endosulfan. Pada
umumnya adalah gangguan terhadap sistem reproduksi perempuan, seperti
kanker rahim dan kanker payudara. Ditemukan fakta anak-anak yang dilahirkan
mengalami cacat fisik, keterlambatan mental, serta kekebalan tubuh rendah.
Selain gangguan terhadap kesehatan, tidak kurang kerusakan yang terjadi
pada lingkungan yang berhasil dicatat adalah ditemukan ikan, lebah madu, kodok,
dan ternak unggas ayam yang mati. Sebuah penelitian lain di India
memperkirakan bahwa lebih dari 1000 orang pekerja di perkebunan ini telah
terpapar pestisida dalam kurun waktu antara agustus hingga desember 2001 dan
lebih dari 500 orang berakibat kematian, ternyata lebih dari setangah dari pekerja
tersebut adalah perempuan.

19
Mereka yang terpapar pestisida mengeluh mengalami gangguan mual,
gangguan usus, sakit dada, sulit bernafas, infeksi kulit, gangguan penglihatan dan
gangguan hormonal. Menurut suatu survey yang terbaru, bekas pekerja IRRI
mengalami gangguan serius seperti timbul bisul yang abdominal, bronchitis, rapu
tulang, radang paru-paru, kencing manis, kelumpuhan, gangguan jantung, radang
hati, hipertensi, kegagalan ginjal, Parkinsons, asam dan kanker.
Di Indonesia sendiri, menurut data pertanian tahun 2000 menyatakan 50,28%
dari total jumlah tenaga kerja di sektor pertanian atau sebesar 49,60 juta adalah
perempuan, kenyataannya masih sedikit penelitian terhadap tingkat pencemaran
yang ditimbulkan oleh pestisida baik itu pada proses pertanian maupun pada
produk makanan. Sehingga hanya beberapa kasus keracunan pestisida maupun
gangguan yang dialami disebabkan dampak pestisida yang terungkap.
Beberapa dari kasus gangguan terpapar pestisida yang ditemukan ternyata
sebagian besar penderitaannya adalah petani perempuan. Kasus keguguran
kehamilan yang dialami oleh salah seorang petani dari Sumatera Barat akibat
penggunaan pestisida Dursban yang dicampur dengan Atracol (Terompet No.5,
1993), menunjukkan fakta bahwa pestisida sangat berbahaya bagi perempuan
terutama bagi kesehatan reproduksinya. Pestisida dapat meracuni embrio bayi
dalam kandungan yang sama berbahaya seperti meracuni ibunya, bahkan yang
belih buruk lagi kerusakan dapat terjadi sebelum masa kehamilan. Perempuan
yang terkena pestisida masa awal kehamilan dapat mengakibatkan cacat pada
bayi.

20
BAB III
PEMBAHASAN

Jurnal : Hubungan Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan dengan Kejadian


Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/5957

Hasil Penelitian Jurnal


Pengaruh globalisasi pada dunia pertanian, menyebabkan ketergantungan petani
terhadap pengembangan pertanian konvensional menjadi pertanian modern. Salah satu
upaya yang dilakukan petani yaitu pengembangan sistem pertanian dengan penggunaan
pestisida, pupuk kimia, benih transgenic dan komersialisasi terhadap pertanian.
Pengembangan sistem pertanian tersebut berperan sangat besar terhadap kerusakan
lingkungan dan menimbulkan gangguan terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya.
Pengembangan sistem pertanian seperti ini sudah berlangsung lama, dimana sistem
pertanian dibuat untuk menjawab tantangan pasar global dengan cara penggalian secara
besar-besaran terhadap sumber daya agraria dalam peningkatan produksi pangan dunia.
Besarnya tuntutan untuk mendapatkan hasil pertanian dalam jumlah banyak dan
berkualitas (tidak terganggu hama) secara cepat, menyebabkan petani berlomba-lomba
menggunakan pestisida untuk mencegah tanaman terserang hama. Pestisida adalah
bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat atau mengganggu
organisme pengganggu.1 Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil
teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang
harus dilakukan karena pestisida termasuk salah satu bahan beracun.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan akan membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Keberadaan
pestisida dapat meningkatkan hasil pertanian sehingga kesejahteraan petani juga

21
meningkat. Namun disisi lain keberadaan pestisida adalah sumber bahaya yang dapat
menimbulkan kematian.
Hubungan Paparan Pestisida dengan Kejadian BBLR
Variabel-variabel tentang paparan pestisida yang berhubungan signifikan dengan
kejadian BBLR di Desa Pandean dan Girirejo Kecamatan Ngablak Magelang Jawa
Tengah Tahun 2011 secara bivariat adalah pekerjaan ibu sewaktu hamil berkaitan
dengan pestisida, lama paparan pestisida, frekuensi paparan pestisida dan pemakaian
alat pelindung diri. Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa ibu sewaktu hamil yang
melakukan pekerjaan berkaitan dengan pestisida sebesar 55,3%, ibu sewaktu hamil
terpapar lebih dari 2 jam pada setiap aplikasi pestisida sebesar 19,7% dan ibu sewaktu
hamil yang tidak lengkap menggunakan alat pelindung diri pada saat ada paparan
pestisida sebesar 22,4%. Pada analisis multivariat, variabel yang berhubungan
signifikan dengan kejadian BBLR adalah pekerjaan berkaitan dengan pestisida dan
lama paparan.
Pekerjaan yang berkaitan dengan pestisida berpeluang besar untuk menimbulkan
terjadinya keracunan pestisida. Pekerjaan ibu sewaktu hamil yang berkaitan dengan
pestisida adalah pekerjaan sebagai petani yang bekerja di bidang pertanian. Pekerjaan
di bidang pertanian berkaitan dengan sebagian besar petani menggunakan pestisida
dalam menggarap lahan dan melindungi tanaman dari serangan hama. Petani yang
melakukan pekerjaan berkaitan dengan pestisida akan menyebabkan mereka
berpeluang menderita keracunan pestisida yang dapat masuk melalui hidung, mulut
maupun kulit.
Pada umumnya seorang petani kurang menyadari bahwa mereka terpapar pestisida
yang dapat membahayakan kesehatan. Pestisida sering dianggap sesuatu hal biasa dan
dihadapi sehari-hari walaupun pestisida merupakan zat racun. Pujiono 32) menemukan
bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara pekerjaan pengelola pestisida dengan
keracunan pestisida di tempat penjualan pestisida.
Salah satu indikator terdapatnya keracunan pestisida dengan menurunnya aktivitas
cholinesterase. Penelitian Chahaya 18 menemukan terjadinya penurunan aktivitas

22
cholinesterase pada pekerjaan penyemprotan pestisida. Lama paparan pestisida juga
akan menurunkan aktivitas cholinesterase. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam
plasma darah seseorang karena keracunan pestisida akan berlangsung mulai dari
seseorang terpapar sampai 2 minggu berikutnya.
Selain itu lama pemaparan pestisida dan frekuensi paparan pestisida sangat berkaitan
dengan banyaknya pestisida yang masuk ke dalam tubuh. Semakin lama seseorang
terpapar dan semakin sering terpapar pestisida, maka akan semakin banyak pestisida
yang terakumulasi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena dengan lamanya terpapar,
maka akan semakin banyak pestisida yang dapat melekat pada kulit, terhirup oleh
hidung ataupun tertelan melalui mulut, sehingga pestisida akan masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah yang banyak. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun yang masuk ke
dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak. Seseorang yang
menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama bisa berbulan
atau bertahun. Efek racun pestisida paling ditakuti karena dapat bersifat karsinogenik
(pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenik (kerusakan genetik untuk
generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacat dari ibu yang
keracunan) dan Ibu Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)19
Mekanisme keracunan pestisida dapat terjadi farmakokinetik dan farmakodinamik.
Secara farmakokinetik inhibitor kolinesterase diabsorbsi secara cepat dan efektif
melalui mulut, pernafasan, mata dan kulit. Setelah diabsorbsi sebagian besar
dieksresikan dalam urin, hampir seluruhnya dalam bentuk metabolit. Metabolit dan
senyawa aslinya di dalam darah dan jaringan tubuh terikat pada protein. Enzim-enzim
hidrolitik dan oksidatif terlibat dalam metabolisme senyawa organofosfat dan
karbamat. Selang waktu antara absorpsi dengn ekskresi bervariasi. Secara
farmakodinamik yaitu Asetilkolin (ACh) adalah penghantar saraf yang berada pada
seluruh sistem saraf pusat (SSP), saraf otonom dan saraf somatik. Setelah masuk ke
dalam tubuh, pestisida golongan organofosfat dan karbamat akan mengikat enzim
asetilkolinesterase (AChe) sehinga AChe menjadi inaktif dan terjadi akumulasi
asetilkolin. Asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem

23
saraf pusat dan perifer. Kondisi ini menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang
berpengaruh pada seluruh tubuh dan berdampak luas.20
Kondisi ini ditunjang dengan tidak lengkapnya alat pelindung diri yang digunakan.
Sebagian besar responden tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan
tidak memenuhi standar. Tidak lengkapnya penggunaan APD pada ibu hamil sewaktu
bekerja di daerah pertanian akan meningkatkan pemaparan pestisida pada ibu hamil
tersebut baik melalui hidung, mata dan kulit saat bekerja. APD yang tidak lengkap akan
memperlama waktu kontak pestisida dengan kulit sehingga absorbsi pestisida melalui
kulit juga akan semakin banyak. Pujiono 17 menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara pemakaian APD dengan keracunan pestisida dengan P = 0,012.
Hasil penelitian Purba21menemukan hubungan signifikan antara persentase lemak
tubuh dengan kadar cholinesterase (P = 0,010). Peremupan mempunyai kandungan
lemak yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Perempuan yang sedang hamil, biasanya
mempunyai kadar lemak yang lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak hamil.
Dengan demikian adanya paparan pestisida dan lama paparan pestisida yang didukung
dengan tidak menggunakan APD secara lengkap akan mempertinggi dosis pestisida
yang terserap oleh tubuh ibu hamil. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh tubuh akan
terakumulasi dalam jaringan tubuh, protein, lemak dan tulang. Pestisida yang larut
dalam lemak, disimpan dalam tubuh untuk jangka waktu yang panjang. Kadar lemak
ibu hamil yang tinggi menyebabkan pestisida akan terakumulasi dalam lemak yang
pada akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan dari janin yang sedang dikandungnya.
Bahan aktif yang dikandung pestisida dapat menyebabkan terjadinya gangguan janin.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pajanan Chlorpyrifos salah satu bahan aktif
pestisida menyebabkan janin yang dikandung ibu mempunyai risiko 2,5 kali
mengalami gangguan tumbuh kembang (small size gestional age).
Gangguan tumbuh kembang pada janin yang dikandung ibu salah satu penyebab
terjadinya BBLR.
Berdasarkan analisis multivariat ditemukan bahwa seorang ibu hamil yang melakukan
pekerjaan berkaitan dengan pestisida dan lama pemaparan pestisida da berpeluang

24
62,86% untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Variabel yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian BBLR adalah pekerjaan yang berkaitan dengan
pestisida. Untuk mencegah kejadian bayi BBLR yang dilahirkan ibu yang mempunyai
pekerjaan sebagai petani, maka diharapkan selama masa kehamilan mengurangi
terpapar pestisida dengan cara tidak melakukan secara langsung pekerjaan yang
berkaitan dengan pestisida, menghindari berada di daerah pertanian pada saat ada
kegiatan penyemprotan dan selalu menggunakan alat pelindung diri lengkap ketika
berada di daerah pertanian.

Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan pengaruhnya terhadap rerata ukuran lingkar
kepala dan berat badan BBL berdasarkan riwayat pajanan pestisida yang dialami oleh
subjek penelitian.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan berkaitan pestisida pada ibu waktu hamil dengan kejadian BBLR Terdapat
hubungan yang signifikan antara lama paparan pestisida dengan kejadian BBLR
ditemukan perbedaan rerata ukuran lingkar kepala dan panjang badan bayi dari
kelompok terpajan dan tidak terpajan. Oleh karena itu wanita yang bekerja di bidang
pertanian perlu menggunakan alat perlindungan diri agar tidak terpajan. Kontrol atas
penggunaan pestisida agar sesuai dengan peraturan yang berlaku perlu dilakukan.
Semakin lama seorang ibu saat hamil terpapar pestisida, maka kemungkinan janin
mengalami BBLR pun semakin tinggi. janin yang terpapar bahan kimia berbahaya
melalui ibunya lebih rentan mengalami kerusakan seperti kondisi bibir sumbing, cacat
jantung, dan cacat lahir lainnya karena perkembangan otak dan tulang belakang yang
tidak sempurna.
Selain itu, paparan pestisida dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya lahir
prematur. Bayi yang lahir prematur memiliki sistem tubuh tidak sebaik bayi yang lahir
cukup bulan. Kelahiran prematur juga memiliki risiko bayi lahir mati (stillborn) yang
lebih tinggi.

25
Paparan pestisida yang terlalu sering saat masih dalam kandungan dapat memengaruhi
perkembangan otak janin saat usia anak-anak.

26
BAB III
SIMPULAN

Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami
perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Berdasarkan Undang-undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009, pencemaran
lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dana tau
komponen lain ke dalam lignkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Pestisida adalah subtansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama disini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur),bakteri dan virus,kemudian nematode (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya
untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Pestisida tidak saja
membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga
membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, (Diana, 2000).

27
A. Saran
1. Masyarakat
Dengan penulisan makalah ini, masyarakat agar lebih sadar akan pelestarian
lingkungan dan sebaiknya masyarakat menambah wawasan lingkungan yang
luas dalam menjaga kondisi lingkungan agar benar-benar jauh dari
pencemaran lingkungan.
2. Mahasiswa
Sebaiknya mahasiswa memperdalam wawasan lingkungan maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengarah pada pemeliharaan dan
pelestarian lingkungan agar dapat beretika atau bermoral lingkungan yang
tinggi sehingga jauh dari masalah lingkungan bahkan dapat mencegah masalah
lingkungan.
3. Makalah
Untuk makalah ini, agar lebih memperhatikan kata-kata yang kurang tepat dan
mengutamakan keselarasan pembahasan untuk perbaikan demi kesempurnaan
makalah yang akan datang.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Setiyobudi, Onny Setiani, Nur Endah W , Hubungan Paparan Pestisida pada
Masa Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) di
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, Vol. 12, No. 1, April 2013

Luthfi, Achmad. 2004. Modul Kim 08. Pencemaran Lingkungan. Bagian Proyek
Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Departemen Pendidikan Nasional.

29

Anda mungkin juga menyukai