Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN ANAK


Kejang Demam Sederhana

Pembimbing:
dr. Herwanto Sp. A

Oleh:
Hartomas Bumiharjo
406182013

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PERIODE 11 Maret 2019 – 19 Mei 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hartomas Bumiharjo

NIM : 406182013

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Tarumanagara

Tingkat : Program Studi Profesi Dokter (PSPD)

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Periode : 11 Maret 2019 – 19 Mei 2019

Pembimbing : dr.Herwanto Sp. A

Diajukan :

Telah diperiksa dan disahkan tanggal …………

Mengetahui,

Ketua KSM Ilmu Kesehatan Anak Pembimbing

RS Sumber Waras

dr. Lie Affendi K, Sp. A dr. Herwanto Sp. A

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hartomas Bumiharjo

NIM 406182013

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Tarumanagara

Tingkat : Program Studi Profesi Dokter (PSPD)

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Periode : 11 Maret 2019 – 19 Mei 2019

Pembimbing : dr.Herwanto, Sp. A

Diajukan :

Telah diperiksa dan disahkan tanggal …………

Mengetahui,

Supervisor Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Pembimbing

RS Sumber Waras

dr. Hendy Halim, M.Sc , Sp. A dr. Herwanto, Sp.A


PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 380C, dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Kejang demam terjadi pada 2-5 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun.


Telah dilaporkan bahwa 1 dari 25 anak dalam suatu populasi setidaknya pernah
mengalami kejang demam sekali dalam hidupnya. Insiden tertingginya kira-kira
terjadi pada usia 18 bulan. Jarang terjadi pada usia di bawah 6 bulan atau setelah
berumur 3 tahun.

1
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : An. AKA
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : 1 Juni 2015
Usia : 3 tahun 9 bulan 19 hari
Pendidikan : Belum bersekolah
Alamat : Jl. Petojo no. 19 RT 05/06
Tanggal dan Jam Pemeriksaan : 19 Maret 2019, 10.00 WIB
Tanggal dan Jam Masuk RS : 19 Maret 2019, 08.00 WIB

No. RM : 66-39-83

II. Riwayat Penyakit Sekarang


 Dilakukan alloanamnesis terhadap orang tua pasien pada tanggal
19 Maret 2019 pukul 10.00 WIB
 Keluhan Utama: Kejang 1x pagi SMRS
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dari IGD dengan keluhan kejang demam. Kejang
terjadi saat di rumah. Kejang terjadi kira-kira pukul 04.00 WIB (4
jam SMRS). Kejang terjadi kurang lebih selama 5 menit. Saat
kejang mata pasien mendelik ke atas. Kejang terjadi seluruh tubuh
dengan manifestasi kaku. Setelah kejang pasien langsung menangis.
Sebelum kejang, pasien memang ada demam. Demam sudah 1 hari.
Sudah diberi obat penurun panas namun sempat turun lalu naik lagi.
Saat diukur di rumah, demam terukur 39.60C. Selama demam pasien
merasa lemas dan males beraktivitas. Muntah sejak 1 hari yang lalu.
Frekuensi muntah 2x dengan konsistensi makanan yang dimakan
dan air. BAB dan BAK normal. Nafsu makan dan minum baik.

2
III. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah dirawat di RS pada usia 10 hari karena kuning

IV. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat kejang demam di keluarga

V. Riwayat Perinatal
 Merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara
 Lahir cukup bulan (37-38 minggu) melalui persalinan normal
pervaginam
 Selama kehamilan rutin kontrol kehamilan setiap bulannya di
puskesmas.
 Tidak ada kondisi penyulit/penyakit selama hamil dan saat
melahirkan
 Keadaan saat lahir: bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan,
langsung menangis, bergerak aktif, bernafas spontan.

VI. Riwayat Imunisasi


 Hepatitis B : usia 0,2,3,4 bulan
 BCG : usia 1 bulan (Scar + di lengan kanan atas)
 DPT : usia 2,3,4 bulan
 HiB : usia 2,3,4,18 bulan
 Polio : usia 0,2,3,4,18 bulan
 Campak : 9 bulan
Kesan : imunisasi lengkap sesuai dengan usia dan
sudah diboster pada usia 18 bulan
VII. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
 Riwayat Pertumbuhan
 BBL : 3400gr
 PBL : 49 cm
 BBS : 16,5 kg
 PBS : 105 cm
WHO Antropometri

 PB/U : 0 – (2) SD
 BB/U : 0 - (2) SD
 BB/PB : 0 - (-1) SD
Kesan : Pertumbuhan sesuai dengan usia
 Riwayat Perkembangan
 Mengangkat kepala : usia 2 bulan
 Tengkurap : usia 4 bulan
 Duduk : usia 6 bulan
 Berdiri : usia 9 bulan
 Berjalan : usia 12 bulan
 KPSP 42 bulan, jawaban Ya 9
Kesan : Perkembangan sesuai dengan usia

VIII. Riwayat Asupan Nutrisi


 ASI selama 24 bulan
 Susu formula selama 12 bulan
 MP-ASI mulai usia 6 bulan
 Makanan padat mulai usia 12 bulan
 Kebutuhan kalori : 1600 kkal/hari
 Kebutuhan protein : 24 gr/hari
 Kebutuhan cairan : 1325 ml/hari
 Food recall 1 x 24 jam pasien:
Waktu Jenis Makanan Kalori (kkal)
Pagi Susu (1gelas=200cc) 42 kkal
Roti (2potong) 264 kkal
Siang Bubur saring 1 porsi 178 kkal
Sup kentang wortel + ayam 250 kkal
Malam Bubur saring 1 porsi 178 kkal
Sup kentang wortel+ayam 250 kkal
Total 1162 Kkal

Kesan : Secara kuantitas dan kualitas belum mencukupi kebutuhan energi

IX. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pemeriksan fisik terhadap pasien pada tanggal 19 Maret
2019 pukul 10.15 WIB

Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum: lemas
 Nadi : 110 x/m, reguler, isi cukup, kuat angkat
 Pernafasan : 24 x/m, reguler
 Suhu : 38.5 0C
 Saturasi O2 : 99%

Antropometri

 BBI : 16 kg
 BBS : 16,5 kg
 PBS : 105 cm
 WL :103%
WHO Antropometri

 TB/U : 0 –(2) SD
 BB/U : 0 – (2) SD
 BB/TB : 0- (-1) SD

Pemeriksaan Fisik
 Kepala : normocephali, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, tidak teraba benjolan, tidak tampak kelainan pada kulit
kepala tidak teraba massa, ubun- ubun cekung (-)
 Mata : pupil bulat, isokor 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+), konjunctiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
 Hidung : bentuk normal, deviasi (-), jejas (-), napas cuping hidung (-)
 Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), fistel aurikular(-
/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik (-/-)
 Mulut: sianosis(-),stomatitis(-), mukosa oral basah warna merah muda,
lidah normal, atrofi papil lidah (-), gigi geligi lengkap, tidak ada karies
gigi, , tonsil T1-T1, detritus (-)
 Leher : trakea di tengah, deviasi (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Paru-paru:

 Inspeksi : bentuk normal, simetris (+/+), jejas (-),


retraksi dinding dada (-/-)
 Palpasi : tidak teraba massa (-), krepitasi (-)
 Perkusi : sonor di seluruh lapang paru, batas paru normal
 Auskultasi : vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :

 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS IV MCL sinistra
 Perkusi : dalam batas normal
 Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

 Inspeksi: tampak datar, striae (-), sikatriks (-), massa (-), pelebaran vena (-
), jejas (-)
 Auskultasi: BU (+) normal 7 kali/menit
 Perkusi: timpani di seluruh abdomen
 Palpasi: supel, defans muskular (-), NT (-) di seluruh lapang abdomen,
massa (-)
 Anus dan genitalia: tidak diperiksa
 Ekstremitas dan tulang belakang: akral hangat, edema(-), CRT <2s,
sianosis (-), tulang belakang normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
 Kulit : dalam batas normal, turgor kulit baik, sianosis (-), petekie (-)
 KGB : tidak teraba pembesaran KGB
Kesan :

Pemeriksaan Neurologis

 Refleks fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella (+/+), achilles (+/+)
 Refleks patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), schaeffer (-/-),
gordon (-/-)
 Meningeal sign: kaku kuduk (-), Brudzinsky I-IV (-)
 Normotomi, normotropi
 Kekuatan dalam batas normal
 N. Cranialis I-XII dalam batas normal

Kesan : pemeriksaan neurologis dalam batas normal


Pemeriksaan Penunjang

Hasil Nilai normal


Eritrosit 4,39 juta/μL 3.70 – 5.20

Haemoglobin 12.5 g/dL 10.7 – 14.7

Hematokrit 35,5% 35.0 – 43.0

Trombosit 199.000/μL 150 – 440

Leukosit 9000/μL 5.5 – 15.5

Hitung jenis
Basofil 0 0-1
Eosinophil 0 0-3
Batang 1 0-6
Segmen 79 (H) 50-70
Limfosit 16 (L) 20-40
Monosit 2 0-8

LED 9 0-20
Anti Sal Typhi Negative Negative
IgM
X. Resume
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 3 tahun 9 bulan
dengan keluhan kejang demam. Kejang terjadi saat demam tinggi.
Kejang terjadi kurang lebih selama 5 menit. Kejang terjadi seluruh
tubuh dengan mata mendelik ke atas. Kejang dirasakan seluruh tubuh
dengan tipe kejang kaku. Setelah kejang pasien langsung menangis.
Demam sudah berlangsung selama 1 hari. Saat diukur demam
mencapai 39.60C. Demam sudah diberi obat penurun panas, sempat
turun namun naik lagi.
Pasien juga mengalami mual muntah sejak 1 hari. Muntah sebanyak
2x. Muntah berisi makanan yang dimakan dan air. BAB dan BAK
normal. Nafsu makan dan minum baik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu yang mencapai 38.50C. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan neutrofil segmen dan penurun limfosit.

XI. Daftar Masalah/Diagnosa


 Daftar Masalah
 Kejang
 Demam 1 hari
 Peningkatan neutrofil segmen dan penurunan limfosit

 Diagnosis
 Kejang Demam Sederhana e/c viral infection (R56.00)
XII. Pengkajian
a. Clinical Reasoning

Pasien datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi selama


kurang lebih 5 menit. Kejang yang terjadi berupa kejang sekujur
tubuh. Saat kejang, mata pasien mendelik ke atas. Setelah kejang
pasien langsung menangis. Pasien hanya mengalami kejang 1 kali.

Sebelum kejang, pasien sudah ada demam selama 1 hari. Demam


yang terukur 38.50C. Saat diberi penurunan panas, demam sempat
turun namun naik lagi.

Maka dari itu, daapat ditegakkan diagnosis: Kejang Demam


Sederhana e/c viral infection

b. Diagnosis Banding
 Kejang Demam Kompleks
 Other Viral Infection
c. Rencana Diagnostik
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan elektrolit
 Pemeriksaan EEG

d. Rencana Terapi Farmakologi


 Diazepam 3 x 2 mg
Dosis : 0,3 mg/kgBB/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kgBB/kali; 5 mg untuk <12kg dan 10 mg untuk >12kg
 Paracetamol syrup 3 x 7,5 cc K/P
Dosis : 10-15 mg/kgBB/kali , 3-4 kali dalam 1 hari
 Pct drip 160mg/IV K/P jika demam ≥38,5oC

e. Rencana Terapi Non Farmakologi


 Kebutuhan cairan : 1325 ml/24 jam
 IVFD – KDN-1 1300 ml/24jam
 Oral on demand
 Kebutuhan kalori : 1600 kkal/hari
 Kebutuhan protein : 24 gr/hari
 Nasi+lauk 3 x1 dan selingan buah 2 x 1

f. Rencana Evaluasi
 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 3 jam
 Observasi kejang dan keluhan

g. Edukasi

Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai kejang demam

XIII. Prognosis
 Ad vitam : ad bonam
 Ad functionam : ad bonam
 Ad sanationam : ad bonam
XIV. Kesimpulan
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 9 bulan dengan
keluhan kejang demam. Kejang terjadi saat demam tinggi. Kejang
terjadi kurang lebih selama 5 menit. Kejang terjadi di seluruh tubuh
dengan mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien langsung
menangis. Demam sudah berlangsung selama 1 hari. Saat diukur
demam mencapai 38.50C. Demam sudah diberi obat penurun panas,
sempat turun namun naik lagi.
Pasien juga mengalami mual muntah sejak 1 hari lalu. Muntah
sebanyak 2 kali. Muntah berisi makanan dan air. BAB dan BAK
normal. Nafsu makan dan minum baik. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu yang mencapai 38.50C. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan neutrofil segmen dan penurunan limfosit.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas
380C rectal) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.1
Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan
elektrolit dan metabolik lainnya.2 Bila ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam. Anak berumur antara
1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang sekali.
National Institute of Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3 bulan,
sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993) menggunakan
batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, terutama
infeksi susunan saraf pusat.1
2. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5 % anak berumur 6 bulan – 5 tahun. 1 Telah
dilaporkan bahwa 1 dari 25 anak dalam suatu populasi setidaknya pernah
mengalami kejang demam sekali dalam hidupnya.3
Insiden tertingginya kira-kira terjadi pada usia 18 bulan. Jarang terjadi
pada usia di bawah 6 bulan atau setelah berumur 3 tahun.5
3. Etiologi
Penyebab pasti kejang demam sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang penting disini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan demam tinggi
sehingga mengakibatkan kejang demam, yaitu demam, infeksi saluran
pernafasan, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih.3
Faktor genetik juga berperan dalam kelainan kejang demam ini. Pada
anak yang memiliki orang tua dengan riwayat kejang demam maka anak
tersebut juga dapat mengalami kejang demam semasa hidupnya.2
Setiap anak juga memiliki suhu ambang kejang yang berbeda: ada yang
kejang pada suhu 380C, ada pula yang baru mengalami kejang pada suhu
400C.4
4. Klasifikasi
1) Kejang Demam Sederhana
2) Kejang Demam Kompleks
5. Gejala Klinis
1) Kejang Demam Sederhana
Kejang didahului dengan demam. Kejang berlangsung singkat (kurang
dari 15 menit), bentuknya kejang umum (tonik dan atau klonik), serta
tidak berulang dalam waktu 24 jam1,2
2) Kejang Demam Kompleks1,2
 Kejang didahului dengan demam
 Kejang berlangsung lama (> 15 menit)
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang fokal atau parsial
 Kejang berulang lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam
6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya kejang demam sebenarnya belum terlalu jelas, namun
pada penilitian di hewan sudah dapat terjelaskan. Peningkatan suhu pada otak
akan menyebabkan gangguan pada fungsi otak termasuk kanal ion sensitif
suhu. Hal ini akan menstimulasi neuron-neuron dan menghasilkan aktivitas
neuron yang berlebihan sehingga terjadi kejang. Proses inflamasi yang terjadi
juga dapat menstimulasi sekresi sitokin-sitokin proinflamasi sehingga
mendukung untuk terjadinya kejang.5
Teori lain mengatakan bahwa demam dan hipertermia merupakan hal-
hal yang memicu terjadinya demam karena terdapat interleukin 1 β yang
dihasilkan oleh tubuh saat demam tinggi. Interleukin 1 β ini menyebabkan
peningkatan eksitabilitas neuron sehingga dapat menyebabkan kejang melalui
sistem GABA.5
Selain itu ada teori lain yang mengatakan kalau kondisi hiperteria ini
menyebabkan terjadinya hiperventilasi dan alkalosis sehingga menyebabkan
kejang saat demam.5
7. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis kejang demam maka perlu dilakukan anamnesis
untuk mencari tipe kejangnya (kejang umum atau parsial) serta durasi
kejangnya. Anamnesis juga berfungsi untuk mencari kemungkinan-
kemungkinan penyebab demam seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran
cerna, dan infeksi saluran kemih. Dari anamnesis juga dapat didapatkan
riwayat kejang demam pada saudara kandung atau orang tua kandung.6
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya tanda-tanda infeksi
saluran nafas, infeksi saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Perlu
dilakukan pemeriksaan status neurologis untuk mencari apakah ada kelainan
neurologis setelah terjadi kejang demam.6
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjaka secara rutin pada kejang
demam tetaipi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indisikasi
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.7
Pemeriksaaan pungsi lumbal dapat dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru,
saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia
<12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum
baik.Indikasi pungsi lumbal adalah terdapat tanda & gejala rangsang
meningeal, terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan klinis dan dapat menjadi pertimbangan jika pada anak
dengan kejang demam sebelumnya telah mendapat terapi antibiotik (tanda
dan gejala meningitis).7
Pemeriksaan EEG perlu dilakukan jika kejang yang terjadi bersifat
fokal. Namun untuk kejang demam sendiri biasanya jarang dilakukan.EEG
hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus kejang di
otak agar evaluasi lebih lanjut dapat dilakukan.7

Pemeriksaan neuroimagin (CT-Scan atau MRI kepala) tidak rutin


dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana. Pemeriksaan tersebut
dilakukan bila terdapat indikasi, seperti kelainan neurologis fokal yang
menetap, misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.7
8. Tatalaksana (Kejang Demam, Epilepsi, Status Epileptikus)
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada waktu
pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam
keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlaha-
lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti
algoritma kejang pada umumnya.1
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital) adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.1

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti,


dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung
dari indikasi terapi antikonvulsan profilaksis. 1
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol
yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis
ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. 1
Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat
antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten
diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini: 1
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu
tubuh meningkat dengan cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi. 1
Pemberian obat antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan,
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek. 1
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan,
bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal
menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik yang
bersifat fokal. 1
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Pemakaian fenobarbital setiap hari
dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50%
kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,
terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2
dosis. 1
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumatan untuk
kejang demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat
anak tidak sedang demam1
9. Prognosis

Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan


sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan terdapat
gangguan recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama. Hal
tersebut menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi
menjadi kejang lama.1
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:1
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan
terjadinya kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, Mangunatmadja I, Handryastuti


S. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2016.
2. Mikati MA, Hani AJ. Febrile seizures. In: Kliegman RM, editor. Nelson
Textbook of Pediatrics. 20th ed., Elsevier; 2015, p. 2829-2831
3. Delpisheh A, Veisani Y, Sayehmiri K, Fayyazi A. Febrile seizures:
etiology, prevalence, and geographical variation. Iran J Child Neurol.
2014;8(3):30- 7.
4. Soebadi A. Kejang Demam: Tidak Seseram yang Dibayangkan. IDAI.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/kejang-demam-tidak-
seseram-yang-dibayangkan (accessed January 25, 2019).
5. Chung S. Febrile seizures. Korean J Pediatr. 2014;57(9):384-95.
6. Febrile Seizures Clinical Presentation. Sickle Cell Anemia Differential
Diagnoses 2018. https://emedicine.medscape.com/article/801500-
clinical#b1 (accessed January 25, 2019).
7. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Febrile Seizure.
Pediatr. 2011;127:389-94.
8. Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, Mangunatmadja I, Handryastuti
S. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016.

Anda mungkin juga menyukai