ARAFAH
Page 1
Apakah Puasa Arafah harus dikerjakan bersamaan dengan jama'ah haji
yang sedang berwukuf ?
ُﻪﻠﻟﺍ ﺃَﻥْ ُﻳﻜَ ِّﻔﺮَ ﺍﻟﺴَّﻨ ََﺔ ﺍ َّﻟﺘِﻲ َﻗﺒْ َﻠ ُﻪ َﻭﺍﻟﺴَّﻨ ََﺔ ﺍ َّﻟﺘِﻲ َﺑ ْﻌﺪَﻩ
ِ ﺻِ ﻴَﺎ ُﻡ َﻳﻮ ِْﻡ َﻋﺮَ َﻓ َﺔ ﺃَ ْﺣﺘَﺴِﺐُ َﻋ َﻠﻰ
"Puasa hari Arofah aku berharap kepada Allah agar penebus (dosa)
setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya" (HR Muslim no 197)
Page 2
Beberpa argumentasi dapat dikemukakan untuk mendukung pemahaman
Muhammadiyah tersebut, yaitu :
Dari Hunaidah bin Kholid dari istrinya dari sebagian istri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata : "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berpuasa pada 9 Dzulhijjah, hari 'Aasyuroo' (10 Muharrom) dan tiga hari
setiap bulan" (HR Abu Dawud)
Perlu diketahui bahwa Nabi saw. hanya berhaji sekali yaitu pada saat haji
wadaa'- dan ternyata Nabi dan para sahabat sudah terbiasa puasa di hari
Arafah meskipun tidak ada dan belum terlaksananya wukuf di padang
Arafah oleh umat Islam pada saat itu. Hal itu menujukan bahwa
konsentrasi penamaan puasa Arafah tidak karena adanya orang sedang
berwukuf di Arafah, tapi puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9
Dzulhijjah.
Page 3
KEDUA : Kita bayangkan bagaimana kondisi kaum muslimin -taruhlah-
sekitar 200 tahun yang lalu, sebelum ditemukannya telegraph, apalagi
telepon. Maka jika puasa Arafah penduduk suatu negeri kaum muslimin
harus sesuai dengan wukufnya jama'ah haji di padang Arafah, maka
bagaimanakah puasa Arafahnya penduduk negeri-negeri yang jauh dari
Makkah seperti Indonesia, India, Cina dll 200 tahun yang lalu? apalagi 800
atau 1000 tahun yang lalu?.
Jika penduduk Sorong harus berpuasa pada hari yang sama -misalnya-
maka jika ia berpuasa sejak pagi hari (misalnya jam 6 pagi WIT) maka di
Makkah belum wukuf tatkala itu, bahkan masih jam 12 malam. Dan tatkala
penduduk Makkah baru mulai wukuf -misalnya jam 12 siang waktu
Makkah-, maka di Sorong sudah jam 6 maghrib?. Lantas bagaimana bisa
ikut serta menyesuaikan puasanya dengan waktu wukuf??
Maka barang siapa yang satu mathla' dengan Makkah dan tidak berhaji
maka hendaknya ia berpuasa di hari para jama'ah haji sedang wukuf di
padang Arafah karean pada saat itu di Makkah sudah tanggal 9
Dzhulhijjah, akan tetapi jika ternyata mathla'nya berbeda -seperti penduduk
kota Sorong- maka ia menyesuaikan 9 dzulhijjah dengan kalender di
Sorong.
Page 4
Intinya permasalahan ini adalah permasalahan khilafiyah. Meskipun
Muhammadiyah lebih condong kepada pendapat kedua -yaitu setiap
negeri menyesuaikan 9 dzulhijjah berdasarkan kalender masing-masing
negeri-, tetapi Muhammadiyah menyadari ada juga pendapat pertama
yang tentu juga punya argumen kuat
Wasalamu'alaikum wr.wb.
Pakar Fiqih:
Puasa Arafah Ditentukan Karena
Tanggal 9 Dzulhijjah, Bukan Wukuf
Page 5
Terkait perbedaan Wihdatul Mathlak (satu tempat terbit) dan Ikhtalaful
Mathalik (berbeda-beda tempat terbit), ustadz yang akrab disapa Ustadz
Zain ini lebih condong pada pendapat yang mengatakan rukyah itu
dilakukan masing-masing negara umat Islam. Artinya, jika satu negara
melihat Hilal sementara negara lainnya belum melihat Hilal, maka bagi
negara yang melihat Hilal wajib menentukan 1 Dzulhijjah hari itu. Adapun
negara lainnya tidak wajib dan menggenapkan bulan.
Untuk menguatkan pendapat ini, beliau mengemukakan beberapa dalil:
Page 6
“Jadi, hari itu (Arafah) adalah hari yang diketahui oleh manusia. Maka yang
rojih dalam hal ini, puasa Arafah itu tanggal 9 Dzulhijjah, bukan karena
jamaah Haji wukuf di Arafah,” tandasnya.
Page 7
( ARGUMEN MUHAMMADIYAH
&
SUKOHARJO
Page 8
2015
Page 9