Anda di halaman 1dari 27

Makalah Akuntansi Topik Khusus

PSAK 28, 36, 62 dan IFRS 17


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Akuntansi Topik Khusus

Dosen Pengampu :
Dosen Dr. Hj.Poppy Sofia Koeswayo,S.E., Ak., M.Sc.

Disusun oleh:

Panca Permasih Ningrum 120110160028

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hj.Poppy Sofia
Koeswayo,S.E., Ak., M.Sc. sebagai dosen saya untuk mata kuliah Akuntansi Topik Khusus,
keluarga dan teman-teman yang selalu mendukung saya dari awal, dan juga pihak-pihak lain
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, terutama
untuk pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, saya ingin
mengucapkan permohonan maaf jika ada kesalahan, baik kesalahan pengetikan maupun
perkataan.

Akhir kata, saya menerima dan mengapresiasi semua kritik dan saran yang ditujukan
untuk saya. Saya menyadari bahwa segala kritik dan saran adalah cara untuk saya menjadi
mahasiswa yang lebih baik.

Jatinangor, 18 Oktober 2018

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belakangan ini kalangan industri asuransi semakin sering mendengar mengenai standar
akuntansi internasional terkini mengenai kontrak asuransi yaitu IFRS 17. Tanggapan
komunitas industri mengenai hal ini umumnya terkesan bahwa standar akuntansi ini adalah
standar yang kompleks, yang akan merevolusi cara pandang masyarakat akan kinerja
perusahaan asuransi, dan yang memerlukan pesiapan yang cukup lama untuk
implementasinya. Namun masih banyak yang belum mengetahui secara lebih jelas fitur yang
ada pada standar baru ini sehingga pemahaman mengenai IFRS 17 hingga saat ini umumnya
masih belum utuh.

Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian menyebutkan bahwa


perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Dalam pengertian umum,
asuransi diartikan sebagai perlindungan terhadap sesuatu. Untuk asuransi jiwa, objek yang
akan dilindungi adalah nyawa manusia, sedangkan untuk asuransi kerugian, kegiatan
perlindungan dilakukan terhadap barang dan jasa.
Melihat kenyataan bahwa sektor asuransi mulai bertumbuh dan mengingat bahwa fungsi
perusahaan asuransi adalah memberikan perlindungan terhadap risiko yang dihadapi
masyarakat dari kerugian yang bersifat finansial, maka diperlukan adanya standar khusus
akuntansi bagi perusahaan asuransi agar perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan
dengan baik. Sebagai alat pertanggungjawaban dan sumber informasi yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan, Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK-IAI) telah mengesahkan dan menerbitkan 3 Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (selanjutnya disingkat PSAK) terbaru untuk asuransi sebagai berikut: (1) PSAK
62: Kontrak Asuransi, yang diadopsi dari IFRS 4: Insurance Contract memiliki tujuan untuk
mengatur pelaporan keuangan kontrak asuransi oleh setiap entitas yang menerbitkan kontrak
asuransi. PSAK 62 dikeluarkan bersamaan dengan (2) PSAK 28 (revisi 2012): Akuntansi
Kontrak Asuransi Kerugian yang pengaturannya melengkapi PSAK 62. (3) PSAK 36 (revisi
2012): Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa yang pengaturannya melengkapi PSAK 62.
Adanya perubahan standar akuntansi di Indonesia pada 2012 yaitu pada proses
konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) (www.iaiglobal.or.id)
memberikan pengaruh terhadap pelaporan keuangan perusahaan asuransi kerugian. Isu-isu
yang menjadikan revisi PSAK ini menjadi penting yaitu (Wahyuni: 2013):

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka masalah dalam makalah ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. PSAK 28 dan contoh penerapan
2. PSAK 36 dan contoh penerapan
3. PSAK 62 dan contoh penerapan
4. IFRS 17

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini adalah mempelajari
secara mendalam :
1. Apa itu PSAK 28 dan bagaimana contoh penerapannya
2. Apa itu PSAK 36 dan bagaimana contoh penerapannya
3. Apa itu PSAK 62 dan bagaimana contoh penerapannya
4. Apa itu IFRS 17

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur
bagaimana perlakuan akuntansi dalam pengakuan dan pengukuran transaksi yang berkaitan
secara khusus pada perusahaan asuransi kerugian. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
mengenai Akuntansi Asuransi Kontrak Kerugian ini dimaksudkan untuk menjembatani antara
standar akuntansi keuangan lainnya dengan praktek akuntansi asuransi.

Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:


a. Estimasi Klaim adalah estimasi jumlah kewajiban yang menjadi tanggungan
sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk klaim
yang terjadi namun belum dilaporkan.
b. Klaim Bruto adalah klaim yang jumlahnya telah disepakati, termasuk biaya
penyelesaian klaim.
c. Klaim reasuransi adalah bagian klaim yang menjadi kewajiban reasuradur
sehubungan dengan perjanjian reasuransi.
d. Kontrak asuransi jangka pendek adalah kontrak asuransi yang hanyamemberikan
proteksi tanpa ada komponen deposit untuk periode samadengan atau kurang dari dua
belas bulan dan kemungkinan asuradur untuk membatalkan kontrak atau
menyesuaikan persyaratan kontrak pada akhir setiap periode kontrak, sebagai contoh
penyesuaian jumlah premi atau penutupan yang diberikan.
e. Premi bersama adalah penutupan terhadap satu objek asuransi yang dilakukan secara
bersama oleh beberapaentitas asuransi dan dinyatakan dalam satu polis.
f. Premi bruto adalah premi yang diperoleh dari penutupan langsung dan penutupan
tidak langsung. Premi penutupan langsung termasuk premi yang diperoleh dari
penutupan polis bersama.
g. Premi reasuransi adalah bagian premi bruto yang menjadi hak reasuradur berdasarkan
perjanjian reasuransi.
h. Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum
diakui sebagai pendapatan karena masapertanggungjawabannya masih berjalan pada
akhir periode akuntansi.
i. Reasuransi prospektif adalah ketentuan dalam kontrak reasuransi yang mewajibkan
reasuradur untuk membayar kepada asuradur sejumlah kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari peristiwa masa depan yang dipertanggungkan.
j. Reasuransi retroaktif adalah ketentuan dalam kontrak reasuransi yang mewajibkan
reasuradur untuk membayar kepada asuradur sejumlah kerugian yang sudah terjadi
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang dipertanggungkan.

Asuransi kerugian pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko
kerugian finansial, dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain, baik secara
perorangan maupun secara kelompok dalam masyarakat (Darmawi, 2008: 4). Digolongkan
ke dalam asuransi kerugian antara lain Asuransi Kebakaran, Asuransi Pengangkutan,
Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Rangka Kapal Laut, Asuransi Rangka Kapal Udara,
Asuransi Rekayasa (Engineering) dan Asuransi Aneka seperti asuransi kecelakaan diri,
asuransi pengiriman dan penyimpanan surat berharga, dan lain-lain.

Beberapa karakteristik dari akuntansi perusahaan asuransi kerugian antara lain:


1. Pertanggung jawaban perusahaan asuransi yang besar kepada para tertanggung
mempengaruhi penyajian laporan keuangan khususnya neraca.

2. Penentuan beban tidak dapat sepenuhnya dihubungkan dengan pendapatan premi, karena
timbulnya beban klaim tidak selalu bersamaan dengan pengakuan pendapatan premi.

3. Laporan laba rugi sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya: estimasi mengenai
besarnya premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium income) dan
estimasi mengenai besarnya klaim yang menjadi beban pada periode berjalan (estimasi
klaim tanggungan sendiri).

4. Perusahaan asuransi harus memenuhi ketentuan pemerintah dalam hal batas tingkat
solvabilitas (solvency margin).

Pihak-pihak yang terkait dalam asuransi kerugian yaitu :


1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji akan membayar uang premi kepada pihak
penanggung sekaligus atau mengangsur.
2. Pihak penanggung (insurer) yang akan berjanji akan memberikan proteksi tertanggung
(insured) yang menerima proteksi.
3. Insurance Broker, yaitu pihak ketiga selain penanggung dan tertanggung yang bergerak
secara independen yang mempertemukan pihak penanggung dan tertanggung.
4. Perusahaan reasuransi, yaitu perusahaan yang menerima pertanggungan ulang dari
perusahaan asuransi atas sebagian atau keseluruhan risiko yang telah atau tidak dapat
ditanggung kembali oleh perusahaan asuransi.

Beberapa perubahan signfikan pengaturan dalam PSAK 28 adalah sebagai berikut:

1. Liabilitas manfaat polis masa depan. Mengacu pada perubahan dalam PSAK 36 di bawah
ini (paragraf 19).

2. Tes kecukupan liabilitas. Adanya tambahan penjelasan mengenai tingkat diskonto yang
digunakan (paragraf 20).

3. Aset reasuransi. Adanya tambahan paragraf mengenai penentuan aset reasuransi (paragraf
21-23).

CONTOH PENERAPAN
W Novianti Marceliana melakukan penelitian dengan judul “Analisis Terhadap Penerapan
Psak No. 28 Tentang Akuntansi Asuransi Kerugian Serta Penerapan IFRS 4 Tentang Kontrak
Asuransi Pada PT Asuransi Bumiputeramuda 1967” pada tahun 2011. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis penerapan PSAK No. 28 yang menjadi pedoman dalam
menjalankan bisnis asuransi serta penerapan IFRS 4 yang akan segera diterapkan. Analisis
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menerapkan PSAK No. 28 dan sejauh
mana kesiapan perusahaan menghadapi proses konvergensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PT Asuransi Bumiputeramuda 1967 sudah menerapkan PSAK No. 28 dengan baik
dimana pengakuan pendapatan dan beban menggunakan metode akrual basis. PT Asuransi
Bumiputeramuda 1967 belum menerapkan IFRS 4. Perusahaan sedang mempersiapkan diri
untuk konvergensi tersebut. Dengan adanya penerapan IFRS 4 ini diharapkan perusahaan
mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usaha internasional.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Siti Ralia Nasution pada tahun 2011 dengan judul
Penerapan PSAK No. 28 Tentang Akuntansi Asuransi Kerugian Terhadap Pengakuan
Pendapatan Pada PT. Asuransi Dharma Bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan PSAK No. 28 tentang pengakuan pendapatan pada PT Asuransi
Dharma Bangsa serta melihat kesesuaian antara teori pengakuan pendapatan sesuai dengan
PSAK No. 28 dengan penerapan yang terjadi pada PT Asuransi Dharma Bangsa.

2.2 PSAK 36 Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa


Asuransi jiwa merupakan salah satu bentuk usaha asuransi yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko yang bertalian erat dengan jiwa maupun meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan. Jenis asuransi ini berpijak pada UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian yang menyebutkan bahwa hanya perusahaan asuransi jiwa yang telah
mendapatkan izin usaha dari menteri keuangan yang bisa melaksanakan kegiatan berupa
pertanggungan jiwa. Secara definitive-aplikatif, asuransi jiwa dalam hal ini dapat dipahami
sebagai jenis asuransi yang menyediakan kerugian financial atas bencana yang bisa terjadi
pada masing-masing individu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan asuransi
jiwa yaitu:
1. Asuransi jiwa menjamin hidup anak atau keluarga yang ditinggalkan apabila sewaktu-
waktu pemegang polis tiba-tiba meninggal; serta
2. Asuransi jiwa bisa memenuhi kebutuhan hidup apabila pemegang polis masih hidup
sesudah masa kontrak berakhir.

Perubahan signifikan pengaturan dalam PSAK 36 adalah sebagai berikut:

a. Liabilitas manfaat polis masa depan. Adanya pengecualian bagi entitas dengan data yang
tersedia tidak cukup memadai untuk menghitung berdasarkan metode yang disyaratkan
(paragraf 12), perlakuan atas perubahan dari pengecualian tersebut ke metode yang
disyaratkan (paragraf 13), dan hasil perhitungan negatif (paragraf 14-15).
b. Tes kecukupan liabilitas. Adanya tambahan penjelasan mengenai tingkat diskonto yang
digunakan (paragraf 19).

c. Aset reasuransi. Adanya tambahan paragraf mengenai penentuan aset reasuransi (paragraf
20-22).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 36 Akuntansi Kontrak Asuransi


Jiwa

 Pendapatan
Berdasarkan PSAK No. 36, yang termasuk dalam pendapatan adalah sebagai berikut:
1. Premi Kontrak Asuransi Jangka Pendek
Premi kontrak asuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak
sesuai dengan proporsi jumlah proteki asuransi yang diberikan. Jika periode risiko
berbeda secara signifikan dengan periode kontrak, maka premi diakui sebagai pendapatan
selama periode risiko sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan.
2. Premi Selain Kontrak Asuransi Jangka Pendek
Premi selain kontrak asuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh
tempo dari pemegang polis.
3. Pendapatan Lain
Komisi reasuransi dan komisi keuntungan reasuransi diakui sebagai pendapatan lain.

 Beban
Berdasarkan PSAK No. 36, yang termasuk dalam beban beban klaim yang terdiri atas:
a. Klaim meliputi klaim yang telah disetujui, klaim dalam proses penyelesaian, dan klaim
yang terjadi namun belum dilaporkan.
b. Jumlah Klaim dalam proses penyelesian, termasuk klaim yang terjadi namun belum
dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi liabilitas klaim tersebut. Perubahan dalam
jumlah estimasi liabilitas klaim, sebagai akibat proses penelaahan lebih lanjut dan
perbedaan antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan, diakui sebagai
penambah atau pengurang beban dalam laba rugi pada periode terjadinya perubahan.
 Liabilitas
Berdasarkan PSAK No. 36, yang termasuk dalam liabilitas adalah sebagai berikut:
1. Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan
a. Liabilitas manfaat polis masa depan diakui dalam laporan posisi keuangan
berdasarkan perhitungan aktuaria. Liabilitas tersebut mencerminkan nilai kini
estimasi pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan termasuk seluruh opsi yang
disediakan, nilai kini estimasi seluruh biaya yang akan dikeluarkan, dan juga
mempertimbangkan penerimaan premi di masa depan.
b. Liabilitas tersebut diakui sejak timbulnya kewajiban sesuai yang diperjanjikan dalam
kontrak asuransi jiwa.
c. Premi yang belum merupakan pendapatan atas kontrak asuransi jangka pendek
ditentukan dengan dua carayaitu cara gabungan dan individual.
2. Estimasi Liabilitas Klaim
Estimasi liabilitas klaim atau kontrak asuransi diukur sebesar jumlah estimasi
berdasarkan perhitungan teknisasuransi.
3. Tes Kecukupan Liabilitas
Liabilitas asuransi yang diakui, baik manfaat polis masa depan, premi yang belum
merupakan pendapatan maupun estimasi libilitas klaim, dilakukan tes kecukupan
liabilitas sesuai dengan persyaratam yang diatur PSAK No. 62 yaitu Kontrak Asuransi
Tingkat diskonto yang digunakan dalam tes kecukupan libilitas tersebut merupakan
estimasi terbaik tingkat diskonto yang mencerminkan kondisi terkini dan risiko yang
melekat pada liabilitas.

 Pengungkapan
Hal–hal berikut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah:
1. Kebijakan akuntansi mengenai:
a. Pengakuan pendapatan premi dan penentuan libilitas manfaat polis masa depan serta
premi yang belum merupakan pendapatan;
b. Transaksi reasuransi termasuk sifat, tujuan, dan dampak transaksi reasuransi tersebut
terhadap operasi entitas.
c. Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim tanggungan sendiri
d. Kebijakan akuntansi lain yang penting sebagaimana ditentukan dalam SAK yang
relevan.
2. Pendapatan premi bruto: pendapatan premi tahun pertama dan premi tahun lanjutan scara
terperinci berdasarkan kelompk perorangan dan kumpulan serta jenis asuransi.
3. Klaim dan manfaat: jenis, jumlah, dan penyebab kenaikan klaim dan manfaat yang
signifikan.

CONTOH PENERAPAN
Sesi (2012) dengan judul Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada PT. Prudential Life
Assurance Samarinda. Hasil penelitian PT. Prudential Life Assurance Samarinda belum
sepenuhnya menerapkan PSAK 36 yang berfokus pada pengakuan pendapatan dan beban.
Damandari (2004) dengan judul Evaluasi atas Pengakuan Pendapatan dan Beban dalam
Kaitannya dengan PSAK No. 36 Tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Hasil penelitian, PT
Asuransi Jiwasraya telah menerapkan PSAKNo. 36 sebagai pedoman dalam akuntansi
praktek asuransi jiwa dalam mengatur pengakuan pendapatan dan beban.

Indry T.Horman dan Jenny (2016) dengan judul Analisis Penerapan PSAK No.36 Tentang
Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa Pada PT.Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Manado.
Hasil penelitian PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Manado belum menerapkan secara
penuh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 36 revisi 2015, karena untuk
pendapatan lain yang berasal dari komisi reasuransi dan komisi keuntungan serta estimasi
liabilitas manfaat polis masa depan tidak dilakukan oleh kantor cabang, untuk mengestimasi
liabilitas manfaat polis masa depan, perusahaan hanya mengirimkan data dan selanjutnya
perhitungan aktuaria dilakukan di kantor pusat sehingga akun liabilitas manfaat polis masa
depan tidak dilaporkan dalam laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) cabang
Manado. Pendapatan premi pada PT.Asuransi Jiwasraya (persero) cabang Manado sudah
diakui dengan sesuai dengan PSAK No. 36. Beban pada PT. Asuransi Jiwasraya (persero)
cabang Manado sudah diakui sesuai dengan PSAK No. 36. Beban klaim telah digolongkan
ke dalam klaim yang telah disetujui, klaim dalam proses penyelesaian dan klaim yang terjadi
namun belum dilaporkan. Dan Beban Klaim telah ditentukan berdasarkan estimasi liabilitas
klaim. Serta dalam mengakui pendapatan dan beban menggunakan metode akrual basis.
Pengungkapan pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) cabang Manado belum sesuai dengan
PSAK No. 36. Perusahaan tidak melakukan transaksi reasuransi, sehingga transaksi, sifat dan
tujuan dan dampak transaksi reasuransi tidak diungkapkan oleh perusahaan. Dan perusahaan
tidak memiliki kebijakan akuntansi lain yang penting sehingga tidak ada pengungkapan
mengenai kebijakan akuntansi lain.

2.3 PSAK 62 Kontrak Asuransi


PSAK 62: Kontrak Asuransi merupakan Standar Akuntansi Keuangan yang bersifat
temporer dan tidak dimaksudkan untuk mengubah secara signifikan pengaturan dan praktik
akuntansi asuransi yang selama ini dilakukan oleh asuradur.

Penerapan PSAK 62 (yang diadopsi dari IFRS 4 Insurance Contract) dilengkapi dengan
PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa. Kedua
PSAK tersebut memberikan panduan yang lebih spesifik terkait dengan pengakuan dan
pengukuran pendapatan, beban, dan liabilitas yang timbul dari kontrak asuransi.

Gambar Ilustrasi PSAK 62 Kontrak Asuransi

Kontrak Asuransi

PSAK 62

Asuransi Kerugian Asuransi Jiwa

PSAK 28 PSAK 36
Suatu kontrak yang telah didefinisikan sebagai kontrak asuransi berdasarkan definisi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia mungkin saja diklasifikasikan
sebagai kontrak investasi berdasarkan PSAK 62: Kontrak Asuransi. Pengertian suatu kontrak
sebagai kontrak asuransi atau kontrak investasi, sebagaimana yang diatur dalam PSAK 62,
ditujukan untuk menentukan perlakuan akuntansi yang diterapkan asuradur dalam rangka
penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum dan tidak dimaksudkan
untuk tujuan penentuan definisi jenis kontrak berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
Secara umum hal hal yang diatur dalam PSAK 62 adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup
PSAK 62 mengatur mengenai kontrak asuransi, sehingga entitas yang mempunyai
kontrak asuransi menerapkan PSAK 62 dan entitas tersebut tidak hanya perusahaan
asuransi. Selain itu untuk instrumen keuangan yang mempunyai fitur partisipasi tidak
mengikat juga masuk dalam ruang lingkup PSAK 62.
2. Derivatif melekat
Dalam PSAK 55 :Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran mensyaratkan entitas
untuk memisahkan beberapa derivatif melekat dari kontrak utamanya. Namun, jika
derivatif melekat itu adalah kontrak asuransi maka harus menerapkan PSAK 62.
3. Pemisahan komponen deposit
Dalam kontrak asuransi mengandung komponen deposit ataupun komponen asuransi,
insurer diisyaratkan untuk memisahkan komponen deposit dan komponen asuransi.
Namun, pemisahan ini tidak diharuskan bagi insurer yang tidak dapat mengukur
komponen deposit secara terpisah sesuai persyaratan PSAK 62.
4. Tes kecukupan liabilitas
Di dalam PSAK 62, insurer di isyaratkan untuk melakukan tes kecukupan liabilitas atas
kontrak asuransi. Insurer menilai pada setiap akhir periode pelaporan apakah liabilitas
asuransi yang diakui telah mencukupi dengan menggunakan estimasi kini atas arus kas
masa depan terkait dengan kontrak asuransi. Jika penilaian tersebut menunjukkan bahwa
nilai tercatat liabilitas asuransi (dikurangi dengan biaya akuisisi tangguhan terkait dan
aset tak berwujud terkait) tidak mencukupi dibandingkan dengan estimasi arus kas masa
depan, maka seluruh kekurangan diakui dalam laba rugi.
5. Penurunan nilai aset reasuransi
PSAK 62 mengatur penurunan nilai asset reasuransi pada kontrak asuransi, jika asset
reasuransi cedant turun nilainya, cedant mengurangi nilai tercatat sesuai dengan nilainya
dan mengakui kerugian penurunan nilai tersebut dalam laporan laba rugi.
6. Shadow accounting
Penyesuaian terkait atas liabilitas asuransi (atau biaya akuisisi tangguhan dan aset tak
berwujud) diakui dalam pendapatan komprehensif lain jika, dan hanya jika keuntungan
atau kerugian yang belum terealisasi diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Praktek
ini biasanya disebut sebagai shadow accounting.

Dalam PSAK 62 mengatur pengungkapan yang harus diungkapkan dalam laporan


keuangan sebagai berikut:
(1) Penjelasan atas jumlah yang diakui
Asuradur mengungkapkan informasi yang mengidentifikasikan dan menjelaskan jumlah
yang timbul dari kontrak asuransi dalam laporan keuangannya.
(2) Sifat dan luas risiko yang timbul dari kontrak asuransi
Asuradur mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
mengevaluasi sifat dan luas risiko yang timbul dari kotrak asuransi.

CONTOH PENERAPAN

W Novianti Marceliana melakukan penelitian dengan judul “Analisis Terhadap Penerapan


Psak No. 28 Tentang Akuntansi Asuransi Kerugian Serta Penerapan IFRS 4 Tentang Kontrak
Asuransi Pada PT Asuransi Bumiputeramuda 1967” pada tahun 2011. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis penerapan PSAK No. 28 yang menjadi pedoman dalam
menjalankan bisnis asuransi serta penerapan IFRS 4 yang akan segera diterapkan. Analisis
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menerapkan PSAK No. 28 dan sejauh
mana kesiapan perusahaan menghadapi proses konvergensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PT Asuransi Bumiputeramuda 1967 sudah menerapkan PSAK No. 28 dengan baik
dimana pengakuan pendapatan dan beban menggunakan metode akrual basis. PT Asuransi
Bumiputeramuda 1967 belum menerapkan IFRS 4. Perusahaan sedang mempersiapkan diri
untuk konvergensi tersebut. Dengan adanya penerapan IFRS 4 ini diharapkan perusahaan
mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usaha internasional.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Siti Ralia Nasution pada tahun 2011 dengan judul
Penerapan PSAK No. 28 Tentang Akuntansi Asuransi Kerugian Terhadap Pengakuan
Pendapatan Pada PT. Asuransi Dharma Bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan PSAK No. 28 tentang pengakuan pendapatan pada PT Asuransi
Dharma Bangsa serta melihat kesesuaian antara teori pengakuan pendapatan sesuai dengan
PSAK No. 28 dengan penerapan yang terjadi pada PT Asuransi Dharma Bangsa.
Perbandingan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh W Novianti
Marceliana dan Siti Ralia Nasution yaitu (1) penulis menggunakan objek penelitian yang
sudah menerapkan PSAK62 konvergensi IFRS 4, (2) penulis ingin mengetahui gambaran
umum mengenai penerapan PSAK 62 dan PSAK 28 sehubungan dengan kegiatan penyajian
dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan dan dampak penerapan PSAK 62
konvergensi IFRS 4 yang sudah berlaku mulai Januari 2012 terhadap perusahaan asuransi
kerugian.

2.4 IFRS 17 Kontrak Asuransi

1. Apa itu IFRS 17

IFRS 17 adalah standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh International Financial
Reporting System (IFRS) board yang mengatur perlakuan akuntansi yang disepakati secara
internasional untuk kontrak-kontrak asuransi. IFRS 17 ini menggantikan IFRS 4 yang sudah
ada sejak tahun 2004. Namun, dapat dikatakan IFRS 17 adalah standar internasional pertama
yang ada untuk akuntansi kontrak asuransi karena IFRS 4 adalah standar interim yang masih
membolehkan variasi pencatatan akuntansi yang berbeda-beda.

2. Kapan standar ini akan diterapkan?

Meskipun telah dikeluarkan bulan Juni 2017, namun IFRS 17 memberikan waktu sampai 3.5
tahun sebelum penerapan wajib, yaitu 1 Januari 2021. Beberapa negara telah menyatakan
akan mengadopsi standar ini secara penuh dan mengikuti tanggal penerapan ini. Indonesia
sendiri sampai saat ini belum mengeluarkan revisi standar akuntansi mengikuti IFRS 17
namun dikarenakan secara umum standar akuntansi Indonesia berkiblat kepada IFRS maka
dapat diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama Indonesia akan merevisi standar akuntansi
yang ada saat ini untuk menerapkan ketentuan pada IFRS 17 ini.

3. Apa saja perbedaan utama standar baru ini dengan praktek pencatatan saat ini?

Terdapat dua perbedaan yang mendasar antara ketentuan IFRS 17 dengan praktek saat ini di
Indonesia, selain tentunya terdapat sejumlah perbedaan-perbedaan di area lainnya yang lebih
teknis.

Perbedaan mendasar pertama adalah perubahan dalam pengakuan laba. Saat ini besaran
laba ditentukan oleh metode penghitungan liabilitas/cadangan yang diterapkan. Dikarenakan
Indonesia menganut metode penghitungan liabilitas dimana seluruh arus kas keluar (kecuali
marjin laba) dan arus kas masuk (gross premi) diperhitungkan, maka proporsi terbesar
ekspektasi laba/rugi ketika suatu polis ditutup diakui di awal. Laba/rugi setelahnya adalah
dari keuntungan/kerugian dari deviasi antara ekspektasi klaim dan biaya dengan aktual
realisasinya, perubahan asumsi dan perubahan tingkat diskonto, dimana seluruhnya diakui
langsung. Pada ketentuan IFRS 17, ekspektasi laba ketika suatu polis ditutup maupun
dampak perubahan asumsi dan deviasi ekspektasi dan aktual (hanya atas komponen
investasi) tidak diakui langsung melainkan diamortisasi melalui suatu komponen liabilitas
yang disebut Unrecognized Contractual Service Margin (CSM), yaitu marjin profit yang
belum diakui. Yang diakui langsung hanya keuntungan/kerugian dari deviasi antara
ekspektasi klaim asuransi dan biaya dengan aktualnya, dan dampak perubahan tingkat
diskonto, atau apabila suatu polis diharapkan akan menghasilkan marjin negative (rugi) di
awal penutupan. Khusus untuk dampak perubahan tingkat diskonto, terdapat opsi untuk
mengakui sebagian dampak ini pada item Other Comprehensive Income dan tidak seluruhnya
pada laba/rugi seperti yang terjadi pada saat ini. Oleh karenanya, dapat diharapkan setelah
penerapan IFRS 17 besaran laba/rugi menjadi lebih stabil dan berkurang volatilitasnya dari
tahun ke tahun karena sebagian dampak perubahan dan deviasi diamortisasi.
ILUSTRASI PENGAKUAN LABA*

Laba di Tahun
1 2 3 4 5 Total
Standar akuntansi yang
berlaku saat ini
Metode Penghitungan Liabilitas
– Net Premium Reserve -350 250 200 150 100 350
– Gross Premium Reserve 150 200 0 0 0 350
IFRS 17 70 70 70 70 70 350

*simplifikasi perhitungan dan kondisi hanya untuk tujuan ilustrasi

Perbedaan mendasar kedua terdapat pada penyajian laporan keuangan khususnya pada
laporan pendapatan komprehensif. Jika IFRS 17 diterapkan, maka tampilan laporan
pendapatan komprehensif akan sangat berbeda dengan laporan model yang ada sekarang,
tetapi justru laporan yang baru ini akan lebih sesuai dengan bentuk laporan pada industri lain
yang sejenis (misalnya bank atau perusahaan sekuritas). Premi asuransi sudah tidak lagi
muncul pada laporan pendapatan komprehensif. Pendapatan akan dikategorikan menjadi
Insurance Result, Investment Result dan Other Comprehensive Income. Sedangkan Insurance
Result sendiri akan diisi dengan item Insurance Revenue yang adalah ekspektasi klaim dan
biaya yang dialokasikan pada periode berjalan (selain klaim dari komponen investasi),
amortisasi biaya akuisisi, pelepasan marjin resiko, dan amortisasi marjin profit (atau
pengakuan marjin rugi); dan dikurangi dengan Insurance Service Expense yang adalah aktual
klaim incurred, biaya, dan amortisasi biaya akuisisi. Adapun Investment Result akan terdiri
dari aktual pendapatan investasi dikurangi dengan Insurance Finance Expense, yaitu biaya
bunga atas liabilitas dan marjin profit, termasuk gain/loss dari perubahan tingkat diskonto.

Comprehensive Income Report (IFRS 17)


Insurance Revenue
Expected Claim & Expense 1,000
Amort. Acquisition Cost 50
(Incr) Decr Risk Adjustment 20
Amort. CSM 70
Insurance Service Expense
Claim incurred & Expense -900
Amort. Acquisition Cost -50
Insurance Service Result 190
Investment Income 500
Insurance Finance Expense
– from Best Est. Liability -400
– from CSM -35
– Gain/Loss due to change in disc rate 0
Investment Result 65
Profit/Loss 255
Other Comprehensive Income 0
Total Comprehensive Income 255

4. Apakah liabilitas akan meningkat atau menurun pada saat penerapan awal standar
ini?

Terdapat 3 model perhitungan liabilitas pada IFRS 17 yaitu :

a. General Model – Building Block Approach (model yang berlaku untuk kebanyakan
kontrak asuransi jangka panjang yaitu tanpa fitur partisipasi langsung),

b. Variable Fee Model (model yang berlaku untuk kontrak asuransi jangka panjang dengan
fitur partisipasi langsung, contohnya Unit Link), dan

c. Premium Allocation Approach (opsi model yang dapat diterapkan untuk kontrak asuransi
jangka pendek yang profitable).

Meskipun terdapat 3 model di atas, prinsipnya tetap sama yaitu bahwa liabilitas terdiri
dari 3 komponen yaitu perkiraan terbaik nilai kini arus kas (best estimate discounted cash
flow atau disingkat BEL), marjin resiko (risk adjustment), dan marjin profit (contractual
service margin atau disingkat CSM) yang belum diakui. Pada teknis pelaksanaannya terdapat
perbedaan pada perhitungan BEL dan marjin resiko sesuai ketentuan IFRS 17 dibandingkan
dengan ketentuan saat ini, namun secara prinsip sebenarnya sama, sehingga dapat diharapkan
perhitungan ulang BEL + marjin resiko sesuai IFRS 17 tidak akan berbeda jauh dengan
perhitungan saat ini.

Ketentuan transisi atas penerapan awal IFRS 17 adalah berbasis retrospektif sehingga
liabilitas dan khususnya komponen marjin profit (CSM) yang belum teramortisasi perlu
dihitung ulang. Secara teori pada penerapan awal (mengambil pendekatan retrospektif) untuk
kontrak asuransi jangka panjang tanpa fitur partisipasi langsung sewajarnya terjadi kenaikan
liabilitas dikarenakan adanya komponen baru yaitu CSM yang belum teramortisasi yang saat
ini tidak ada. Namun kenaikan liabilitas ini bukan dikarenakan liabilitas “murni” melainkan
lebih dikarenakan adanya koreksi laba ditahan dikarenakan sebagian laba yang diakui di
masa lalu menjadi belum diakui dan baru akan diakui di tahun-tahun mendatang. Untuk
kontrak jangka pendek seharusnya tidak ada dampak pada liabilitas dikarenakan saat ini
metode penghitungan sudah memakai proporsional harian dan ini sudah ekuivalen dengan
premium allocation approach pada IFRS 17. Sedangkan pada kontrak dengan fitur partisipasi
langsung seperti Unit Link, dikarenakan metode yang berbeda antara IFRS 17 dan praktek
saat ini, dampaknya tidak dapat langsung diketahui.

Naik atau tidaknya liabilitas dapat dilihat dari indikator perbandingan liabilitas saat ini
dengan LAT. Jika liabilitas mendekati hasil LAT, maka secara wajar dapat diharapkan akan
terjadi kenaikan Liabilitas pada saat penerapan IFRS 17 karena hal ini mengindikasikan
kurangnya komponen marjin resiko (Risk Adjustment) pada perhitungan liabilitas saat ini.

5. Bagaimana dengan laba/rugi?

Sebagaimana yang telah disampaikan pada poin 3 di atas bahwa terdapat prinsip amortisasi
laba pada IFRS 17, sehingga dapat diharapkan setelah penerapannya laba/rugi dari kontrak
asuransi akan menjadi lebih stabil dibandingkan dengan praktek saat ini.

Sedangkan mengenai laba/rugi pada periode penerapan awal, tidak dapat dengan mudah
disimpulkan apakah besarannya akan lebih tinggi atau lebih rendah dari ketentuan
sebelumnya dikarenakan hal ini tergantung dari antara lain berapa lama perusahaan telah
beroperasi dan berapa besar CSM yang belum teramortisasi yang ditetapkan di awal
penerapan.

6. Apa saja persiapan yang harus dilakukan untuk implementasi standar ini?

Minimum persiapan yang dianjurkan untuk implementasi IFRS 17 adalah:

 Simulasi posisi liabilitas pada saat penerapan awal

 Gap analysis untuk menentukan perbedaan antara praktek yang ada saat ini dengan
ketentuan IFRS 17

 Persiapan sistem pengelompokan polis, penghitungan, pengadministrasian dan tata kelola


CSM

 Persiapan sistem penyimpanan historis data, historis asumsi, dan tingkat diskonto

 Persiapan perubahan pada sistem penghitungan BEL dan marjin resiko (Risk Adjustment)

 Persiapan sistem perhitungan Aktuaria untuk dapat menjabarkan pergerakan BEL, Risk
Adjustment dan CSM

 Perubahan pada sistem akuntansi

 Fungsi Aktuaria harus diperkuat karena peran yang lebih luas; yang tadinya hanya
menentukan liabilitas setelah penerapan IFRS 17 fungsi Aktuaria diperluas untuk juga
dapat menyajikan Insurance Revenue, Insurance Finance Expense, dan penghitungan
CSM. PSAK saat ini IFRS 17

Liabilitas Manfaat Polis Liability for Remaining


Masa Depan Coverage
Jangka Panjang Best Estimate Liabilitity
Jangka Pendek
GAP 1 : LIABILITAS (GPV)
Risk Adjusment
Contractual Service
Liabilitas Klaim Margin
Klaim Proses RAA Liability
(OS Claim)
IBNR
Liability for Incurred Claim
Best Estimate Liabilitity
Risk Adjusment
Liability for Remaining Coverage : IFRS 17

PV arus kas, asuransi Best Estimate = GPV


Best Est. Liab (BEL)
Future Cash Flow Gap : saat ini menggunakan 1 most likely scenario
Effect of Time Value
IFRS 17 mensyaratkan prob.weighted, expected value

Provision for Adverse Deviation (PIAD)


Risk Adjustment

Contractual Service Unrecognised Profit


Margin
Liability for Incurred Claim : IFRS 17

Best Est. Liab (BEL) PV arus kas, asumsi Best Estimate :


Future Cash Flow
Gap ada pada item arus kas Claim Handling
(from past Claims)
Effect of Time Value Expense dan ketentuan Nilai Kini (tidak ada pada
ketentuan saat ini)

Provision for Adverse Deviation (PIAD)

Risk Adjustment Tidak ada pada ketentuan saat ini (PSAK ataupun
Statutory)

GAP 2 : PENGAKUAN PROFIT


SUMBER PROFIT/LOSS PRAKTEK SAAT INI IFRS 17

1. Portofolio Baru :

- Nilai kini ekspektasi Diakui langsung di awal Diamortisasi sepanjang masa


profit selama masa penutupan polis kontrak
kontrak (produk
tradisional)

- Produk Unit Link “Arus Kas” selain porsi Nilai kini ekspektasi profit
Investasi diakui langsung selama masa kontrak diamortisasi

- Nilai kini ekspektasi Diakui langsung di awal Diakui langsung di awal


rugi selama masa penutupan polis penutupan polis
kontrak (seluruh
portofolio)

2. Portofolio Lama :

- Pelepasan PAD Diakui langsung pada saat Diakui langsung pada saat terjadi
(Provision for terjadi
Adverse Deviation)

- Gain/Loss atas Diakui langsung pada saat - untuk komponen premi,


deviasi ekspektasi vs terjadi premi resiko dan alokasi
realisasi biaya  diakui langsung
pada saat terjadi

- untuk komponen premi


lainnya (biaya akuisisi,
komponen investasi, dll)
 diamortisasi sepanjang
sisa mulai kontrak

- Gain/Loss atas Diakui langsung pada saat Diamortisasi sepanjang sisa masa
perubahan asumsi terjadi kontrak
GAP 3 PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI

Statement of Comprehensive Income


PSAK saat ini IFRS 17
Premi Insurance revenue
Premi reasuransi Insurance service expense
Pendapatan investasi Reinsurance result
Klaim Insurance service result
Klaim reasuransi Investment income
Komisi dan biaya akuisisi Insurance finance expense (income)
Biaya lain Investment result
Kenaikan Laba rugi
Liabilitas OCI
Laba rugi Comprehensive Income
Comprehensive Income

IFRS 17
1. Expected claim in period
Insurance revenue
2. Expected expense
Insurance service expense
3. Amortiation of acquisition
Reinsurance result
cost
Insurance service result
4. Release of risk
Investment income 5. Release of contractual
Insurance finance expense (income)
service margin
Investment result
Laba rugi
OCI
Comprehensive Income

IFRS 17
Insurance revenue
Insurance service expense
Reinsurance result
Insurance service result 1. Interest accrue on PV cash
Investment income flow
Insurance finance expense (income) 2. Interest accrue on risk
Investment result 3. Interest accrue on CSM
Laba rugi 4. Change in PV cash flow
OCI
Comprehensive Income
Insurance revenue dari komponen premi diterima

Komponen Premi Diterima Insurance Revenue Keterangan


Bagian dari premi yang
diekspektasikan membiayai

klaim asuransi di periode
berjalan
Bagian dari premi yang
diekspektasikan membiayai
alokasi pengeluaran untuk 
maintenance polis dan
overhead di periode berjalan
Bagian dari premi yang Diamortisasi atau diakui
dialokasikan untuk biaya  sepanjang masa
akuisisi pertanggungan
Diamortisasi atau diakui
Ekspektasi margin profit dari
 sepanjang masa masa
premi yang diterima
pertanggungan
Bagian dari premi yang harus Komponen investasi tidak
disimpan untuk dikembalikan  boleh diakui sebagai
kepada pemegang polis insurance revenue
Bagian dari premi yang harus
disimpan untuk membiayai Diakui sebagai insurance
defisit yang diekspektasikan  revenue pada saat di release
akan terjadi di masa yang di periode yang akan datang
akan datang

GAP 4 : PERUBAHAN TINGKAT DISKONTO

PSAK Saat Ini

Seluruh komponen perubahan liabilitas diakui langsung pada P&L. termasuk dampak
perubahan diskonto

IFRS 17
Opsi untuk mengakui sebagian dampak perubahan tingkay diskonto pada Other
Comprehensive Income .

Contoh : untuk kontrak without direct participation feature, dampak perubahan tingkat
diskonto yang dapat diakui pada OCI adalah perubahan dari tingkat diskonto current dengan
tingkat diskonto pada awal penutupan polis (initial recognition)

BAB 3
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PSAK ini mengatur

perlakuan akuntansi untuk transaksi yang berkaitan secara khusus dengan industri asuransi

kerugian, akuntansi kontrak asuransi jiwa, kontrak asuransi, dan kontrak asuransi berdasarkan

IFRS 17. Hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pernyataan ini wajib mengacu

kepada prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Dalam hal transaksi utama perusahaan

berhubungan dengan transaksi asuransi kerugian, maka wajib mengacu pada Pernyataan ini.

Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang

menderita kerugian barang atau benda miliknya, kerugian yang terjadi karena bencana,

peristiwa atau bahaya yang timbul tidak pasti, baik kerugian itu berupa kehilangan nilai

pakai, kekurangan nilainya dan kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung.
Begitu juga dengan transaksi perusahaan yang berhubungan dengan transaksi asuransi-

asuransi sesuai dengan PSAK dan IFRS yang ada pada pembahasan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

IAI. 2014. Standar Akuntansi Keuangan (Per Efektif 1 Januari 2015). Jakarta :
Ikatan Akuntan Indonesia.
www.padmaaktuaria.com/ifrs-17-decoded/
iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/

Anda mungkin juga menyukai