Pembimbing:
dr. Herwanto Sp. A
Oleh:
Hartomas Bumiharjo
406182013
NIM : 406182013
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tarumanagara
Diajukan :
Mengetahui,
RS Sumber Waras
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM 406182013
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tarumanagara
Diajukan :
Mengetahui,
RS Sumber Waras
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 380C, dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
1
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. AKA
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : 1 Juni 2015
Usia : 3 tahun 9 bulan 19 hari
Pendidikan : Belum bersekolah
Alamat : Jl. Petojo no. 19 RT 05/06
Tanggal dan Jam Pemeriksaan : 19 Maret 2019, 10.00 WIB
Tanggal dan Jam Masuk RS : 19 Maret 2019, 08.00 WIB
No. RM : 66-39-83
2
III. Riwayat Penyakit Dahulu
V. Riwayat Perinatal
Merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara
Lahir cukup bulan (37-38 minggu) melalui persalinan normal
pervaginam
Selama kehamilan rutin kontrol kehamilan setiap bulannya di
puskesmas.
Tidak ada kondisi penyulit/penyakit selama hamil dan saat
melahirkan
Keadaan saat lahir: bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan,
langsung menangis, bergerak aktif, bernafas spontan.
PB/U : 0 – (2) SD
BB/U : 0 - (2) SD
BB/PB : 0 - (-1) SD
Kesan : Pertumbuhan sesuai dengan usia
Riwayat Perkembangan
Mengangkat kepala : usia 2 bulan
Tengkurap : usia 4 bulan
Duduk : usia 6 bulan
Berdiri : usia 9 bulan
Berjalan : usia 12 bulan
KPSP 42 bulan, jawaban Ya 9
Kesan : Perkembangan sesuai dengan usia
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: lemas
Nadi : 110 x/m, reguler, isi cukup, kuat angkat
Pernafasan : 24 x/m, reguler
Suhu : 38.5 0C
Saturasi O2 : 99%
Antropometri
BBI : 16 kg
BBS : 16,5 kg
PBS : 105 cm
WL :103%
WHO Antropometri
TB/U : 0 –(2) SD
BB/U : 0 – (2) SD
BB/TB : 0- (-1) SD
Pemeriksaan Fisik
Kepala : normocephali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, tidak teraba benjolan, tidak tampak kelainan pada kulit
kepala tidak teraba massa, ubun- ubun cekung (-)
Mata : pupil bulat, isokor 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+), konjunctiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : bentuk normal, deviasi (-), jejas (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), fistel aurikular(-
/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik (-/-)
Mulut: sianosis(-),stomatitis(-), mukosa oral basah warna merah muda,
lidah normal, atrofi papil lidah (-), gigi geligi lengkap, tidak ada karies
gigi, , tonsil T1-T1, detritus (-)
Leher : trakea di tengah, deviasi (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Paru-paru:
Abdomen :
Inspeksi: tampak datar, striae (-), sikatriks (-), massa (-), pelebaran vena (-
), jejas (-)
Auskultasi: BU (+) normal 7 kali/menit
Perkusi: timpani di seluruh abdomen
Palpasi: supel, defans muskular (-), NT (-) di seluruh lapang abdomen,
massa (-)
Anus dan genitalia: tidak diperiksa
Ekstremitas dan tulang belakang: akral hangat, edema(-), CRT <2s,
sianosis (-), tulang belakang normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
Kulit : dalam batas normal, turgor kulit baik, sianosis (-), petekie (-)
KGB : tidak teraba pembesaran KGB
Kesan :
Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella (+/+), achilles (+/+)
Refleks patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), schaeffer (-/-),
gordon (-/-)
Meningeal sign: kaku kuduk (-), Brudzinsky I-IV (-)
Normotomi, normotropi
Kekuatan dalam batas normal
N. Cranialis I-XII dalam batas normal
Hitung jenis
Basofil 0 0-1
Eosinophil 0 0-3
Batang 1 0-6
Segmen 79 (H) 50-70
Limfosit 16 (L) 20-40
Monosit 2 0-8
LED 9 0-20
Anti Sal Typhi Negative Negative
IgM
X. Resume
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 3 tahun 9 bulan
dengan keluhan kejang demam. Kejang terjadi saat demam tinggi.
Kejang terjadi kurang lebih selama 5 menit. Kejang terjadi seluruh
tubuh dengan mata mendelik ke atas. Kejang dirasakan seluruh tubuh
dengan tipe kejang kaku. Setelah kejang pasien langsung menangis.
Demam sudah berlangsung selama 1 hari. Saat diukur demam
mencapai 39.60C. Demam sudah diberi obat penurun panas, sempat
turun namun naik lagi.
Pasien juga mengalami mual muntah sejak 1 hari. Muntah sebanyak
2x. Muntah berisi makanan yang dimakan dan air. BAB dan BAK
normal. Nafsu makan dan minum baik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu yang mencapai 38.50C. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan neutrofil segmen dan penurun limfosit.
Diagnosis
Kejang Demam Sederhana e/c viral infection (R56.00)
XII. Pengkajian
a. Clinical Reasoning
b. Diagnosis Banding
Kejang Demam Kompleks
Other Viral Infection
c. Rencana Diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan elektrolit
Pemeriksaan EEG
f. Rencana Evaluasi
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 3 jam
Observasi kejang dan keluhan
g. Edukasi
XIII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
XIV. Kesimpulan
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 9 bulan dengan
keluhan kejang demam. Kejang terjadi saat demam tinggi. Kejang
terjadi kurang lebih selama 5 menit. Kejang terjadi di seluruh tubuh
dengan mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien langsung
menangis. Demam sudah berlangsung selama 1 hari. Saat diukur
demam mencapai 38.50C. Demam sudah diberi obat penurun panas,
sempat turun namun naik lagi.
Pasien juga mengalami mual muntah sejak 1 hari lalu. Muntah
sebanyak 2 kali. Muntah berisi makanan dan air. BAB dan BAK
normal. Nafsu makan dan minum baik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu yang mencapai 38.50C. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan neutrofil segmen dan penurunan limfosit.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
380C rectal) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.1
Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan
elektrolit dan metabolik lainnya.2 Bila ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam. Anak berumur antara
1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang sekali.
National Institute of Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3 bulan,
sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993) menggunakan
batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama
infeksi susunan saraf pusat.1
2. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun. 1 Telah
dilaporkan bahwa 1 dari 25 anak dalam suatu populasi setidaknya pernah
mengalami kejang demam sekali dalam hidupnya.3
Insiden tertingginya kira-kira terjadi pada usia 18 bulan. Jarang terjadi
pada usia di bawah 6 bulan atau setelah berumur 3 tahun.5
3. Etiologi
Penyebab pasti kejang demam sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang penting disini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan demam tinggi
sehingga mengakibatkan kejang demam, yaitu demam, infeksi saluran
pernafasan, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih.3
Faktor genetik juga berperan dalam kelainan kejang demam ini. Pada
anak yang memiliki orang tua dengan riwayat kejang demam maka anak
tersebut juga dapat mengalami kejang demam semasa hidupnya.2
Setiap anak juga memiliki suhu ambang kejang yang berbeda: ada yang
kejang pada suhu 380C, ada pula yang baru mengalami kejang pada suhu
400C.4
4. Klasifikasi
1) Kejang Demam Sederhana
2) Kejang Demam Kompleks
5. Gejala Klinis
1) Kejang Demam Sederhana
Kejang didahului dengan demam. Kejang berlangsung singkat (kurang
dari 15 menit), bentuknya kejang umum (tonik dan atau klonik), serta
tidak berulang dalam waktu 24 jam1,2
2) Kejang Demam Kompleks1,2
Kejang didahului dengan demam
Kejang berlangsung lama (> 15 menit)
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang fokal atau parsial
Kejang berulang lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam
6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya kejang demam sebenarnya belum terlalu jelas, namun
pada penilitian di hewan sudah dapat terjelaskan. Peningkatan suhu pada otak
akan menyebabkan gangguan pada fungsi otak termasuk kanal ion sensitif
suhu. Hal ini akan menstimulasi neuron-neuron dan menghasilkan aktivitas
neuron yang berlebihan sehingga terjadi kejang. Proses inflamasi yang terjadi
juga dapat menstimulasi sekresi sitokin-sitokin proinflamasi sehingga
mendukung untuk terjadinya kejang.5
Teori lain mengatakan bahwa demam dan hipertermia merupakan hal-
hal yang memicu terjadinya demam karena terdapat interleukin 1 β yang
dihasilkan oleh tubuh saat demam tinggi. Interleukin 1 β ini menyebabkan
peningkatan eksitabilitas neuron sehingga dapat menyebabkan kejang melalui
sistem GABA.5
Selain itu ada teori lain yang mengatakan kalau kondisi hiperteria ini
menyebabkan terjadinya hiperventilasi dan alkalosis sehingga menyebabkan
kejang saat demam.5
7. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis kejang demam maka perlu dilakukan anamnesis
untuk mencari tipe kejangnya (kejang umum atau parsial) serta durasi
kejangnya. Anamnesis juga berfungsi untuk mencari kemungkinan-
kemungkinan penyebab demam seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran
cerna, dan infeksi saluran kemih. Dari anamnesis juga dapat didapatkan
riwayat kejang demam pada saudara kandung atau orang tua kandung.6
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya tanda-tanda infeksi
saluran nafas, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Perlu
dilakukan pemeriksaan status neurologis untuk mencari apakah ada kelainan
neurologis setelah terjadi kejang demam.6
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjaka secara rutin pada kejang
demam tetaipi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indisikasi
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.7
Pemeriksaaan pungsi lumbal dapat dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru,
saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia
<12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum
baik.Indikasi pungsi lumbal adalah terdapat tanda & gejala rangsang
meningeal, terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis dan dapat menjadi pertimbangan jika pada anak
dengan kejang demam sebelumnya telah mendapat terapi antibiotik (tanda
dan gejala meningitis).7
Pemeriksaan EEG perlu dilakukan jika kejang yang terjadi bersifat
fokal. Namun untuk kejang demam sendiri biasanya jarang dilakukan.EEG
hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus kejang di
otak agar evaluasi lebih lanjut dapat dilakukan.7