Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA

TAAT HUKUM TUHAN DAN FUNGSI PROFETIK AGAMA

DOSEN PEMBIMBING

BU MUJAMAAH, M.PDI

DISUSUN OLEH :

1. Reka Shafna Wahyuningtyas P17321183016


2. Diajeng Fenti Setiawan P17321183017

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kediri,7 Agustus 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Ketaatan Kepada Hukum Tuhan...................................................3
B. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum...........................................11
BAB III PENUTUP....................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................13
B. Saran...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Pada dasarnya manusia
diciptakan itu sama tanpa membedakan agama, ras, suku dan kebudayaan. Salah satu
aspek penting dalam pengenalan kepada Allah sebenarnya adalah memahami
kehendak-Nya. Manifestasi kehendak Allah adalah semua kejadian – kejadian yang
terjadi serta beberapa pernak perniknya. Oleh sebab itu, sebagai orang Islam yang
taat, kita tidak hanya menerapkan syariat agama pada kehidupan sehari-hari kita, tapi
kita juga harus mengetahui, mencermati, dan menerapkan agama di dalam lingkup
hukum.
Setiap Muslim seharusnya (atau bisa dikatakan wajib) memahami hukum dan
permasalahannya, khususnya hukum Islam. Aktivitas seorang muslim setiap hari
tidaklah lepas dari permasalahan hukum islam. Permasalahan yang muncul sama
seperti di atas, yakni tidak sedikit kaum Muslim yang belum memahami hukum Islam,
bahkan sama sekali tidak memahaminya, sehingga aktivitasnya banyak yang belum
sesuai atau bertentangan dengan ketentuan hukum Islam. Memahami hukum Islam
secara mendalam bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan kualifikasi yang
cukup untuk melakukan hal itu dan juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana menumbuh kembangkan kesadaran untuk taat hukum?
2. Bagaimana cara mengurangi permasalahan pelanggran hukum islam?
3. Bagaimanakah ketaatan manusia itu, dan kenyataan yang ada pada
kondisi Islam saat ini?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Mengetahui bagaimana cara menumbuhkembangkan kesadaran untuk taat
pada hukum.
2. Mengetahui konsep hukum Islam.
3. Mengidentifikasi peran agama dalam perumusan hukum.
4. Mengetahui fungsi profetik agama dalam hukum.
5. Mengetahui pembagian hukum islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketaatan Kepada Hukum Tuhan

1. Pengertian Taat Hukum

a.  Umum:
 Patuh terhadap perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah,
pemimpin yang dianggap berlaku untuk oleh orang banyak.
 Mematuhi peraturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.
b. Islam :
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh
Al-Qur’an Hadits serta Ijima’ ulama dengan sabar dan ikhlas.
c. Menurut ahli ushul fiqih, hukum Islam adalah ketentuan Allah yang berkaitan
dengan perbuatan yang mukallaf yang mengandung suatu tuntunan, pilihan
atau yang menjadikan sesuatu sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya
sesuatu yang lain.
d. Menurut ahli fiqih, hukum syari’i (Islam) adalah akibat yang timbul dari
perbuatan orang yang mendapat beban Allah SWT., dan ini dibagi menjadi 2
bagian:

 Hukum taklifi
Hukum Taklifi adalah ketentuan Allah yang mengandung ketentuan
untuk dikerjakan oleh mukallaf atau ditinggalkannya atau yang
mengandung pilihan antara dikerjakan dan ditinggalkan. Hukum
Taklifi dibagi menjadi 5 macam:
a) Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan
suatu perbuatan dengan tuntutan pasti, disebut wajib.
b) Nadb, adalah ketetntuan Allah yang menuntut agar dilakukan
suatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak harus dikerjakan.
Sedangkan kerjaan yang dikerjakan secara sukarela disebut
sunah.
c) Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk
ditinggalkan suatu perbuatan  dengan tuntutan tegas. Perbuatan
yang dituntut untuk ditinggalkan disebut haram.
d) Karahah, adalah  ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan
dengan tidak tegas untuk ditinggalkannya, sedangkan perbuatan
yang dituntut untuk ditinggalkannya dusebut makruh
e)  Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan
orang mukallaf antara mengerjakan dan meninggalkannya.
Pekerjaan yang diperkenankan untuk dikerjakan dan ditinggalkan
disebut mubah.

 Hukum Wad’I
Hukum Wad’i adalah ktentuan Allah yang mengandung pengertian
bahwa terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang sesuatu.
Misalnya:
a) Sebab sesuatu, menjalankan sholat menjadi sebab
kewajiban wudhu
b) Syarat sesuatu, kesanggupan mengadakan perjalanan ke
Baitullah menjadi syarat wajibnya menunaikan haji 

Kesimpulannya, hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui
wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Qur’an dan dipertegas oleh Nabi
Muhammad melalui sunah-Nya yang kini terhimpun dengan baik dalam hadist.
Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan mendatangkan maslahah bagi mereka, mengarahkan kepada
kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, dengan
perantara segala yang bermanfaat serta menolak yang medarat atau tidak berguna
bagi kehidupan manusia.Menurut Abu Ishaq al-Shatibi, tujuan hukum Islam
adalah sebagai berikut:
1. Memelihara aspek agama (hifzul din) artinya menjaga agama dengan
pemahaman dan perilakuyang toleran (tasamuh),   karena hidup di negara
majemuk
2. Memelihara aspek jiwa manusia dan humanisme (hifzul al nafis)
3. Artinya menjaga jiwa manusia tentang hak-hak asasi dan penyebarannya
dalam hukum pidana, tata negara, politik, serta hak warga masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan, pekerjaan, hidup layak, keamanan, dan
kedamaian
4. Memelihara aspek akal (hifzal aql)
5. Artinya menjaga akal sebagai anugerah Allah yang harus dijaga dan
dikembangkan serta dilindungi, karena dengan akal manusia dapat meraih
kemajuan
6. Memelihara aspek harta (hifzal irz)
7. Artinya menjaga harta dan memacu untuk maju supaya memiliki mental
kuat dengan mau bekerja keras, supaya tidak miskin karena kemiskinan
merupakan kesengsaraan dalam hidup
8. Memelihara aspek keluarga (hifzal nasl)
9. Artinya menjaga keturunan yang baik, agar tidak menjadi keluarga lemah
dalam segala hal, baik ekonomi, iman, pendidikan, dan fisik.

2. Pengertian Asas Hukum


1) Asas Hukum adalah Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir
dan berpendapat.Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan
hukum.
2) Asas Hukum Secara Umum
1. Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum
dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
2. Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
3. Asas kemanfaatan
4. Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan
negara dan kelangsungan umat manusia.
3) Asas Hukum Secara Islam

a. Asa kepastian hukum

Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum
dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.Qs. Al-
Maidah : 95

‫ َل ِمنَ النَّ َع ِم‬Qَ‫ا قَت‬Q‫ ُل َم‬Q‫ َزاء ِّم ْث‬Q‫ فَ َج‬Qً‫هُ ِمن ُكم ُّمتَ َع ِّمدا‬Qَ‫ ُر ٌم َو َمن قَتَل‬Q‫ ْي َد َوأَنتُ ْم ُح‬Q‫الص‬
َّ ‫وا‬ ْ ُ‫وا الَ تَ ْقتُل‬
ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
‫ا َل‬QQَ‫ق َوب‬ َ ‫ ُذو‬Qَ‫يَاما ً لِّي‬Q‫ص‬ ِ َ‫ك‬QQِ‫ ْد ُل َذل‬Q‫ا ِكينَ أَو َع‬Q‫يَحْ ُك ُم بِ ِه َذ َوا َع ْد ٍل ِّمن ُك ْم هَ ْديا ً بَالِ َغ ْال َك ْعبَ ِة أَوْ َكفَّا َرةٌ طَ َعا ُم َم َس‬
ُ
‫َزي ٌز ذو ا ْنتِقَ ٍام‬ِ ‫أَ ْم ِر ِه َعفَا هّللا ُ َع َّما َسلَف َو َم ْن عَا َد فَيَنتَقِ ُم هّللا ُ ِم ْنهُ َو ُ ع‬
‫هّللا‬

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang


buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu
membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut
putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa
sampai ke Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi
makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang
dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari
perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan
barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan
menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk)
menyiksa.QS. al-Mai'dah (5) : 95

b. Asas keadilan

Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya. Qs. Shad : 26

ِ ‫يل هَّللا‬ ِ ‫ق َواَل تَتَّبِ ِع ْالهَ َوى فَي‬


ِ ِ‫ُضلَّكَ عَن َسب‬ ِّ ‫اس بِ ْال َح‬ ِ ْ‫ك َخلِيفَةً فِي اأْل َر‬
ِ َّ‫ض فَاحْ ُكم بَ ْينَ الن‬ َ ‫يَا دَا ُوو ُد ِإنَّا َج َع ْلنَا‬
‫ب‬ ْ ٌ َ َ َ
ِ ‫د بِ َما نَسُوا يَوْ َم ال ِح َسا‬Q ‫يل ِ لهُ ْم َعذابٌ ش ِدي‬ ‫هَّللا‬ ِ ِ‫ضلونَ عَن َسب‬ ُّ َّ َّ
ِ َ‫إِن ال ِذينَ ي‬

“Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di


bumi ini menegakan dan menjalankan hukum sabaik-baiknya tanpa
memandang status sosial, status ekonomi dan atribut lainnya”.

Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8

Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran hukum
dalam Islam”

“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang telah


ditetapkan Allah itulah orang-orang yang aniaya”

c. Asa kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan
negara dan kelangsungan umat manusia.

Qs. Al-Baqarah : 178

‫األُنثَى فَ َم ْن‬QQِ‫ ِد َواألُنثَى ب‬Q‫ ُد بِ ْال َع ْب‬Q‫ال ُح ِّر َو ْال َع ْب‬Q


ْ Qِ‫رُّ ب‬QQ‫صاصُ فِي ْالقَ ْتلَى ْال ُح‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالق‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
‫ ةٌ فَ َم ِن‬Q‫ف ِّمن َّربِّ ُك ْم َو َرحْ َم‬Qٌ Q‫ك ت َْخفِي‬ َ
َ Qِ‫ا ٍن َذل‬Q‫ ِه بِإِحْ َس‬Q‫ُوف َوأدَاء إِلَ ْي‬ ْ ٌ ‫ا‬QQَ‫ ْي ٌء فَاتِّب‬Q‫ُعفِ َي لَهُ ِم ْن أَ ِخي ِه َش‬
ِ ‫ال َم ْعر‬QQِ‫ع ب‬
‫ك فَلَهُ َع َذابٌ أَلِي ٌم‬ َ ِ‫ا ْعتَدَى بَ ْع َد َذل‬

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan


dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
mambayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa
yang sangat pedih. (QS. 2:178)

d. Asa kejujuran dan kesukarelaan

QS. Al-Mudatsir : 38

ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬


ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬

“Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap individu
tidak akan memikul dosa orang (individu) lain”

3. Pembagian Syariat Islam


a. I’TIQODIYAH, hukum atau peraturan yang berkaitan dengan dasar-dasar
keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar
iman kita. Sebagai contoh, peraturan yang berhubungan dengan esensi dan
Sifat Allah Yang Mahakuasa.
b. ‘AMALIYAH;
 Ilmu moral, yaitu aturan-aturan yang berkaitan dengan pendidikan dan
peningkatan jiwa. Sebagai contoh, semua aturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejahatan, keburukan, sama
seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, dapat dipercaya,
dan dilarang berbohong dan pengkhianatan.
 Ilmu fiqh berisi dua bagian: pertama, ritual menjelaskan hukum-hukum
hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak
diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah seperti shalat, zakat,
puasa, dan haji
4. Hubungan Manusia dengan Hukum Allah serta Fungsinya dalam Kehidupan
Dalam ajaran Islam, umat Islam wajib mentaati hukum yang ditetapkan Allah,
karena orang yang mendapat beban itu adalah mukallaf, baik berupa tuntutan,
pilihan, maupun larangan.Oleh karena itu, bila seseorang telah mengamalkan
semua titah Allah, baik berupa tuntutan (wajib dan sunah) larangan (haram atau
makruh) maupun pilihan (mubah), maka orang tersebut akan menolak perbuatan
zalim terhadap sesama manusia maupun sesama makhluk hidup.
Ruang lingkup yang diurusi hukum Islam menurut pendapat Zahabi meliputi
beberapa aspek, diantaranya:
 Hukum i’tiqadiyah, yaitu sesuatu yang berkenaan dengan akidahdan
keyakinan seperti rukun iman yang enam;
 Hukum alamiyah, yaitu sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, seperti
sholat, puasa, zakat dan haji;
 Muamalah, seperti jual beli, perkawinan, waris, pencurian, dan sebagainya.
Menurut Al-Qur’an, setiap muslim wajib mentaati serta mengikuti kemauan atau
kehendak Allah, kehendak Rosul dan kehendak Ulil amri, yaitu orang yang
mempunyai kekuasaan atau penguasa.
Aturan hukum Islam itu berlaku berangsur-angsur sesuai situasi kondisi dan
keadaan masyarakat waktu itu, baik dalam rangka perintah meninggalkan adat
kebiasaan banyak yang lampau dan kemampuan untuk menggantikan hukumnya
dengan hukum baru yang lebih kondusif.
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak,
namun dalam pembahasan ini dikemukakan peranan utamanya saja, yaitu:
a. Ibadah, fungsi paling utama hukum Islam adalah beribadah kepada Allah
swt., karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya
b. Fungsi amal makruf nahi munkar
c. Fungsi zawajir, fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan
berzina, yang disertai dengan ancaman hukuman atau sansi hukum
d. Fungsi tanzim wal islah al-ummah, yaitu hukum Islam sebagai sarana untuk
mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial
sehingga terwujud masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera bahagia.
5. Peran Agama dalam Perumusan Hukum
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bebas dan merdeka, karena ingin
memperkuat kedudukan pribadinya untuk memenuhi keinginan dan
kegemarannya, mereka tidak sanggup menghadapi tantangan alam untuk
menyatukan diri dengan saudara sesama manusia dan menyatakan usahanya
dengan orang lain. Untuk mengatasi itu tidak ada cara lain.Ada 3 program yang
harus dicermati dan difahami, yaitu:
1. Terwujudnya masyrakat yang agamis, berperadaban luhur, berbasis hati
nurani yang diilhami dan disinari firman ajaran agama Allah.
2. Terhindarnya perilaku radikal , ekstrim, tidak toleran, dan eksklusif dalam
kehidupan beragama.
3. Terbinanaya masyarakat yang dapat menghayati, mengamalkan ajaran-
ajaran agama dengan sebenarnya, mengutamakan persamaan, menghargai
HAM dan menghormati perbedaan melalui internalisasi ajaran agama
Aspek kehidupan sosial keadaanya selalu berubah-ubah mengikuti perubahan
waktu, tempat, keadaan, maka syariat atau hukum yang merupakan salah satu
aspek sosial dengan sendirinya antara kehidupan sosial dengan hukum
mempunyai aspek yang saling mempengaruhi, maka kita akan mendapatkan
sebab perbedaan diantara berbagai hukum karena perbedaan waktu dan tempat
dan adanya bermacam-macam hukum yang diwarnai oleh faktor kebangsaan dan
faktor khusus dan sifatnya tradisional
Pada masa Umar bin Khatab terjadi kemarau panjang, sehingga peternakan tidak
berkembang dan panen tidak berhasil. Lalu Ia mengeluarkan dua macam
keputusan (kebijakan hukum Islam) yang penting, yaitu:
1. Mengundurkan pemungutan zakat binatang ternak hingga masa kekeringan
berakhir dan binatang ternak berkembang kembali.
2. Menghentikan hukuman potong tangan bagi pencuri ketika itu, Umar r.a.
berkata,”janganlah kamu potong tangan pada setangkai buah (al-izq,
kurma) dan jangan pula pada tahun kekeringan atau kelaparan (am
sanatain).
B. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum

1. Pengertian Profetik Agama


Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat
yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang
ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing
masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.
Didalam sejarah, Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, Nabi
Muhammad yang membimbing kaum miskin dan budak belia melawan setiap penindasan dan
ketidakadilan. Dan mempunyai tujuan untuk menuju kearah pembebasan. Menurut Ali Syari’ati
dalam Hilmy (2008:179) para nabi tidak hanya mengajarkan dzikir dan do’a tetapi mereka juga
datang dengan suatu ideologi pembebasan.

2. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum


Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga memuat
peraturan-peraturan yang mengkondisikan terbentuknya batin manusia yang baik, yang
berkualitas, yaitu  manusia yang bermoral (agama sebagai sumber moral). Kearifan yang
menjiwai langkah hukum dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat
orang bias memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan) Fungsi Profetik Agama:

a) Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan


Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang salah atau kurang
baik seperti :

 Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat (Politik


atau paham yang tidak sehat)
 Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-rambu hukum dan
norma serta nilai yang ada
 Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah ilegal dan
aspal
  Dalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dan lain sebagainya
 Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam masyarakat
(Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun bathin
 Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi (Endsof Pluralisme)

Intinya :
1. Dalam berpolitik, seperti : Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang.
2. Dalam Materialisme, seperti : Ekonomi kapitalisme
3. Dalam Ekologi, seperti : Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan
umum dan  pendidikan moral, memisahkan pemerintahan Negara dengan
Agama). Agama terasing dari persoalan kehidupan manusia.
4. Dalam Reduksionisme, seperti : Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas
ilmu   pengetahuan
5. Dalam Kultural atau Budaya, seperti : Hedonisme (hanya memburu dan mengejar
kesenangan dunia).

b. Dalam mengatasi atau merevitalisasi keberagaman dalam menjalankan agama


dengan back to qur’an and sunnah
 Menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai:
 Sumber dan paying hokum dalam memahami dan mengamalkan
ajaran islam.
  Sumber rujukan dalam menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan sebagai 
petunjuk abadi untuk kebahagiaan manusia sepanjang masa, dan terkandung
ajaran yang mengatur semua totalitas kehidupannya.
Al-Qur’an sebagai hidayah dan universal sifatnya, serta menetapkan
hukum suatu masalah, maka senantiasa memperhatikan kondisi sosial  yang
berkembang ditengah masyarakat.
Al-Qur’an hanya berbicara dalam konteks global, dan penganutnya
mengembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dalam hal ini, agama yang berfungsi dan berperan untuk
menyelamatkan umat manusia dalam Al-Qur’an juga tidak mengenal sistem
kelas dan status sosial, maka yang taat pada hukum dan agama serta taqwa
kepada Allah itulah yang paling mulia dan baik di hadapan-Nya.
Upaya yang harus dilakukan dalam rangka  untuk menegakkan hukum
Islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui
proses terutama di  negara yang mayoritas penduduknya muslim, namun
bukan negara Islam, kebebasan mengeluarkan pendapat untuk memikirkan
pengembangan pemikiran hukum Islam harus direalisasikan.
Tugas generasi muda ialah merealisasikan hukum Islam, meskipun
diperluas proses, waktu, pemikiran, dan sumbang saran sesuai petunjuk Allah
dalam Al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

1. Hukum Islam ialah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang
mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, pilihan, sebab, syarat, atau penghalang
bagi adanya sesuatu yang lain.
2. Syariat Islam menyamaratakan hukum dan keadilan antara sesama umat Islam.
3. Islam mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu kepentingan
masyarakat dengan memanfaatkan segala bentuk kebajikan yang disumbangkan
setiap individu.
4. Pada dasarnya, ketentuan hukum bagi manusia, disyari’atkan Tuhan untuk mengatur
tata kehidupan mereka di dunia, baik dalam masalah keagamaan maupun
kemasyarakatan.
5. Sumber hukum islam yang utama adalah Al – Qur’an dan hadist, selain
menggunakan kata sumber juga digunakan kata dalil yang berarti keterangan yang
dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran.

B. Saran
Saran yang dapat disajikan adalah:
1. Kami menyarankan agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang makalah
yang kami sajikan
2. Kami menyarankan agar pembaca bisa menambah wawasan dengan menerapkan
ajaran Islam didalam lingkup hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Rosyadi Khoiron, “Pendidikan Profetik”, Pustaka Pelajar, Cet. I, 2004, Yogyakarta
Shofan Mohammad “Pendidikan Berparadigma Profetik (Upaya Konstruktif
Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam)”, IRCiSoD bekerjasama dengan UMG
Press, Cet. I , 2004, Yogyakarta
Kuntowijoyo (Alm), “Muslim Tanpa Masjid”, Bandung: Mizan, 2001
Banawi Imam, “Segi-segi Pendidikan Islam”, Al-Ikhlas, 1987, Surabaya
http://uliyasiwi.wordpress.com/2011/10/11/makalah-pendidikan-agama-islam-2/
http://www.scribd.com/doc/111360836/Fungsi-Profetik-Agama-Dalam-Hukum

Anda mungkin juga menyukai