Anda di halaman 1dari 7

MAKALAHAGAMA

KAJIAN NILAI-NILAI MORAL DAN KEPRIBADIAN

DISUSUN OLEH :

1. Fadhila Kusumasari (P17321183010)


2. Celine Delvi Natasya (P17321183011)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN 2018

1
DAFTAR ISI

Daftar isi.............................................................................................................................. i

Kata Pengantar................................................................................................................... ii

Pendahuluan...................................................................................................................... 1

Latar Belakang................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah............................................................................................................. 1

Tujuan................................................................................................................................ 1

Pembahasan..................................................................................................................... 2-11

Kesimpulan....................................................................................................................... 11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat beserta hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Pelajaran Agama Sub Bab 6 yang berjudul “Kajian Nilai-Nilai Moral dan Kepribadian”
dengan baik.
Kedua, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Mujamaah selaku dosen pembimbing kami, orang tua kami yang telah
mendukung dalam hal menyelesaikan tugas makalah ini, dan ucapan terima kasih untuk teman-teman yang telah memberi
masukan-masukan, dan sarannya.
Harapan kami, dengan adanya makalah ini dapat membantu memenuhi nilai tugas matapelajaran Agama, dan bagi
para pembaca makalah ini semoga dapat menambah ilmu pengetahuan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan banyak kritik dan saran
yang membangun untuk bahan perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kediri, 3 Agustus 2018

Penyusun
PENDAHULUAN

Dalam memenuhi tugas membuat makalah tentang Kajian Nilai-Nilai Moral dan Kepribadian, maka kami susun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami bermaksud agar pembaca mengerti dan memahami tentang kajian nilai-nilai moral dan kepribadian serta
hubungannya dengan agama. Dari keinginan itu kami penulis membuat makalah ini semaksimal mungkin dengan berusaha membuat
pertanyaan yang banyak dan sudah menyediakan jawabanya.

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan secara bersama-sama yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di sisi lain agama memiliki peran signifikan bagi kehidupan manusia, disebabkan agama memiliki nilai yang menjadi pedoman
dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral. Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk.

RUMUSAN MASALAH

 Apa itu moral?


 Mengapa agama menjadi sumber moral?
 Apa manfaat moral dalam kehidupan sehari-hari?
 Apa itu kepribadian?
 Apa saja tipe-tipe kepribadian?
 Bagaimana hubungan moral, kepribadian dengan keagamaan?

TUJUAN

o Mengerti pengertian moral


o Paham akan agama menjadi sumber moral
o Mengetahui manfaat moral dalam kehidupan
o Mengerti pengertian kepribadian
o Mengetahui tipe-tipe kepribadian

2
o Mengetahui hubungan kepribadian dengan agama

PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latinmoreskebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata
etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang moralitas suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

B.     AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

1.      Pengertian agama
Agama sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologi berasal dari bahasa Sanksekerta terdiri dari
kata a artinya tidak, gama artinya kacau,agama berarti tidak kacau. Sebagian lain mengatakan a adalah cara, gamaadalah jalan, agama
berarti cara jalan, maksudnya cara berjalan untuk menempuh keridhaan Tuhan.
Dalam bahasa arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki artibalasan atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan,
perhitungan, taat,patuh dan kebiasaan. Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan menuntut untuk
patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan
membawa balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Secara terminologis, Hasby as-siddiqi mendefinisikan agama sebagaidustur (undang-undang) ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi
pedoman hidup dan kehidupan manusia didunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan
yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai
kebahagiaan didunia dan diakhirat.

2.      Hubungan agama dengan moral


Berbicara tentang moral asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu. Dengan rasio atau tradisi dapat juga dengan
lainnya seseorang dapat menentukan baik atau buruk.
Aliran tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi atau adat istiadat. Karena peradaban Barat
mengalami trauma historis berkenaan dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan mereka.
Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-mata, diluar itu agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal
dengan variasi yang berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam
kondisi demikian, ia mengalami risis moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri.
Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam mengahpus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai
sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan didunia ini agar mendapat kebahagiaan
sejati, salah satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang harus
dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu adalah Al-Quran dan Hadist.
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada beebrapa hal yang patut dihayati dan penting
dari agama, yaitu :
1. Agama itu mendidik manusia menjadi tentram, damai, tabah dan tawakal,ulet serta percaya pada diri sendiri.
2.  Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi, berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan
mengabdi dan berkorban, serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggaran yang menuju dosa dan noda.
3.  Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan manusiawi.
Karena itu, menempatankan agama pada posisi semula bisa menjadi penawar kebingungan manusia moderen. Moral yang bersumber agama
bersifat mutlak, permanen, eternal dan universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan semua tempat tanpa
memandang tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan, kebangsaan, dan sosial kultural.

C.    MANFAAT MORAL DALAM KEHIDUPAN


1.    Menjadikan insan yang lebih taqwa kepada Allah.
2.    Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3.    Memperbaiki tingkah laku manusia untuk menjadi pribadi yang baik.
4.    Mengetahui dampak positif  hidup rukun  dalam kehidupan.
5.    Memahami pentingnya arti persatuan di dalam kehudupan.
6.    Menumbuhkan kesadaran pribadi untuk membentuk nuansa  kebersamaan dalam kehidupan sosial.
D.    PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai
artis dalam teater.
Personality mempunyai sinonim yang sangat banyak dalam aplikasinya. Namun ketika semua istilah tersebut dipakai dalam psikologi
mempunyai arti atau ma’na yang berbeda-beda.
Istilah yang berdekatan maknanya itu antara lain:
1.      Personality (kepribadian) penggambaran tingkah laku secara diskriptif tanpa memberi nilai (devaluative).
2.      Character (karakter), penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit.
3.      Diposition (watak), karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
4.      Temperamen (temperamen); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau fisiologik, diposisi hereditas.
5.      Traits (sifat); respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
6.      Type-attribute (ciri); mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
7.      Habit (kebiasaan) respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Dalam berbagai kata yang mempunyai pengertian yang hampir sama, para psikolog kemudian membuat definisi tersendiri menurut
pengetahuan mereka masing-masing, antara lain:
 Allport mengemukakan kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu
yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
 Koentjaraningrat (1980) menyebut kepribadian atau personality sebagai “susunan unsur-undur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.

3
 Hartmannmenyebutkan kepribadian adalah Susunan yang terintegrasikan dari ciri-ciri umum seseorang individu
sebagaimana dinyatakan dalam corak khas yang tegas diperlihatkannya kepada orang lain.
Dari seluruh definisi yang telah dikemukakan diatas Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena
pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.
 Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek
saja dari keseluruhan itu.
 Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai
perangsang sosial seseorang.
 Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras, tetapi menyertakan keseluruhan dan
kesatuan dari tingkah laku seseorang.
 Kepribadian tidak bekembang sacara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri
kepada lingkungan sosial.

E.          TIPE TIPE KEPRIBADIAN


Secara garis besarnya pembagian kepribadian manusia ditinjau dari berbagai aspek:
1.      Aspek biologis
Aspek biologis yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki
seseorang, tokoh-tokoh yang mengemukakan teorinya bedasarkan aspek biologis ini antaranya:
     Hippocrates dan Galenus. Mereka berpendapat, bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah jenis cairan tubuh
yang paling dominan, yaitu:
          Tipe choleris, tipe ini disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak emosi: mudah marah
mudah tersinggung.
  Tipe Melancholis, tipe ini disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuh nya. Sifatnya agak tertutup : rendah diri,
mudah sedih, sering putus asa.
Tipe Plegmatis tipe ini dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak statis: Lamban, apatis, pasif, pemalas.
Tipe Sanguinis, tipe ini dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan. Sifat yang dimilkinya agak aktif, cekatan, periang, mudah
bergaul.
Cretchmer,dalam membagi tipe wataknya Cretchmer mendasarkan pada bentuk tubuh seseorang, yaitu :
 Tipe Astenis (Litosome). Yaitu tipe orang yang memiliki tubuh tinggi, kurus, dada sempit dan lengan kecil.
 Tipe Piknis. Yaitu tipe orang yang memiliki bentuh tubuh gemuk bulat. Sifat yang dimilikinya antaralain : Periang,
mudah bergaul dan suka humor.
 Tipe Atletis. Yaitu Tipe orang yang memiliki bentuk tubuh tubuh atlit tinggi, kekar dan berotot, sifat-sifat yang
dimiliki antara lain: mudah menyesuaikan dri, berpendrian teguh dan pemberani.
 Tipe Displastis. Yaitu Tipe manusia yang memiliki bentuk tubuh campuran. Sifat yang dimiliki tipe ini adalah sifat
yang mudah terombang ambing oleh situasi sekelilingnya. Oleh karena itu di istilahkan Cretchmer tpe ini adalah tipe orang
yang tidak mempunyai ciri kepribadian yang mantab.
Sheldon. Sheldon membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam tubuh seseorang. Berdasar aspek ini ia
membagi tipe kepribadian menjadi:
Tipe Ektomorph. Yaitu tipe orang yang berbadan kurus tinggi, karena lapisan badan bagian luar yang dominan. Sifatnya antara lain suka
menyendiri dan kurang bergaul pada masyarakat.
Tipe Mesomorph, yaitu tipe orang yang berbadan sedang dikarenakan lapisan tengah yang dominan. Sifat orang tipe ini adalah: giat bekerja
dan mampu mengatasi sifat agresif.
Tipe Endomorph, yaitu tipe orang yang berbadan gemuk, bulat dan anggota badan yang pendek, karena lapisan dalam tubuhnya yang
dominan. Sifat tipe orang ini adalah: kurang cerdas, senang makan, suka dengan kemudahan yang tidak banyak membawa resiko dalam
kehidupan.

2.      Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan pada pandangan hidup dan kualitas sosial seseorang. Yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek sosiologi
ini antara lain:
1.      Edward Spranger.
Ia berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup mana yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia membagi tipe
kepribadian menjadi:
a. Tipe Teoritis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada masalah teori dan nilai-nilai: ingin tahu, meneliti dan
mengemukakan pendapat.
b. Tipe Ekonomis, Orang yang perhatianya tertuju kepada manfaat segala sesuatu berdasarkan faidah yang dapat
mendatangkan untung rugi
c. Tipe Esthetis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada masalah-masalah keindahan.
d. Tipe Sosial, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada kepentingan masyarakat dan pergaulan.
e. Tipe Politis, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada kepentingan kekuasaan, kepentingan dan Organisasi.
f. Tipe Religius, Orang yang perhatianya selalu diarahkan kepada ketaatan pada agama. Senang dengan masalah-
masalah ketuhanan dan keyakinan agama.
2.  Murray
Murray membagi tipe kepribadian:
a) Tipe Teoritis, yaitu orang yang menyenangi ilmu pengetahuan, berpikir logis dan rasional.
b) Tipe Humanis, yaitu tipe orang yang memiliki sifat kemanusiaan yang mendalam.
c) Tipe Sensasionis, yaitu tipe orang yang suka sensasi, berkenalan.
d) Tipe Praktis yaitu tipe orang yang giat bekerja dan mengadakan praktek. 
3. Fritz kunkel membagi tipe kepribadian menjadi:
a) Tipe Sachelichkeit, yaitu tipe orang yang banyak menaruh perhatian terhadap masyarakat.

4
b) Tipe Ichhaftigkeit, yaitu tipe orang yang menaruh perhatianya kepada kepentinganya sendiri.
c) Menurut Fritz kunkel antara Tipe Sachelichkeit dan Tipe Ichhaftigkeit berbanding terbalik. Jika seseorang memiliki
Sachelichkeit yang besar maka, Ichhaftigkeit menjadi kecil dan sebaliknya.

3.Aspek Psikologis
Dalam membagi tipe kepribadian berdasarkan tipe psikologis Prof. Heymann mengemukakan, bahwa dalam diri manusia terdapat tiga
unsur: emosionalitas, aktifitas dan fungsi sekunder (proses pengiring)
1)   Emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai sifat yang di dominasi oleh emosi yang positif, sifat umumnya adalah: kurang respek
terhadap orang lain, perkataan berapi-api, tegas, ingin menguasai, bercita-cita yang dinamis, pemurung suka berlebih-lebihan.
2)   Aktifitas, sifat yang dikuasai oleh aktifitas gerakan, sifat umum yang tampak adalah: lincah, praktis, berpandangan luas, ulet, periang,
dan selalu melindungi orang lemah.
3)   Fungsi sekunder (proses pengiring), yaitu sifat yang didominasi oleh kerentanan perasaan, sifat umum yang tampak: watak tertutup,
tekun, hemat, tenang dan dapat dipercaya.
Perilaku-perilaku tersebut mengkristal dalam pola-pola tertentu yang satu sama lainnya sangat berbeda. Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki
individu dan bersifat konstan atau tetap dapat dikategorikan sebagai tipe kepribadian. Tipe kepribadian dalam kontek Al-Qur'an dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam yaitu mukmin (orang yang beriman), kafir(menolak kebenaran) dan munafik (meragukan kebenaran). (Syamsu Yusuf, 2007:
215).
a.         Tipe Mukmin
Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Berkenaan dengan akidah, beriman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir, dan qodar
b. Berkenaan dengan ibadah, melaksanakan rukun islam
c. Berkenaan dengan kehidupan sosiaL bergaul dengan orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan
dan mecegah kemungkaran, suka memaafkan kesalahan orang lain dan dermawan.
d. Berkenaan dengan kehidupan keluarga: berbuat baik kepada kedua orang tua dan saudara, bergaul yang baik antara suami
istri dan anak, memelhara dan membiayai keluarga.
e. Berkenaan dengan moral: sabar, jujur,adil, qonaah, amanah, tawadlu, istiqomah dan mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu.
f. Berkenaan dengan emosi ; cinta kepada Allah, takut akan azab Allah, tidak putus asa dalam mencari rahmah Allah, senang
berbuat kebajikan kepada sesama, menahan marah, tidak angkuh, tidak hasud, atau tidak iri, dan berani dalam mebela kebenaran.
g. Berkenaan dengan intelektual ; memikirkan alam semesta dan ciptaan Allah yang lainnya, selalu menuntut ilmu, menggunakan
pikirannya untuk sustu yang bermakna.
h. Berkenaan dengan pekerjaan : tulus dalam bekerja dan menyempurnakan
pekerjaan, berusaha dengan giat dalam upaya memperoleh rizki yang halal.
i. Berkenaan fdengan fisik ; sehat, kuat dan suci/ bersih

b.   Tipe Kafir
Tipe kepribadian kafir mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Berkenaan dengan Akidah; tidak beriman kepada Allah dan rukun iman yang  lainnya.
2. Berkenaan dengan ibadah: menolak beribadah kepada Allah
3. Berkenaan dengan kehidupan sosial; zalim, ,memusuhi orang yang berimanm, senang mengajak pada kemungkaran,dan
melarang kebajikan.

Tipe-tipe Kepribadian Menurut Al-Qur’an


Di antara sedikit orang yang secara serius melakukan tes kepribadian dengan Al-Qur’an adalah Ahnaf bin Qais, seorang tabi’in senior.
Muhammad bin Nashr al-Marwazy dalam Mukhtashar Qiyaamul Lail mengisahkan tentang Ahnaf. Suatu kali beilau duduk merenungi
firman Allah, “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat ‘dzikrukum’ (penyebutan tentang
dirimu atau) sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (QS. Al-Anbiya’: 10)
Tatkala membaca ayat tersebut, beliau bergumam, “Saya akan membaca mushaf al-Qur’an dan mencari ayat yang menyebutkan tentang
karakter diriku, hingga aku tahu, tipe orang seperti apa aku, dan kaum mana yang paling mirip dengan diriku.”
Mulailah beliau membaca, dan beliau melewati karakter suatu kaum,“Mereka sedikit sekali tidur. Dan selalu memohon ampunan di waktu
pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS.
Adz-Dzariyat: 17-19)
Beliau juga mendapati kaum yang memiliki karakter, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS.Ali Imran: 134)
Beliau juga melewati kaum yang dipuji oleh Allah dalam firman-Nya,“dan mereka mengutamakan saudaranya atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”  (QS.
Al-Hasyr: 9)
Juga kaum yang disebutkan Allah, “Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila
mereka marah mereka memberi  maaf.” (QS. Asy-Syura: 37)
Setelah melewati beberapa kriteria kaum yang dipuji oleh Allah tersebut, beliau berkata, “Allahumma lastu a’rifu nafsi  fi haa’ulaa’i”,  Ya
Allah, aku belum mendapati diriku termasuk dalam kriteria kaum-kaum itu.” Ini adalah sikap tawadhu’ beliau, bukan berarti beliau nihil dari
kebaikan-kebaikan seperti yang beliau baca. Sebagian kita mungkin ada yang merasa, atau bahkan mengklaim memiliki sebagian karakter
kepribadian yang telah disebutkan, meskipun keadaannya jauh di bawah kepribadian Ahnaf bin Qais. Ini dikarenakan, beliau menyadari
bahwa ayat-ayat menyebut semua kebaikan tersebut sebagai amal unggulan, bukan sekedar pernah beramal demikian. Yakni orang yang
konsisten, rutin dan menjaga kualitas amal yang menjadi amal unggulannya. Karena itu, beliau tidak berani mengklaim diri telah memiliki
karakter (sempurna) salah satu dari golongan yang Allah puji dalam Kitab-Nya.
Penasan karena merasa belum mendapatkan kriteria yang pas untuk dirinya, beliau melanjutkan pencariannya dalam al-Qur’an. Beliau
melewati karakter manusia yang disebut oleh Allah, “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’
mereka menyombongkan diri,” (QS. Ash-Shaffat: 35)
Ada lagi kaum yang tatkala ditanya, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.’” (QS. Al-Mudatsir: 42-44)
Setelah beliau membaca beberapa kriteria orang-orang yang celaka tersebut, beliau berkata, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari
perilaku yang seperti itu.” Beliau memang tidak memiliki kriteria seperti itu, dan beliau takut, dan tidak ingin terjerumus dalam perilaku
buruk di atas.

5
F.     HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN SIKAP KEAGAMAAN

1.         Sigmund Freud


Merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamai id, ego, dan superego. Dalam diri orang yang memiliki jiwa
yang sehat ketiga sistem itu bekerja dalam suatu susunan yang harmonis. Segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya selalu memenuhi
keperluan dan keinginan manusia yang pokok.
Sebaliknya, kalau ketiga sitem itu bekerja secara bertentangan satu sama lainnya, maka orang tersebut dinamai sebagai orang yang tak dapat
menyesuaikan diri. Ia menjadi tidak puas dengan diri dan lingkungannya. Dengan kata lain, efisiensinya menjadi berkurang.
a.       Id (Das Es)
Sebagai suatu sistem id mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah. Dengan kata
lain id mengemban prinsip kesenangan (pleasure principle), yang tujuannya untuk membebaskan manusia dari ketegangan dorongan naluri
dasar: makan, minum, seks, dan sebagainya.
b.      Ego (Das Es)
Ego merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata. Freud  menamakan misi yang di emban oleh ego
sebagai prinsip kenyataan.
c.       Super Ego (Das Uber Ich)
Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan, maka sebagian besar super ego mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah
membawa individu ke arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral.
2.         H. J Eysenck
Menurut Eysenck, kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hierarkis
berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi adalah:
a.       Specific response, yaitu tindakan yang terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali.
b.      Habitual response mempunyai corak yang lebih umum daripada specific response, yaitu respon yang berulang-ulang terjadi saat
individu menghadapi kondisi atau situasi yang sama.
c.       Trait, yaitu terjadi saat habitual respon yang saling berhubungan satu sama lain, dan cenderung ada pada individu tertentu.
d.      Type, yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum dan mencakup lagi.
3.         Sukamto
Menurut pendapat Sukamto M. M. Kepribadian terdiri dari empat sistem/aspek, yaitu:
1.      Qalb (angan-angan kehatian).
2.      Fuad (perasaan/hati nurani/ulu hati)
3.      Ego (aku sebagai pelaksana dari kepribadian)
4.      Tingkah laku (wujud gerakan)
Meskipun ke empat aspek itu masing-masing mempunyai fungsi. Sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamika sendiri-sendiri, namun ke
empatnya berhubungan erat dan tidak bisa dipisah-pisahkan.
a.       Qalb
Qalb adalah hati yang menurut istilah kata (terminologis) artinya sesuatu yang berbolak-balik (sesuatu yang lebih), berasal dari kata qalaba,
artinya membolak-balikkan. Qalb bisa di artikan hati sebagai daging sekepal (biologis) dan juga bisa berarti ‘kehatian’ (nafsiologis), ada
sebuah hadits Nabi riwayat Bukhari/ Muslim berbunyi sebagai berikut:
“ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik, baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak, rusaklah seluruh tubuh”.
Itulah qalb.
b.      Fuad
Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani (cahaya mata hati) dan berfungsi sebagai penyimpangan
daya ingatan. Berbagai rasa yang dialami oleh fuad dituturkan dalam ala-qur’an sebagai berikut;
1.Fuad bisa bergoncang gelisah (QS Al-Qashash: 10):“Dan fuad ibu musa menjadi bingung (kosong). Hampir saja ia
membukakan rahasia (musa), jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjad orang yang beriman. “
2.  Dengan diwahyukannya Al-qur’an kepada Nabi, fuad Nabi menjadi teguh (QS. Al-Furqan:32).“Dan orang-orang kafir
bertanya: “mengapa al-qu’ran tidak diturunkan kepadanya dengan sekaligus”?demikianlah, karena dengan (cara)itu,
aku hendak meneguhkan fuadmu, dan aku bacakan itu dengan tertib (sebaik-baiknya).”
3.      Fuad tidak bisa berdusta(QS. Al-Najm:11):“Fuad tidak berdusta tentang apa yang dilihatnya”
4.      Orang yang zalim hatinya kosong (bingung). (QS. Ibrahim:43)“Dengan terburu-buru sambil menundukkan kepala,
mereka tidak berkedip, tetapi fuadnya kosong(bingung).”
5.      Orang musyrik, fuad dan pandangannya dibolak-balikkan/ digoncang. (QS. Al-An’am :110):“Aku goncangkan fuad
dan pandangan mereka (kaum musyrikin), sebagaimana sejak semula mereka tidak mau beriman dan aku biarkan mereka
dalam kedurhakaanya mengembara tanpa arah tertentu.”

c.       Ego
Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realistis). Ego atau aku bisa
dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, mengontrol cara-cara yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan, memilih objek-objek
yang bisa memenuhi kebutuhan, mempersatukan pertentangan-pertentangan antara qalb, dan fuad dengan dunia luar. Ego adalah derivat dari
qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang subyektif dan yang objek (dunia realitas). Didalam
fungsinya, ego berpegang pada prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan prinsip kenyataan ini ialah mencari objek yang tepat (serasi)
untuk mereduksikan ketegangan yang timbul dalam orgasme. Ia merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya
untuk mengetahui apakah rencana itu berhasil atau tidak.
d.      Tingkah laku
Nafsiologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi –asumsi subyektif tentang tingkah laku manusia, karena menyadari bahwa
tidak seorangpun bisa bersikap objektif sepenuhnya dalam mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman
yang disadari oleh pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang difikir dan dirasakan oleh individu itu
menentukan apa yang akan dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan
tingkah lakunya.
Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku, dalam nafsiologi ditentukan oleh nilai dan norma yang sifatnya universal. Orang yang
disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin melaksanakan iman dan amal saleh disegala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu
adalah abnormal, yaitu sifat-sifat zalim, fasik, syirik, kufur, nifak, dan lain-lain.

6
4.      Mujib
Menurut mujib, struktur kepribadian perspektif Islam adalah fitrah. Struktur fitrah memiliki tiga dimensi kepribadian :
1.      Dimensi fisik yang disebut dengan fitrah jasmani, tidak bisa membentuk kepribadian sendiri, keberadaannya tergantung pada substansi
lain. Keberadaan manusia bukan ditentukan oleh fitrah jasmani, melainkan fitrah nafsani.
2.      Dimensi psikis yang disebut dengan fitrah rohani, meskipun belum menyatu dengan jasmani, namun ia memiliki eksistensi tersendiri
di alam arwah. Karena ia telah di alam arwah telah mengadakan perjanjian dg Allah SWT, yang berupa amanat.
3.      Dimensi psikologis yang disebut dengan fitrah nafsani: merupakan psikofisik manusia. Memiliki 3 daya pokok: kalbu, akal, dan nafsu.

PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Agama merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan hubungan manusia dengan sang mutlak, hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dengan kepercayaan tersebut. Moral yang bersumber agama bersifat
mutlak, permanen, eternal dan universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk semua orang dan semua tempat tanpa memandang
tanpa memandang latar belakang etnis kesukuan, kebangsaan, dan sosial kultural. Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral,
akhlak dan etika adalah pada fungsi, sisi sumber dan pada sifatnya

Anda mungkin juga menyukai