Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan

merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Ibu dapat mengalami beberapa keluhan fisik dan

mental, bagian kecil mengalami kesukaran selama kehamilan dan persalinan, tetapi kebanyakan ibu

tersebut pulih sehat kembali sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang normal dan sehat.

Sebagian besar kehamilan dan persalinan akan mempunyai hasil yang menggembirakan

yaitu ibu dan bayi lahir sehat. Namun sebagian ibu hamil akan menghadapi kegawatan dengan

derajat ringan sampai bert yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan,

ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan, bahkan kematian bagi ibu dan atau bayinya, terutama pada

kelompok ibu hamil resiko tinggi, maupun ibu hamil resiko rendah yang mengalami komlikasi

pada persalinan.

Di negara berkembang ada empat komponen pokok perawatan pranatal: skrining risiko

untuk mengidentifikasi ibu yang cenderung mengalami persalinan yang sulit dan kehamilan dengan

akhir yang buruk, deteksi dan penanganan penyakit terkait, pemeliharaan zat gizi dan kesehatan

ibu, dan pendidikan kesehatan tentang pelahiran yang aman dan pengenalan dini serta

penatalaksanaan komplikasi.

Pada umumnya 80 – 90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10 -12 %

kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.

Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap

organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda

bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang

1
serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit

penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal

untuk mencegah gangguan yang berta baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi

yang dikandungnya.

Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang mormal dapat berubah

menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang bidan untuk menapis adanya

resiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi

selama hamil muda.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan?

2. Apa tujuan dilakukannya deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan?

3. Apa saja yang termasuk deteksi dan komplikasi Kehamilan?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk memahami pengertian dari deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan.

2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan.

3. Untuk mengetahui deteksi dini dan komplikasi Kehamilan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN

Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan

untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara

dini. Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan pada ibu

hamil beresiko agar dapat ditangani secara memadai sehingga kesakitan atau kematian dapat

dicegah.

Skrining resiko merupakan suatu kegiatan, yang di masa lalu, dilakukan dengan susah

payah. Beberapa parameter kependudukan, seperti usia dan paritas memang dapat

menjelaskan kelompok-kelompok beresiko tinggi yang ada di dalam populasi, tetapi kurang

baik jika digunakan untuk mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi secara perorangan. Dari

beberapa kategori tersebut, mungkin yang paling bermanfaat adalah nulipara yang berusia

dibawah 17 tahun dan grand-multipara.

B. Tujuan Deteksi Dini Komplikasi Kehamilan

Tujuan umum deteksi dini adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental

ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan

anak yang sehat. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada

kehamilan ibu secara dini antara lain untuk memantau kemauan kehamilan; pemantauan

terhadap tumbuh kembang janin; mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial;

deteksi dini adanya ketidaknormalan; mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat

3
agar masa nifas normal dan dapat menggunakan ASI eksklusif sehingga mampu

mempersiapkan ibu dan keluarga dengan kehadiran bayi baru lahir.

Tujuan khusus adalah:

a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam

kehamilan, persalinan, dan nifas.

b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

d. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,

kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.

C. DETEKSI DINI KOMPLIKASI KHAMILAN

Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda bahaya

atau risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya

penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2007)

Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada seorang Ibu

hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang serius pada Ibu

atau janin yang dikandungnya, tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi pada awal kehamilan.

Sedangkan menurut Uswhaya (2009), Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang

menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya, meliputi :

1. Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Masa Kehamilan

Trimester I

Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan berusia 0 - 12 minggu

,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko

4
ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin

terjadi selama hamil muda. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:

a. Perdarahan pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan

pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa awal kehamilan, ibu

akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu terlambat

haidnya.

Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal, perdarahan kecil dalam

kehamilan adalah pertanda dari “Friabel cervik”.

Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi.

Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang menimbulkan rasa sakit pada

ibu.Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan molar atau kehamilan ektopik.

Macam macam perdarahan pervaginam

1) Abortus

Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan

berat janin kurang dari 500 gram. Tanda-tandanya : perdarahan dengan nyeri

abdomen, rasa mulas atau rasa nyeri. Terkadang disertai syok

2) Kehamilan ektopik

Kehamilan di mana implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar

endometrium atau di luar rahim. Tanda-tandanya : perdarahan berwarna coklat

tua dan umumnya sedikit, nyeri perut, uterus terasa lembek.

3) Molahydatidosa (Hamil Anggur)

5
Kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korialisnya mengalami

perubahan hidrofik.Tanda-tandanya :perdarahan berulang, nyeri perut, tidak

teraba bagian janin, tidak terdengar DJJ janin

b. Mual Muntah Berlebihan

1) Pengertian

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari,

tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.

Gejala - gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid

terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah

terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara

seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini

disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam

serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena

sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya

wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala

mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-

hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah

disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis

menentukan berat ringanya penyakit. (Sarwono, 2005).

2) Penanganan Umum

Mual muntah dapat diatasi dengan:

a) Makan sedikit tapi sering

6
b) Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak

c) Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir dari pada

makanan padat

d) Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan

kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu

berikutnya

e) Hindari hal hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi

f) Istirahat cukup

g) Hindari hal-hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang

dapat memicu rasa mual (Curtis, 2000)

3) Komplikasi

Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya

adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan

darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2002)

c. Sakit Kepala Yang Hebat

1) Pengertian

Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang

hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala

yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi

kabur atau berbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika

7
tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan

kematian. (Uswhaya, 2009)

Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya disebabkan

oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon kehamilan, khususnya

hormon progesteron. Jika ibu hamil merasa lelah, pusing atau tertekan atau

pandangan mata bermasalah, sakit kepala akan lebih sering terjadi atau makin

parah, jika sebelumnya menderita migrain kondisi ini dapat semakin

bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama kehamilan.

2) Penanganan Umum

a) Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada

dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.

b) Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital

(nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit

sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002)

3) Komplikasi

Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu

penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat

menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002)

d. Nyeri Perut yang Hebat

1) Pengertian

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala

utama pada kehamilan ektopik atau abortus (Saifuddin, 2002). Nyeri abdomen

yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri

8
abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan

jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini

bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks,

persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi

plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.

2) Penanganan umum

a) Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi,

respirasi, suhu)

b) Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas,

waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.

c) Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002)

3) Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain:

kehamilan ektopik, pre-eklampsia, persalinan premature, solusio plasenta,

abortus, ruptur uteri imminens (Irma, 2008)

e. Selaput Kelopak Mata Pucat/ Anemia

1) Pengertian

Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil.

Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel sel ini tidak

memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi. Anemia

sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira kira 50%

selama kehamilan.

9
Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih

cepat dari pada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit

(volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini

dapat mengakibatkan anemia.

2) Penanganan

Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup.

(Curtis, 2000)

3) Komplikasi

Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap

janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat

menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital,

abortus/keguguran (Ayurai, 2009).

4) Pengaruh anemia terhadap kehamilan.

a) Bahaya selama kehamilan

- Dapat terjadi abortus

- Persalinan prematuritas

- Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

- Mudah terjadi infeksiaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)

- Mola hidatidosa

- Hiperemesis gravidarum

- Perdarahan antepertum

- Ketuban Pecah Dini (KPD)

b) Bahaya saat persalinan

10
- Gangguan his, kekuatan mengejan 

- Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlanta

- Kala ke dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan. 

- Kala uri diikuti retensio plasenta, dan perdarahan pospartum karena

atonia uteri.

- Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia

uteri

c) Pada kala nifas

- Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum

- Memudahkan infeksi puerperium 

- Pengeluaran ASI berkurang 

- Terjadi dekompensasi koris mendadak setelah persalinan 

- Anemia kala nipas 

- Mudah terjadi infeksi mamae

d) Bahaya terhadap janin

- Abortus 

- Terjadi kematian intrauteri 

- Persalinan prematuritas tinggi

- Berat badan lahir rendah 

- Kelahiran dengan anemia 

- Dapat terjadi cacat bawaan 

- Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal 

11
- Intligensia

f. Demam Tinggi

Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan

merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi

dalam kehamilan.

1) Penanganan Umum

Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak,

kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002)

2) Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain:

sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih

atas). (Saifuddin, 2002)

2. Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Kehamilan Trimester II

Trimester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan berusia 13-28 minggu.

Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:

a. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan

Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan

dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan

muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa,

sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir

separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya

12
hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan

ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas.

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki

yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau

meletakkan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan

keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau

pre eklamsia.Sistem kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil

mempengaruhi system kerja tubuh sehingga menghasilkan kelebihan cairan. Ini

dapat terlihat setelah kelahiran, ketika pergelangan kaki yang bengkak secara

temporer semakin parah. Ini dikarenakan jaringan tambahan yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan tidak lagi

dibutuhkan dan akan dibuang setelah sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin.

Oleh karena ginjal belum mampu bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang

menempuk dihasilkan disekitar pembuluh darah hingga ginjal mampu

memprosesnya lebih lanjut.

Terkadang bengkak membuat kulit di kaki di bagian bawah meregang, terlihat

mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman.Kram kaki sering terjadi di malam hari

ketika tidur. Kram dihubungankan dengan kadar garam dalam tubuh dan perubahan

sirkulasi. Pengobatan cina menganggap kram ada hubungannya dengan kekurangan

energi pada darah dan ginjal.

1) Penanganan Umum

a) Istirahat cukup

13
b) Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung

protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta

lemak

c) Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan

mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu

dan bayi (Hendrayani, 2009).

2) Komplikasi

Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan

dengan tanda tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai

dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada

pemeriksaan urin dan laboratorium (Rochjati, 2003).

b. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban

dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu

maupun kehamilan aterm.

1) Penanganan Umum

a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG

b) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai

cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.

c) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu),

jangan lakukan, pemeriksaan dalam secara digital.

d) Mengobservasi tidak ada infeksi

14
e) Mengobservasi tanda tanda inpartu (Saifuddin, 2002)

2) Komplikasi

a) Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta

b) Tanda tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

c) Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm

(Saifuddin, 2002)

c. Perdarahan hebat

Perdarahan Masif atau hebat pada kehamilan muda.

d. Pusing Yang hebat

e. Gerakan bayi berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu

dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan

melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan

bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan

minum dengan baik. Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini

merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat

dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu berlebihan, keadaan psikologis ibu

maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti biasanya.

3. Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Kehamilan Trimester III

Trimester III adalah usia kehamilan 7-9 bulan atau kehamilan berusia 29-42 minggu.

Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:

a. Penglihatan Kabur Penglihatan menjadi kabur atau berbayang

15
Dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada

otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang

dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan

penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-

eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa

adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau

berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.

Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda

yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal

ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di

korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).

(Uswhaaja, 2009)

1) Penanganan Umum

a) Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga

yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.

b) Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda tanda

vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari

pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002)

2) Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan antala lain:

a) Kejang

b) Eklamsia

b. Gerakan Janin Berkurang

16
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 29 minggu atau selama

persalinan.

1) Penanganan Umum

a) Memberikan dukungan emosional pada ibu

b) Menilai denyut jantung janin (DJJ):

c) Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian

nilai ulang

d) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan

menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002)

2) Komplikasi

Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan fetal distress.

c. Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya

gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat,

penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam

kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia.

1) Penanganan 

a) Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk

mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah

b) Bebaskan jalan nafas

c) Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur

d) Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002)

2) Komplikasi

17
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi,

proteinuria (Saifuddin, 2002)

d. Demam Tinggi

e. Bengkak pada wajah, kaki dan tanggan

D. Jenis Komplikasi Pada Kehamilan

1. Abortus

a. Definisi Abortus

Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu

hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang

dari 500 gram.

b. Klasifikasi abortus

Beberapa tipe abortus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Abortus spontan Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa

disengaja atau dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis atau medisinalis, semata-

mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

a) Abortus imminens, Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam pada

kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang

meningkat.

b) Abortus insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum

20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus.

18
c) Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

d) Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu.

e) Missed Abortion. Hal ini didefinisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah

meninggal in utero selama beberapa minggu.

f) Abortus Rekuren. Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan

urutan, tetapi definisi yang mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan

berturut-turut selama tiga kali atau lebih. Seorang wanita menderita abortus

rekuren/habitualis, apabila ia mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau lebih

(Monsjoer,2009)

2) Abortus provokatus (terinduksi)

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan. Pada

umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan

belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun

terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup

(Wiknjosastro,2010). Manifestasi Klinis

c. Manifestasi Klinis

1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2) Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,

tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu

badan normal atau meningkat.

3) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

19
4) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus (sarwono.2010).

d. Komplikasi

Resiko dan komplikasi Abortus Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang

melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

2. Resiko gangguan psikologi (Wiknjosastro,2010).

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan

aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

d. Rahim yang robek (Uterine Perforation)

e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations).

f. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopik Pregnancy).

g. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

h. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) (Wiknjosastro,2010).

e. Penanganan

1) .  Abortus iminens

a) istrahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik

berkuang.

b) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap

empat jam bila pasien panas.

20
c) Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati.

Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

d) Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat

hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg.

e) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

f) Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah

infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat (Wiknjosastro,2010).

1)  Abortus insipiens

a) bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan

selama 36 jam dengan diberikan morfin.

b) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani

dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan

kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.

c) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5

% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus

komplit.

d) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta

secara manual (Hidayat, 2009).

2) Abortus inkomplit

a) bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer

laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.

b) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2

mg intramuscular.

21
c) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta

secara manual.

d) Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

3)     Abortus komplit

a) bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.

b) Bila pasein anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.

c) Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

d) Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral (Wiknjosastro,2010)

4)   Missed abortion

a) bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum

lalu dengan kuret taam.

b) Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum atau

ketika mengeluarkan konsepsi.

c) Pada kehamlan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang

laminaria selama 12 jam lalu dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Kemudian

hasil kosepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

d) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse

oksitosin 10 IU dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan

dosis sampai ada kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam.

Bila tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

e) Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan

menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut (Hidayat, 2009).

5)   Abortus septic

22
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.

a) Penanggulangan infeksi

(1) Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam

ditambah kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.

(2) Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah

metrodinazol 500 mg taip 6 jam.

(3) Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin.

b) Tingkatkan asupan cairan

c) Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.

d) Dalam 24 jam sampai 28 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bla

terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus (Hidayat.2009).

f. Status Rujukan

Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau

masalah kesehatan yang timbul secara horisontal maupun vertikal, baik untuk

kegiatan pengiriman penderita, pendidikan maupun penelitian. Rujukan dapat dibagi

menjadi rujukan terencana (Rujukan Dini Berencana dan Rujukan Dalam Rahim)

dan Rujukan Tepat Waktu.

Perdarahan antepartum berdasarkan kelompok faktor risiko merupakan

kelompok faktor risiko III Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO) yang dapat

mengancam jiwa, sehingga harus segera dirujuk tepat waktu (RTW) ke rumah sakit

dalam upaya menyelamatkan ibu/bayi baru lahir.sebelum di rujuk pasang infuse RL

terlebih dahulu, berikan analgetik, rujuk segera dengan pendamping tenaga kesehatan ke

PONED untuk melakukan tindakan kuretase.

23
2. Kehamilan Ektopik

a. Defenisi

Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur

yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri, tetapi biasanya

menempel pada daerah didekatnya.2,18,19 Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan

kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis

masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat ektopik.

b. Klasifikasi

Kehamilan ektopik dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Kehamilan Pars Interstisialis Tuba.

2) Kehamilan ektopik ganda

3) Kehamilan Ovarial

4) Kehamilan servikal

c. Gejala

Gejala atau gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan

penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan,

sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.

1) Kehamilan ektopik belum terganggu

Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk

diketahui, karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.

a) Amenorea atau gangguan haid

b) Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea .

24
c) Nnyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum

mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang

sukar ditentukan.

2) Kehamilan ektopik terganggu

a) Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET).

b) Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada KET.

c) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang lebih banyak

dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin

d) Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks yang nyeri bila digerakkan dan

kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba.

d. Penatalaksanaan dan Rujukan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Jadi setelah

dicurigai adanya Kehamilan Ektopik sebaiknya dilakukan Rujukan ke Fasilitas Kesehatan

lajnjutan. Perawatan dan penanganan akan disesuaikan dengan banyak faktor, seperti tanda

dan gejala yang dialami, ukuran dari fetus, serta kadar hormon HCG di dalam darah.

Operasi dalam keadaan darurat bisa dilakukan apabila kehamilan ektopik

menyebabkan perdarahan berat.Operasi yang dilakukan adalah operasi darurat dengan

melakukan laparotomi.Pada sebagian kasus, tuba falopi dapat diperbaiki.Tetapi, biasanya

tuba yang pecah harus diangkat.

e.Komplikasi

1) Infeksi

2) Ruptur Tuba

3) Syok

25
4) DIC

5) Perdarahan Masif

6) Kematian

3. Mola Hydatidosa

a. Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak

ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi

hidropik.

b. Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1) Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat

sehingga diameter beberapa centimeter.

2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.Umumnya janin

masih hidup dalam bulan pertama.Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm.

c. Gejala

Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah

sebagai berikut :

1) Amenore dan tanda-tanda kehamilan

2) Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan

lanjut kadang keluar gelembung mola.

26
3) Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

4) Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun

uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.

5) Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

6) Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.

7) Mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia. Terjadinya preeclampsia dan

Eklampsia sebelum minggu kedau empat menuju kearah mola hidatidosa.

8) Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih sesudah

periode menstruasi terakhir.

d. Penatalaksanaan Dan Rujukan

1) Penanganan Mola Hidatidosa

Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai

penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.

Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a) Perbaikan Keadaan Umum (Penanganan Awal)

Perbaikan keadaan umum pada pasien molahidatidosa, yaitu :

(1) Koreksi dehidrasi.

(2) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk

memperbaiki syok.

(3) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai

protocol penanganannya.

(4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam.

b) Rujukan untuk Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi

27
1) Kuretase (suction curetase)

Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan

dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan

dengan kuretase.

2) Histerektomi

Syarat melakukan histerektomi adalah:Pertimbangan usia yang sudah lanjut,

diatas usia 40 tahun dan usia anak cukup, terjadi perdarahan banyak setelah

kuretase untuk menyelamatkan jiwa penderita, resisten teerhadap obat

kemoterapi, dugaan perforasi pada mola destruen, sejak semula sudah

tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi dan dugaan sulitnya melakukan

pengawasan ikutan.

e. Komplikasi

1) Perforasi uterus

2) Perdarahan

3) DIC

4) Embolisme tropoblastik

5) Infeksi pada sevikal atau vaginal.

Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat menyebabkan

penyebaran infeksi.Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada mola benigna dan mola

maligna.

4. Hiperemesis Gravidarum

a. Definisi

28
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah

yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang dialami wanita

hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester

pertama kehamilan.

b. Tanda dan Gejala

1) Muntah hebat

2) Nafsu makan buruk

3) Asuhan makanan buruk

4) Penurunan berat badan

5) Dehidrasi

6) Ketidaksamaan elektrolit

7) Respons berlebihan terhadap masalah psikososial yang mendasar

8) Asidosis yang disebabkab kelaparan

9) Alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida yang keluar bersama muntahan

10) Hipokalemia

Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3

tingkatan, yaitu:

1) Tingkat I Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan

rasa lemah, nafsu makan tak ada, berat badan turun dan nyeri epigastrium. Frekuensi

nadi pasien naik sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit

berkurang lidah kering, dan mata cekung.

29
2) Tingkat II Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor nadi kecil dan cepat, suhu

kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi,

hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan nafas berbau aseton.

3) Tingkat III Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti

nadi kecil. dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah makin turun.

c. Penanganan Awal

Penanganan awal yang perlu segera dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Pasang infus untuk memberi larutan dekstrosa 5% ( Apabila wanita tersebut

menderita diabetes, maka konsultasi dengan dokter diperlukan sebelum larutan

diberikan.

2) Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat anti muntah, sebagai berikut :

a) Prometazin (Phenergan) 25mg melalui intavena atau supositoria.

b) Klorpomazin (Thorazine) melalui supositoria 25-50 mg setiap 6-8 jam atau

melalui IM 25-50 mg setiap 3-4 jam.

c) Proklorperazin (Compazine) 10 mg IM atau 2,5-10 mg IV setiap 3-4 jam atau

25 mg supositoria dua kali sehari.

d) Metoklopramid (Reglan) 10 mg PO 4 kali sehari (jangan dikombinasikan

dengan fetotiazin di atas sehubungan dengan efek ekstra piramidal yang

mungkin timbul)

e) Metilprednisolon 16mg tiga kali sehari selama tiga hari, kemudian dikurangi

bertahap selama dua minggu.

30
3) Setelah beberapa jam, tawarkan minuman per oral sedikit demi sedikit. Apabila mual

muntah muncul lagi, minta wanita tersebut puasa. Apabila wanita tersebut

menoleransi cairan, tambahkan cairan sedikit demi sedikit.

4) Bila belum juga teratasi, lakukan persiapan rujukan ke rumah sakit.

d. Rujukan

Apabila hiperemesis pada pasien belum juga teratasi setelah melakukan

penanganan awal maka rujuk pasien dengan menunggunakan prinsip BAKSOKUDA

untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

5. Infeksi Dalam Kehamilan

a. InfeksiSaluranKemih (ISK)

b. InfeksiSaluranReproduksi (ISR)

1) InfeksiMenularSeksual ( IMS )

2) Infeksi Endogen

3) InfeksiIatragonik

InfeksiDalamKehamilanMenurutNorwitzdanSchorge( 2006 )

Infeksi Virus danSpiroketaDalamKehamilan


Organisme Tanda Dan EfekTerhadapJanin/

GejalaPadaIbu Neonatus
Rubella Penyakitringan Sindrom rubella

(ruamkulit,atralgia,limfad kongenital :

enopatidifus) ketulian,lesimata

(katarak),penyakitjantung

(duktusarteriosus

31
paten),retardasi mental,

PJT
Sitomegalovirus Asimtomatik (umum), Penyakit yang

penyakit virus ringan, termasukdisebabkanoleh

sindrommenyerupai CMV :

mononucleosis infeksiosa, hepatosplenomegali,

hepatitis (jarang). kalsifikasi intracranial,

korioretinitis, retardasi

mental, pneumonitis

interstisial, kematian 30%


HIV Asimtomatik, penyakit AIDS padamasakanak-

virus ringan, AIDS kanak


Varisela zoster Cacar air (paling sering), 1) Sindromvariselakonge

pneumonitis (10-20%), nital : korioretinitis,

meningitis (jarang). artofikorteksserebral,

hidronefrosis,

defektulangpanjang,

terpajanpadausiagestasi

<20 minggu

2) Infeksimenjelangaterm:

cacar air ringan, infeksi

fulminant

diseminatadapatbeakib

at fatal.
Virus herpes simpleks 1) Primer episode Lesi herpes

32
(HSV) pertama: padakulitdanmulut, sepsis

penyakitsistemik, virus, enserfalitis herpes,

demamatralgia, lesi infeksidiseminata

genitalia yang herpessimpleks virus

terasanyeri,adenopati (gejalasisaneurologisjangk

2) Infeksiberulang :lesi apanjang,

genitalia yang angkakematiantinggi ).

terasanyeri

(gelembungberisi air,

ulkus).
Hepatitis B dan C Penyakit virus ringan/ Carier hepatitis kronis

sedang

(mual,muntah,hepastoplen

omegali, ikterus, nyeri di

kuadrankananatas
Sifilis 1) Primer i. Lahirmati

(TreponemaPallidum ) (lesisoliterpadasaluran ii. sifiliskongenitaldini :

genitalia ataugumma), ruammakulopapular,

2) Sekunder (ruam, gerakanmengendus,

ulkus,melingkardalam hepatosplenomegali,

mulut, adenopati, korioretinitis.

kondilomalata) iii. Sifiliskongenitallanju

3) Neurosifilistersieratau t :gigiHutchinson:

sifilismeningosvakuler molar mulberry,

33
tulangkeringpanjangd

antajam,

kelainankardiovaskul

er, tulisensorineural.
PenyakitLyme 1) Infeksi local ( demam, Prematuritas, lahirmati,

(Borreliabungdorferi) eritremakronikummigr penyakitneonatusmenyeru

ans, adenopati), pairuam

2) penyakitdiseminata
InfeksiBakteridan Protozoa DalamKehamilan
Diagnosis Organisme Tandadangejalapad Efekpadajanin /

aibu neonatus
Streptokokusgrup B Streptokokus Kolonisasiasimtom 1) onset dini :

agalactiae atik, sepsis

infeksisalurankemi neonatal

h, korioamniotis, 2) meningitis

endomiometritis
Korioamnionitis Polimikroba : Ditemukanbersama Sepsis neonatal

bakteroides, dengandemam

Streptokokus :takikardia,

agalactiae, kepekaandannyerip

E.Coli. ada uterus,

leukositosis, dan /

duh

berbautidakenak.
Listeriosis Listeria Asimtomatik 1) onset dini :

monocytogen (paling sepsis

34
es umum),gejalameny neonatal

erupai flu, 2) meningitis

kelelahan

(serupadengan

mononucleosis

infeksiosa),

meningitis (jarang).
Tuberculosis Mycobacteri Asimtomatik Tuberkolosiskong

um ( paling umum ), enitaldapatbersifa

tuberculosis penyakitaktif, t fatal

batukberkeringat di (khususnyauntuk

malamhari, mengitistuberkulo

penurunanberatbad sa).

an,hemoptysis
Vaginosis bacterial Pertumbuhan Persalinan preterm Prematuritas,

bakteri beratbadanlahirre

normal ndah

vagina

secaraberlebi

han
Gonorea Neisseria Persalinan preterm, Sepsis neonatal,

gonorrhoeae korioamnionitis, Oftalmianeonatal

infeksigonokokusdi akibatgonokokus

seminata
Klamidia Chlamydia Persalinan preterm, Konjungtivitis,

35
trachomatis korioamnionitis. Pneumonia
Toksoplasmosis Toxoplasma Asimtomatik, Aborsi,

gondi kelelahan,limfaden klasifikasiintrakra

opati, myalgia nial,

Hepatosplenomeg

ali,koriorenitis,

kejang
Trikomoniasis Trichomonas Ketubanpecahdini Beratbadanlahirre

vaginalis ndah

6. Oligohidramnion

a. Pengertian

Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang baik

untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara janin

dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim (Sastrawinata, dkk,

2004:40).

Jika produksinya semakin berkurang, disebabkan beberapa hal diantaranya:

insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan-ginjal, janin

terlalau banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air

ketuban intrauteri “oligohidramnion” dengan kriteria :

1) Jumlah kurang dari 500 cc

2) Kental

3) Bercampur mekonium

(Manuaba, dkk, 2007:500)

b. Komplikasi oligohidramnion

36
Menurut Manuaba, dkk. (2007:500) Komplikasi oligohidramnion dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Dari sudut maternal

Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali akibat

persalinannya oleh karena:

a) Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi

b) Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria

Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi persalinan

dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan jalan lahir.

2) Komplikasi terhadap janinya

a) Oligohidramnion menyebabkan tekanan langsung terhadapat janinnya:

(1) Deformitas janin adalah:

(a) Leher terlalu menekuk-miring

(b) Bentuk tulang kepala janin tidak bulat

(c) Deformitas ekstermitas

(d) Talipes kaki terpelintir keluar

(2) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress

(3) Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan

dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban

(a) Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi kesulitan

bernapas karena paru-paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru

(b) Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya menyebabkan kematian janin

intrauterin

37
b) Amniotic band

Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadinya hubungan

langsung antara membran dengan janin sehingga dapat menimbulkan gangguan

tumbuh kembang janin intrauterin. Dapat dijumpai ektermitas terputus oleh

karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.

c. Gambaran klinis

Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan tampak

lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak,

sering berakhir dengan partus prematurus, bunyi jantung anak sudah terdengar mulai

bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama biasanya, sewaktu ada

his akan sakit sekali, bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak ada

yang keluar dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml (Rukiyah dan

Yulianti, 2010:232-233).

c. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010:233) Penatalaksanaan pada ibu dengan

oligohidramnion yaitu :

1) Tirah baring

2) Hidrasi dengan kecukupan cairan

3) Perbaikan nutrisi

4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)

5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion

d. Rujukan

Rujukan diperlukan untuk penegakan diagnosa.

38
7. Anemia dalam kehamilan

a. Definisi

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr

% pada trimeter 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimeter 2. Anemia lebih sering

dijumpai dalam kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan

bertambah dan terjadi perubahan - perubahan dalam darah dan sumsum tulang.

b. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Klasifikasi

anemia pada ibu hamil ini berdasarkan penyebab terjadinya anemia tersebut.

Secara umum menurut Proverawati (2009) klasifikasi anemia pada ibu hamil dibagi

menjadi:

1) Anemia defisiensi Besi 

2) Anemia Megaloblastik

3) Anemia Hipoplastik

4) Anemia Mieloptisik

Klasifikasi anemia menurut WHO:

a.         Normal  : ≤ 11 gr % 

b.        Anemia ringan : 9-10 gr % c) 

c.         Anemia sedang : 7-8 gr% d) Anemia berat : < 7 gr% 3).

c. Gejala dan Tanda Anemia dalam Kehamilan

39
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam

batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis dapat dilihat tubuh yang

pucat dan tampak lemah (malnutrisi).

Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang, perubahan

jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan pembesaran kelenjar

limpa. Niali ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,

didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori yaitu: normal >11 gr/dl,

ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. Sedangkan menurut pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb

11 gr%, anemia ringan 9-10 gr%, anemia sedang 7-8 gr%, anemia berat <7 gr%.

d. Penatalaksanaan dan Rujukan Anemia dalam Kehamilan

1) Penatalaksanaan

Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat

adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang

pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan

asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak

diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya. Anemia

defisiensi besi yang tidak tertangani dengan tepat, dapat mengakibatkan abortus pada

kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan persalinan lama,

perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.

2) Rujukan

Jika ibu terlihat pucat, mudah lelah, lemas, berat badan tidak naik, kadar Hb ≤ 8

gr/dl maka segera rujuk keRS PONEK untuk pemeriksaan laboratorium lengkap dan

transfusi bila perlu.

40
8. Plasenta Previa

a. Definisi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR)

sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI).7 Sejalan

dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah

proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut

berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.

Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa

mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.

b. Klasifikasi

Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum..

2) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.

3) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri

internum.

4) Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta

adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya

berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.

c. Komplikasi

41
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium dan

merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis karena

perdarahan sehingga daya tahannya lemah. Bahaya plasenta previa adalah :

1) Anemia dan syok hipovolemik

2) Kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta.

3) Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial

untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyakKelainan letak anak pada plasenta

previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan

segala konsekuensinya.

4) Kehamilan prematur dan gawat janin .

5) Kematian maternal akibat perdarahan

6) Disseminated intravascular coagulation (DIC)

7) Infeksi sepsis.

d. Gejala

Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada malam hari

saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah masih tinggi diatas pintu atas

panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala.

Biasa perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari

abortus, perdarahan pada plasenta previa di sebabkan karena pergerakan antara plasenta

dengan dinding rahim.

e. Penatalaksanaan

Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan plasenta previa yaitu:

42
1) Konservatif Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37 minggu,

perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal), tempat tinggal

pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan dalam 1 menit). Perawatan

konservatif berupa:

2) Istirahat

3) Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia

4) Memberikan antibotik bila ada indikasi

5) Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

6) Penanganan aktif Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang usia

kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati.

f. Rujukan

Perdarahan antepartum berdasarkan kelompok faktor risiko merupakan kelompok

faktor risiko III Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO) yang dapat mengancam jiwa,

sehingga harus segera dirujuk tepat waktu (RTW) ke rumah sakit dalam upaya

menyelamatkan ibu/bayi baru lahir.

9. Solusio Plasenta

a. Definisi

Solusio plasenta adalah: pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang normal

kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi pada setiap waktu setelah

kehamilan 20 minggu .

b. Gejala klinis

43
Perdarahan dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerakan janin berkurang/tidak terasa lagi

bergerak, Pada palpasi gerakan janin sulit diraba., Auskultasi jantung janin (-) / tidak

terdengar, Dinding perut sakit, Pada pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol,Uterus

terjadi ganguan kontraksi dan atonia uteri (Manuaba. 1998. hal. 256-260).

c. Komplikasi

Komplikasi pada ibu : Perdarahan dapat menimbulkan : Variasi turunya tekanan darah

sampai keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anenis bahkan

sampai syok. Keadaan bervariasi dari baik sampai koma, Gangguan pembekuan darah dapat

menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah yang menyebabkan

pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis.

10. Hipertensi Dalam Kehamilan

a. Defenisi

Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung

dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan

pada wanita yang sebelumnya normal tensinya, tekanan darah mencapai nilai 140/90

mmHg, atau kenaikan tekanan sistoliknya 30 mmHg dan tekanan diastoliknya 15 mmHg

diatas nilai normal (Junaidi,2010)

b. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan

1) Hipertensi gestasional

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan, tidak ada protein

urin, dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu setelah post partum. Kadang-

44
kadang dapat timbul gejala preeklampsia seperti rasa tak enak pada ulu hati atau

trombositopenia.

2) Preeklampsia

Kriteria minimum:

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan > 20 minggu, protein urin ≥

300mg/24 jam atau 1+(dipstik)

Peningkatan keadaan preeklamsia:

Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg, protein urin 2.0 gram/24 jam atau ≥ 2+

(dipstik),kreatinin serum >1,2 mg/dl, platelet < 100.000/mm3.

Sakit kepala yang menetap atau gangguan serebral atau gangguan penglihatan, nyeri ulu

hati yang menetap.

3) Eklamsia

Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain yang menyertai gejala preeklamsia.

4) Superimpossed preeklamsia

Ditemukan protein urin ≥ 300 mg/24 jam pada wanita dengan kehamilan > 20 minggu

.Peningkatan tiba-tiba dari protein urin atau tekanan darah atau kadar platelet <

100.000/mm3 pada wanita dengan hipertensi dan protein urin sebelum kehamilan 20

minggu.

5) Hipertensi kronik

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosa sebelum usia

kehamilan 20 minggu, atau hipertensi terdiagnosa setelah kehamilan >20 mg tapi

menetap sampai setelah kehamilan 12 minggu.

c. Penanganan dan Rujukan

45
Tujuan penanganan adalah :

1) Mencegah timbulnya preeklamsia berat dan eklamsia

2) Lahirkan jann hidup

3) Lahirkan janin dengan trauma yang sekecil-kecilnya pada ibu dan anak.

1. Penanganan Preeklamsia Ringan

Jika kehamilan <37 minggu lakukan penilaian 2x seminggu secara rawat jalan

1) Pantau tekanan darah,protein urin, refleks dan kondisi janin

2) Lebih banyak istirahat

3) Diet biasa

4) Tak perlu obat-obatan

5) Jika rawat jalan tak mungkin, rawat dirumah sakit

a) Diet biasa

b) Pantau tekanan darah 2x sehari, protein urin 1x sehari

c) Tidak perlu obat-obatan

d) Tidak perlu diuretik

e) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan

f) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap rawat

g) Jika terdapat tanda-tanda gangguan pertumbuhan janin, pertimbangkan untuk

terminasi kehamilan

h) Jika protein urin meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat.

Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan untuk terminasi:

1) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan ositosin 5 IU dalam 500 RL

2) Jika serviks belum matang lakukan SC

46
2. Penanganan Preeklamsia Berat

Rujukan segera adalah penangan yang paling tepat. Penderita harus segera dirawat dan

sebaiknya dirawat diruangan khusus didaerah kamar bersalin.Tidak diperlukan ruangan

yang gelap, tetapi ruangan dengan penerangan yang cukup.

3. Penanganan Eklamsia

Rujuk segera. Tujuan: Menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi

timbulnya penyulit khususnya krisis hipertensi. Sebagai penunjang untuk stabilisasi

keadaan ibu seoptimal mungkin.

11. Kehamilan posterm

a. Defenisi

Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan merupakan

kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari

pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari

(Prawirohardjo, 2008).

b. Manifestasi klinis

1) Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atausecara

objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012)

2) Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :

1. Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh

dan mudah mengelupas.

2. Stadium II

47
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

3. Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

c. Penatalaksanaan

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1) Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan.

Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari postmatur ini.

2) Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

3) Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini memegang

peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian besar kepustakaan

sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun

d. Komplikasi

Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:

1) Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu

komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat janin, gerakan

janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.

12.  Diabetes Mellitus Gestasional

a. Pengertian

            Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat

dari faktor yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001).

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus Gestasional

48
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan

menghilang setelah melahirkan.

Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan

berlanjut setelah hamil.

Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh

darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh

darah perifer.

c. Manifestasi Klinis

  Poliuria (banyak kencing)

 Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)

 Pusing, mual dan muntah

 Obesitas,

 TFU > normal

   Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva

  Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)

 Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)

 Gula darah 2 jam > 200mg/dl

 gula darah sewaktu > 200 mg/dl

 Gula darah puasa > 126 mg/dl

d. Komplikasi Pada Ibu dan Bayi

a). Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan

hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%.

49
Angka kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari

tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.

(1) Makrosomia

(2) Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl)

pada 24 jam pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia. 

(3) Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan

memberikan bayi dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat

terjadi juga karena adanya perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan. 

(4) Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG.

(5) Hipokalsemi dan hipomagnesemia

(6) Hiperbilirubinemia

(7) Polisitemia hematologis 

(8) Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal. 

(9) Syndrom gawat nafas neonatal

e. Penatalaksanaan

Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3

maksud utama, yaitu:

1) Menghindari ketosis dan hipoglikemia.

2) Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.

3) Mengoptimalkan gestasi.

13. Ketuban Pecah Dini (Kpd)

a. Defenisi

50
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah

pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap

tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya.

b. Klasifikasi

Ketuban pecah dini preterm (Preterm Premature Rupture of  Membranes PPROM)

adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37 minggu. Dan pecah ketuban

berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24

jam dan lebih dahulu pecah pada awal persalinan (Hamilton C, 2010)

1) PROM ( Premature Rupture of Membrane)

Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu. Pada PROM penyebabnya

mungkin karena melemahnya membran amnion secara fisiologis. Kondisi klinis

seperti inkompetensi serviks dan polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor

risiko yang jelas dalam beberapa kasus ketuban pecah dini. Untuk penangananya

melalui Seksio Sesarea (Syaifuddin, 2002). 

2) PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)

Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan ruptur spontan

membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggudan sebelum onset

persalinan (American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2007). Pecah

tersebut kemungkinan memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang percaya

infeksi intrauterin menjadi salah satu predisposisi utama (Gomez dan rekan, 1997;

Mercer, 2003)

c. Gejala

51
Kekuatan selaput ketuban ditentukan oleh keseimbangan sintesa dan degradasi

matriks ekstraseluler. Bila terjadi perubahan di dalam selaput ketuban, seperti penurunan

kandungan kolagen, perubahan sruktur kolagen dan peningkatan aktivitas kolagenolitik

maka KPD dapat terjadi.

d. Penatalaksanaan dan Rujukan

1) Rawat di rumah sakit.

2) Jika ada perdarahan dengan nyeri perut, curiga solusio plasenta.

3) Jika ada tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotik.

4) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu.

a) Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin (Ampisilin 4 x 500 mg

selama 7 hari ditambah Eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.

b) Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi.

c) Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin (Betametason 12

mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam atau Deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap

6 jam).

d) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.

e) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan preterm

Jika tidak ada infeksi dan kehamilan > 37 minggu

a) Jika ketuban sudah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi

risiko infeksi streptokokus grup B.

b) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam.

c) Atau Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan.

d) Jika tidak ada infeksi pascapersalinan, hentikan antibiotika

52
Nilai serviks

1) Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

2) Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus

oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea

Amnionitis

1) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan.

2) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.

3) Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pasca persalinan.

4) Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan metronodazol

500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam

14. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)

a. Definisi

Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalahgangguantumbuhkembangbayi intra

uterin yang terhambatataukeciluntuk masa kehamilan. (Manuaba, 2017). IUGR

merupakanmasalah yang perlumendapatperhatiankhususPenyebab IUGR yaitu :

1) FaktorIbuyaitupertambahan BB Ibuhamil yang tidaksesuai, Ibuhamil yang

ketergantunganobat, rokok, alkoholsehinggamenimbulkangangguansirkulasi retro-

plasnta. InfeksipadaIbuhamildisebabkan virus rubela, sitomegalovirus, dan hepatitis.

GangguanvaskularIbuakibathipertensi, preeklampsia/eklampsia, danpenyakitginjal.

KeadaanhipoksiapadaIbu.

53
2) Faktorjaninyaitukelainankromosompadajaninsehinggadapatmenimbulkankelainankonge

nital.

3) Faktortalipusatyaituinersiotalipusatpadaplasenta.

b. Gejala

1) Saatkonsultasipertamasebelumhamil :

a) Terdapatriwayatberulangabortus

b) Ibumempunyaipenyakitmenahun :

(1) Hipertensi

(2) Penyakitginjal

(3) Penyakithati

(4) Ketagihanobat, perokok, ataupeminumalkohol

2) Saat hamil :

a) Perdarahanpadakehamilan

b) Kemungkinankelainanplasenta

c) Hasilpemeriksaanlaboratorium

1) Peningkatankadar protein alfa / HCG serum Ibu

2) Zatdasarnutrisirendah

3) Penyakitkolagen

3) HasilpemeriksaanIbuhamil :

a) Kesanumumbesarnya uterus lebihkecildariperkiraanumurkehamilan

b) Bertambahnya BB Ibuhamilkurangdaripatton normal

c) Tingginya fundus uteri kurangsekitar 2-3 cm dariseharusnya

54
d) Polaaktivitasjaninintrauteritidaksesuaidenganjadwalsemestinya. (Manuaba, 2017)

c. Penanganan

Setelah diagnosis ditegakkan, upaya yang dapatdilakukanadalah :

1. Tidur miring kekiriuntukmeningkatkankelancaranalirandarahmenuju retro-

plasentasehinggadapat :

a. Meningkatkanalirannutrisi, vitamin, danlainnya.

b. Meningkatkanpertukaran O2 dan CO2

c. Meningkatkanfungsiplasentalainnya.

2. Memberikanobat-obatansesuaianjurandokter.

d. Rujukan

RujukIbu yang hamil pasti dengan gejala TBJ tidak naik dalam 2 minggu, TBJ < 10

persentil untuk usia kehamilan. Rujukan dilakukan untukpemeriksaan USG, pemeriksaan

CTG, pemeriksaan NST dan pemeriksaan terapi selanjutnya, denganmenuliskan

suratrujukankepolikebidanan RS setempatyang memilikifasilitasmemadai (PONEK).

15. Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

a. Definisi

Kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 350

gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

(WHO. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience.

Geneva: WHO; 2016).

b. Gejala IUFD

55
1) GerakanHebat

2) Berkurangnya pergerakan janin /Tidak ada gerakan janin

Di usia 5 bulan, umumnyajaninsudahmenunjukkangerakan-gerakan di dalamrahim, minimal

10 kali dalamsehari. Jikatidakmenunjukkangerakan, bisaterjadikemungkinankematianjanin.

1) Padapemeriksaanfisiktidakterdengardenyutjantungjanin

Pada saat pemeriksaan menggunakan doppler atau USG, tidak terdengar denyut jantung

janin.

2) Peruttidakbertambahbesar

Rahim membesarjikaadapertumbuhanjanin. Jikapertumbuhanjaninterhenti, makarahim pun

tidakakanbertambahbesar.

c. Penanganan

Apabila diagnosis kematianjanintelahditegakkan, makadilakukan:

1) Pemeriksaantanda-tanda vital.

2) Pemeriksaandarahperifer, fungsipembekuan, golongandarah ABO, Rhesus,

danguladarah.

3) Menjelaskanseluruhprosedurpemeriksaandanhasilnyasertarencanatindakan yang

akandilakukankepadapasiendankeluaraganya.

Bilabelumadakepastianpenyebabkematian, hindarimemberikaninformasi yang

tidaktepat.

4) Memberikandukungan mental danemosionalkepadapasien.

Sebaiknyapasiendidampingioleh orang

terdekatnyadanyakinkanbahwabesarkemungkinandapatlahirpervaginam.

56
5) Membicarakanrencanapersalinanpervaginamdengancarainduksimaupunekspektatifpa

dakeluargapasiensebelumpengambilankeputusan.

6) Bilapilihanekspektatif: tunggupersalinanspontanhingga 2 minggudanyakinkanbahwa

90% persalinanspontanterjaditanpakomplikasi.

7) Bilapilihanmanajemenaktif: induksipersalinanmenggunakanoksitosinatau

misoprostol. Seksiosesareadipilihjikabayiletaklintang.

8) Memberikankesempatanpadakeluargauntukmelihatdanmelakukan ritual

keagamaanpadajanin yang meninggal. (sarwono, 2018)

Padakematianjaninusiakehamilan 24-28 minggudapatdigunakan misoprostol

pervaginamsebanyak 50-100 µg tiap 4-6 jam daninduksioksitosin. Sedangkanpadakehamilan

di atas 28 minggudosis misoprostol diberikansebanyak 25 µg pervaginamsetiap 6 jam.

Setelahbayilahirdapatdilakukan ritual

keagamaanmerawatbayidandapatdilakukanotopsiataupemeriksaanpatologiplasenta yang

akanmembantumengungkappenyebabkematianjanindalamrahim.(WHO. WHO

recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience. Geneva: WHO;

2016).

d. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :

1) Trauma emosional yang berat apabila waktu antara kematian janin dan

persalinan cukup lama.

2) Infeksiapabilaketubanpecah.

3) Koagulopatiapabilakematianjaninberlangsunglebihdari 2 minggu.(sarwono,

2018)

57
e. Rujukan

Rujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penanganan selanjutnya ke RS (PONEK).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Deteksi dini kehamilan lanjut atau tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang

mengindikasikan adanya bahaya yang adapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal

yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian pada janin

58
dan ibu. Adapun tanda bahaya pada kehamilan lanjut diantaranya yaitu pendarahan

pervaginam. Adapun sebab-sebab utama pendarahan kehamilan lanjut yaitu:

1. Plasenta previa

2. Solusio plasenta

3. Rupture uteri

4. Gangguan pembekuan darah

5. Preeklamsi

6. Eklamsi

7. KPD

8. IUFD

Komplikasi tersebut yang menyebabkan pendarahan pada kehamilan lanjut,

merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan

mengenali tanda dan komplikasi  serta penatalaksanaan , dampak dan pencegahan terhadap

kelainan tersebut. Sehingga pada ibu hamil atau  penderita agar dapat segera melakukan

penanganan yang tepat. Sehingga kesakitan atau kematian dapat tercegah.

B. Saran

Jika terjadi perdarahan kehamilan lanjut atau pendarahan pervaginam maka harus

melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit

yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.

59
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F.G, Mac Donal, Gant : Hypertensive Disorders in Pregnancy, in Williams


Obstetrics 21st ed, Prentice Hall international, inc, USA, 2001; 568-570
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan Edisi Pertama. Kemenkes
RI. 2013
Manuaba, Chandranita,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri, edisi I. Jakarta: EGC.
Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi2.Jakarta : EGC. 1998
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

60
Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sari, dr Ratna D.P. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1. Fakultas Kedokteran
Unila. 2018
Varney, Helen. Dkk. 2015 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 . Yogyakarta: EGC

https://id.scribd.com/doc/83396770/Polihidramnion-Dan-Oligohidramnion

https://www.alodokter.com/polihidramnion

https://www.halodoc.com/kesehatan/polihidramnion

https://health.detik.com/diet/d-4513759/mengenal-kelainan-air-ketuban-polihidramnion-dan-
oligohidramnion

http://repository.unissula.ac.id/1052/4/4.%20BAB%20I.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/137/jtptunimus-gdl-sulistiyow-6838-3-bab2.pdf

61

Anda mungkin juga menyukai