Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH EFISIENSI BIAYA PEMELIHARAAN MESIN TERHADAP

PRODUKTIVITAS PRODUKSI

Ima Ammelia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efisiensi biaya pemeliharaan


mesin, mengetahui gambaran produktivitas produksi, serta untuk mengetahui pengaruh
efisiensi biaya pemeliharaan mesin terhadap produktivitas produksi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif-verifikatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa laporan keuangan. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji linieritas dan regresi linier sederhana dengan menggunakan program
SPSS versi 20. Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi Ŷ = 1,615 − 0,029𝑋
menunjukan arah koefisien negatif. Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa efisiensi biaya
pemeliharaan mesin tinggi, produktivitas produksi rendah, perhitungan statistik menunjukan
koefisien arah regresi negatif. Hal ini menunjukan setiap adanya kenaikan efisiensi biaya
pemeliharaan mesin akan menurunkan produktivitas produksi, dan sebaliknya. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan adalah efisiensi biaya pemeliharaan mesin berpengaruh
negatif terhadap produktivitas produksi diterima.

Kata Kunci : Efisiensi Biaya Pemeliharaan Mesin, Produktivitas Produksi

Pendahuluan Program revitalisasi industri gula 2010-


Sesuai dengan Inpres No 1 Tahun 2014 ini diimplementasikan dengan sasaran
2010 tentang Percepatan Pelaksanaan pokok untuk mencapai swasembada gula
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun nasional pada tahun 2014 dengan produksi
2010, Kementrian Perindustrian gula konsumsi 2,96 juta ton dan gula untuk
mengimplementasikan Program Revitalisasi industri sebesar 2,74 juta ton. Dengan
Industri Gula Nasional dengan visi demikian, total produksi gula pada tahun
mewujudkan industri gula nasional yang 2016 diharapkan mencapai 5,7 juta ton.
mandiri, berdaya saing dan mampu Sedangkan tingkat produksi industri gula
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan nasional saat ini baru mencapai 2,7 juta ton,
ekspor. Adapun misi program ini adalah: sehingga masih defisit 3 juta ton. Untuk
memperkuat struktur industri gula, menutupi defisit kebutuhan gula nasional
meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta mencapai swasembada gula,
mendorong investasi pabrik gula ke luar diperlukan peningkatan produktivitas pabrik
Pulau Jawa, terpenuhinya kebutuhan gula gula yang telah ada dan penambahan
konsumsi dan industri oleh industri gula sedikitnya 20 pabrik gula baru. Selain itu,
dalam negeri dan mendorong industri industri gula dihadapkan dengan ketentuan
permesinan dalam negeri untuk mendukung Asean Free Trade Area (AFTA), tarif bea
revitalisasi industri gula. Pelaksanaan masuk untuk Gula Kristal Putih (GKP) harus
program ini berkoordinasi dengan instansi- turun menjadi 10% dan gula mentah (raw
instansi lainnya. sugar) harus turun menjadi 5%. Gula
produksi luar negeri akan membanjiri pasar
Indonesia. Perbedaan harga gula produksi

36
dalam negeri dengan luar negeri akan Tabel 1
membuat gula Indonesia tidak mendapat Realisasi dan Anggaran Hasil Produksi
tempat di pasar meskipun produksi dalam
negeri dapat mencukupi konsumsi nasional. PT Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya
Maka dari itu masih diperlukan usaha-usaha 2006-2015
untuk membangun industri gula Indonesia
agar memiliki daya saing. Produksi (dalam rupiah)
Tahun
PT Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya Realisasi Anggaran
sebagai salah satu perusahaan swasta yang 2006 29,312,514,075 29,983,252,272
bergerak dibidang industri gula ikut berperan
2007 34,804,526,044 34,471,498,351
serta dalam pertumbuhan gula nasional. PT
Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya yang 2008 38,822,589,243 41,367,674,829
berproduksi di Jl Raya Singaparna Km 9,8 2009 38,007,507,819 44,508,075,883
Tasikmalaya ini memproduksi jenis gula cair
yaitu glucose, fructose, caramel, dextrose 2010 47,921,303,068 54,318,060,338
monohydrate dan maltodextrin. Gula cair 2011 52,158,032,631 52,500,475,950
tersebut diditribusikan ke beberapa industri
makanan dan minuman diantaranya PT 2012 58,400,508,501 58,500,475,950
Mayora Indah, PT Perfetti Vanmelle 2013 68,628,805,642 68,975,485,766
Indonesia, PT Yupi Indo Jelly Gum, PT
Torabika, PT URC Indonesia, PT Unican 2014 75,298,230,915 75,687,590,742
Surya Agung, PT Internusa Food, PT 2015 85,839,983,243 85,975,608,317
Inkenas Agung dan sebagainya.
Jumlah 529,194,001,181 546,288,198,398
Peningkatan konsumsi gula yang semakin
meningkat dan perkembangan industri Selisih 17,094,197,218
makanan dan minuman yang menggunakan Sumber : Laporan Realisasi dan
gula, akan meningkatkan kebutuhan gula di Anggaran Produksi dan Penjualan PT Raya
dalam negeri. PT Raya Sugarindo Inti Sugarindo Inti Tasikmalaya tahun 2006-2015
Tasikmalaya sebagai salah satu industri
yang bergerak di bidang gula dituntut untuk
dapat memenuhi kebutuhan konsumsi gula Dari tabel 1 terlihat bahwa perusahaan
di dalam negeri, sehingga dapat membantu belum mampu mencapai target produksi
pemerintah dalam mewujudkan sesuai dengan yang direncanakan. Menurut
swasembada gula nasional. manajemen perusahaan salah satu hal yang
Pada beberapa tahun terakhir, diduga menjadi penyebab tidak tercapainya
perusahaan belum mampu mencapai target produksi adalah manajemen mesin-mesin
produksi sesuai yang telah direncanakan yang kurang dikelola dengan baik, padahal
sebelumnya. Hal ini terlihat dari mesin dan sarana produksi lainnya
perbandingan laporan realisasi dan anggaran merupakan sumber vital dari kegiatan proses
hasil produksi. Untuk lebih jelasnya dapat produksi. Tujuan fungsi produksi adalah
dilihat pada tabel 1. sebagai berikut: untuk mengolah sumber daya yang dimiliki
perusahaan secara efisien dan efektif
sehingga dapat merealisasikan target
produksi yang direncanakan. Hasil produksi
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan akan
mencerminkan tingkat produktivitasnya.
Produktivitas itu sendiri adalah
mengenai besaran output/keluaran dengan
input/masukan. Menurut Kendrick (Griffin,
2002:213) “Produktivitas adalah ukuran

37
efisiensi ekonomis yang mengikhtisarkan nilai adalah biaya pemeliharaan. Maka, untuk
dari output relatif terhadap nilai dari input meningkatkan produktivitas produksi, salah
yang dipakai untuk menciptakannya”. satunya bisa dilakukan dengan cara
Menurut Mulyadi (2001:466) “Produktivitas menggunakan biaya pemeliharaan secara
berhubungan dengan produksi keluaran efisien. Biaya pemeliharaan sebagai salah
secara efisien dan terutama ditujukan kepada satu pembentuk biaya produksi, biaya
hubungan antara keluaran dan masukan produksi yang lebih rendah akan
yang digunakan untuk menghasilkan mengakibatkan produktivitas lebih tinggi.
keluaran tersebut”. Biasanya suatu kombinasi Efisiensi biaya produksi yang dilakukan dapat
atau campuran masukan dapat digunakan disebabkan oleh salah satunya adalah
untuk menghasilkan suatu tingkat keluaran kegiatan pemeliharaan preventif terhadap
tertentu. setiap fasilitas produksi. Artinya, perusahaan
Dalam produktivitas, output adalah dapat mengendalikan biaya produksi salah
sejumlah barang dan jasa yang dihasilkan satunya dengan melakukan penghematan
dari proses produksi, sedangkan input adalah pada biaya pemeliharaan melalui
faktor-faktor produksi. Menurut Suprihanto pemeliharaan preventif.
(Haryani, 2002:97) “sumber-sumber ekonomi
atau sering disebut dengan faktor-faktor Landasan Teori
produksi mencakup tanah, modal, teknologi,
tenaga kerja dan bahan baku”. Ravianto (2007:12) mengemukakan
pengertian produktivitas adalah “Ukuran
Produktivitas perusahaan merupakan efisiensi dengan mana modal, material,
kemampuan untuk menghasilkan barang dan peralatan atau teknologi, manajemen sumber
jasa dengan sumber daya atau faktor-faktor daya manusia, informasi dan waktu yang
produksi yang dimiliki. Produktivitas digunakan untuk menghasilkan barang dan
perusahaan merupakan faktor penentu level jasa”. Sedangkan menurut Kendrick (Griffin,
profitabilitas yang utama dan selanjutnya 2002:213) “Produktivitas adalah ukuran
kemampuan untuk bertahan hidup. Untuk efisiensi ekonomis yang mengikhtisarkan nilai
meningkatkan produktivitas produksi dari output relatif terhadap nilai dari input
diperlukan peralatan produksi dengan kondisi yang dipakai untuk menciptakannya”. Sejalan
fisik yang baik. Sarana produksi dapat tetap dengan yang dikemukakan Mulyadi
beroperasi dengan baik jika perusahaan (2001:466) “Produktivitas berhubungan
melakukan pemeliharaan terhadap peralatan dengan produksi keluaran secara efisien dan
produksi tersebut. Seperti yang dikemukakan terutama ditujukan kepada hubungan antara
Handoko (2000:157) bahwa terdapat dua keluaran dan masukan yang digunakan untuk
fungsi pelayanan penting kegiatan-kegiatan menghasilkan keluaran tersebut”. Biasanya
produksi yaitu pemeliharaan (maintenance) suatu kombinasi atau campuran masukan
dan penanganan bahan (material handling). dapat digunakan untuk menghasilkan suatu
Pemeliharaan yang baik menjamin bahwa tingkat keluaran tertentu.
fasilitas-fasilitas produktif akan beroperasi
secara efektif. Hal ini dihasilkan dari suatu Apabila ukuran keberhasilan produksi
kombinasi pemeliharaan preventif yang hanya dipandang dari sisi output, maka
mengantisipasi daya pakai mesin-mesin dan produktivitas dipandang dari dua sisi
perbaikan kerusakan, bila terjadi, secepat sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output.
mungkin sehingga biaya sistem mesin tidak Dengan demikian produktivitas berkaitan
produktif dan tenaga kerja menganggur dapat dengan efisiensi penggunaan input dalam
diminimumkan. memproduksi output (barang atau jasa).
Dengan demikian, perusahaan harus Mali (Gasperz, 2000:18) menyatakan
mengeluarkan biaya untuk dapat menjaga bahwa produktivitas tidak sama dengan
peralatan dengan kondisi baik. Dalam hal ini, produksi, tetapi produksi, performansi
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen

38
dari usaha produktivitas. Dengan demikian,
produktivitas merupakan suatu kombinasi Gasperz, 2000:34)
dari efektivitas dan efisiensi, sehingga Produktivitas produksi merupakan
produktivitas dapat diukur berdasarkan ukuran produktivitas keuangan (financial
pengukuran berikut : productivity). Satuan moneter mencerminkan
faktor umum yang memungkinkan
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 yang dihasilkan pengukuran produktivitas bersama berbagai
Produktivitas = sumber daya, seperti bahan baku, tenaga
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 yang dipergunakan
pencapaian tujuan kerja dan faktor produksi lainnya.
=
penggunaan sumber − sumber daya
efektivitas pelaksanaan tugas Metode Penelitian
=
efisiensi penggunaan sumber − sumber daya Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.
(Gasperz, 2000:18) Menurut Sugiyono (2011:35) “Rumusan
masalah deskriptif adalah suatu rumusan
masalah yang berkenaan dengan pertanyaan
Secara umum formula yang terhadap variabel mandiri, baik hanya pada
dipergunakan dalam pengukuran satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
produktivitas sesuai dengan formula menurut sendiri)”. Menurut Arikunto (2006:8)
Mulyadi (2001:467) adalah sebagai berikut: “Penelitian yang bertujuan untuk mengecek
keluaran hasil penelitian lain inilah yang diberi nama
Produktivitas = verifikatif”. Penelitian verifikatif dimaksudkan
masukan
untuk menguji kebenaran suatu hipotesis
Berikut ini beberapa formula yang dilakukan melalui pengumpulan data di
produktivitas menurut Muchdarsyah lapangan. Melalui metode penelitian
(2008:23) deskriptif dapat diperoleh deskripsi mengenai
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 parsial bagaimana efisiensi biaya pemeliharaan
Produktivitas Parsial = mesin dan produktivitas produksi pada PT
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 total
Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya pada tahun
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 total
Produktivitas Total = 2001 sampai 2010. Penelitian verifikatif
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 total bertujuan untuk menguji apakah efisiensi
Pengukuran produktivitas berkenaan biaya pemeliharaan mesin berpengaruh
dengan penilaian kuantitatif terhadap terhadap produktivitas produksi pada PT
perubahan produktivitas. Tujuannya adalah Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya.
untuk menilai apakah efisiensi produksi telah Sumber data yang digunakan dalam
meningkat atau menurun. Pengukuran penelitian ini adalah berupa dokumen dari
produktivitas dapat dikembangkan untuk laporan realisasi dan anggaran hasil produksi
setiap input secara terpisah atau untuk dan penjualan PT Raya Sugarindo Inti
semua input bersama-sama. Tasikmalaya dari periode 2006 sampai 2015
yang disajikan dalam bentuk per tahun
Pengukuran produktivitas produksi
sehingga berjumlah 10 tahun.
yaitu dengan membandingkan antara output
Teknik pengumpulan data yang
yang di hasilkan dan biaya input sumber
digunakan dalam penelitian ini adalah telaah
daya input yang diperlukan untuk
dokumen. Telaah dokumen bertujuan untuk
memproduksi output. Formula pengukuran
mengetahui data dari subjek penelitian.
produktivitasnya adalah sebagai berikut:
Telaah ini digunakan untuk mencari atau
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 yang dihasilkan memperoleh data berupa catatan, laporan
Produktivitas =
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 yang dipergunakan serta dokumen yang berkaitan dengan
variabel yang diteliti. Dokumen tersebut

39
berupa laporan realisasi dan anggaran hasil Pencapaian efisiensi biaya pemeliharaan
produksi dan penjualan PT Raya Sugarindo mesin berada di atas rata-rata setiap
Inti Tasikmalaya. tahunnya yaitu sebesar 11,40%, sehingga
Adapun langkah-langkah atau teknik dapat dikategorikan tinggi. Efisiensi biaya
pengolahan data yang digunakan dalam pemeliharaan mesin lebih tinggi dicapai jika
penelitian ini adalah sebagai berikut : biaya pemeliharaan yang dikeluarkan relatif
lebih rendah, sedangkan efisiensi biaya
1. Menghitung efisiensi biaya pemeliharaan pemeliharaan mesin rendah dicapai jika
mesin biaya pemeliharaan yang dikeluarkan relatif
2. Menghitung produktivitas produksi lebih besar.
Untuk mengetahui seberapa besar Perubahan efisiensi biaya
pengaruh efisiensi biaya pemeliharaan mesin pemeliharaan mesin diakibatkan adanya
terhadap produktivitas produksi, maka data perubahan jumlah biaya pemeliharaan yang
yang diperoleh dianalisis dengan dikeluarkan perusahaan setiap tahunnya
menggunakan uji statistik dengan dengan kebijakan pemeliharaan yang
menggunakan tahapan sebagai berikut : dilakukan tergantung pada kondisi mesin dan
1. Menetukan nilai masing-masing variabel sarana produksi. Biaya pemeliharaan rutin
2. Uji linieritas regresi merupakan jumlah biaya minimum yang pasti
Uji linieritas dimaksudkan untuk dikeluarkan perusahaan, sedangkan unsur
mengetahui kemungkinan adanya hubungan biaya lainnya dipengaruhi oleh kondisi mesin
linier antar variabel independen (X) dengan dan sarana produksi, perubahan volume
variabel dependen (Y). Pengujian ini proses produksi serta alternatif kebijakan
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi pemeliharaan.
20. Efisiensi biaya pemeliharaan mesin
3. Analisis Regresi Sederhana dilakukan untuk menjaga kondisi mesin dan
sarana produksi tetap berada dalam kondisi
4. Kriteria Penerimaan dan Penolakan yang baik sehingga dapat beroperasi secara
Hipotesis optimal dan menghindari kemungkinan-
Dasar pengambilan keputusan untuk kemungkinan terjadinya kerusakan yang
menguji hipotesis yang diajukan dapat dapat menghambat proses produksi.
dirumuskan sebagai berikut:
a. Apabila nilai 𝑏 (koefisien regresi efisiensi Produktivitas produksi yang dicapai PT
biaya pemeliharaan mesin) bernilai Raya Sugarindo Inti mengalami suatu
positif maka hipotesis yang diajukan kenaikan dan penurunan setiap tahunnya
ditolak. Koefisien arah regresi positif dengan rata-rata setiap tahunnya mencapai
ditunjukan dalam persamaan Ŷ = 𝑎 + 𝑏𝑋. angka 1,16. Kenaikan produktivitas produksi
b. Apabila nilai 𝑏 (koefisien regresi efisiensi bisa disebabkan karena perusahaan mampu
biaya pemeliharaan mesin) bernilai menghasilkan jumlah produk yang besar
negatif maka hipotesis yang diajukan dengan mengefisiensikan biaya yang
diterima. Koefisien arah regresi negatif dikeluarkan dalam proses produksi, dan
ditunjukan dalam persamaan Ŷ = 𝑎 − 𝑏𝑋. penurunan produktivitas bisa disebabkan
karena perusahaan tidak bisa menghasilkan
jumlah produk yang lebih besar sedangkan
biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi besar.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan kebijakan perusahaan
Berdasarkan data yang diperoleh,
bahwa perusahaan menargetkan
dapat diketahui bahwa PT Raya Sugarindo produktivitas produksi yang dicapai harus
Inti Tasikmalaya telah mengeluarkan biaya mencapai angka 2,0 maka dengan demikian
pemeliharaan mesin dengan kenaikan dan
perusahaan belum bisa mencapai target
penurunan yang beragam setiap tahunnya.

40
produktivitas produksi yang telah ditetapkan, efisiensi biaya pemeliharaan mesin sebesar
sehingga produktivitas produksi yang dicapai Rp 1 akan menurunkan produktivitas
oleh perusahaan dapat dikategorikan rendah. produksi sebesar Rp 0,029.
Prinsip ekonomis secara sederhana Berdasarkan data-data yang telah
berarti menghindarkan segala bentuk dianalisis, maka produktivitas produksi PT
pemborosan atau dengan kata lain adalah Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya mengalami
penghematan. Efisiensi biaya pemeliharaan peningkatan disaat jumlah output (hasil
dipengaruhi oleh penjadwalan produksi, produksi) melebihi input (biaya produksi)
perawatan mesin, faktor kualitas, waktu yang digunakan atau dengan kata lain bahwa
istirahat operator, kerusakan mesin, adanya perusahaan mampu menyeimbangakan
produk cacat, dan kekurangan biaya bahan antara penggunaan sumber daya yang
baku. Masalah efisiensi dalam manajemen digunakan (input) dalam usaha pencapaian
pemeliharaan lebih ditekankan pada aspek hasil (output). Produktivitas produksi dapat
ekonomis dengan memperhatikan besarnya dikatakan belum maksimal dan belum
biaya yang terjadi, dan alternatif tindakan mencapai target yang sudah ditetapkan
yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga sebelumnya sehingga dapat dikategorikan
perusahaan dapat memperoleh keuntungan. rendah. Hal ini dikarenakan biaya
Artinya perusahaan berusaha melakukan pemeliharaan mesin yang dikeluarkan relatif
pengendalian pada kegiatan pemeliharaan rendah mengakibatkan adanya pengurangan
sehingga efisiensi biaya pemeliharaan mesin kegiatan pemeliharaan sehingga efisiensi
tercapai, namun mesin dan sarana produksi biaya pemeliharaan mesin yang dicapai
tidak dapat berjalan secara optimum. Efisien tinggi. Efisiensi biaya pemeliharaan mesin
berbeda halnya dengan optimal, efisiensi selain dapat mengendalikan biaya juga dapat
biaya yang dilakukan perusahaan bisa digunakan untuk menekan kegiatan
mengakibatkan pemeliharaan-pemeliharaan pemeliharaan.
yang seharusnya dilakukan dihindari Berdasarkan hasil penelitian yang
sehingga perusahaan tidak perlu dilakukan di PT Raya Sugarindo Inti
mengeluarkan biaya dengan jumlah relatif Tasikmalaya, dan sejalan dengan pendapat
lebih besar yang mengakibatkan mesin dan yang dikemukakan oleh Heizer dan Render
sarana produksi tidak dapat bekerja secara (2001:485), “Efisiensi biaya produksi yang
optimal. lebih rendah akan mengakibatkan
Hasil perhitungan statistik pada produktivitas yang lebih tinggi. Hal ini
penelitian ini menunjukan bahwa efisiensi disebabkan bahwa produktivitas dapat
biaya pemeliharaan berpengaruh negatif diartikan sebagai output dibagi dengan input”.
terhadap produktivitas produksi. Hal ini Dimana biaya pemeliharaan merupakan
terlihat pada persamaan regresi sederhana komponen dari biaya produksi sehingga
yang diperoleh Ŷ = 1,615 − 0,029𝑋, dapat efisiensi biaya pemeliharaan mesin yang
diketahui nilai konstanta sebesar 1,615 dilakukan dapat mempengaruhi efisiensi
menunjukan bahwa jika tidak terjadi biaya produksi. Penelitian yang penulis
perubahan pada biaya pemeliharaan mesin, lakukan ini didukung oleh hasil penelitian
maka produktivitas produksi pada PT Raya terdahulu yang dilakukan oleh Retnosari
Sugarindo Inti Tasikmalaya adalah sebesar Febriyanti (2009), yang berjudul “Pengaruh
1,615. Sedangkan tanda negatif (-) pada Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Aktiva
persamaan regresi tersebut menunjukan Tetap Terhadap Tingkat Produktivitas Pada
adanya koefisien arah regresi yang negatif. PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal
Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan Banjaran”. Hasil perhitungan statistik
pada efisiensi biaya pemeliharaan mesin menunjukan persamaan regresi yang
akan menurunkan produktivitas produksi diperoleh adalah Ŷ = 0,027 − 0,314𝑋. Nilai
ataupun sebaliknya. Koefisien regresi koefisien arah regresi yang diperoleh adalah
sebesar -0,029 menunjukan bahwa kenaikan negatif, artinya variabel X yaitu biaya

41
pemeliharaan memiliki pengaruh negatif atau Anthony, R N dan Govindaraja, V.
sifatnya berlawanan arah terhadap (2002). Sistem Pengendalian
produktivitas produksi. Dengan demikian Manajemen. Jakarta:Salemba Empat
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
diajukan yaitu efisiensi biaya pemeliharaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
berpengaruh negatif terhadap produktivitas Rineka Cipta
produksi dalam penelitian ini teruji dan dapat
diterima. Assauri, S. (2008). Manajemen Operasi
dan Produksi. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI
Gasper, V. (2000). Manajemen Produksi
Simpulan Total-Strategi Peningkatan
Simpulan dari hasil penelitian yang telah Produktivitas Bisnis Global. Jakarta:
dilakukan yaitu pengaruh efisiensi biaya Gramedia Pustaka
pemeliharaan mesin terhadap produktivitas Halim, A. (2000). Sistem Pengendalian
produksi pada PT Raya Sugarindo Inti Manajemen. Yogyakarta: Unit
Tasikmalaya tahun 2001 sampai 2010 adalah Penerbit dan Percetakan Akademi
sebagai berikut: Manajemen Perusahaan YKPN.
1. Efisiensi biaya pemeliharaan mesin Handoko, T. Hani. (2000). Dasar-Dasar
pada PT Raya Sugarindo Inti Manajemen Produksi dan Operasi.
Tasikmalaya selama periode 2001 Yogyakarta: BPFE
sampai dengan 2010 dapat Haryani, S. (2002). Hubungan Industrial
dikendalikan dengan baik, hal ini di Indonesia. Yogyakarta: AMP YKIPN
ditunjukan dengan pencapaian efisiensi
biaya pemeliharaan mesin pada Heizer J dan Render B. (2001). Prinsip-
kategori tinggi. Prinsip Manajemen Operrasi. Jakarta:
2. Produktivitas produksi pada PT Raya Salemba Empat
Sugarindo Inti Tasikmalaya selama Herjanto, E. (2008). Manajemen
periode 2001 sampai dengan 2010 Produksi dan Operasi. Jakarta: PT
belum memenuhi target kebijakan Gramedia Widiasarana Indonesia
perusahaan, hal ini ditunjukan dengan
pencapaian produktivitas produksi yang Muchdarsyah, S. (2008). Produktivitas
dapat dikategorikan rendah. Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT
3. Berdasarkan perhitungan statistik Bumi Aksara
diperoleh persamaan regresi efisiensi Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen.
biaya pemeliharaan mesin dengan Jakarta: Salemba Empat
produktivitas produksi pada PT Raya _______. (2009). Akuntansi Biaya.
Sugarindo Inti Tasikmalaya yang Yogyakarta: YKPN
menunjukan koefisien arah regresi
negatif. Dengan demikian hipotesis Mulyadi, A.(2002) Akuntansi Manajemen.
yang diajukan diterima. Bandung: BP Prodi Pendidikan
Akuntansi UPI
Mulyono, M. (2008). Penerapan
Daftar Pustaka Produktivitas dalam Organisasi.
Ahyari, A. (2002). Manajemen Produksi Jakarta: Bumi Aksara
Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Ravianto J. (2007. Produktivitas dan
BPFE Teknologi. Jakarta: PT Indeks
Kelompok Informasi Usaha

42
Sadeli, M L dan Siswanto, B. (2010). Sembiring, R K. (2003). Analisis Regresi.
Akuntansi Manajemen. Jakarta: Bumi Bandung: ITB
Aksara Simamora, H. (2001). Akuntansi
Sawit, M H. (2001). “Kebijakan Manjemen. Jakarta: Salemba Empat.
Swasembada Gula: Apanya Yang Sudjana. (2003). Teknik Analisis dan
Kurang?1”. Analisis Kebijakan Regresi. Bandung: Tarsito.
Pertanian. 8, 285:302. [Online].
Tersedia Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
:http://www.google.co.id/url?sa=t&rct= Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&sqi Bandung: Alfabeta
=2&ved=0CCsQFjAB&url=http%3A%2 Supriyono. (2000). Akuntansi
F%2Fpse.litbang.deptan.go.id%2Find Manajemen 2. Yogyakarta : STIE
%2Fpdffiles%2FART84a.pdf&ei=Rmu YKPN
BT9bxCoTkrAfLlt2GBg&usg=AFQjCN
HCg3TQC4flFHETqewBKdPNaxXKA
w&sig2=VIUtV1-76QfeyjVAEsdhQw

43

Anda mungkin juga menyukai