Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TUGAS AGAMA
PEMBIMBING IBU MUJAMA’AH M.Pd I
( HAKIKAT MANUSIA DALAM AGMA ISLAM )

DISUSUN OLEH :

NINNE GERDHA FARDIYANA (P17321181001)

ANNISA ARUM SHINTA DEWI (P17321181002)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEDIRI TAHUN 2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam” dapat tersusun
hingga selesai.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktiikkan dalam kehidupan sehari-hari

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Utuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, Agustus 2018


Daftar isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

B RUMUSAN MASALAH

C TUJUAN PEBULISAN

BAB II

PEMBAHASAN

A PENGERTIAN HAKIKAT

B PENGERTIAN MANUSIA

C PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

D FITRAH MANUSIA

E FUNGSI,PERAN DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA MENURUT ISLAM

F TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH SWT

G HAKIKAT MANUSIA

BAB III

KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai ciri khas yang berbeda dari makhluk lainya oleh karena itu sejak dulu manusia sering
menjadi berbincangan berserta dengan berbagai hal yang ada di dalam dirinya dan di sekitarnya serta manusia adalah salah satu ciptaan
Allah SWT yang paling sempurna. Diciptakan dari sari pati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqoh,dan mudgha hingga akhirnya
menjadi wujud yang sekarang ini.

Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah adanya akal dan nafsu.dua hal inilah yang membuat
manusia dapat berfikir,bertanggung jawab,serta memilih jalan hidup,kelebihan-kelebihan ini seperti yang di jelaskan di surat Al-isra’
70.Selain itu ada kelebihan lan yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia,yaitu hati.Jika hati
manusia kotor,derajatnya tentu akan sangat rendah dimata Allah SWT.Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari perbuatan yang kotor
maka tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.

Sebagai makhluk Tuhan,manusia tentu selain memiliki hak Ia juga memiliki kewajiban yaitu beribadah kepada Allajh yang merupakan
tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang di lakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT.

Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT didunia ini sebagai khalifatullah dan sebagai abdi atau hamba Allah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hakikat ?

2. Apa pengertian manusia ?

3. Bagaimana proses penciptaan manusia ?

4. Bagaiman Fitrah manusia ?

5. Apakah fungsi,peran dan tujuan hidup manusia menurut islam

6. Bagaimmana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khallifah Allah SWT ?

7. Bagaiman hakikat manusia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Kita dapat mengetahui pengertian hakikat

2. Kita dapat mengetahui pengertian manusia

3. Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia

4. Kita dapat mengetahui fitrah manusia

5. Kita dapat mengetahui fungsi, peran dan tujuan hidup manusia menurutislam

6. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT

7. Kita dapat mengetahui hakikat manusia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat

Kata hakikat (haqiqat) merupakan kata benda dari bahasa arab yairu dari kata “Al-Haqq”,dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu
kata “hak” yang berarti milik atau kepunyaan,kebenaran ,atau yang benar-benar ada sedangkan secara etimologi hakikat berarti inti
sesuatu,puncak atau sumber dari segala sesuatu. sedangkan menurut bahasa berarti kebenaran atau sesuatu hal yang sebenarnya-benarnya.
Hakikat juga diartikan sebagai inti atau jiwa dari segala sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu
syariat itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa hakikat adalah kalimat atau ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan makna yang
sebenarnya atau makna yang paling dasar dari sesuatu seperti benda,kondisi atau pemikiran,akan tetapi akan menjadi ungakapan yang sudah
sering di gunakaan dalam kondisi tertentu,sehingga menjadi semacam konvensi seperti adat kebiasaan.

B. Pengertian manusia

 Pengertian manusia menurut para ahli

Teori Darwin
Manusia adalah teori yang terkenal dalam kehidupan manusia. Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari Kera. Nenek moyang
manusia adalah kera yang berevolusi menjadi manusia modern seperti sekarang ini.
Pendukung teori Darwin beranggapan bahwa semua makhluk berasal dari nenek moyang yang sama. Secara kasar, teori ini nenek moyang
manusia adalah kera.Kesimpulan itu berdasarkan penemuan penemuan tulang belulang hewan dan manusia purba termasuk kera purba. Kera
tersebut secara bertahap mengalami ‘perbaikan biologis’ selama jutaan tahun sehingga menjadi manusia.

NICOLAUS D. & A. SUDIARJA


Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani
merupakan satu barang

ABINENO J. I

Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”

UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik

I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa

OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY


Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi
(badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan dengan mahluk yang lain

PAULA J. C & JANET W. K


Manusia adalah makhluk terbuka,bebas memilih makna daam situasi mengembang tanggung jawab keputusan yang hidup secara continue
serta menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan .

Pengertian manusia menurut Agama Islam

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan
berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.Al-naas berarti manusia (jama’).Al-abd berarti manusia sebagai hamba
Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta
memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Allah SWT selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak
pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya
agar manusia berusaha mencari, meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja. Untuk mampu
memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan
mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.

Hasil peneliti AlQuran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh,  nafs,
qalb, fikr, dan aqal.

A. Jasad

Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih
lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur),
yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung
dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan
daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak
manusia.

Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan.
Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat
manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal
bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah.Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.
B. Ruh

Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan
surat Shaad 27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah
pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.

Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :

1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)

2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang
dibekali dengan ruh, seharusnya iaselalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah SWT. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha
untuk menganalisa wahyu Allah SWT serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh
yang ada dalam dirinya.

C.Nafs

Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan
pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia
menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.

Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:

1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.

2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs
lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat.

3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari
ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.

C. Proses Penciptaan Manusia

Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang
diciptakan Allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya.

Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah
merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang
proses penciptaan manusia, antara lain dalam (Q.S Al-Mu’minunayat 12,13 dan 14)

ٍ ‫ولَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإل ْنسَانَ ِمنْ سُاللَ ٍة ِمنْ ِط‬.


‫ين‬ َ

‫ين‬
ٍ ‫ار َم ِك‬ ْ ُ‫ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬.
ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر‬

َ‫طفَةَ َعلَقَةً فَخَ لَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَخَ لَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِعظَا ًما فَ َكسَوْ نَا ْال ِعظَا َم لَحْ ًما ثُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ َخ ْلقًا آخ ََر فَتَبَارَكَ هَّللا ُ أَحْ َسنُ ْالخَا ِلقِين‬
ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬.

Artinya:

12.  Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil
akhir dari sesuatu yang di sarikan, sedangkan thinberarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses manjadinuthfah (air mani).

Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah, perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah,
izham dan khalqan akhar (makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan dari nuthfah
oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai
kelanjutan alaqah. Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian kesempurnaan
bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.

Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54).

ِ  ‫ َّو‬ ‫نَ َسبًا‬  ٗ‫فَ َج َعلَه‬ ‫بَ َشرً ا‬ ‫ ۡال َمآ ِء‬  َ‫مِن‬ ‫ق‬
ؕ ‫ص ۡه ًرا‬ َ َ‫ َخل‬ ‫الَّ ِذ ۡى‬ ‫ َوه َُو‬ ‫قَ ِد ۡيرًا‬  َ‫ َربُّك‬  َ‫َو َكان‬

Artinya:

54.  Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu
Maha Kuasa.

Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara)
tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada (Q.S af-tariq 86:6-7)

ِ ‫الصُّ ۡل‬ ‫بَ ۡي ِن‬ ‫ ِم ۡۢن‬ ‫ق ِم ۡن َّمآ ٍء دَافِ ۙقٍي َّۡخ ُر ُج‬


‫ َوالتَّ َرآ ٕٮِب‬ ‫ب‬ َ ِ‫ ُخل‬ 

Artinya:

6.Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,

7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

Pada ayat lain Allah menyebutkan bahwa segala yang hidup di ciptakan Allah dari air (Q.S Al-anbiya 21).

Menurut ajaran Islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai ciri, antara lain ciri utamanya adalah :

1.      Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. ”sesungguhnya kami telah
menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya (Q.S At-tin 95).

2.      Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di kembangkan ) beriman kepada Allah.

3.      Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

4.      Manusia di ciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.

5.      Di samping akal, manusia di lengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.

6.      Secara individual manusia bertanggug jawab atas segala perbuatannya.

7.      Berakhlak

Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang asal kejadian manusia antara lain sebagai berikut :

1.      Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al khalfi (18) :37.

2.      Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as sajada (32) :7.

3.      Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat Asb-shaffaat (37) :11.

4.      Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).

5.      Shalshalin min hamain masnuun  ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk) sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.

6.      Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan dari sesuatu yang lain.

7.      Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut  dalam Q.S (251) :54.

Tentang Ruh dan Nafas

Ruh adalah komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai
mana rahmat , nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami hakekatnya. Sentuhan getaran
ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs
banyak di sebutkan dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs memiliki pengertian yang
sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia
merupakan kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.

Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua
hal yang berbeda ,mental dan fisik, dapat menjalin interaksi sebab akibat.

Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta
memahami kenyataan yang gaib mutlak itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini mereka yang
penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.

D. Fitrah Manusia

Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan
dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi nilai.

Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7): 172. Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)",

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di
kelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang lalu
sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran/rasio.

Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal
dengan darah panasnya dapat mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).

Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:

1. kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling
mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu,
karakter dan intuisi.

E. FUNGSI,PERAN DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA MENURUT ISLAM

1. Fungsi manusia

Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Khalifah berarti pemimpin, wakil, pengelola dan pemelihara. Khalifah Allah berarti
wakil Allah, manusia dibekali dengan profesi untuk memahami dan menguasai hukum Allah yang terkandung dalam ciptaan-Nya. Dengan
pemahaman terhadap kebenaran tersebut manusia dapat menyusun konsep dan melakukan rekayasa. Pada akhirnya akan menghasilkan
sesuatu yang baru dalam perkembangan manusia yang dinamis.

Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah di landasi dengan ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah di berikan oleh Allah dan akan di pertanggung
jawabkan oleh manusia.

Kesatuan wujud manusia antara pisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan
al-taqwin dan menempatkan manusia pada posisi:
a). Manusia sebagai hamba Allah(‘abd Allah) Musa asy’arie mengatakan bahwa esensi dari ‘abs adalah ketaatan,ketundukan dan kepatuhan
yang semuanya itu hanya layak diberikan kepada Allah SWT. Sebagai hamba (‘abd), manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaan-Nya karena
manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia purba sampai manusia modern sekarang, mengakui bahwa diluar
dirinya ada kekuasaan transendental (Allah). Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama
sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia mengasumsikannya lewat mitos yang melahirkan agama animisme dan
dinamisme,meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang sederhana.

Manusia dahulu (purba) mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai bentuk upacara ritual seperti pemujaan terhadap batu
besar, gunung, matahari dan roh nenek moyang mereka. Kesemuanya itu menjadi bukti bahwa ia adalah mahkluk yang memiliki potensi
untuk  beragama. Firman Allah dalam surat ar-ruum : 30 yang artinya ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” [1168]
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

b). Manusia sebagai khalifah Allah (khalifah Allah fi al-ardhi) Menurut Quraish Shihab istilah khalifah dalam bentuk mufrad (tunggal) yang
berarti penguasa politik yang hanya digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini nabi Adam AS. Sedangkan untuk manusia pada
umumnya bisa digunakan khala’if yang didalamnya mengandung arti luas yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa
dalam berbagai bidang kehidupan.pendapat demikian tidak ada salahnya karena dalam kata khala’if sudah mengandung makna khalifah,
yang mempunyai fungsi menggantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukan-nya. Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan
manusia dialam ini, dapat dilihat dalam QS al an ‘am:165 yang artinya “dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Diterangkan juga dalam QS Fathir:39 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang
kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” Dan
surah Al-a’raf:69
yang artinya “Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-
laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu
(daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Ayat- ayat diatas menjelaskan kedudukan manusia dalam raya ini sebagai khalifah dalam arti yang berbeda juga memberi isyarat tentang
perlunya moral dan etika yang harus ditegakan dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya. “Quraisy Shihab” mengatakan bahwa
hubungan manusia dengan alam atu hubungan dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dengan ditaklukan,atau
dengan tuan dengan hambanya. Tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena kalaupun mampu mengelola
(menguasai) namun hal tesebut bukan dari akibat kekuatan yang dimilikinya tetapi akibat tuhan menundukannya untuk manusia.

Selanjutnya Ahmad hasan Firhat, membedakan kedudukan kekhalifahan manusia pada dua bentuk:

1.khalifah kauniyah

Merupakan wewenang manusia secara umum yang telah dianugrahkan Allah SWT untuk mengatur dan memanfaatkan alam beserta isinya.
Pemberian wewenang Allah SWT kepada manusia dalam konteks ini meliputi makna yang bersifat umum tanpa dibatasi oleh oleh agama
apa yang mereka yakini. Artinya label kekhalifahan yang dimaksud diberikan kepada semua manusia sebagai penguasa alam. Bila dimensi
ini dijadikan standar dalam melihat predikat manusia sebagai khalifah Allah Fi-Al-ardh, maka akan berdampak negatif bagi kelangsungan
hidup manusia dan alam semesta.manusia dengan kekuatannya akan mempergunakan alam semesta sebagai konsekuensi kekhalifahan tanpa
kontrol dan melakukan penyimpangan dari nilai Ilahiah, akibatnya keberadaan manusia dimuka bumi bukan lagi sebagai pembawa
kemakmuran, namun cenderung berbuat kerusakan  dan merugikan makhluk Allah lainnya. Ketiadaan kontrol inilah yang dikhawatirkan
malaikat tatkala Allah menciptakan manusia.

2. Khalifah syar’iyat.

merupakan wewenang Allah yang diberikan kepada manusia untuk memakmurkan alam semesta. Hanya saja untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab ini predikat khalifah secara khusus ditujukan kepada orang mukmin. Hal ini dimaksudkan, agar dengan keimanan yang
dimilikinya mampu menjadi pilar dan kontrol dalam mengatur mekanisme alam sesuai dengan nilai-nilai ilahiah yang telah digariskan Allah
lewat ajaran-Nya. Dengan prinsip ini manusia akan senantiasa berbuat kebaikan dan memanfaatkan alam semesta demi kemaslahatan umat
manusia, dengan persepsi terkait dengan hal-hal diatas dapat disimpulkan manusia berpotensi menjadi pendidik dan peserta didik dengan
mengadopsi ilmu pendidikan Islam yang ideal.

2. Peran Manusia

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah:

1. Belajar

2. Mengajarkan ilmu

3. Membudayakan ilmu

Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya
pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

3. Tujuan hidup manusia

Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman dalam surah Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :

“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah  kepada-Ku.” Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain
untuk mengingat Allah Sebenarnya bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun. Sebaik-baiknya
Ibadah adalah bertafakur tentang Allah dan kekuasaan- Nya.  Tafakur merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari
Rohani yang tersembunyi. Arti ibadah : Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila
memiliki waktu yang luang dan hati yang masih kosong dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tanpa hal ini
kehadiran hati tidak mungkin terjadi dan ibadah yang dilakukan tanpa kehadiran hati tidak ada nilainya.

Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun.
Sedangkan yang ke dua adalah membuat hati memahami penting ibadah yang dimaksud waktu luang adalah kita harus menyisihkan waktu
kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain.
Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.

Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-
waktu shalat, yang merupakan tindakan ibadah yang penting dan  melaksanakannya,  dengan sebaik-baiknya. Tidak memikirkan pekerjaan
lain selama waktu-waktu itu. Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena menganggap
ibadah sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting. Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki
kecemerlangan spiritual, namun juga patut mendapat murka Allah. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang meremehkan shalat dan
mengabaikannya. Aku berlindung kepada Allah dari meremehkan Shalat dan dari tidak  memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.

F. TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH SWT

1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT

Makna dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan
dengan “quu anfusakun waahlikunnaran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai
seorang muslim adalah membentuk amal saleh.

Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar,  beribadah kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :

1. Bekerjalah untukku.

Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu telah terkait dengan tuhan (Allah) karena Dia adalah
penguasa tertinggi di Dunia.

Al-Insaan (76 Ayat 30 ):

“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.

Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

2. Semata-mata demi aku.

Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri. Siapakah engkau sebenarnya ?  Tuhan berkata : “Akulah
yang bersinar dalam dirimu” kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri.  “Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-
Ku, demi Aku.  Kerjakanlah semua atas nama-KU.

Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan
roh, bukan badan Jasmani.

3. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku

Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang dinamakan taqwa memancar dari roh. Taqwa yang
sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan untuk roh.

Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan,perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau
beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja. Tidur,
makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.

Al-An’aam (6 ayat 162)  Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Jadi seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja, belajar,  shalat, mati dan semuanya hanyalah untuk Allah.
Dan semua itu memang milik Allah semata.

G. Hakikat Manusia

1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT

Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT
yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan
dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai
seorang muslim adalah membentuk amal saleh.

Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar,  beribadah kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :

1. Bekerjalah untukku.

Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah
penguasa tertinggi di Dunia.

Al-Insaan (76 Ayat 30 ):

“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh.

Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

2. Semata-mata demi aku.

Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri. Siapakah engkau sebenarnya ?  Tuhan berkata : “Akulah
yang bersinar dalam dirimu” kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari roh itu sendiri.  “Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-
Ku, demi Aku.  Kerjakanlah semua atas nama-KU.

Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan
roh, bukan badan Jasmani.

3. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku

Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah pernyataan taqwa. Emosi yang dinamakan taqwa memancar dari roh. Taqwa yang
sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan untuk roh.

Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan,perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila engkau
beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja. Tidur,
makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari roh.

Al-An’aam (6 ayat 162)  Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Jadi seluruh kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah, kerja, belajar,  shalat, mati dan semuanya hanyalah untuk Allah.
Dan semua itu memang milik Allah semata.

F. Hakikat manusia sebagai khalifah

Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.

1. Makhluuq (yang diciptakan)

a)  Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan
mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]

b) Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]

c)Bodoh, Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut
karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]

d) Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan
atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]

2. Mukarram (yang dimuliakan)

a)  Ditiupkan ruh  [QS As Sajdah:9]

b)  Diberi keistimewaan  [QS Al Isra:70]

c) Ditundukkan alam untuknya. Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]

3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)

a) Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS
Adz Dzaariyaat:56]
b) Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun
malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]

4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)

Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]

5. Majziy (yang mendapat balasan)

a) Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya,  Allah menyediakan surga untuk mereka yang
beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]

b) Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak
menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]

Adapun Hakikat manusia, selain daripada yang di atas adalah sebagai berikut : 

1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.

3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.

4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.

5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati.

6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

PENUTUP

Kesimpulan

            Kesimpulan saya mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih mulia dibandingkan makhluk lain seperti yang orang
lain katakan. Karena manusia bisa melakukan apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan kelebihan yang begitu banyak
ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya, manusia selalu menyambung silaturahmi terhadap sesama manusia, saling memaafkan,
saling menghargai sesama. Tetapi banyak juga yang menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama. Padahal
dimata Tuhan, derajat kita sama.

Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita diciptakan oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta
menjauhi larangan-Nya sesuai dengan aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi generasi penerus baginda Rasulullah SAW dengan
terus belajar, mengamalkannya dan membudayakannya.

Tetapi dewasa ini, Islam terancam. Apalagi Indonesia termasuk negara yang terancam keIslamannya akibat pengaruh globalisasi dan
westernisasi yang masuk ke negara kita. Sehingga banyak saudara kita yang meniru gaya asing tersebut (imitasi) padahal itu tidak benar.
Untuk mencegah pengaruh ini, Kita yang sebagai khalifah perlu melakukan tarbiyah.

Anda mungkin juga menyukai