Anda di halaman 1dari 52

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi DM

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolic yang ditandai dengan

karakteristik hiperglikemia dan terjadi akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya keduanya, disebut diabetes tipe 1 (DMT 1) apabila terjadi defesiensi absolut

sekresi insulin (Chris tanto dkk 2014)

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglekimi

yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang

disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular dan

neuropati (Yuliana elin, 2009 )

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang umumnya terjadi pada dewasa

yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada

pasien. Namun, bergantung pada tipe diabetes mellitus dan usia pasien, kebutuhan dan

asuhan keperawatan dapat sangat berbeda (Pricilla LeMone dkk, 2016)


10

2.1.2 Etiologi DM

1. Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas

yang disebabkan oleh :

1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1

2) Faktor imunologi (autoimun)

3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan estruksi sel beta ( Nanda 2015)

2. Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM)

1) Obesitas obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh

tubuh insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek

metabolic

2) Usia cenderung meningkat diatas usia 65 tahun

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok Etnik (Swann Morton, 2013)

3. Diabetes mellitus malnutrisi

Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pancreas

4. Diabetes mellitus tipe lain

1) Penyakit Pankreas pancreatitis, Ca pancreas dll

2) Penyakit hormonal acromegali yang merangsang sekresi sek-sel beta sehingga

hiperaktif dan rusak


11

3) Obat-obatan

a) Aloxan, streptoxikin sitotoksi terhadap sel-sel beta

b) Derivate thiazide menurunkan sekresi insulin (Swann Morton, 2013)

2.1.3 Manifestasi Klinis DM

Menurut Restyana (2015), Gejala DM dibedakan menjadi akut dan kronik antara lain :

1. Gejala akut diabetes melitus yaitu :

1) Poliphagia (banyak makan)

Rasa lapar yang semakin besar timbul pada penderita diabetes mellitus karena

pasien mengalami keseimbangan kalori negative, sehingga timbul rasa lapar yang

sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.

2) Polidipsia (banyak minum)

Rasa haus sangat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar

melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa

haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa

haus itu penderita banyak minum

3) Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat

melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala diabetes mellitus dikarenakan

kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk

mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran

urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung

glukosa
12

4) nafsu makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat

Penyusutan berat badan pada pasien diabetes mellitus disebabkan karena tubuh

terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energy

5) mudah lelah

2. Gejala kronik diabetes melitus yaitu :

1) Kesemutan

2) kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum

3) rasa kebas di kulit

4) kram

5) kelelahan

6) mudah mengantuk

7) pandangan mulai kabur

8) gigi mudah goyah dan mudah lepas

9) kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi

10) pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau

dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.1.4 Klasifikasi Diabetes Mellitus

1. Diabetes mellitus tipe 1

DM tipe 1 seringkali terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja, bahkan pada usia

80-an tahun dan 90-an tahun. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemi ( kenaikan

kadar glukosa darah), pemecahan lemak dan protein dalam tubuh,dan pembentukan

ketosis ( penumpukan badan keton yang diproduksi selama oksidasi asam lemak).

Diabtes mellitus tipe I terjadi akibat kerusakan sel beta Islet Langerhans di pancreas.
13

Ketika sel beta rusak insulin tidak dapat lagi di produksi, laju kerusakan sel beta

berbeda-beda, biasanya lebih cepat pada bayi atau anak-anak dan lebih lambat pada

dewasa. Kerusakan sel beta memiliki predisposisi genetika dan juga dikaitkan dengan

faktor lingkungan yang belum jelas (Swann marton dan Englan B.s, 2013)

2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia

diatas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun. Sekitar 90-95%

penderita diabetes adalah tipe 2.

Pada diabetes tipe 2 pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya

buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk masuknya gula kedalam

sel. Akibatnya gula dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak perlu tambahan

suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki

insuli (Hans Tandra, 2018)

3. Diabetes pada kehamilan (gestational)

Diabetes yang hanya muncul pada saat disebut diabetes tipe gestasi atau gestational

diabetes. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil

yang menyebabkan resistensi insulin.

Catatan IDF tahun 2015 ada 20,9 juta orang yang terkena diabetes gestasi, atau 16,2

% dari ibu hamil dengan persalinan hidup, diabetes semcam ini biasanya baru diketahui

setelah kehamilan bulan keempat keatas, kebanyakan pada trimester ke tiga ( tiga bulan

terakhir kehamilan ). Setelah persalinan, pada umumnya gula darah akan kembali

normal (Hans Tandra, 2018)


14

4 Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya

kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu

sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin

secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat

mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali

dan sindrom genetik (ADA, 2015)

2.1.5 Patofisiologi DM

1. Patofisiologi diabetes tipe 1

Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena

sel-sel beta pakrean telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiprglikemia puasa terjadi

akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati, disamping itu glukosa yang

berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalm

darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial ( sesudah makan ). Jika konsentrasi

glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa

yang tersaring keluar, akibatnya semua glukosa tersebut muncul dalam urine

(glukosuria), ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan dalam urin ekskresi ini

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan

diurisis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan aciran yang berlebihan, pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus( polidipsia)

Defesiensi insulin juga mengganggu metabolism protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan, pasien dapat mengalami peningkatan selera

makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori gejala lainnya mencangkup


15

kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjutturut

menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak

yangproduksi badan keton yang merupakan produk samping pemecah lemak. Badan

keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila

jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan

tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, munta, hiperventilasi, nafas berbau

aseton dan bila tidak segera ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran(Swann

morton & Enlan BS, 2013)

2. Patofisiologi Diabetes mellitus tipe II

pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa didalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan

glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan

progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya

dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencangkup kelelahan,

iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, pandangan yang kabur (jika

kadar glukosanya sangat tinggi ) (Swann morton & Enlan BS, 2013)
16

3. patofisiologi diabetes gestasional

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang berlebihan saat

kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu

yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 )

2.1.6 Komplikasi DM

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan berbagai

macam komplikasi, antara lain :

1. Komplikasi metabolic akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam

yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek,

diantaranya:

1) Hipoglikemi

Hipoglikemia ( kadar gula darah rendah ) umum terjadi pada penyandang diabetes

mellitus tipen I dan terkadang terjadi pada penyandang diabetes nellitus tipe II

yang diobati dengan agens hipoglikemik oral tertentu. Kondisi ini sering kali

disebut syok insulin reaksi insulin attau penurunan pada pasien diabetes mellitus

tipe I. Hipoglikemia terutama disebabkan oleh ketidaksesuaian antara asupan

insulin, aktifitas fisik dan kurang tersedianya karbohidrat. ( Pricilla LeMone dkk

2016)

2) Ketosidosis diabetic

Ketosidosis diabetic ( Daiabetic ketoacidosis ) atau KAD adalah kegawat darurat

akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Kata keto

berasal dari kata ketone, yang merupakan hasil pemecahan lemak oleh tubuh.
17

Sedangkan acid adalah tanda menumpuknya asam did dalam darah karena adanya

keton, KAD sering terjadi pada diabetes tipe I akibat suntikan insulin berhenti atau

kurang padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan gula darah naik (Hans

Tandra, 2018)

3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan

hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price &

Wilson, 2016).

2. Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson (2016) dapat

berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada

pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya:

1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) Komplikasi pada pembuluh darah

kecil (mikrovaskuler) yaitu :

a) Kerusakan retina mata (Retinopati diabetic )

Retino pati diabetic adalah nama untuk perubahan di retina yang terjadi pada

penyandang diabetes mellitus. Struktur kapiler retina mengalami perubahan aliran

darah, yang menyeababkan iskemia retina dan kerusakan sawar retina-darah.

Retinopatik diabetek merupakan penyebab terbanyak kebutaan pada orang yang

berusia antara 20 dan 74 tahun ( CDC, 2007)

b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetic )

Nefropati diabetic adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan adanya albumin

dalam urine, hipertensi, edema dan insufisiensi ginjal progresif. Penyakit ini
18

menyebabkan 44% kasus baru penyakit ginjal stadium terminal : 40% pasien yang

membutuhkan dialysis atau transplantasi ( Porth dan Martfin, 2009 )

c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

Neuropati diabetic yang paling sering adalah neuropati perifer. Kerusakan ini

mengenai saraf perifer atau sarap tepi, yang biasanya berada dianggota gerak

bawah, yaitu kaki dan tungkai bawah ( Hans Tandra 2018)

2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke dan

risiko jantung koroner.

a) Penyakit jantung koroner

Makrosirkulasi ( Pembulu darah besar ) pada penyandang diabetes mellitus

mengalami perubahan akibat ateroklerosis : trombosit, sel darah merah dan faktor

pembekuan yang tidak normal : dan perubahan dinding erteri, faktor resiko lain

yang menimbulkan perkembangan penyakit makrovaskuler pada diabetes mellitus

adalah hipertensi , hiperlipedimia, merokok dan kegemukan. Perubahan system

vaskuler meningkatkan resiko komplikasi jangka panjang jantung koroner

( McPhee & Papadakis, 2009)

b) Penyakit serebrovaskuler

Penyandang diabetes mellitus, khususnya lansia dengan diabetes mellitus tipe II,

dua hingga empat kali lebih sering mrngalami stroke. Gejala yang ditimbulkan

seringkali mirip dengan gejala hipoglikemia atau HHS : penglihatan buram, bicara

pelo, lemah dan pusing ( Porth & martfin, 2009)


19

2.1.7 Faktor Risiko Diabetes Mellitus

Faktor resiko terjadianya DM tipe 2 menurut J. Majority ( 2015 ) adalah sebagai berikut

1. Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada

derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa

darah menjadi 200 mg

2. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak

tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada

sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga DM

Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa

bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen

resesif tersebut yang menderita DM.

4. Dislipedimia

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >

250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL

(< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien DM

5. Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah > 45 tahun.

6. Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram
20

7. Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini

sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal

terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau

saudara kandung mengalami penyakitini.

8. Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan

frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan

peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-

baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga

berperan dalam peningkatan DM tipe 2.

2.1.8 Pencegahan DM

1. Pengelolaan makan

Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah lemak jenuh,

diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko

DM. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu,

karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang

sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan

(Goldenberg dkk, 2013).


21

2. Aktifitas fisik

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu

selama 30 menit terdiri dari pemanasan ±15 menit dan pendinginan ±15 menit),

merupakan salah satu cara untuk mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu,

mengepel, berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan

dan menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main game komputer,

dan lainnya.

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti senam, jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan

jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan

kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalasmalasan (PERKENI, 2011)

3. Kontrol Kesehatan

Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui nilai kadar gula

darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya ada penanganan yang cepat

dan tepat saat terdiagnosa DM (Sugiarto & Suprihatin, 2012)

2.1.9 Diagnosa DM

Menurut Kemenkes (2013) Kriteria DM ditegakan bila

1. Nilai Gula Darah Sewaktu (GDS) > 200 mg/dl ditambah gejalah khas DM positif

( banyak makan, sering kencing, sering haus dan berat badan turun)

2. Nilai Gula Darah Puasa (GDA) > 126 mg/dl ditambah 4 gejala khas DM positif
22

3. Nilai GDPP >200 mg/dl meskipun nilai GDP <126 mg/dl dan atau keempat gejala

DM tidak semuanya positif.

4. TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu ) ditegakan bila nilai GDPP 140-199 mg/dl

5. GDP terganggu ( Gula Darah Puasa Terganggu ) menurut ADA ( America Diabetes

Association) 2011 ditegakan bila nilai GDP 100-125 mg/dl

2.1.10 Penatalaksanaan DM

Menurut Perkeni (2015 ) Penatalaksanaan DM adalah sebagai berikut :

1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian

dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan

DM secara holistic. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi

edukasi tingkat lanjutan

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM secara

komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari

anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan

keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi terapi nutrisi medis sebaiknya diberikan

sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang DM. Prinsip pengaturan makan pada

penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka
23

yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu

sendiri.

3. Jasmani Latihan

jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM apabila tidak disertai

adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara

secara teratur selama 30 menit. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa

darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 350 mg/dL dianjurkan

untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan

termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan

dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik

dengan intensitas sedang (50- 70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat,

senam, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan DM Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220

dengan usia pasien. Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis,

hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan

resistance training (latihan beban) sesuai dengan petunjuk dokter. Latihan jasmani

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan

jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada

penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan

disesuaikan dengan masing-masing individu.


24

4. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk

suntikan.

2.1.11 Pengobatan DM secara Islami

Saat ini, pola penangan DM baik tipe 1 maupun tipe 2 telah maju sedemikian pesat

terutama dalam hal terapi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan pola

makan dan latihan fisik. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini :

ِ‫ْب َد َوا ُء ال َّدا ِء بَ َرأَ بِإ ِ ْذ ِن هللا‬ ِ ُ‫ فَإ ِ َذا أ‬،‫لِ ُك ِّل دَا ٍء َد َوا ٌء‬
َ ‫صي‬

Artinya : “ Setiap penyakit ada obatnya jika obat itu tepat mengenai sasaran maka dengan

izin Allah penyakit itu sembuh” (HR.Muslim dan Ahmad )

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ada yang mengetahui obatnya dan ada

yang tidak mengetahuinya, ini artinya memang ada penyakit yang tidak diketahui atau

belum ditemukan obatnya sampai sekarang. Riwayat hadits tersebut sebagai berikut,

diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ َعلِ َمهُ َم ْن َعلِ َمهُ و َج ِهلَهُ َم ْن َج ِهلَه‬،‫إِ َّن هللاَ لَ ْم يَ ْن ِزلْ دَا ًء إِالَّ َوأَ ْن َزل لَهُ ِشفَا ًء‬

Artinya : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga

menurunkan obatnya. Ada orang yang mengetahui ada pula yang tidak mengetahuinya.”

(HR. Ahmad, shahih)


25

Hadist tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya setiap penyakit mempunyai obat

untuk dapat menyembuhkannya. Menurut Rusdi (2009) bahwa beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mencegah penyakit DM yaitu merubah pola makan dan dengan

membiasakan diri menjaga pola makan yang seimbang, dan memperbanyak melakukan

aktivitas fisik seperti melakukan olahraga setiap hari.

2.2 Kadar Gula Darah

2.2.1 Definisi Kadar Gula Darah

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam darah yang

konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah

sumber utama energi untuk sel- sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah bertahan

pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan

biasanya berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi

makanan (Mayes, 2009).

Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan

dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal pada pagi hari

setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70- 110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah

biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang

mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya (Price, 2008).

Kadar glukosa darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap

setelah usia 50 tahun, terutama pada orang- orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan

kadar glukosa darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan

insulin sehingga mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar glukosa darah menurun secara perlahan (Guyton, 2009).


26

2.2.2 Metabolisme Kadar Gula Darah

Menurut very (2008) metabolisme kadar gula darah dalam tubuh adalah sebagai berikut

Semua sel dengan tiada hentinya mendapatkan glukosa. Tubuh memperetahankan

kadar glukosa dalam darah yang konstan yaitu sekitar 80-100 mg/dL bagi dewasa dan 80-

90 mg/dL bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah sewaktu

kita tidur makan dan berkerja.

Proses ini disebut homeo ostatis glukosa. Kadar glukosa yang rendah yaitu

hipoglikemia dicega dengan pelepasan glukosa dari simpanan glokogen hati yang besar

melalui jalur glikogenolosis dan sentesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino

dihati yang jalur glukonegesis dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan

adipose apabila pasokan glukosa tidak mecukupi. Kadar glukosa darah yang paling tinggi

yaitu hiperglikemia dicegah oleh prubahan glukosa menjadi glikogen dan prubahan

glukosa menjadi triasilgliserol dijaringan adipose. Keseimbangan antar jaringan dalam

menggunakan dan menyimpan gluosa selam puasa dan makan terutama melalui hormone

homeostatis metabolic yaitu insulin dan glucagon

2.2.3 Faktror Yang Memepengaruhi Kadar Gula Darah

Menurut Depkes (2007) beberapa faktor yang dapat memepengaruhi kadar gula darah yaitu

1. Konsumsi karbohidrat

2. Aktivitas fisik

3. Penggunaan obat

4. Keadaan sakit

5. Stress

6. Siklus menstruasi
27

7. Dehidrasi

8. Konsumsi alcohol

2.2.4 Macam-macam Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Menurut Depkes (2007) macam-macam pemeriksaan kadar gula adalah adalah sebagai

berikut

1. Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan

makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut. Hasil normal jika

kadar gula darah tidak lebih dari 200 mg/dL

2. Gula Darah Puasa

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan gula darah yang dilakukan

setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam. Hasil normal jika kadar gula darah puasa

<100 mg/dL, prediabetes jika kadar gula dara puasa 100-125 mh/dL, dan diabetes jika

kadar gula darah puasa >126 mg/dL

3. Gula Darah Dua jam Setelah makan

Pemeriksaan glukosa dua jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan

dua jam dihitung setrelah pasien menyelsaikan makan. Hasil normal jika kadar gulan

darah dua jam setelah makan tidak lebih dari 200 mg/dL
28

Tabel.2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)

Kadar Gula Darah Bukan DM Pre DM DM


Sewaktu
Plasma Vena < 110 mg/dl 110 – 199 mg/dl ≥200 mg/dl
Darah Kapiler < 90 mg/dl 90 – 199 mg/dl ≥200 mg/dl

Puasa
Plasma Vena < 110 mg/dl 110 – 125 mg/dl ≥126 mg/dl
Darah Kapiler < 90 mg/dl 90 – 109 mg/dl ≥110 mg/dl
Sumber : (Perkeni,2011)

Tabel.2.2 SOP (Standar Operasional Prosedur) pemeriksaan gula darah

1.Pengertian 1. Pemeriksaan gula darah adalah salah satu jenis pemeriksaan


laboratorium untuk mendeteksi kadar gula di dalam darah dalam
kondisi sewaktu, puasa dan 2 jam postprandial,
2. Pemeriksaan gula darah dilakukan oleh analis laboratorium ,
perawat, dan bidan yang sudah terlatih sesuai tugas dan wewenang
keprofesian.
3. Pemeriksaan gula darah dilakukan dalam gedung puskesmas, Pustu,
Polindes dan Posbindu

2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui kadar gula


darah pada pasien

3.Kebijakan

4.Referensi Pedoman Prektik Laboratorium Yang benar Depkes RI Tahun 2010

5. Alat dan Bahan 1.Alat :


a) Glukometer
b) Stik Gula Darah
c) Lancet
d) Neirbeiken
2.Bahan :
a) Kapas alcohol
b) Handscoen

6. Prosedur 1. Petugas mencuci tangan,


2. Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan,
3. Petugas menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan,
4. Petugas memakai handscoeen,
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin
6. Pasang stik gula darah pada alatglukomete,
7. Petugas membersihkan areapenusukan menggunakan kapas
alcohol,
8. Petugas menusukkan lanset di jari tangan pasien,
9. Petugas meletakkan stik gula darah di jari tangan pasien,
29

10. Menutup bekas tusukan dengan kapas alcohol,


11. Alat glukometer akan berbunyi
12. Petugas membaca hasil dan menulis di form laboratorium.
13. Petugas memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai,
14. Petugas membuang limbah padat pada tempat sampah infeksius.
15. Petugas memberikan hasil labotaroim dalam amplop tertutup
kepada pasien,
16. Petugas merapikan alat dan bahan,
17. Petugas mencuci tangan.

7. Hal-Hal yang Kondisi glukometer


perlu diperhatikan

8. Unit terkait 1. UGD


2. Poli Umum
3. Poli Gigi
4. Rawat Inap
5. Ruang KIA KB
6. Puskesmas Pembantu

9. Dokumen terkait Form permintaan lab

Sumber : (Depkes, 2010)

2.3 Senam Diabetes

2.3.1 Definisi Senam Diabetes

Menurut Persadia dalam Sinaga & Hondro (2012) senam diabetes adalah senam fisik

yang dirancang khusus untuk pasien diabetes mellitus dan merupakan bagian dari

pengobatan diabetes mellitus. Seanam diabetes merupakan latihan fisik sebagai upaya

mencegah dan mengontrol DM, bahwa secara lansung latihan fisik atau jasmani dapat

menyebabkan penurunan glukosa darah ( Unairawati,2011). Senam diabetes ditujukan

khusus kepada penderita DM dimana gerakan menyenangkan dan tidak membosankan

serta dapat diikuti oleh semua kelompok umur (Rachmawati,2010). Senam ini dibuat oleh

para spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya adalah rehabilitasi medis,

penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam ( Sumarni dalam

Sinaga & Hondro, 2012)


30

2.3.2 Fisiologi

Kegiatan fisik dinamik yang melibatkan kelompok otot-otot utama akan

meningkatkan ambilan oksigen sebesar 15-20 kali lipat karena peningkatan laju metabolic

pada otot yang aktif. Ventilasi Pulmmuner dapat mencapai 100 L / menit dan curah jantung

meningkat hingga 20-30 L / menit untuk memenuhi kebutuhan otot yang aktif. Terjadi

dilatasi anterior maupun kapiler yang menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka

sehingga reseptor insulin lebih banyak dan lebih aktif atau lebih peka ( Sudoyo dalam

Damayanti, 2015). Kepekaan reseptor insulin berlangsung lama bahkan sampai latihan

telah berakhir. Jaringan otot yang aktif atau peka insulin disebut jaringan non insulin

dependent dan jaringan otot pada kesadaan istirahat membutuhkan insulin untuk

menyimpan glukosa, sehingga disebut jaringan insulin dependent. Pada fase pemulihan

post-exercise terjadi pengisian kembali cadangan glikogen otot dan hepar. Aktivitas

glikogenik berlangsung terus sampai 12-24 jam post-exercise. Menyebabkan glukosa

darah kembali normal (Sugondo dalam Damayanti 2015).

Glukosa merupakan sumber energy selama latihan fisik berlangsung yang diperoleh

dari proses glikogenolisis (pemecahan glikogen hepar ). Bila latihan terus berlangsung

lebih dari 30 menit maka sumber energy utama menjadi asam lemak bebas yang berasal

dari lipolisis jaringan adipose. Tersedianya glukosa dan asam lemak bebas diatur oleh

berbagai macam hormone terutama insulin, juga katekolamin, kortisol, glucagon dan

growth hormon ( GH). Selama latihan jasmani sekresi glucagon meningkat, juga

katekolamin untuk meningkatkan glikogenilisis, selain itu juga kortisol yang meningkatkan

katabolisme protein, membebaskan asam amino yang digunakan pada glukoneogenesis,.

Semua mekanisme tersebut menimbulkan meningkatnya kadar glukosa darah ( Sugondo


31

dalam Damayanti, 2015). Peningkatan glukosa darah ( hiperglikemia) dan benda keton

( ketosis) dapat terjadi selama latihan jasmani pada pasien DM dengan glukosa darah yang

tidak terkontrol. Pada penelitian didapatkan latihan jasmani berbahaya pada keadaan

glukosa darah lebih dari 350 mg/ dl akibat peningkatan glucagon plasma dan kortisol yang

menyebabkan benda benda keton. Latihan jasmani sebaiknya dilakuakn pada kadar glukosa

darah tidak lebih 350 mg/dl (Sudoyo dalam damayanti , 2015). Sebaiknya hipoglikemia

selam latihan jasmani dapat terjadi pada penderita yang mendapatkan terapi insulin, obat

oral antidiabetik dan tidak adanya intake makanan sebelum latihan jasmani berlangsung

( Damaynti, 2015)

2.3.3 Menfaat senam diabetes

1. Glukosa darah terkontrol

Pada DM tipe 2 latihan jasmani berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa

darah. Masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respon terhadap insulin

( Resistensi insulin). Adanya gangguan tersebut menyebabkan insulin tidak dapat

membantu transfer glukosa kedalam sel. Permeabilitas membran meningkat pada otot

yang berkontraksi sehingga saat latihan jasmani resistensi insulin berkurang sementara

sesitivitas insulin meningkat. Latihan jasmani yang teratur dapat memperbaiki

pengaturan kadar glukosa darah dan sel. (Soegondo dalam Damayanti, 2015 ). Pada

saat seseorang melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan

kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang

kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolism dan susunan saraf otonom. Dimana

glukosa yang disimpan dalam otot dan hati sebagia glikogen, glikogen cepat diakses

untuk dipergunakan sebagai sumber energy pada latihan jasmani terutama pada
32

beberapa atau permulaan latihann jasmani dimulai setelah melakukan latihan jasmani

10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali dalam kebutuhan biasa. Setelah 60

menit akan meningkat sampai 35 kali ( Damayanti, 2015). Dimana setelah bebrapa

menit berlangsung tubuh akan mengompensasi energy dan lemak. Latihan jasmani

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesehatan jasmani ( Damayanti. 2015 )

Penurunan kadar gula darah responden juga dipengaruhi tercapainya intensitas

yang baik selama intervensi senam dilakukan. Intensitas senam dapat dinilai dari

target nadi, tekanan darah dan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah senam.

Kondisi ini sesuai dengan konsef yang menyatakan latihan akan bermenfaat jika

mencapai kondisi optimal yaitu tekan darah setelah latihan tidak lebih dari 180 mmHg

dan denyut nadi mencapai 70-90% MHR. Jika kurang dari 60 % latihan kurang

bermenfaat dan jika lebih dari 79 % akan membahyakan kesehatan pasien

( Damayanti, 2015 ). Diagnosis DM ditegakan jika kadar glukosa darah puasa > 126

mg/dl ( Soegondo dalam Damayanti, 2015 ). Sesudah latihan jasmani pada pasien usia

lanjut usia termasuk cukup baik jika kadar glukosa darahnya 140-180 mg/dl

( Damayanti, 2015)

Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi lebih baik dan yang

kurang opitamal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek yang dihasilkan dari latihan

jasmani setelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena itu memperoleh efek tersebut latihan

jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali. Penderita diabetes

diperbolehkan melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kuran 350 mg/dl . jika

kadar glukosa diatas 350 mg/dl pada waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan
33

atau pembakaran lemak akibat pemakaian glukosa terganggu, hal ini mebahayakan

tubuh dan dapat emnyebakan terjadinya komaketoasidosis ( Damayanti, 2015)

2. Faktor resiko penyakit kardio vaskuler dihambat/ diperbaiki

Latihan jasmani dapat membantu memperbaiki perofil lemak darah, menurunkan

kolestrol total, lowdansity lipoprotein (LDL ), trigliserida dann menaikan haig density

lipoprotein (HDL ) 45 - 46% serta memperbaiki system hemostatik dan tekanan darah

( Damayanti, 2015 ). Kondisi tersebut dapat emnghabat terjadinya ateroklorosis dan

penyakit vaskuler yang berbahaya seperti penyakit jantung koroner, sroke, penyakit

pembulu darah periver. Efek aktivitas fisik terhadap penuruan tingkat tekanan darah telah

dutunjukan secara konsisten pada pasien hiperinsulinimea ( American diabetes

Assocation dalam Damayanti, 2015 ).

3. Berat badan menurun

Latihan jasmani yang teratur dapat menurunkan berat badan dan ememliharnya

dalam jangka eaktu yang lama. Denagn menurunkan berta badan badan dan

meningkatkan masa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga membantu tubuh

memenfaatkan insulin dengan baik. Setiap penurunan berat badan 5 kg akan

meningkatkan sensitivitas insulin sebanyak 20 % ( American council on exercise dalam

Damyanti, 2015)

4. Keutungan psikologis

Latihan jasmani yang teratur dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasamani

sehingga penderita merasa fit, rasa cemas berkurang terhadap penyakitnya, timbul rasa

senang dan rasa percaya diri yang pada akhirnya kualitas hidupnya meningkat ( Santoso

dalam Damyanti, 2015 )


34

5. Pencegahan terjadinya DM dini

Latihan jasmani sedang ayng dilakukan secara teratur dapat mencegah dan

menghambat terjadinya diabetes dini ( American diabetes association dalam Damayanti,

2015)

6. Kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin berkurang

Latihan jasmani dapat meningkatkan control glukosa darah dengan cara

memudahkan otot menggunakn insulin secar lebih efektif, mempertahankan dan

meningkatkan glukosa otot hal ini dapat menurunkan jumlah insulin atau obat

hipoglikemik oral yang dibutukan ( UW Health dalam Damayanti, 2015 )

2.3.4 Resiko senam diabetes

Hal yang perlu diwaspadai saat melakukan senam pada penderita DM adalah

resiko yang mungkin timbul akibat latihan jasmani, yaitu berhubungan dengan

( Damayanti, 2015 )

1. Metabolisme

Glukosa darah meningkat dan ketosis, hipoglikemi pada penderita yang mendapatkan

insulin atau obat oral antidiabetik.

2. Mikrovaskuler

Perdarahan retina, protein uria, ortusstatik setelah latihan

3. Kardiovaskuler

Dekompensasi jantung dan aritmia, tekanan darah meningkat selama latihan, hipotensi

ortostatik setelah latihan


35

4. Trauma, otot-otot dan sendi

ulkus pada kaki, trauma tulang dan otot dan otot akibat neuropati, osteoporosis dan

osteoartrosis ( Santoso dalam Dmayanti, 2015)

2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi

Menurut Kemenpora ( 2010 ) pelaksanaan latihan senam diabetes harus

memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yaitu :

1. Indikasi

1) Pasien DM dengan KGD lebih dari 70 mg/dL dan tidak melebihi 350 mg/dL;

2) Tanda-tanda vital dalam keadaan normal.

2. Kontraindikasi

1) Pasien dengan gangguan metabolik berat;

2) Pasien dengan kadar gula darah kurang dari 70 mg/dL atau lebih dari 350 mg/dL.

3) Pasien dengan gangguan persendian;

4) Pasien dengan komplikasi serius (hipoglikemia, hiperglikemia, gagal ginjal kronis,

congestive heart failure (CHF);

5) Pasien DM tipe 2 yang mengkonsumsi obat hipoglikemia sebelum senam;

6) Pasien DM tipe 2 yang dilarang melakukan olahraga oleh dokter.


36

2.3.5 Prinsip Senam Diabetes

Menurut Santoso dalam Suryanto (2009) prinsip-prinsip dalam melakukan suatu

kegiatan jasmani yaitu senam diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

1. Program latihan

2. Program latihan yang dianjurkan bagi penderita DM untuk meningkatkan kesegaran

jasmani adalah CRIPE, karena program ini dianggap memenuhi kebutuhan. CRIPE

adalah kepanjangan dari:

1) Continuous, artinya latihan jasmani terus menerus tidak berhenti dapat

menurunkan intensitas, kemudian aktif lagi dan seterusnya intensitas dikurangi

lagi. Aktif lagi dan seterusnya, melakukan aktivitas latihan terus-menerus selama

30 menit;

2) Rhytmical, artinya latihan harus dilakukan teratur, melakukan latihan otot

kontraksi dan relaksasi. Jadi gerakan berirama tersebut diatur dan terus menerus;

3) Interval, artinya latihan dilaksanakan terselang-seling, kadang-kadang cepat,

kadang-kadang lambat tetapi kontinyu selama periode latihan;

4) Progresif, artinya latihan harus dilakukan peningkatan secara bertahap dan beban

latihan juga ditingkatkan secara perlahan-lahan;

5) Endurance, artinya latihan untuk meningkatkan kesegaran dan ketahanan system

kardiovaskuler dan kebutuhan tubuh penderita DM.

3. Porsi Latihan

Porsi latihan harus ditentukan supaya maksud dan tujuan latihan oleh penderita

DM memberikan manfaat yang baik. Latihan yang berlebihan akan merugikan

kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan
37

porsi latihan harus memperhatikan intensitas latihan, lama latihan, dan frekuensi latihan

dan dijelaskan sebagai berikut :

1) Intensitas latihan

Untuk mencapai kesegaran kardiovaskuler yang optimal, maka idealnya

latihan berada pada VO2 max, berkisar antara 50 - 85 % ternyata tidak

memperburuk komplikasi DM dan tidak menaikkan tekanan darah sampai 180

mmHg. Menurut Santoso dalam Suryanto (2009) intensitas latihan dapat dinilai

dengan:

a. Target nadi atau area latihan.

Penderita dapat menghitung denyut nadi maksimal yang harus

dicapai selama latihan. Meskipun perhitungan ini agak kasar tapi dapat

digunakan rumus denyut nadi maksimal= 220 – umur penderita. Denyut

nadi yang harus dicapai antara 70 - 85 % adalah target nadi atau zone latihan

yang diperbolehkan. Bila lebih dari 85 %, maka dapat membahayakan

kesehatan penderita, apabila nadi tidak mencapai target atau kurang dari 70

% kurang bermanfaat. Area latihan adalah interval nadi yang ditargetkan

dicapai selama latihan atau segera setelah latihan maksimum, yaitu antara

70 sampai 85 % dari denyut nadi maksimal. Sebagai contoh penderita DM

tidak tergantung insulin umur 40 tahun, interval nadi yang diperbolehkan

adalah 70 % kali (220 – 40) dan 79 % kali (220 - 40) dan hasilnya interval

nadi antara 108 sampai dengan 142 permenit. Area latihan antara 108 – 142

denyut nadi permenit.


38

b. Kadar gula darah

Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140 – 180 mg% pada usia

lanjut dianggap cukup baik, sedang usia muda sampai 140 mg%.

c. Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan

Sebelum latihan tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan

setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg

2) Lama latihan

Waktu berlatih merupakan unsur yang paling penting dalam menciptakan

keberhasilan latihan. Pengaturan yang benar akan menjaga tercapainya tujuan

latihan yang diharapkan. Perlu diperhatikan beberapa hal saat latihan, antara lain:

a. Sebaiknya tidak dilakukan pada saat udara sangat panas atau terik matahari;

b. Latihan sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan besar;

c. Latihan sebaiknya tidak dilakukan saat mendekati waktu istirahat, karena

akan menunda rasa kantuk

d. Latihan sebaiknya dipantau secara teliti, untuk mencegah terjadinya

penurunan kadar gula darah secara tiba-tiba (hypoglikemik). Pasien yang

mengalami diabetes mellitus disarankan melakukan latihan fisik minimal 30

menit (Kemenpora, 2010). Mencapai efek metabolik, maka latihan inti

berkisar antara 30-45 menit dengan pemanasan dan pendinginan

masingmasing 5 - 10 menit. Bila kurang, maka efek metabolik sangat

rendah, sebaliknya bila berlebihan menimbulkan efek buruk terhadap

system muskuloskeletal dan kardiovaskuler serta sistem respirasi (Suryanto,

2009).
39

2.3.6 Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah

Latihan jasmani merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol serta

mengatasi meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Salah satu latihan jasmani yang

dianjurkan adalah senam diabetes (PERSEDIA) (Rahmi dkk, 2016)

Ilyas (2015) menyebutkan bahwa senam diabetes merupakan aktifitas fisik yang

dirancang berdasarkan usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan DM.

Latihan jasmani yang berupah senam dapat nyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah,

pembulu kapiler lebih banyak terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan

reseptor akan menjadi lebih aktif yang akan berdampak terhadap penurunan glukosa darah

pada penderita DM.

Pradana Soewondo (2013 ) menyatakan bahwa manfaat senam diabetes ditentukan

oleh tipe penyakit diabetes mellitus, tipe I atau tipe II

1. Tipe I

Peran senam diabetes yang teratur pada penurunan kadar gula darah diabetes DM

I masih controversial. Perbedaan DM tipe I dan DM tipe 2 adalah pada DM tipe I

mempunyai kadar insulin darah yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi

insulin oleh pancreas. Pada DM tipe I mudah mengalami hipoglikemia selama dan

segerah sesuah senam.

2. Tipe II

Senam diabetes pada DM tipe 2 berperan utama dalam pengaturan kadar gula

darah. Pada tipe ini produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal

menderita penyakit ini. Masalah utamanya adalah kurangnya respon reseptor insulin

terhadap insulin, sehingga insulin tidak dapat masuk kedalam sel-sel tubuh kecuali otak.
40

Otot yang berkontraksi atau aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukan glukosa

kedalam sel, karena pada otot yang aktif sensitives reseptor insulin meningkat. Oleh

karena itu senam pada DM tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin

eksogen.

Durasi senam berhubungan bermakna dengan kadar gula darah. Semakin lama

durasi latihan jasmani maka semakin rendah kadar gula darah. Pelaksanaan latihan

senam diabetes secara teratur dapat memperbaiki metabolisme glukosa. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh peningkatan sensitivitas insulin sehingga uptake glukosa

dapat berlangsung secara optimal. Sensitivitas insulin akan meningkat kurang lebih

selama 24 sampai 72 jam. Penurunan kadar gula darah kemungkinan berkaitan dengan

peningkatan jumlah dan sensitivitas reseptor insulin pada membran sel. Selain itu,

kemungkinan juga berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi.

Penggunaan glukosa sebagai sumber energy metabolisme otot akan meningkat 15 kali

setelah durasi latihan senam diabetes mellitus selama 10 menit dan 35 kali pada durasi

60 menit ( Suryanto, 2015)

Senam diabetes menyebabkan peningkatan oksidasi lemak dan penurunan

trigliserida pada pasien DM tipe 2, selain itu juga ditunjukkan dengan peningkatan

aktivitas lipoprotein lipase menyebabkan peningkatan penyerapan trigliserida yang

merupakan salah satu penyebab perubahan positif yang terjadi pada profil lipid pasien

DM tipe 2 setelah senam. Perubahan positif yang terjadi pada profil lipid juga

dibuktikan dengan meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, trigliserida,

total kolesterol dan BMI pada pasien DM tipe 2 (Rasidlamir dkk, 2012).
41

Menurunnya lemak dalam tubuh sangat bermanfaat untuk menurukan gula darah.

Lemak adalah materi yang menghambat pemasukan gula ke dalam sel. Semakin sedikit

lemak yang berada di dalam sel, maka jumlah gula yang berhasil masuk ke dalam sel

semakin meningkat (Lingga, 2012).

2.3.7 Gerakan Senam Diabetes

Gerakan senam diabetes menurut kemenpora (2010) adalah sebagai berikut :

1. Sikap awal berdiri tegak, menghadap ke depan, kedua tangan lurus disisi tubuh,

telapak tangan lurus menghadap ke dalam, jari-jari tangan rapat menempel disamping

paha, kedua kaki di buka selebar bahu pandangan lurus ke depan.

2. Gerakan Pemanasan

3. Latihan pertama

1) Jalan di tempat dimulai dari kaki kiri, ayunkan lengan kanan dan kiri secara

bergantian (1x8 hitungan pertama).

2) Jalan di tempat dengan mengangkat kedua tangan ke atas melalui depan badan

telapak tangan menghadap ke atas jari-jari rapat sambil menarik nafas. Turunkan

lengan melalui samping sambil membuang napas. Kemudian kedua lengan

diangkat sambil menarik nafas melalui samping badan ke atas dan membuang

nafas ketika kedua lengan berada di depan (1x8 hitungan kedua).

3) Melangkah ke kiri dan ke kanan sambil menolehkan kepala ke kiri dan kekanan

kedua tangan di pingang (1x8 hitungan ketiga).

4) Merapatkan kedua kaki sambil mengelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, kedua

tangan di pinggang (1x8 hitungan keempat).

5) Ulangi gerakan 1x8 pertama, kedua, ketiga dan keempat kearah kanan.
42

4. Latihan Kedua

1) Melangkah ke kiri dan kanan sambil mengangkat bahu kanan dan kiri (1x8

hitungan pertama).

2) Melangkah ke depan dan belakang sambil memutar kedua bahu ke depan dan

belakang (1x8 hitungan kedua)

3) Ulangi gerakan a dan b dengan menggerakan sisi kiri dan kanan dengan hitungan

2x8.

5. Latihan ketiga

1) Melangkah ke kiri dan kanan 2 langkah sambil menumpuk kedua tangan di depan

dada bergantian dengan mengepalkan tangan (1x8 hitungan pertama).

2) Kaki menendang rileks ke depan sambil lengan membuka ke samping (1x8

hitungan kedua).

3) Ulangi gerakan a-b dengan menggerakan sisi kanan terlebih dahulu

4) Ulangi lagi gerakan a-b ke sisi kiri dan ke sisi kanan dengan gerakan yang sama.

6. Latihan keempat

1) 1x 8 pertama

Memutar badan ke samping kiri dan kanan, tangan memukul dada kiri dengan

tangan mengepal, tangan kiri menyiku ke belakang badan dengan tangan

mengepal, diakhiri ujung kaki menyentuh lantai. Ulangi gerakan kerah sebaliknya.

2) 1x8

Meliukan badan ke samping kiri dan kanan. Membuka kaki 1,5 lebar bahu, kedua

lengan ke samping kiri bahu. Mencondongkan badan kesamping kiri dengan

tangan menyiku di atas kepala, tangan kiri menyiku di depan perut dengan tangan
43

mengepal. Pandangan ke arah bahu dan akhiri dengan kaki kanan merapat. Ulangi

gerakan ke arah sebaliknya.

7. Latihan kelima (peregangan dinamis dan statis)

1) Gerakan I

a. 1x8 pertama

Mengayunkan tangan ke kiri dan kanan. Kaki dibuka 1,5 lebar bahu

sambil memutar badan ke samping kiri, tangan kanan mengayun setinggi bahu

lurus ke samping kiri melalui depan perut, pandangan mengikuti jari tangan

kanan, tangan kiri menyiku ke belakang dengan tangan mengepal dan diakhiri

dengan ujung kaki kanan menyentuh lantai. Ulangi gerakan ke arah sebaliknya.

b. Gerakan I, 1x8 kedua

Mengayunkan tangan ke atas kepala dan ke samping badan. Membuka

kaki 1,5 lebar bahu sambil mengayunkan lengan kanan ke atas lurus di samping

telinga, lutut kiri ditekuk, lutut kanan lurus, pandangan lurus ke depan, tangan

kiri menyiku dan menempel pada paha kaki kiri, badan condong ke arah kiri

diagonal. Ulangi gerakan ke arah sebaliknya.

c. Gerakan I, 1x8 ketiga

Merapatkan kaki dan mencondongkan badan ke kiri, kedua lutut ditekuk,

lengan kanan lurus ke atas di samping telinga pandangan lurus ke depan.

Kemudian badan kembali tegak kedua lutut diluruskan, kedua lengan kembali

lurus di samping badan. Ulangi gerakan ke arah sebaliknya.


44

d. Gerakan I, 1x8 keempat

Mencondongkan badan ke kiri dan memanjangkan badan ke atas. Posisi

badan meliuk ke arah kiri, lengan kanan ke atas disamping telinga, lengan kiri

menempel lurus disamping, kedua lutut ditekuk dan pandangan lurus kedepan.

Kemudian badan kembali tegak, kedua lengan diluruskan ke atas di samping

telinga, kedua lutut diluruskan selanjutnya kedua tumit jinjit, pandangan ke

depan. Turunkan kedua lengan melalui samping badan dan kembali ke posisi

awal.

e. Ulangi gerakan a-d dengan menggerakkan sisi kanan terlebih

2) Gerakan II.

a. 1x8 pertama

Mendorong kaki kiri lurus ke belakang, tumit menempel lantai, lutut

kanan ditekuk, kedua lengan mendorong ke atas di samping telinga sambil

membuka jari-jari. Kemudian luruskan tungkai dan angkat tumit kaki kiri

sambil menurunkan kedua lengan melalui sisi badan dengan menutup jari

tangan satu per satu sampai mengepal dan menempel di samping paha.

b. 1x8 kedua

Menekuk dan meluruskan tungkai kaki. Pertahankan posisi tungkai kaki

sambil meluruskan lutut tungkai kiri, kedua lengan ke depan sejajar setinggi

bahu, telapak membuka menghadap ke bawah. Tekuk lutut tungkai kiri dan

telapak tangan dikepalkan.


45

c. 1x8 ketiga

Latihan keseimbangan. Kaitkan kaki kiri dibelakang lutut tungkai kanan

sambil kedua lengan ditarik ke samping paha, jari-jari membuka menghadap

kebelakang. Putar kedua lengan menghadap ke depan

d. 1x8 keempat

Dorong tungkai kaki kiri kedepan lurus dengan ujung jari kaki di angkat,

lutut tungkai kanan di tekuk, kedua lengan mendorong lurus di depan dada

dengan kedua telapak tangan menghadap keluar setinggi bahu dan ibu jari

saling mengait. Badan agak sedikit condong ke depan. Kedua telapak tangan

ditarik ke belakang menghadap ke depan. Dorong kedua telapak tangan ke

depan menghadap ke dalam. Kedua telapak tangan ditarik ke belakang

menghadap ke dalam. Tarik kembali tungkai kaki ke posisi siap.

e. Ulangi gerakan a-d dengan menggerakkan sisi kanan terlebih dahulu.

3) Gerakan III

a. Buka tungkai kaki kiri 1,5 lebar bahu, lutut tungkai kiri ditekuk tungkai kaki

kanan diluruskan sambil meletakkan telapak tangan di belakang bahu kiri,

tangan kiri mendorong siku kanan. Ulangi arah sebaliknya.

b. 1x8 kedua

Luruskan kedua tungkai kaki sambil membuka kedua siku disamping di

depan dada ke arah samping secara perlahan, telapak tangan menghadap ke

bawah. Balikkan telapak tangan ke atas sambil menyusuri sisi badan dan

telapak tangan terus menekan tubuh ke bawah dimulai dari pinggang, bokong,

paha bagian belakang, betis sampai tumit dengan membungkukkan badan


46

dengan lutut sedikit ditekuk. Telapak tangan menekan dan menyusuri ke arah

atas dimulai dari punggung kaki, paha bagian depan, bokong, sampai pinggang

sambil menegakkan badan dan meluruskan lutut.

c. 1x8 ketiga

Kedua lengan diluruskan perlahan ke depan dengan kedua telapak tangan

bertemu rapat setinggi bahu. Kedua lengan membuka ke samping lurus dengan

jari-jari terbuka renggang, dan telapak menghadap ke atas sedikit diputar ke

belakang. Pertahankan posisi hitungan 3-4 sambil memalingkan kepala ke arah

kiri, pandangan melihat tangan kiri.

d. 1x8 keempat

Mengangkat kedua tangan membentuk huruf V, sambil menarik nafas,

telapak tangan saling berhadapan dan dagu agak diangkat ke atas. Turunkan

kedua lengan menyiku melewati depan badan, telapak tangan menghadap ke

bawah sampai menempel pada paha bagian depan, kedua lutut ditekuk, posisi

badan sedikit membungkuk, pandangan ke bawah depan sambil membuang

nafas. Angkat telapak tangan ke atas, tangan menyiku ke arah dagu sambil

menarik nafas, lutut diluruskan. Dorong kedua telapak tangan lurus ke bawah

sambil membuang nafas. Rapatkan kaki kiri kembali ke posisi awal.

e. Ulangi gerakan a-d dengan menggerakkan sisi kanan terlebih dahulu.

8. Gerakan peralihan sebelum masuk ke gerakan inti

a. 1x8 pertama

Kaki kiri maju 2 langkah, kedua tangan mengayun bergantian ke arah dagu,

pandangan ke depan disertai teriakan HU..HU..HU. buka kaki kiri 1,5 lebar bahu
47

kedua telapak tangan menepuk paha samping 2 kali disertai teriakan HAAA.. jalan

di tempat sambil tepuk tangan 2 kali di depan dada. Kaki kiri mundur 2 langkah,

kedua tangan mengayun bergantian ke arah dagu, pandangan ke depan disertai

teriakan HU..HU..HU.. Jalan di tempat sambil tepuk tangan 2 kali di depan dada.

b. Ulangi gerakan a dengan menggerakkan kaki kanan terlebih dahulu.

c. 1x8 ketiga

Kaki kiri maju 2 langkah, kedua tangan mengayun bergantian ke arah dagu,

pandangan ke depan. Jalan di tempat sambil menyilangkan kedua lengan tangan,

dengan jari-jari menyentuh kedua bahu, tangan kiri di depan tangan kanan. Kedua

lengan diluruskan ke samping badan, jari-jari terbuka, telapak tangan menghadap ke

depan, rapatkan kedua kaki serta angkat dan turunkan tumit disertai teriakan HAA...

Ulangi gerakan ke arah belakang.

d. Ulangi gerakan b dengan menggerakkan kaki kanan terlebih dahulu.

9. Gerakan inti

10. Latihan IA

a. 1x8 pertama

Langkahkan kaki satu kali ke kiri dengan diikuti kaki kanan menempel dengan

sentuhan pada bola mata kaki, kedua tangan mengayun bergantian ke arah dagu.

Gerakan dilakukan bergantian dengan sisi kanan.

b. 1x8 kedua

Langkahkan kaki mulai dari kiri 2 langkah ke depan sambil meletakkan tangan

kiri di bahu kanan dan kiri dan meletakkan tangan kanan di pinggang kiri dan

kanan. Jalan di tempat sambil bertepuk 5 kali di depan dada dengan jari-jari dibuka.

Ulangi gerakan ke arah belakang.


48

c. Ulangi gerakan a-b dengan menggerakkan sisi kanan terlebih dahulu.

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

11. Latihan IB

a. 1x8 pertama

Langkahkan kaki 2 langkah ke kiri, kedua tangan menyiku di depan dada, telapak

tangan menghadap ke atas, jari-jari menyentuh ulu hati, kemudian membuka kedua

lengan lurus setinggi bahu, pandangan ke arah sudut kiri. Ulangi gerakan ke arah

sebaliknya.

b. 1x8 kedua

Buka tutup kaki kiri ke samping kiri empat kali dengan ujung kaki menyentuh lantai,

sambil kedua lengan tangan mengayun ke samping badan rileks, diayunkan ke depan

dan belakang, telapak tangan seperti membawa piring. Ulangi gerakan ke arah

sebaliknya.

c. Ulangi gerakan a-b ke sisi kiri terlebih dahulu kanan.

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

12. Gerakan peralihan

13. Latihan IIA

a. Langkahkan kaki 2 langkah kedepan dan belakang dengan arah zig-zag diagonal ke

kiri, diikuti kaki kanan merapat dengan sentuhan pada bola mata kaki kanan,

menepuk tangan sebanyak 3 kali setinggi kepala. Ulangi gerakan ke arah

sebaliknya. Mundur zig-zag diagonal ke kiri, diikuti kaki kanan merapat dengan

sentuhan pada bola mata kaki kanan, dan tangan menggulung ke dalam. Ulangi

gerakan dengan arah sebaliknya.


49

b. 1x8 kedua

Langkahkan kaki satu langkah kedepan dengan kedua lengan mengayun kedepan

setinggi bahu, telapak tangan rapat menghadap ke bawah, angkat tungkai kanan

ujung kaki rileks, tangan kiri menyentuh lutut kanan, lengan kanan mengayun lurus

ke samping kanan setinggi bahu, pandangan melihat ke tangan kanan. Kedua lengan

kembali lurus ke depan dada, kaki kanan diturunkan ke belakang, kaki kiri merapat,

kedua lengan ditarik ke belakang samping bokong, telapak rapat menghadap ke

belakang.

c. Ulangi gerakan a-b ke sisi kanan terlebih dahulu.

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

14. Latihan IIB

a. 1x8 pertama

b. Langkahkan kaki kiri 2 langkah serong belakang diagonal dengan tangan kiri lurus

kedepan dan tangan kanan di dada kemudian maju 2 langkah diagonal ke depan kiri

dan kanan dengan tangan diputar bergantian.

c. 1x8 kedua

Langkahkan kaki kiri dan kanan membuka membentuk huruf V, sambil tangan

kanan menepuk punggung tangan secara bergantian. Kaki kiri dan kanan merapat

ke posisi awal, tangan saling bertepuk di depan setinggi kepala dan menepuk paha

samping dan kembali ke posisi awal.

d. Ulangi gerakan a-b ke sisi kanan terlebih dahulu.

e. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

15. Gerakan peralihan


50

16. Latihan IIIA

a. 1x8 pertama

Langkahkan kaki ke kiri dengan kedua tangan dibuka diangkat setinggi bahu,

diikuti kaki kanan menyilang di depan kaki kiri tangan bertepuk di depan dada.

Ulangi gerakan pada arah sebaliknya. Langkahkan kaki ke kiri dan ke kanan dengan

kedua tangan diangkat ke atas bahu, kaki kanan diangkat menyilang di belakang

kaki kiri dengan tumit kanan mengarah ke bokong, kedua siku tangan saling

bertemu di depan dada. Ulangi gerakan pada arah sebaliknya.

b. 1x8 kedua

Dorong kaki kiri lurus ke belakang, tumit tidak menempel lantai, lutut kanan

ditekuk, kedua lengan diluruskan ke depan sejajar bahu, telapak tangan menghadap

ke atas dan jari-jari dibuka lebar. Dorong kaki kanan lurus ke belakang tumit tidak

menempel lantai, lutut kanan ditekuk, kedua lengan diluruskan ke depan sejajar

bahu, telapak tangan menghadap ke atas dan jari-jari dibuka lebar.

c. Ulangi gerakan a-b ke sisi kanan terlebih dahulu.

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

17. Latihan IIIB

a. 1x8 pertama

Membuka kaki kiri 1,5 lebar bahu, kedua lengan ke samping lurus dibuka lebar

setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke bawah. Angkat tungkai kanan

menyilang ke tangan kiri sentuh pada kaki bagian dalam, lengan kanan tetap lurus

di samping setinggi bahu, pandangan lurus ke depan. Langkahkan kaki ke kanan

diikuti kaki kiri menyilang ke belakang kaki kanan dengan sentuhan pada bola kaki,
51

tangan kanan tarik lurus ke belakang disamping bokong, lengan kiri mengayun ke

atas samping telinga. Ulangi gerakan pada arah sebaliknya.

b. 1x8 kedua

Langkahkan kaki 2 langkah ke kanan sambil memutar kedua lengan agak

menyiku di depan dada, tangan mengepal menghadap ke dalam. Hitungan 2 akhir

siku lengan kiri ditahan di depan perut, siku lengan kanan di sisi belakang kanan

badan, kepalan tangan menghadap ke atas pandangan melihat lengan kanan diikuti

kaki kiri rapat. Ulangi gerakan pada arah sebaliknya.

c. Ulangi gerakan a-b ke sisi kanan terlebih dahulu.

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

18. Gerakan peralihan

19. Latihan IVA

a. 1x8 pertama

Kaki kiri berjalan di tempat, pergelangan tangan mendorong ke bawah lalu

diputar hingga pergelangan tangan ganti yang mendorong sambil memutar 900 ke

kiri, diikuti kaki kanan menendang, dan kedua lengan lurus ke depan dengan

punggung tangan mendorong ke depan.

b. 1x8 kedua

Kaki kiri maju dua langkah, kedua lengan menyiku di depan dada, telapak rapat

menghadap ke belakang diputar-putar dua kali. Kaki kiri merapat, pinggang diputar

900 hingga badan menghadap ke kiri sambil siku di angkat di samping badan

setinggi bahu, jari-jari menjentik 1 kali.

c. Ulangi gerakan a-b ke sisi kanan terlebih dahulu.


52

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

20. Latihan IVB

a. 1x8 pertama

Langkahkan kaki kiri ke depan, kaki kanan sebagai poros, berat badan bertumpu

di kaki kiri, kedua lengan menyiku ke samping badan, jari-jari dibuka dan kedua

tangan bergerak seperti tari kecak disertai teriakan cak..cak..cak.. Kaki kiri kembali

ke belakang, tetap sebagai poros kedua lengan rapat samping badan, pandangan

lurus ke depan. Ulangi gerakan pada arah sebaliknya

b. 1x8 kedua

Buka kaki kiri 1,5 lebar bahu, kedua tungkai agak ditekuk, badan sedikit condong

ke kiri, kedua lengan di angkat setinggi bahu, jari-jari dibuka disertai suara

cak..cak..cak.. pandangan melihat arah tangan. Kaki kiri dirapatkan kembali ke

posisi awal. Ulangi gerakan ke arah sebalikna. Jalan ditempat, tungkai agak

ditekuk, kedua lengan diangkat meniku 90˚ di samping badan, telapak tangan

mengahadap depan, jari-jari bergerak ke kiri dan kanan diikuti pandangan.

c. Ulangi gerakan a-b ke sisi kanan terlebih dahulu.

d. Ulangi kembali gerakan a-b ke sisi kiri dan kanan.

21. Gerakan peralihan

22. Pengulangan gerakan inti

a. latihan IA, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

b. latihan IB, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

23. Gerakan peralihan


53

24. Pengulangan gerakan inti

a. latihan IIA, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

b. latihan IIB, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

25. Gerakan peralihan

26. Pengulangan gerakan inti

a. latihan IIIA, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

b. latihan IIIB, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

27. Gerakan peralihan

28. Pengulangan gerakan inti

a. latihan IVA, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

b. latihan IVB, tekhnik gerakan 2x8 arah ke kri, 2x8 kearah kanan.

29. Gerakan peralihan

30. Lakukan pemeriksaan denyut nadi latihan.

31. Gerakan pendinginan

32. Latihan I

a. 1x8 pertama

Langkahkan kaki ke kiri diikuti kaki kanan merapat dengan sentuhan pada bola

kaki, kedua tangan diayunkan menekuk di depan badan, jari-jari dijentikkan rileks,

dan pandangan mengikuti arah badan. Lakukan pada arah sebaliknya.

b. 1x8 kedua

Buka kaki kiri 1,5 lebar bahu sambil kedua lengan lurus ke kiri setinggi bahu,

telapak tangan menghadap bawah, pandangan lurus ke depan. Ulangi pada arah

sebaliknya.
54

c. 1x8 ketiga

Rapatkan kaki kanan, condongkan badan ke kiri, kedua lutut ditekuk, lengan kanan

diluruskan ke atas di samping telinga, pandangan lurus ke depan. Badan kembali

tegak, kedua lutut diluruskan, kedua lengan kembali lurus di samping badan,

pandangan lurus ke depan. Condongkan badan ke kanan, kedua lutut ditekuk,

lengan kiri di luruskan ke atas di samping telinga, pandangan lurus ke depan

d. 1x8 keempat

Posisi badan meliuk ke arah kiri, lengan ke atas di samping telinga, lengan kiri

menempel lurus ke arah lutut, kedua lutut ditekuk, pandangan ke depan. Badan

kembali tegak, kedua lengan diluruskan ke atas di samping telinga. Posisi badan

tetap tegak kedua lengan, kedua tumit jinjit. Turunkan kedua lengan melalui

samping kembali ke posisi awal.

e. Ulangi gerakan a-d ke sisi kanan terlebih dahulu

33. Latihan II

a. 1x8 pertama

Dorong kaki kiri lurus ke belakang, tumit menempel lantai, lutut kanan ditekuk,

kedua lengan mendorong ke atas disamping telinga sambil membuka jari-jari,

telapak menghadap ke depan. Luruskan tungkai kanan dan angkat tumit kaki kiri

sambil menurunkan kedua lengan melalui sisi badan dengan menutup jari-jari

tangan satu per satu sampai mengepal, dan menempel di samping paha, kepalan

tangan mengahadap belakang.


55

b. 1x8 kedua

Pertahankan posisi hitungan 1, kedua lengan diayunkan ke depan dan sejajar

bahu, jari-jari telapak tangan mengepal, lutut tungkai kiri diluruskan. Jari-jari

tangan mengepal telapak menghadap ke bawah.

c. 1x8 ketiga

Kaitkan kaki kiri di belakang bawah betis kaki kanan sambil menarik kedua

lengan menghadap ke belakang. Pertahankan posisi hitungan 1 dengan menghadap

kedepan.

d. 1x8 keempat

Dorong kaki kiri ke depan lurus dengan ujung jari kaki diangkat, lutut tungkai

kanan ditekuk, kedua tangan mendorong lurus di depan dengan kedua telapak

saling menyilang menghadap ke depan, telapak kiri di depan telapak kanan rapat

setinggi bahu. Badan agak sedikit condong. Posisi tungkai kaki dan badan tetap,

kedua lengan diputar, telapak menghadap ke dalam. Rapatkan kaki kiri kembali ke

posisi awal.

e. Ulangi gerakan a-d ke sisi kanan terlebih dahulu.

34. Latihan III

a. 1x8 pertama

Buka kaki 1,5 lebar bahu, lutut tungkai kiri ditekuk dan lutut tungkai kanan lurus

sambil letakkan tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri mendorong siku.

b. 1x8 kedua

Buka kedua siku kedepan dada ke arah samping secara perlahan, telapak tangan

menghadap kebawah. Balikkan telapak tangan ke atas sambil menyusuri sisi badan
56

dan telapak tangan terus menekan tubuh ke bawah dimulai dari pinggang, bokong,

paha bagian belakang, betis sampai ke tumit, dengan membungkukkan badan, lutut

sedikit ditekuk. Telapak tangan menekan dan menyusuri mengarah ke atas dimulai

dari punggung kaki, paha bagian depan lalu ke bokong sampai ke pinggang sambil

menegakkan badan dan meluruskan lutut.

c. 1x8 ketiga

Kedua lengan diluruskan perlahan ke depan dengan kedua telapak bertemu rapat

setinggi bahu. Kedua lengan membuka ke samping lurus, jari-jari terbuka renggang,

telapak menghadap ke bawah dan sedikit diputar ke belakang. Pertahankan posisi

hitungan 3-4 sambil menengokkan kepala ke arah kiri, dan pandangan melihat

tangan.

d. 1x8 keempat

Angkat kedua tangan membentuk huruf V sambil menarik nafas, telapak tangan

saling berhadapan, dagu agak diangkat sedikit. Turunkan kedua lengan menyiku

melewati depan badan, telapak tangan menghadap kebawah sampai menempel paha

bagian depan, kedua lutut ditekuk posisi badan sedikit membungkuk, pandangan ke

bawah depan sambil membuang nafas. Angkat telapak tangan ke atas, tangan

menyiku ke atas dagu sambil menarik nafas, lutut diluruskan. Dorong kedua telapak

tangan lurus ke bawah sambil membuang nafas. Rapatkan kaki kiri kembali ke

posisi awal.

e. Ulangi gerakan a-d ke sisi kanan terlebih dahulu.


57

45. Latihan IV

a. 1x8 pertama

Buka kaki kiri 1,5 lebar bahu, kaki kiri ditekuk sambil menggerakkan kedua

lengan kanan ke sisi kiri secara perlahan. Ulangi gerakan ke arah sebaliknya.

b. 1x8 kedua

Langkahkan secara perlahan kaki kanan menyilang di belakang tungkai kiri,

kedua lengan diangkat setinggi bahu, lengan kiri diluruskan di samping kiri, lengan

kanan menyiku di depan dada, jari-jari menunjuk ke arah kiri (jari telunjuk dan

tengah), dan pandangan ke arah jari-jari tangan. Pertahankan gerakan hitungan 1-2.

c. 1x8 ketiga

Kaki dibuka 1,5 lebar bahu, tungkai sedikit ditekuk sambil mengayunkan lurus

kedua lengan ke atas disertai menarik nafas. Putar kedua lengan ke kanan, kiri

menuju ke arah atas, badan ditegakkan, kaki diluruskan, pandangan mengikuti

tangan sambil membuang nafas. Ulangi pada arah sebaliknya.

d. 1x8 keempat

Tegakkan badan dan luruskan tungkai sambil mengangkat kedua tangan secara

perlahan, sambil menarik nafas, punggung tangan saling berhadapan. Kedua lengan

menyiku di depan dada, telapak menghadap ke bawah. Putar kedua telapak tangan

melewati kepala bagian belakang, atas, dan kembali ke depan di bawah dagu,

telapak rapat menghadap ke bawah. Dorong kedua lengan ke bawah telapak

menghadap ke bawah sambil membuang nafas serta rapatkan kaki kiri kembali ke

posisi awal.

e. Ulangi gerakan a-d ke sisi kanan terlebih dahulu.


58

36. Latihan V

a. 1x8 pertama

Lutut sedikit sambil memutar badan ke arah kiri, sambil menarik nafas, kedua

lengan ke atas secara perlahan melalui sisi badan setinggi bahu, lengan kiri ke

belakang dan lengan kanan ke depan, diikuti dengan meluruskan lutut, telapak

tangan rileks menghadap ke bawah. Lutut kembali sedikit ditekuk sambil memutar

badan ke arah depan sambil membuang nafas, kedua lengan diturunkan secara

perlahan melalui sisi badan diikuti dengan meluruskan lutut, telapak rapat

menempel rileks di samping badan. Kedua tumit diangkat sambil tarik nafas dan

angkat kedua lengan sampai melewati atas kepala, jari tengah dan ibu jari saling

menempel, pergelangan tangan menekuk menghadap ke bawah. Kedua tumit

diturunkan sambil membuang nafas dan menurunkan kedua lengan secara perlahan

melalui sisi badan, dan sampai telapak tangan menempel disamping badan kembali

ke posisi awal.

b. Ulangi gerakan a ke sisi kanan terlebih dahulu.

c. 1x8 kelima

Buka kaki kiri selebar bahu, badan membungkuk, angkat kedua tangan melalui

depan badan, telapak menghadap ke atas. Kedua lengan di atas kepala, lengan

membentuk huruf U, dan telapak menghadap kedalam. Turunkan kedua tangan

melalui samping dan telapak tangan menghadap ke bawah sambil menarik nafas.

Rapatkan kedua tangan disamping, telapak menghadap kedalam, jari-jari rapat


59

d. 1x8 keenam

Kedua lengan kembali diangkat melalui samping badan, telapak menghadap ke

atas sambil mengambil nafas. Kedua tangan lurus ke atas dengan telapak tangan

menghadap ke dalam, jari-jari rapat. Turunkan kedua tangan melalui depan badan

sambil membuang nafas. Rapatkan kedua tangan di samping badan, telapak

menghadap ke dalam, jari-jari rapat, kaki kiri dirapatkan kembali ke sikap

sempurna.

f. Ulangi kembali gerakan d ke arah sebaliknya.

g. Ulangi kembali gerakan d ke arah sebaliknya.

h. Lakukan pemeriksaan denyut nadi pendinginan.

37. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

38. Akhiri kegiatan dan berikan salam.


60

2.4 Kerangka Teori

Kerangka konsep senam diabetes terhadap kadar gula darah pada penderita DM di

Puskesmas Sabokingking Palembang tahun 2019 dapat dilihat di Gambar Skema 2.1

Gambar 2.1 Skema kerangka konsep senam diabetes

Konsumsi karbohidrat
berlebihan

Kadar gula darah meningkat

Fungsi pancreas menurun

Penurunana sensitivitas
Sumber : Modifikasi darinTeori
insulin Guyton,(2009)

Diabetes mellitus

Senam Diabetes
Sensitivitas insulin
meningkat

Perbaikan metabolisme
glukosa

Penurunan glukosa darah

Anda mungkin juga menyukai