Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN OBSERVASI-WAWANCARA

“Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) pada siswa kelas 4 ditinjau dari Kesulitan
Membaca (Reading Dificulties)”

Mata Kuliah Psikodiagnostik IV

Disusun Oleh:

Evi Nuryana 110911200

Ayu Fitria A 111011052

Lucky Meinanda P 111011055

Hilma Luqmanul H 111011107

Ana Zubaidah 111211131026

KELAS B

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014
BAB I

Pendahuluan

1.1 Topik

Adapun topik yang kami pilih dalam kegiatan observasi dan wawancara setting
psikologi klinis kali ini adalah kesulitan belajar (learning disabilities) pada siswa kelas 4
ditinjau dari Kesulitan Membaca (reading dificulties).

1.2 Latar Belakang

Problem kesulitan belajar membaca paling banyak ditemui dengan suatu proporsi
yang besar. Diestimasikan bahwa siswa yang mengalami kesulitan membaca
frekuensinya sebesar 90% (Bender, 2004)

Dalam Kompas (2008) diungkapkan bahwa diantara negara-negara yang mengalami


problem kesulitan membaca, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki
problem kesulitan belajar membaca.Berdasarkan data Dinas Pendidikan kemampuan
membaca siswa SD di Indonesia masih rendah. Indeksnya masih 3,5 jauh berada di
bawah indeks Singapura yang sebesar 7,8.

Hipotesis tentang penyebab gangguan belajar cenderung fokus pada masalah


kognitif-perseptual dan faktor neurologis. Banyak anak yang mengalami masalah pada
pesepsi visual dan auditori sehingga menyebabkan mereka kurang memiliki kemampuan
dalam menyalin kata-kata atau membedakan bentuk-bentuk geometris.Berbagai
penelitian yang berfokus pada disleksia menunjukkan bukti bahwa disleksia disebabkan
karena adanya defisit yang mendasari bagaimana otak memproses informasi visual
maupun auditori.Missal Azar, 2000b; Miller-Modzon, 2000; Murray, 2000a; Nevid,
2003b).Livingstone dkk.(1991, dalam Nevid, 2003b) mengungkapkan adanya
kemungkinan kerusakan pada stasiun pemancar visual di otak mengakibatkan seseorang
menderita disleksia. Faktor inilah yang mungkin menjadikan penderita disleksia tidak
mampu menguraikan stimuli bisual yang datang secara beruntun yang dibutuhkan untuk
mengenali huruf dan kata yang mungkin terlihat samar-samar, saling bercampur atau
bahkan saling melompat dari halaman. Berbagai penelitian mengarah pada faktor
neurologis yang menjadi penyebab dari masalah kognitif pada disleksia dan mungkin
juga dikarenakan oleh peran gen tertentu yang menyebabkan kerusakan kecil pada sirkuit
otak yang berhubungan dengan membaca.
Selain dua faktor diatas, terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
adanya gangguan kesulitan belajar, yaitu faktor lingkungan, meliputi: kecukupan
makanan, kelebihan makanan, radiasi, penyinaran yang berlebihan, merokok, minum-
minuman, konsumsi obat sembarangan, ketidakcocokan dengan aturan sekolah, dan lain-
lain. Menurut Hallahan & Kauffman (1998) faktor lingkungan ini merupakan salah satu
faktor, namun bukan faktor penyebab utama.Akan tetapi sangat sulit untuk
memisahkannya.Ketika kesulitan belajar diasumsikan memiliki sebab biologis, seringkali
lingkungan anaklah yang menentukan kedalaman pengaruh kesulitan tersebut.
BAB II

Landasan Teori

2.1 Tinjauan Teoritik

Menurut IDEA (individuals with disabilities education act Amsterdam), anak dengan
kesulitan belajar khusus adalah anak-anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan
pada satu atau lebih proses-proses psikologis dasar yang mencakup pengertian atau
penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan; dimana hambatannya dapat berupa
ketidakmampuan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
berhitung.Hambatan tersebut termasuk seperti gangguan persepsi, kerusakan otak, MBD
(Minimal Brain Dysfunction), kesulitan membaca (dyslexia), dan gangguan dalam
memahami kata-kata (developmental aphasia).
Heward (2003) mengasosiasikan gangguan belajar sebagai problem dalam
mendengar, berpikir, memori, atensi, seleksi dan fokus terhadap suatu stimulus, serta
dalam mempersepsikan dan memproses informasi visual dan auditory.kesulitan pada
proses kognitif dan persepsi inilah yang diasumsikan sebagai alasan mendasar kenapa
individu mengalami kesulitan dalam belajar. Seperti: bermasalah dalam membaca, lemah
dalam menulis, tidak cukup prestatif dalam matematika, lemah dalam kemampuan sosial,
hingga bermasalah dalam perilaku.
Gangguan belajar adalah defisiensi pada kemampuan belajar spesifik dalam
konteks Intelegensi normal dan adanya kesempatan belajar (Nevid, dkk., 2003b). Bennet
(2006) menggunakan istilah kesulitan belajar (learning difficulties) sebagai suatu kondisi
yang menunjukkan kelemahan pada fungsi intelektual.Terdapat banyak perbedaan istilah
yang digunakan untuk menjelaskan orang-orang dengan kondisi tersebut. Dulu di Inggris,
menggunakan istilah ‘handicap’, ‘subnormal’ atau ‘retarded’ dalam menyebut keadaan
tersebut. Namun sekarang, kata-kata tersebut diperhalus dengan istilah “orang yang
memiliki kesulitan belajar”.
Levine (2000, dalam Nevid, dkk, 2003b) mengungkapkan bahwa orang-orang
dengan gangguan belajar, sebaliknya bisa merupakan orang yang pandai dan berbakat.
Akan tetapi, mereka menunjukkan perkembangan yang buruk dalam beberapa hal seperti
kemampuan membaca, matematik, menulis, atau berprestasi. Di sisi lain, Nevid (2003b)
berpendapat bahwa orang dengan gangguan belajar cenderung menjadi gangguan kronis
yang kemudian mempengaruhi perkembangan individu sampai dewasa dan berprestasi
buruk di sekolah.
Berikut ini adalah tipe-tipe gangguan belajar:
1. Gangguan matematika. Gangguan ini menggambarkan anak-anak dengan
kekurangan dalam kemampuan aritmatika. Meliputi: masalah dalam memahami
istilah matematika dasar dan operasinya (penjumlahan dan pengurangan);
kesulitan memahami simbol-simbol matematika (+, =, X, dll); atau masalah
belajar tabel perkalian. Umumnya, dapat dikenali sejak kelas 1-3 SD.
2. Gangguan menulis. Gangguan ini mengacu pada anak-anak dengan keterbatas
pada kemampuan menulis. Seperti: kesalahan mengeja, tata bahasa, tanda baca
atau kesulitan dalam membentuk kalimat atau paragraf. Gangguan ini biasanya
mulai tampak sejak anak usia 7 tahun (kelas 2 SD) sampai usia 10 tahun (kelas 5
SD).
3. Gangguan membaca (dyslexia) Yaitu kelambatan atau kesulitan dalam mengenali
kata-kata dan memahami bacaan. Sehingga, mereka mengubah, menghilangkan
atau mengganti kata-kata ketika membaca. Mereka juga mengalami kesulitan
dalam menguraikan huruf-huruf dan kombinasinya, serta kesulitan
menerjemahkannya menjadi suara yang tepat (Miller-Medzon, 2000 dalam Nevid
2003b). Kebanyakan, mereka salah mempersepsikan huruf-huruf seperti jungkir
balik misalnya w dengan m; atau melihat huruf-huruf secara terbalik seperti b
untuk d. disleksia dapat diidentifikasi mulai usia 6 tahun.
4. Rendahnya academic achievement (membaca, menulis, mengeja, berhitung)
(Hallahan & Kauffman, 1988).
2.2 Indikator

Karakteristik anak-anak kesulitan belajar dapat dilihat dari simtom atau gejala yang
muncul dan terlihat. Anak dengan kesulitan belajar memiliki variasi interindividual sesuai
dengan masalah yang dihadapi. Sebagian dari mereka menunjukkan ketidakmampuan
atau kesulitan terutama dalam aspek kognitif, seperti membaca, berhitung dan berpikir.
Sebagian lain bermasalah dalam bahasa; sulit mengekspresikan diri secara lisan maupun
tulisan atau dalam memproses bahasa. Selain itu, anak dengan kesulitan belajar dapat
menunjukkan variasi intraindividual, yakni kemampuan dalam dirinya sendiri. Seorang
anak yang lemah dalam membaca dan mengenali huruf atau angka, mungkin memiliki
kemampuan lebih dalam melukis atau kinestetik (dalam Nevid, 2003b).

2.2 Indikator

Sehingga berdasarkan teori yang digunakan mengenai reading dificulties atau dyslexia
yaitu:

Indikator Keterangan

•Anak mengurangi atau menghilangkan kata-kata


ketika membaca

•Anak menambahkan atau mengganti kata-kata


ketika membaca
Decoding

•Anak tidak dapat membedakan beberapa bunyi


seperti E (pada “len”) dan E (pada “lebah”),
atau O (pada “kosong”) dan O (pada “coro”)

•Anak membaca dengan mengeja


Kelancaran

•Anak membaca setelah jeda lebih dari 10 detik

•Anak membaca kata-kata yang sama secara


berulang-ulang
•Anak dapat menjawab soal-soal berdasarkan teks
Pemahaman
•Anak mengerjakan sesuai instruksi pada teks
BAB III

Metode dan Instrumen

3.1 Metode

3.1.1 Metode Observasi

Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah observasi langsung, artinya
observer langsung mengamati perilaku yang muncul di lapangan. Adapun jenis dari
observasi yang digunakan adalah sistemik atau terstruktur, dimana observer melakukan
observasi menggunakan kerangka atau structured observastion yang sebelumnya telah
disiapkan. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang
telah mengatur kategorisasinya dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-
kategori itu lebih dahulu (Hadi, 1989).
Observasi juga diakukan secara undisguised dimana observasi nantinya akan
dilakukan ketika subjek sedang belajar. Observer akan berpura-pura untuk mementori
atau membantu subjek saat belajar, kemudian subjek akan diminta membaca beberapa
bacaan yang diberikan observer.
Teknik pencatatan yang digunakan pada observasi ini adalah event dengan tambahan
pencatatan data secara narasi.
Pada saat observasi dilakukan kepada subjek secara langsung, Observer telah
menyiapkan form pencatatan lembar observasi yang berisi target perilaku yang telah
ditentukan didasarkan kepada indikator yang akan diobservasi. Kemudian observer akan
mengisi lembar form pencatatan tersebut sesuai dengan kemunculan target perilaku.
Digunakannya metode ini dikarenakan observer ingin mendapatkan terget perilaku secara
alamiah, yang mana target perilaku tersebut didasarkan kepada teori yang mendasari
dilakukannya observasi.
3.1.2 Metode Wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara secara langsung dengan
menggunakan open question.Metode ini digunakan agar informasi yang ingin digali pada
subjek dapat dilakukan dengan maksimal. Penggunaan open question pada wawancara
akan memudahkan interviewer dalam menggali informasi. Respon yang akan di hadirkan
oleh interviewee dengan menggunakan jenis pertanyaan ini juga akan bebas dan tidak
terbatasi oleh pada cakupan tertentu. Namun untuk membatasi respon atau jawaban dari
pertanyaan wawancara agar tidak melebar maka digunakan pedoman wawancara yang
dibuat secara terstruktur.Hal ini digunakan untuk memudahkan interviewer menggali
informasi terkait dengan indikator yang ada secara sistematis. Proses wawancara sendiri
dilakukan sebelum pengambilan data observasi kepada subyek. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi faking good dan pengambilan data observasi digunakan untuk
pengklarifikasian hasil data wawancara mengenai kemampuan subjek.
3.2 Panduan
3.2.1 Panduan Observasi
Berikut merupakan Form Observasi yang digunakan untuk mencatat target perilaku yang
akan di observasi.

FORM OBSERVASI

Tanggal Obsevasi :
Waktu Observasi :
Tempat Observasi :
Observer I / II :

Target perilaku Jumlah perilaku yang muncul Total

I II III IV

Anak mengurangi atau


menghilangkan kata-kata
ketika membaca

Anak menambahkan atau


mengganti kata-kata
ketika membaca

Anak tidak dapat


membedakan beberapa
bunyi seperti e (pada
“len”) dan e (pada
“lebah”), atau o (pada
“kosong”) dan o (pada
“coro”)
Anak membaca dengan
mengeja

Anak membaca setelah


jeda lebih dari 10 detik

Anak membaca kata-kata


yang sama secara
berulang-ulang

Anak dapat menjawab


soal-soal berdasarkan
teks

Anak menjawab soal


secara tepat dan sesuai
dengan isi teks

Anak mengerjakan sesuai


instruksi pada teks

Anak mengurangi atau


menghilangkan kata-kata
ketika membaca

3.2.2 Panduan Wawancara

Berikut merupaka panduan wawancara yang digunakan pada subjek:

Opening

Melakukan rapport atau pendekatan dengan subjek.


Body

Pertanyaan

•Apakah kamu sudah bisa membaca?


•Menurutmu membaca itu susah tidak?
•kalau membaca dan berhitung, kamu lebih suka yang mana?
•Apakah kamu masih sulit membedakan beberapa huruf?
•Kamu pernah disuruh membaca di depan kelas tidak?
•Kalau disuruh mengerjakan LKS, kamu bisa tidak? (sambil mengecek bukunya)
Closing

Menutup kegiatan wawancara dan berterimakasih kepada subjek karena telah bersedia
mengikuti kegiatan wawancara.

Berikut merupaka panduan wawancara yang digunakanpada significant other :

Opening

Melakukan rapport atau pendekatan dengan significant other.

Body

Pertanyaan

 Bagaimana prestasi belajarnya di kelas?


 Bagaimana kemampuan dia jika dilihat secara keseluruhan?
 Apaah dia bisa membaca?
 Apakah dia cakap di bidang yang lain? Menulis atau berhitung mungkin?
 Jelaskan bagaimana kemampuan membacanya dibanding dengan temang-temannya?
 Apakah dia masih mengeja dan membutuhkan waktu yang lama ketika membaca?
 Apakah dia sering mengubah, mengurangi, menambah atau mengganti kata yang i abaca
dengan kata yang lain?
 Apakah dia mampu mengerjakan dan menjawab LKS dengan baik sesuai dengan isi teks?
 Apakah ada usaha dari dirinya untuk belajar membaca?
 Sejauh ini, apa usaha guru dalam menangani dan mengajarnya?
 Apakah kiranya sudah efektif?

Closing

Menutup kegiatan wawancara dan berterimakasih kepada significant other karena telah
bersedia mengikuti kegiatan wawancara.

3.3 Peralatan
Berikut merupakan peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan observasi yaitu
lembar observasi, alat tulis, kamera untuk mendokumentasikan target perilaku subjek
serta petunjuk pelaksanaan observasi. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan wawancara yaitu alat perekam atau recorder, panduan wawancara serta alat
tulis.
BAB IV

Pelaksanaan

4.1 Deskripsi Subyek

4.1.1 Identitas Observer dan Interviewer


Berikut merupakan data observer dan Interviewer yang melakukan kegiatan
observasi-wawancara pada penelitian ini, yaitu:
a) Observer I
Nama : Ana Zubaidah
NIM : 111211131026
Kelas :B

b) Observer II
Nama : Laili Nur Affida
Pekerjaan : Tetangga subjek
Usia : 17 tahun

c) Interviewer I
Nama : Ana zubaidah
NIM : 111211131026
Kelas :B

4.1.2 Identitas Subyek


Nama : Ida
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Sekolah : SD Sumber agung IV
Karakteristik : Subjek memiliki kulit coklat sawo matang dengan tinggi sekitar
110cm. Rambut subjek pendek, tubuhnya tinggi-kurus. Subjek merupakan anak tunggal.
Orangtuanya sama-sama bekerja tapi tetap intens bertemu karena orangtuanya sering
pulang pada jam-jam tertentu. sekarang subjek merupakan siswa kelas 3 SD yang
dulunya pernah tidak naik kelas saat kelas 1. Subjek juga mengalami beberapa gangguan
artikulasi seperti R dibaca (ergh). Subjek tinggal dalam keluarga yang jumlahnya cukup
banyak yang bisa dikatakan bahwa mereka kurang begitu mampu dalam pemecahan
masalah. Dalam riwayat keluarganya, ada dua orang (bibi subjek yang merupakan teman
sekelas dan adik kelas observer) pernah tidak naik kelas dan memiliki prestasi yang
kurang bagus. Sementara pendidikan orangtua subjek adalah tingkat SMP. Dalam
kesehariannya, subjek kurang memperoleh stimulus belajar dari orangtuanya.Bisa
dikatakan orangtuanya jarang (hampir tidak pernah) mengajari anaknya ketika di rumah.
Ketika ada PR biasanya subjek minta diajari oleh bibinya. Tapi subjek tidak mau
mengerjakan sendiri, tapi meminta bibinya yang mengerjakan.

4.1.3 Latar Belakang Pemilihan Subyek


Pemilihan subjek dilakukan dengan alasan bahwa subjek merupakan siswa kelas 3
SD yang belum cukup mampu dalam membaca. Hal tersebut didukung dari nilai-nilai
raport subjek yang kurang baik. Serta hasil membacanya ketika observer meminta subjek
untuk membaca.

4.2 Jadwal Pelaksanaan


Berikut merupakan jadwal pengambilan data observasi, yaitu:
4.2.1 Jadwal pelaksanaan Observasi

Waktu : Sabtu, 04 Oktober 2014 pukul 19.00


Tempat : Rumah observee
Frekuensi : Pengambilan data dilakukan 1 kali dengan 2 observer
Durasi : 15 menit

4.2.2 Jadwal pelaksanaan Wawancara subjek

Waktu : Jumat, 03 Oktober 2014 pukul 19.00


Tempat : Rumah interviewer
Frekuensi : Data wawancara diambil sebanyak 1 kali
Durasi : 3 menit
4.2.3 Jadwal pelaksanaan Wawancara significant other
Waktu : Sabtu, 04 Oktober 2014 pukul 08.00
Tempat : SDN Sumberagung IV
Frekuensi : Data wawancara diambil sebanyak 1 kali
Durasi : 20 menit
4.3 Setting Pelaksanaan Kegiatan
4.3.1 Pelaksanaan Wawancara
Wawancara dengan subjek dilakukan di rumah interviewer pada hari jum'at, 3
oktober 2014 jam 19.30. Pada waktu itu, suasananya sedang ramai oleh keluarga
interviewer. Interviewer tidak perlu membangun rapport dengan subjek karena
interviewer dan subjek sudah saling mengenal.interviewer langsung mengajukan
pertanyaan, interviewee langsung menjawab. Pada saat interview mengajukan beberapa
pertanyaan, subjek juga diminta untuk membaca sebuah bacaan dan ditanyai apa maksud
dari teks tersebut. 
Wawancara selanjutnya merupakan wawancara dengan significant other. Kegiatan
wawancara ini dilakukan pada hari sabtu, 4 oktober 2014 jam 8.30 di sekolah subjek,
yaitu SDN Sumberagung IV.Interviewee merupakan guru sekaligus wali kelas subjek.
Interview dilakukan di kantor guru, sehingga pada saat itu tidak hanya ada interviewer
dan interviewee namun juga terdapat kepala sekolah serta beberapa guru. 

4.3.2 Pelaksanaan Observasi


Observasi dilakukan pada hari sabtu, tanggal 4 oktober di rumah subjek.disana,
hanya ada subjek, observer 1 dan observer 2. Sebelumnya, subjek meminta observer
untuk mengajari bahasa jawa. sehingga observer memanfaatkan situasi tersebut untuk
sekaligus observasi. pertama, observer memilih sebuah teks. Kemudian, observer
meminta subjek untuk membacanya. setelah itu, observer menanyakan tentang apa isi
dari bacaan tersebut. Namun subjek menjawab tidak tahu. Kemudian, observer meminta
subjek untuk mengerjakan soal-soal yang sesuai dengan isi teks.alhasil, subjek tidak
dapat menjawab soal-soal tersebut.
Untuk indikator "anak dapat mengerjakan sesuai dengan instruksi bacaan", subjek
dihadapkan pada soal yang mengintruksikan untuk mengurutkan gambar yang
membentuk sebuah cerita.subjek tidak mengerti dan mengurutkan gambar yang salah. 
BAB V

Hasil dan Analisis Data

5.1 Analisis Hasil Observasi

Berikut merupakan hasil observasi mengenai Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)


pada siswa kelas 4 ditinjau dari Kesulitan Membaca (Reading Dificulties). Hasil
observasi yang disajikan dalam tabel merupakan hasil observasi yang telah digabung dari
dua orang observee dengan pengambilan data sebanyak 1 kali.

a. Observer 1

No Target perilaku Check list Narasi

Subjek mengurangi
1 Anak mengurangi atau menghilangkan
beberapa kata seperi
kata-kata ketika membaca
‘sekolahan’ menjadi
‘sekolah’, ‘wektu’
menjadi ‘wetu’,
V ‘omongan’ menjadi
‘omal’, ‘banjur’ menjadi
‘bajur’, ‘wangsulan’
menjadi ‘wasulan’,
‘mangkate’ menjadi
‘makate’.

V Subjek mengganti kata


2 Anak menambahkan atau mengganti
danu menjadi dau, ‘tito’
menjadi dino, ing menjadi
kata-kata ketika membaca
ingning, wayah menjadi
wesah, banget menjadi
banteng, basket menjadi
basate.

Seriam menjadi senam


3 Anak tidak dapat membedakan beberapa
bunyi seperti e (pada “len”) dan e (pada V
“lebah”), atau o (pada “kosong”) dan o
(pada “coro”)

Ank tidak mengeja namun


4 Anak membaca dengan mengeja
terlihat berfikir pada
- setiap pergantian kata.
Seringkali pada kata yang
agak panjang dan susah.

-
5 Anak membaca setelah jeda lebih dari 10 -
detik

Bal-balan menjadi
6 Anak membaca kata-kata yang sama V mal..mal.. baling
secara berulang-ulang

Ketika observer
7 Anak dapat menjawab soal-soal
menanyakan apa isi teks
berdasarkan teks
yang sudah dibaca, subjek
V
menjawab tidak tahu dan
dia membacakan kalimat
pertama pada teks.
Subjek menjawab soal-
8 Anak menjawab soal secara tepat dan
soal akan tetapi
sesuai dengan isi teks V
jawabannya tidak
menjawab pertanyaanya.

Subjek diminta untuk


9 Anak mengerjakan sesuai instruksi pada
menyusun gambar supaya
teks
V menjadi sebuah cerita
(soal pada LKS) namun
subjek tidak bisa.

b. Observer 2

No Target perilaku Check list Narasi

Subjek mengurangi /
1 Anak mengurangi atau menghilangkan
menghilangkan kata-kata
kata-kata ketika membaca
ketika membaca, misalnya
kata ‘wektu’ menjadi
‘wetu’, ‘sekolahan’
V
menjadi ‘sekolah’,
‘banjur’ menjadi ‘bajur’,
‘mangkate’ menjadi
‘makate’, ‘mantan’
menjadi ‘man’.

V Mengganti kata-kata Danu


2 Anak menambahkan atau mengganti
menjadi Dau, lan menjadi
kata-kata ketika membaca
la, Boni menjadi budi,
wayah menjadi wesah,
omongan menjadi omah,
bebarengan menjadi
beberakan, banget
menjadi bateng, basket
menjadi basate.

Subjek tidak dapat


3 Anak tidak dapat membedakan beberapa
membedakan bunyi
bunyi seperti e (pada “len”) dan e (pada V seperti e, misalnya kata
“lebah”), atau o (pada “kosong”) dan o
senam.
(pada “coro”)

Anak tidak Nampak


4 Anak membaca dengan mengeja
membaca dengan
- mengeja, tetapi terlihat
berfikir saat pergantian
kata.

-
5 Anak membaca setelah jeda lebih dari 10 -
detik

Bal-balan menjadi mal-


6 Anak membaca kata-kata yang sama V mal…baling
secara berulang-ulang

Ketika observer bertanya


7 Anak dapat menjawab soal-soal
pada subjek tentang isi
berdasarkan teks
V bacaan yang telah di baca,
subjek menjawab tidak
tahu.

V Setelah subjek selesai


8 Anak menjawab soal secara tepat dan
membaca teks, observer
menyuruhnya untuk
sesuai dengan isi teks
menjawab beberapa
pertanyaan. Ia menjawab
tetapi tidak sesuai dengan
isi bacaan.

Ketika subjek diminta


9 Anak mengerjakan sesuai instruksi pada
untuk membuat cerita
teks
V dengan mengurutkan
gambar (soal di LKS)
subjek tidak bisa.

c. Narasi Observer 1 dan 2

Observer 1 Observer 2
Observer meminta Subjek untuk membaca Observer memberikan bacaan untuk dibaca
suatu teks. Subjek membaca teks. Subjek kepada subyek. Kemudian subyek
mengganti beberapa kata seperti ‘Tito’ membaca teks. Subjek mengganti kata,
dibaca ‘Dino’, ‘Boni’ dibaca ‘Budi’. Subjek misalnya Danu menjadi Dau, Tito dibaca
menghilangkan kata-kata. Subjek beberapa Dino, ian dibaca ia, Boni dibaca Budi.
kali mengganti kata-kata seperti ‘Omongan’ Subjek menghilangkan kata contohnya
diganti ‘Omah’, ‘bebarengan’ dibaca omongan dibaca omah. Mengganti kata
‘beberekan’, ‘suwung’ dibaca ‘suwe’. bebarengan dengan beberakan. Kemudian
Subjek terlihat beberapa kali salah pada kata suwung diganti menjadi suwe. Subjek
kata-kata yang panjang dan berpaten. Serta terlihat berfikir setiap membaca saat
kata yang agak susah seperti ‘stadion’ pergantian kata. Subjek beberapa kali susah
dibaca ‘setion’. Subjek mengulang membaca kata-kata yang panjang.
membaca kata-kata yang merupakan kata Mengganti kata-kata stadion menjadi
ulang, tidak tepat lagi. Dalam membaca, setion, bal-balan diganti menjadi mal
subjek berulang kali (3x) meloncati teks baling. Subjek beberapa kali meloncati
yang seharusnya dibaca. Subjek terlihat kata-kata. Terlihat saat membaca kata
tidak datar dan tidak berekspresi ketika senam ia salah mengucapkan bunyi huruf
membaca. Tidak ada intonasi/penekanan ‘e’ nya. Subjek membaca tidak dengan
tertentu. Beberapa kali salah vocal, ekspresi. Seenaknya sendiri. Subjek terlihat
misalnya ‘sènam’ dibaca ‘senam’ (dengan susah membaca kata-kata yang berpaten.
pengucapan huruf e seperti pada kata Misalnya basket dibaca basket. Subjek juga
bebek). Subjek kurang bisa membaca kata- sulit membaca kata yang berimbuhan
kata yang ada tambahannya (imbuhan) seperti mengganti kata ngubeng dibaca
misalnya ‘mburi’ dibaca ‘muri’, ‘manahan’ menjadi kata ngumbati, mburi dibaca muri,
dibaca ‘manah’. Subjek tidak menunjukkan dan ketika subjek diminta untuk
kesulitan atau tidak bisa membaca, sebab mengerjakan soal subjek bilang bahwa ia
dari awal subjek hanya saja (asal tidak bisa. Subjek juga lebih meminta
membaca), tidak menanyakan apakah benar observer untuk menceritakan isi bacaan
atau salah. dan menjelaskan kepadanya.
Ketika subjek diminta untuk menjawab
soal-soal yang sesuai dengan teks, ia
menjawab tidak bisa. Ketika ditanya apa isi
teks-nya? Subjek membaca kalimat awal
teks. Subjek mengatakan tidak mengerti isi
teks.

5.1.1 Antecedents of the problem (targeted) behavior

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada hari Sabtu, secara kebetulan
subjek meminta observer untuk mengajarinya bahasa jawa. Sehingga observer
memanfaatkan keadaan ini. dimulai dengan subjek diminta untuk membaca dan subjek
diminta untuk memahami isi dari teks bacaan tersebut yang sebelumnya telah dipilih oleh
subjek. Setelah melakukan dan memberi subjek beberapa waktu untuk membaca,
observer memberikan soal yang diambil dari bacaan yang telah dibaca dan alhasil subjek
tidak dapat menjawab soal-soal tersebut karena subjek tidak dapat memahami bacaan
tersebut dikarekan subjek tidak dapat membaca sebuah teks dengan utuh dan benar.
5.1.2 Consequences of the problem (targeted) behavior

Setelah subjek dibimbing untuk belajar bahasa jawa sesuai dengan yang ia minta
pada observer, subjek tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik karena tidak
memahami isi dari soal. Soal tersebut menginstruksikan untuk mengurutkan gambar yang
membentuk sebuah cerita dan dikarekan tidak mengerti dan memahami sehingga subjek
tidak dapat mengurutkan gambar dan menjawab soal salah.

5.1.3 Analisis validitas dan reliabilitas observasi

Hasil rekapitulasi observasi dari dua orang observer.

No Target perilaku Observer 1 Observer 2

Anak mengurangi atau menghilangkan kata-kata V V


1
ketika membaca

Anak menambahkan atau mengganti kata-kata V V


2
ketika membaca

Anak tidak dapat membedakan beberapa bunyi


3 seperti e (pada “len”) dan e (pada “lebah”), atau V V

o (pada “kosong”) dan o (pada “coro”)

4 Anak membaca dengan mengeja - -

- -
5 Anak membaca setelah jeda lebih dari 10 detik
Anak membaca kata-kata yang sama secara V V
6
berulang-ulang

Anak dapat menjawab soal-soal berdasarkan - -


7
teks

Anak menjawab soal secara tepat dan sesuai - -


8
dengan isi teks

9 Anak mengerjakan sesuai instruksi pada teks - -


Rekapitulasi Hasil Observasi Pencatatan Narasi Observer

No Target perilaku Observer 1 Observer 2 Catatan

Subjek mengurangi Subjek Mengurangi kata-


1 Anak mengurangi
beberapa kata seperi mengurangi / kata:
atau
menghilangkan
menghilangkan 1. Akhiran –an
kata-kata ketika
kata-kata ketika ‘sekolahan’ 2. Pengurangan
membaca,
membaca huruf –K
menjadi ‘sekolah’, misalnya kata
3. Pengurangan
‘wektu’ menjadi kata –ng
‘wetu’, 4. Pengurangan
‘wektu’ menjadi
huruf –n
‘banjur’ menjadi ‘wetu’,
‘bajur’,
‘sekolahan’
‘wangsulan’ menjadi
menjadi ‘wasulan’, ‘sekolah’,

‘mangkate’ menjadi ‘banjur’ menjadi


‘makate’. ‘bajur’,

danu menjadi dau, ‘mangkate’


menjadi ‘makate’,
ing menjadi ingning,
‘mantan’ menjadi
‘man’.

Danu menjadi
Dau,

lan menjadi la,


Mengganti kata- Mengganti kata-
2
kata kata:
Subjek mengganti
kata Boni menjadi 1. Mengganti nama
budi, orang Tito –
tito menjadi dino,
Dino, Boni –
wayah menjadi
wayah menjadi Budi,
wesah,
Anak wesah, 2. Mengganti kata

menambahkan omongan menjadi Wayah – wesah,


banget menjadi
atau mengganti banteng, omah, banget –

kata-kata ketika banteng,


bebarengan
membaca basket menjadi omongan –
menjadi
basate. omah, basket –
beberakan,
basate,
‘omongan’ menjadi
banget menjadi bebarengan –
‘omal’,
bateng, beberakan

basket menjadi
basate.

Seriam menjadi Subjek tidak Kata ‘senam’


3 Anak tidak dapat
senam dapat (seperti pengucapan
membedakan
membedakan –e pada kata
beberapa bunyi
bunyi seperti e, ‘lebah’) berubah
seperti e (pada
misalnya kata bunyi jadi ‘senam’
“len”) dan e (pada
senam. (seperti pengucapan
“lebah”), atau o
–e pada kata bebek).
(pada “kosong”)
dan o (pada
“coro”)

Ank tidak mengeja Anak tidak -.


4
namun terlihat Nampak
berfikir pada setiap membaca dengan
Anak membaca pergantian kata. mengeja, tetapi
dengan mengeja Seringkali pada kata terlihat berfikir
yang agak panjang saat pergantian
dan susah. kata.

-
5 Anak membaca
setelah jeda lebih - -

dari 10 detik

Berkali-kali subjek
6 Anak membaca Bal-balan mengulang kata-kata
kata-kata yang Bal-balan menjadi
menjadi mal- yang sama (seperti
sama secara mal..mal.. balang
mal…baling bal-balan, jadi mal
berulang-ulang mal.. baling.

Ketika observer Subjek tidak tahu


7
menanyakan apa isi Ketika observer maksud tulisan teks.
teks yang sudah bertanya pada
Anak dapat dibaca, subjek subjek tentang isi
menjawab soal- menjawab tidak tahu bacaan yang telah
soal berdasarkan dan dia di baca, subjek
teks membacakan menjawab tidak
kalimat pertama tahu.
pada teks.
Setelah subjek Tidak bisa
8
selesai membaca menjawab sesuai
teks, observer dengan isi teks.
Subjek menjawab menyuruhnya
Anak menjawab soal-soal akan tetapi untuk menjawab
soal secara tepat jawabannya tidak beberapa
dan sesuai dengan menjawab pertanyaan. Ia
isi teks pertanyaanya. menjawab tetapi
tidak sesuai
dengan isi
bacaan.

Ketika subjek Tidak bisa


9 Subjek diminta
diminta untuk menyusun gambar.
untuk menyusun
membuat cerita
Anak mengerjakan gambar supaya
dengan
sesuai instruksi menjadi sebuah
mengurutkan
pada teks cerita (soal pada
gambar (soal di
LKS) namun subjek
LKS) subjek
tidak bisa.
tidak bisa.

Validitas observasi dan instrumen wawancara yang digunakan adalah content validity.
Yaitu suatu validitas alat ukur yang sesuai dengan estimasi apakah sudah sesuai dengan
indikator-indikator yang merupakan definis operasioanl dari definisi konseptual tentang
gaya belajar.

Reliabilitas alat ukur perilaku (form observasi) yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
inter-rater yang berperan sebagai pembanding bagi observer dalam melakukan pencatatan
perilaku. Reliabilitas diukur dengan menghitung percentage of agreement dari observer
dan inter-rater. Apabila dituliskan dalam persamaan matematis, maka rumus reliabilitas
alat ukur ini adalah :
A rr
%A RR = ×100
A rr + D
Keterangan :
Arr : jumlah perilaku yang kemunculannya disetujui oleh observer dan inter-
rater.

D : jumlah perilaku yang kemunculannya tidak disetujui oleh observer dan


inter-
rater.

Reliabilitas:

9
%A RR = ×100
9+0
%A RR = 100%

5.2 Kesimpulan Hasil Observasi

Berdasarkan observasi yang dilakukan, dari ketiga indikator yang dipakai yaitu
decoding, kelancaran, dan pemahaman, dapat diambil hasil sebagai berikut:

1. Decoding
Pada indikator ini terdapat tiga target perilaku yang diobservasi, yaitu: a)
Anak mengurangi atau menghilangkan kata-kata ketika membaca, b) Anak
menambahkan atau mengganti kata-kata ketika membaca, c). Anak tidak
dapat membedakan beberapa bunyi seperti e (pada “len”) dan e (pada
“lebah”), atau o (pada “kosong”) dan o (pada “coro”). Ketiga target tersebut
muncul saat observasi berlangsung.
Adapun kekhasan kemunculan pada target perilaku ‘a’ adalah subjek
cenderung dalam mengurangi kata-kata, dari hasil observasi subjek tidak
menunjukkan perilaku menghilangkan kata-kata. Adapaun karakteristiknya
sebagai berikut :

5. Akhiran –an (seperti ‘sekolahan’ – ‘sekolah’)


6. Pengurangan huruf ‘K’ (seperti ‘wektu’ – ‘wetu’)
7. Pengurangan kata ‘Ng’ (seperti ‘mangkate’ – ‘makate’)
8. Pengurangan huruf ‘N’ (seperti ‘banjur’ – ‘bajur’).

Sedangkan pada target perilaku ‘b’ subjek mengganti nama-nama dan


beberapa kata yang maknanya jauh berbeda sama sekali dengan yang terlulis
dalam teks bacaan. Adapaun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

3. Mengganti nama orang (Tito – Dino, Boni – Budi)


4. Mengganti kata yang berbeda dengan makna aslinya (Wayah – wesah,
banget – banteng, omongan – omah, basket – basate, bebarengan –
beberakan)

Pada target perilaku ‘c’, hal ini terwakili ketika Subjek membaca Kata
‘senam’ (seperti pengucapan –e pada kata ‘lebah’), yang berubah bunyi jadi
‘senam’ (seperti pengucapan –e pada kata bebek).

2. Kelancaran
Pada indikator ini, terdapat pula tiga target perilaku yang diobeservasi,
yaitu: a) Anak membaca dengan mengeja, b) Anak membaca setelah jeda
lebih dari 10 detik, c) Anak membaca kata-kata yang sama secara berulang-
ulang. Dari ketiga kategori tersebut, kemunculan hanya terjadi pada target
perilaku c. subjek berkali-kali mengulang kata-kata yang sama (seperti bal-
balan, jadi mal mal..baling). Sebagai data tambahan, bahwa subjek juga
tidak nampak membaca dengan cara mengeja, akan tetapi subjek terlihat
berpikir saat pergantian kata.
3. Pemahaman
Indikator pemahaman berisi tiga target perilaku yang diobservasi, yaitu: a)
Anak dapat menjawab soal-soal berdasarkan teks, b) Anak menjawab soal
secara tepat dan sesuai dengan isi teks, c) Anak mengerjakan sesuai instruksi
pada teks. Ketiga target perilaku tersebut tidak muncul saat observasi
berlangsung.

Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa Subjek cenderung kesulitan


dan lamban dalam mengenali kata-kata. Hal ini terlihat dari beberapa huruf
dari kata pada teks bacaan yang dihilangkan, atau beberapa kata yang
berubah dari tulisan pada teks. Subjek juga perlu waktu beberapa detik
untuk berpikir yang kemudian barulah ia mulai membaca. Subjek juga
mengalami kesulitan dalam menguraikan huruf-huruf dan kombinasinya,
serta kesulitan menerjemahkan menjadi suara yang tepat. Impasnya subjek
sendiri tidak paham akan bacaan yang telah ia baca. Karakteristik ini
mengindikasikan bahwa subjek ada kemungkinan memiliki gangguan
membaca (dyslexia) sebagaimana yang dikemukakan oleh Miller-Medzon
(2000 dalam Nevid 2003b).

5.3 Analisis Hasil Wawancara

Berikut merupakan hasil wawancara dengan subjek dan significant other yang sudah
dibuat dalam bentuk tabel serta telah dilakukan pengcodingan.

5.3.1 Data verbatim dan coding wawancara Subjek

Nama ID / 10 tahun Interviewer Ana Zubaidah


Subjek/Usia
Kode Subjek ID03102014 Kode AZ03102014
Interviewer
Lokasi Rumah interviewer Tanggal Jumat, 03 Oktober 2014
wawancara
Pukul 19.00

Catatan Reflektif dan


KODE Transkip Wawancara Indikator
Koding
AZ03102014 ida.. Namamu Ida, kan?

ID03102014 Ya

AZ03102014 Nama lengkapnya siapa?

ID03102014 Fakhirotul maulida (dengan


artikulasi yang tidak jelas)

AZ03102014 Siapa?

ID03102014 Fakhirotul maulida

AZ03102014 Yang jelas ya kalau ngomong.


Kamu kelas berapa, dek?

ID03102014 Tiga

AZ03102014 Kelas tiga? Bu gurunya


namanya siapa ya?

ID03102014 Bu Karwati

AZ03102014 Kamu sudah bisa membaca


belum?

ID03102014 Sudah

AZ03102014 Sudah… Kelancaran Subek merasa kesulitan


ketika membaca.
Kalau membaca susah nggak?

ID03102014 Susah…

AZ03102014 Tapi bisa ya?

ID03102014 Iya

AZ03102014 Mengeja? Kelancaran Subjek masih mengeja ketika


ID03102014 Kadang mengeja membaca.

AZ03102014 Kadang mengeja kadang


nggak…?

Menurutmu, membaca itu


susah nggak?

ID03102014 Nggak

AZ03102014 Kamu suka mana? Membaca


atau menulis?

ID03102014 Em…

AZ03102014 Kamu suka membaca atau


menulis?

ID03102014 Membaca.

AZ03102014 Kalau membaca sama


berhitung kamu suka mana?

ID03102014 Berhitung…

AZ03102014 Kamu bisa membedakan


beberapa huruf? Coba bilang
d, b, e, e, o.. (subjek
menirukan).

Kamu pernah disuruh


membaca di depan kelas
tidak?

ID03102014 Pernah

AZ03102014 Pernah? Biasanya disuruh


membaca apa?

ID03102014 Polisi

AZ03102014 Polisi? Itu gimana?

ID03102014 Ya disuruh maju ke depan


AZ03102014 Bisa?

ID03102014 Bisa

AZ03102014 e… kalau disuruh Pemahaman Subjek mendapatkan nila 20


mengerjakan LKS, kamu bisa ketika diminta untuk
nggak? mengerjakan LKS di sekolah.

ID03102014 Bisa

AZ03102014 Bisa… biasanya kamu


nilainya berapa?

ID03102014 Dua puluh

AZ03102014 Dua puluh… kamu kalau


membaca, lama nggak?

ID03102014 Nggak..

AZ03102014 Coba baca ini…

ID03102014 kalau kita sudah tahu rumas Decoding Ketika subjek memaca
detat bilang, kita dapat banyak huruf yang hilang
mencahkan sala-sala yang atau berubah sehingga isi
sulit dengan sangat mudah. teks menjadi tidak jelas.
Kita dapat mendemukan
jumplah derat bilang dengan
cara menjumlahkan bilangan
pertaman dan kepuluh, kedua
dan kesembilan, ketika dan
kedelapan, kepat dan
ketujuan. Errata kelima dan
keenam, lalu menjumlah
semuanya.

AZ03102014 Oke, makasih ya…


Keterangan Warna :

Decoding
Kelancaran
Pemahaman

5.3.2 Data verbatim dan coding wawancara Significant Other

Nama Interviewer Ana Zubaidah


Subjek/Usia
Kode Subjek Kode AZ04102014
Interviewer
Lokasi Sdn Sumberagung IV Tanggal Sabtu, 04 Oktober 2014
wawancara
Pukul 08.00

Catatan Reflektif dan


Transkip Wawancara Indikator
Koding
AZ04102014 Perkenalkan, saya ana dari
psikologi UNAIR. Saya akan
melakukan wawancara secara
terstruktur dengan. Jadi nanti
ibu.. e.. menjawab apa-apa
yang saya tanyakan. Seperti
itu.. untuk yang pertama, ibu
saya minta datanya,
bagaimana sih prestasi
belajarnya ida sendiri?
Belajarnya itu ya baik, kalau
di sekolah lo ya.. tidak
memperhatikan gitu, dik.
Terus jail juga enggak. Sudah
gitu.
AZ04102014 Jadi anaknya diem,
memperhatikan begitu ya?
He’eh… tapi nggak masuk.

AZ04102014 Kalau nilai-nilainya begitu Penunjang Guru subjek menjelaskan


bu? bahwa subjek banyak
Ndak… ya dua puluh, ya
mendapatkan nilai 20 dan 0
sepuluh, ya nol… gitu.
di nilai-nilai pelajarannya
AZ04102014 Kalau kemampuannya? Secara
sehari-hari.
keseluruhan itu masuk?
Maksudnya apa? Guru subjek menjelaskan

AZ04102014 Ya maksudnya dapat ranking bahwa subjek mendapatkan

nggak? peringkat kedua dari akhir.


Ya nggak. Ya nol dari
belakang.
AZ04102014 Jumlahnya berapa bu?

17

AZ04102014 Bertujuh belas…

Bertujuh belas itu ibaratnya


dia itu rangking yang di
belakang. Sri itu yang pertama
terus dia yang kedua.
AZ04102014 Terus yang kedua dia, begitu
bu?
Berarti dapat yang ke 16.
Jumlahnya 17.
AZ04102014 Duduknya dibelakang apa di
depan?
Duduknya ya saya taruh
didepan.
AZ04102014 Tujuannya supaya dapat
perhatian ya?
Ya nanti kadang-kadang saya
ajari sendiri.
AZ04102014 Dia sudah bisa membaca bu? Kelancaran Guru subjek menjelaskan
Belum bahwa subjek belum bisa

AZ04102014 Sudah? membaca. Namun sudah bisa


sedikit-sedikit.
Ya… sedikit-sedikit sudah
bisa.
AZ04102014 Kalo di bidang yang lain, Penunjang Untuk bidang lain seperti
misalkan menulis atau berhitung, subjek juga belum
berhitung dia mampu tidak? mampu. Untuk kegiatan
Nggak, berhituung ndak
menulis subjek sudah bisa
mampu. Kalau nulis itu ya
namun ketika subjek diberi
bisa, ya berbunyi kalau
soal dengan cara di dekte,
nulis… tapi umpama di dekte
subjek belum mampu.
nggak bisa.
AZ04102014 Em.. kalau di dekte nggak kelancaran Jika dibandingkan teman-
bisa. Kalau.. apa tadi kan ibu temannya satu kelas, sibjek
mnegatakan kalau dia sudah masih tertinggal dalam hal
bisa membaca tapi kurang. membaca.
Berarti kalau dibandingkan
sama temen-temenya itu
apakah memang.. ya dia itu…
Semua toh?

AZ04102014 Iya bu…

Sebenernya ya ketinggalan.

AZ04102014 Kalau boleh saya tahu, e…


seharusnya kelas 3 itu sudah
bisa apa bu?
Ya sudah bisa tanya jawab,
membaca lancar, berhitung
lancar itu kelas 3.
AZ04102014 Dan dia masih belum bisa…
kalau membaca dia masih
mengeja?
Ndak…
AZ04102014 Tapi membutuhkan waktu
yang lama ndak bu?
Ndak… ya lumayan lah.

AZ04102014 Kira-kira dia itu mengalami


permasalah di artikulasi
membacanya begitu?
Membacanya itu ya ndak.
Pokoknya gini… kalau
membacanya itu seperti
jangkrik itu nggak. nggak bisa.
AZ04102014 O,,, dia sering terlihat
kesulitan dalam mengenal
huruf atau kata-kata gitu
nggak?
Nggak… tapi dia itu berani,
mengajukan jari (ngacung),
2x3 aja ndak bisa. Tapi dia PD
gitu.
AZ04102014 Soalnya saya tadi malam itu Decoding Terdapat huruf yang
juga kebetulan sudah dikurangi, diganti,
melakukan e… ya tak tanya- dihilangkan pada kata-kata
tanya dulu, kamu bisa yang terdapat dalam bacaan
membaca nggak? Bisa. Terus oleh subjek.
tak coba, o ternyata begini…
maksudnya tak suruh
membaca… dua kalimat
apa… itu sudah banyak yang
salah, ada beberapa kata yang
dikurangi, diganti,
dihilangkan, ditambah, seperti
itu bu. Jadi memang seperti
itukah bu?
Iya gitu, mbak…

AZ04102014 Terus dia pernah disuruh


membaca di depan gitu?
Pernah… tapi ya gitu, clong- Decoding Guru subjek menghilangkan
clong gitu. Kalau dia ndak kata-kata ketika membaca.
bisa, terus langsung kembali Seperti “ibu sayang kita”
ke mukanya. Umpama “ibu menjadi “ibu kita”.
sayang kita”, “ibu” terus
“kita”. Sayangnya dihilangi,
ditinggal.
AZ04102014 Em….

Kemungkinan ya paten-paten Kelancaran Guru subjek menjelaskan


gitu, dia belum anu… belum bahwa subjek masih
memahami. Kemungkinan kesulitan untuk membaca
gitu, terus ditinggal, diganti, kata dengan akhiran paten.
terus kembali ke mukanya Dalam membaca subjek
lagi. dijelaskan masih sering
mengubah dan
menghilangkan kata yang ada
dalam kalimat.
AZ04102014 Em… kalau mengerjakan LKS Pemahaman Dalam menjawab soal yang
bu, bisa? ada dalam teks bacaan,
(menggeleng)
subjek masih belum mampu.
AZ04102014 Ndak bisa? Ndak bisanya itu Sehingga subjek masih tidak
gimana bu? dapat menjawab soal-soal
Kalau jawab pertanyaan nggak
dalam teks.
bisa. Padahal bacaan itu ya
ada. Ya tak suruh membaca
terus nanti saya kasih tugas
ada di bacaan itu. Tapi tetep
tidak bisa nyaut.
AZ04102014 Berarti pemahamannya kurang
ya? Kalau kelancara juga
belum ya bu?
Apa?

AZ04102014 Kelancaran membacanya? Kelancaran Subjek masih kurang lancar

Ya tadi, kalau paten-paten itu dalam membaca tertama

dia belum menguasai, ya tadi membaca kata yang memiliki

di tinggal kalau membaca. huruf paten.


AZ04102014 Terus untuk usaha dari dirinya
itu ada nggak yang untuk
belajar gitu bu. Kalau
misalkan di kelas, dia belajar
membaca sendiri gitu bu?
Ndak… kalau ndak disuruh.

AZ04102014 Berarti harus didorong?

Iya, saya sudah… kalau pas


istirahat coba saya kasih buku
untuk dibaca, ya bisa kalau
membaca LKS ya belum
menguasai. Trus ya tadi, di
tinggal-tinggal begitu.
AZ04102014 Tapi dari dirinya sendiri itu
dia mau belajar tidak?
Saya belum ini… katanya ya
mau belajar. Tapi ya ndak tahu
kalau dirumah. Kalau
disekolah ya saya suruh buka
buku, tapi ada saja yang
dipegang.
AZ04102014 Em… maksudnya yang
dipegang itu buku atau ….?
Ndak… ya ada yang membuat
gambar, gitu.
AZ04102014 Terus sejauh ini usaha dari bu
guru sendiri untuk
mengoptimalkan dia dalam
belajar itu bagaimana?
Saya ajar sendiri, kadang-
kadang anak dua itu kadang-
kadang saya ajar sendiri. Terus
ikut les.
AZ04102014 Terus kalau sudah diajar
secara individu. Terus dia juga
sudah ikut les, apakah itu
sudah ada, sudah
menunjukkan perkembangan?
Ya…

AZ04102014 Perkembangannya seperti apa


bu?
(tidak jelas)

AZ04102014 Kalau misalkan semester gitu Pemahaman Ketika mngerjakan ulangan


bu itukan pasti disuruh subjek masih belum dapat
mengerjakan soal, nah itu menjawab soal dengan benar
apakah jawabannya itu semua. Jawaban masih salah
memang menunjukkan karena subjek juga masih
jawaban yang sesuai kalau belum memahami.
misalkan ada teks gitu?
Hasilnya itu belum, itu kelas 2
tapi pas kelas kelas 3 belum,
tapi kalau pas misalnya
ulangan itu enggak ada yang
benar semuanya salah tidak
sesuai karena dia itu belum
memahami gitu loh

AZ04102014 Tadi malam kan saya juga


suruh membaca yang dibuku
bahasa Jawa itu loh bu, nah
apa namanya pokoknya
selama saya observasi dalam
setiap kalimat itu bisa 4 sampe
5 kata itu yang salah.

Terus gini, dia itu pede


pokoknya pede seperti saya itu
bisa, kalo bisa itu kan ada
kemauan, tapi dia itu belum.
Coba saja kalau di rumah tes
soal 2 itu enggak bisa padahal
milih bacaan, temannya ya
bisa dapat 80, 100, 70 hanya
anak dua itu. Soalnya kan
belum semesteran. Mungkin
ada kelas 2 mungkin ya ini
ulangan semesteran itu
mungkin enggak cocok
jawabannya (sambil bertanya
pada guru yang lain untuk
memastikan). Bocah ngunu
kui diapakno biasane?

AZ04102014 Hmm.. Ya harus diajar terus,


diperhatikan

Sudah saya perhatikan, anak


dua itu saya taruh di
muka/depan saya suruh
membaca, saya kasih buku,
tapi sekarang sudah bisa,
membaca “ibu” dia kalau
pasangan-pasangan itu loh
umpama “sayang”.

AZ04102014 Berarti kalau ada paten-


patennya begitu ya?

Lah iya…

AZ04102014 Kalau membaca “ibu sayang


kita” dia sering terbalik
enggak?

Enggak, tapi ya ditinggal


pokok’e piyambak’e iku
golek’e sing penak/mencari
yang dia bisa, tapi ya gitu
pede kalau saya ngasih
pertanyaan ya ngacung tapi
enggak bisa.

AZ04102014 Selama ini sudah pernah Subjek bisa membaca ketika


dicoba belum membaca pelan- diminta untuk membaca satu-
pelan dalam artian satu kata di satu perkata dan dengan
gini loh bu misalkan ini baca, tempo yang pelan.
bisa?

Bisa

AZ04102014 Sepertinya saat tadi malem Decoding ketika membaca satu


saya observasi itu dia paragraph utuh, subjek bisa
membacanya 1 paragraf membaca dengan cepat
secara utuh itu cepet tapi ya namun banyak kata-kata
ada kata-kata yang hilang, yang hilang, dikurangi atau
dikurangi dan ditinggal, dan di hilangkan. Namun ketika
ketika saya suruh baca pelan- subjek diminta untuk
pelan dia bisa. membaca secara pelan-pelan

Iya, bisa. subjek bisa.


AZ04102014 Mungkin kalau disuruh seperti
itu membaca pelan-pelan dia
bisa memahami isi teksnya itu
tapi ya memang membutuhkan
waktu yang lama bu.

Saya masih baru 3 bulan


(sambil ngobrol dengan guru
lainnya) kalau saya suruh baca
ya urut, tapi kalau sama
temannya itu diloncati gitu
dicari yang gampang

AZ04102014 Kalau guru yang kelas 2 siapa


bu?

Bu Ana, itu 1 tahun megang


itu, apakah mau kesana?

AZ04102014 Ya nanti lihat dulu. Ya udah


mungkin itu dulu nanti kalo
ada informasi yang kurang
saya bisa minta nomer Ibu.
Terima Kasih Bu.

Ya…

Keterangan Warna :

Decoding
Kelancaran
Pemahaman
Penunjang
5.3.3 Clustering hasil wawancara Subjek

1. Decoding

Catatan Reflektif dan


Kode Transkip Wawancara Indikator
Koding

ID0310 kalau kita sudah tahu rumas detat Decoding Subjek mencoba membaca
2014 bilang, kita dapat mencahkan teks yang telah disediakan.
sala-sala yang sulit dengan sangat Terdapat banyak huruf yang
mudah. Kita dapat mendemukan dihilangkan atau berubah pada
jumplah derat bilang dengan cara beberapa kata, seperti:
menjumlahkan bilangan pertaman rumus – rumas
dan kepuluh, kedua dan deret – detat
kesembilan, ketika dan kedelapan, memecahkan – mencahkan
kepat dan ketujuan. Errata kelima soal-soal – sala-sala
dan keenam, lalu menjumlah menemukan – mendemukan
semuanya. jumlah – jumplah
deret – derat
kesepuluh – sepuluh
ketiga – ketika
keempat – kepat
ketujuh – ketujuan
serta – errata

2. Kelancaran

Catatan Reflektif dan


Kode Transkip Wawancara Indikator
Koding
AZ031 Sudah… Kelancaran Subjek menjelaskan kalau
02014 dirinya merasa kesulitan
Kalau membaca susah nggak?
ketika membaca.
ID0310 Susah…
2014

AZ031 Tapi bisa ya?


02014

ID0310 Iya
2014

AZ031 Mengeja? Kelancaran Subjek menjelasakan bahwa


02014 dirinya kadang-kadang masih

ID0310 Kadang mengeja mengeja ketika membaca.

2014
3. Pemahaman

Catatan Reflektif dan


Kode Transkip Wawancara Indikator
Koding

AZ031 e… kalau disuruh mengerjakan Pemahaman Subjek menceritakan bahwa


02014 LKS, kamu bisa nggak? dalam kesehariannya nilai

ID0310 Bisa yang didapatkan ketika

2014 mengerjakan tugas adalah 20.

AZ031 Bisa… biasanya kamu nilainya


02014 berapa?

ID0310 Dua puluh


2014

5.3.4 Clustering Hasil wawancara Significant other

1. Decoding

Catatan Reflektif dan


Kode Transkip Wawancara Indikator
Koding

AZ041 Soalnya saya tadi malam itu juga Decoding Interviewer memaparkan
02014 kebetulan sudah melakukan e… ya bahwa subjek masih sering
tak tanya-tanya dulu, kamu bisa mengubah, mengurangi dan
membaca nggak? Bisa. Terus tak menghilangkan kata yang ada
coba, o ternyata begini… pada teks bacaan pada guru
maksudnya tak suruh membaca… subjek.
dua kalimat apa… itu sudah guru subjek menyetujui
banyak yang salah, ada beberapa pemaparan interviewer.
kata yang dikurangi, diganti,
dihilangkan, ditambah, seperti itu
bu. Jadi memang seperti itukah bu?
Iya gitu, mbak…

AZ041 Terus dia pernah disuruh membaca Decoding Guru subjek menjelaskan
02014 di depan gitu? bahwa subjek sering

Pernah… tapi ya gitu, clong-clong menghilangkan kata-kata

gitu. Kalau dia ndak bisa, terus ketika membaca. Seperti “ibu

langsung kembali ke mukanya. sayang kita” menjadi “ibu

Umpama “ibu sayang kita”, “ibu” kita”.

terus “kita”. Sayangnya dihilangi,


ditinggal.
AZ041 Sepertinya saat tadi malem saya Decoding ketika membaca satu paragraf
02014 observasi itu dia membacanya 1 utuh, subjek mampu membaca
paragraf secara utuh itu cepet tapi dengan cepat namun banyak
ya ada kata-kata yang hilang, kata-kata yang hilang,
dikurangi dan ditinggal, dan ketika dikurangi atau di hilangkan.
saya suruh baca pelan-pelan dia Namun ketika subjek diminta
bisa. untuk membaca secara pelan-

Iya, bisa. pelan subjek bisa.

2. Kelancaran
Catatan Reflektif dan
Kode Transkip Wawancara Indikator
Koding

AZ041 Dia sudah bisa membaca bu? Kelancaran Guru subjek menjelaskan
02014 bahwa subjek belum bisa
membaca. Namun sudah bisa
Belum
sedikit-sedikit.
AZ041 Sudah?
02014

Ya… sedikit-sedikit sudah bisa.

AZ041 Em.. kalau di dekte nggak bisa. kelancaran Jika dibandingkan teman-
02014 Kalau.. apa tadi kan ibu temannya satu kelas, sibjek
mnegatakan kalau dia sudah bisa masih tertinggal dalam hal
membaca tapi kurang. Berarti membaca.
kalau dibandingkan sama temen-
temenya itu apakah memang.. ya
dia itu…
Semua toh?

AZ041 Iya bu…


02014

Sebenernya ya ketinggalan.

Kemungkinan ya paten-paten gitu, Kelancaran Guru subjek menjelaskan


dia belum anu… belum bahwa subjek masih kesulitan
memahami. Kemungkinan gitu, untuk membaca kata dengan
terus ditinggal, diganti, terus akhiran paten. Dalam
kembali ke mukanya lagi. membaca subjek dijelaskan
masih sering mengubah dan
menghilangkan kata yang ada
dalam kalimat.
AZ041 Kelancaran membacanya? Kelancaran Subjek masih kurang lancar
02014 dalam membaca tertama
membaca kata yang memiliki
Ya tadi, kalau paten-paten itu dia huruf paten.
belum menguasai, ya tadi di
tinggal kalau membaca.
3. Pemahaman

Catatan Reflektif dan


Kode Transkip Wawancara Indikator
Koding

AZ041 Em… kalau mengerjakan LKS bu, Pemahaman Dalam menjawab soal yang
02014 bisa? ada dalam teks bacaan, subjek
masih belum mampu.
Sehingga subjek masih tidak

(menggeleng) dapat menjawab soal-soal


dalam teks.
AZ041 Ndak bisa? Ndak bisanya itu
02014 gimana bu?

Kalau jawab pertanyaan nggak


bisa. Padahal bacaan itu ya ada. Ya
tak suruh membaca terus nanti
saya kasih tugas ada di bacaan itu.
Tapi tetep tidak bisa nyaut.
AZ041 Kalau misalkan semester gitu bu Pemahaman Ketika mngerjakan ulangan
02014 itukan pasti disuruh mengerjakan subjek masih belum dapat
soal, nah itu apakah jawabannya menjawab soal dengan benar
itu memang menunjukkan jawaban semua. Jawaban masih salah
yang sesuai kalau misalkan ada karena subjek juga masih
teks gitu? belum memahami.
Hasilnya itu belum, itu kelas 2 tapi
pas kelas kelas 3 belum, tapi kalau
pas misalnya ulangan itu enggak
ada yang benar semuanya salah
tidak sesuai karena dia itu belum
memahami gitu loh

5.4 Kesimpulan Hasil Wawancara


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subjek diketahui bahwa subjek
merasa kesulitan untuk membaca. Kemudian ketika melakukan interview subjek diminta
untuk membaca teks bacaan dimana terdapat beberapa kata yang berbeda dengan bacaan
aslinya. Subjek banyak menghilangkan huruf yang terdapat pada beberapad kata sehingga
isi teks tersebut tidak dapat dimaknai secara keseluruhan. Subjek juga menyebutkan
bahwa dalam nilai yang didapatkan dalam kesehariannya kurang baik yaitu dua puluh.
Namun ketika ditanya mengenai bagaimana dengan cara membacanya, apakah masih
mengeja dalam membaca subjek merespon iya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
indikator kelancaran, subjek masih merasa belum lancar dalam membaca serta dalam
indikator pemahaman subjek juga masih belum paham hal ini ditunjukkan dari hasil nilai
subjek yang masih jauh dibawah rata-rata nilai kelas.

Adapun pada aspek decoding ditunjukkan oleh subjek ketika subjek diminta untuk
membaca teks yang di berikan leh interviewer. Pada hasil bacaan oleh subjek diketahui
bahwa banyak huruf yang dihilangkan oleh subjek serta diubah oleh subjek sehingga
makna yang seharusnya berganti dan tidak dapat dimengerti. Jika diruntut lagi dapat
disimpulkan bahwa karena hal yang dialami oleh subjek maka pemahaman akan suatu
bacaan yang dimiliki oleh subjek tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini menyebabkan
subjek tidak dapat menjawab pertanyaan yang ada jika jawaban dari pertanyaan tersebut
sebenarnya ada di dalam teks bacaan.

Kemudian jika dilihat dari hasil wawancara dengan significant other di ketahui bahwa
dalam indikator deoding, subjek memamng masih sering menghilangkan, mengubah
huruf yang ada dalam suatu kata. Seperti ibu sayang kita berubah menjadi ibu kita. Kata
sayang yang seharusnya ikut terbaca dihilangkan oleh subjek sehingga makna pada
kalimat yang ada berubah. Dalam kesehariannya disekolah significant other menyebutkan
bahwa subjek mampu membaca suatu paragraph namun dengan tempo yang lambat dan
harus dibaca satu persatu per kata. Sehingga akan memakan waktu yang lama jika
dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Penjelasan tersebut mendukung
indikator kelancaran dimana menurut significant other subjek masih belum lanvar dalam
membaca. Jika dibandingkan dengan teman-teman satu kelas, subjek masih tertinggal
jauh dalam membaca. Begitu juga pada kegiatan yang lain seperti berhitung. Subjek
masih kurang dalam kedua hal tersebut. Hal ini diperkuat juga dengan prestasi subjek
dimana subjek mendapatkan peringkat ke dua terakhir dalam satu kelasnya.kemudian
untuk indikator pemahaman subjekdirasa masih kurang mampu untuk memahami suatu
teks bacaan. Sehingga untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS subjek
masih belum mampu. Hal ini dapat disebabkan kemampuan subjek yang masih kurang
dalam membaca dan mengenali huruf.

5.5 Integrasi Observasi-Wawancara

5.5.1 Profil Subyek

Jika dilihat dari hasil wawancara dan observasi, maka didapatkan mengenai kesulitan
belajar (learning disabikities) ditinjau dari kesulitan membaca sebagai berikut :

Subjek merupakan seorang siswa kelas empat sekolah dasar yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi saat ditanya oleh interviewer tentang keterbatasannya
membaca subjek dengan cepat menjawab bahwa ia sudah dapat membaca. Diusianya dan
jika dilihat dari tingkatan pendidikan subjek memiliki kepercayaan diri yang tinggi
dibandingkan dengan teman sekelasnya. Dilihat dari tanggapan guru kelas bahwa subjek
tidak pernah malu jika harus maju kedepan kelas dan mengerjakan soal yang diberikan.

Didalam kegiatan belajar mengajar subjek masih perlu adanya bimbingan baik dari
guru maupun orang tua. Bimbingan ini terkait dengan bagaimana subjek dapat
meminimalisir tentang kurangnya pemahaman subjek tentang berhitung dan membaca
sebuah kalimat yang diberikan. Selain itu karena usianya yang masih anak-anak, maka ia
perlu diingatkan untuk rajin berlatih membaca dan melakukan beberapa kegiatan yang
dapat menunjang soft skill yang dimilikinya.

5.5.2 Implikasi dari Hasil Analisis

Subjek masih sangat memerlukan perhatian yang penuh, maka peran bimbingan
orang tua sangat diperlukan disini. Tujuannya agar dapat membimbing sujbjek untuk
meningkatkan kemauan serta motivasi subjek dalam hal membaca. Dimana kekurangan
subjek untuk membaca, mengerjakan tugas dan berhitung sangat tertinggal jauh jika
dibandingkan dengan teman-teman seusianya. Subjek mengatakan bahwa ia sudah dapat
membaca tetapi saat kami melakukan observasi terkait dalam aspek membaca masih
terkesan terbata-bata dan subjek lebih sering mengganti huruf dan membaca sebuah
kalimat kurang jelas dan terkesan mengambil suara terakhir dari bacaan yang
dicontohkan terlebih dahulu.

Selain itu, ada baiknya orang tua maupun guru turut bekerja sama untuk
mengembangkan minat berlatih membaca pada subjek terlebih pada anak seusia subjek
yang mengalami kesusahan dalam hal membaca. Mungkin guru dikelas dapat
memberikan perhatian tertuju siswa yang mengalami kesulitan membaca dan mungkin
dengan dibentuknya kelompok membaca yang dapat membantu siswa tersebut. Cara
belajar berkelompok ini diharapkan subjek dapat menumbuhkan motivasi untuk dapat
belajar membaca dan meminimalisir kesulitan membaca yang dialami.

Dari hasil obeservasi dan wawancara yang kami lakukan, subjek yang kami amati
memiliki tingkat kesulitan membaca yang membutuhkan perhatian baik dari guru
maupun orang tua subjek. Dimana subjek telah memiliki kepercayaan diri yang tinggi,
saat ia diminta untuk maju kedepan kelas ia berani walaupun dia tahu keterbatasannya
dalam hal membaca. Tetapi ia tetap berani maju kedepan kelas. Mungkin dari dorongan
ini guru dan orang tua dapat memupuk dan membuat dorongan tersebut agar subjek mau
belajar membaca lebih giat lagi.

BAB VI
PENUTUP

6.1. Evaluasi

Secara keseluruhan proses observasi dan wawancara yang dilakukan tidak


mengalami hambatan apapun. Namun masih perlu ada perbaikan terkait dengan
perancangan panduan, khususnya pada panduan observasi. Hasil pencatatan
observasi berbeda antara yang dirancang sebelum pelaksanaan dan setelah
pelaksanaan observasi. Hal ini disebabkan karena kondisi yang tidak
memungkinkan untuk melakukan teknik pencatatan yang direncanakan
sebelumnya dengan kondisi di lapangan.

Evaluasi lain yang dapat dilakukan adalah terkait dengan pelaksanaan


observasi. Target perilaku yang diamati pada observasi dan wawancara kali ini
adalah subjek dengan kesulitan belajar (dyslexia). Hal ini sangat memungkinkan
untuk dilakukan pengondisian kepada subjek untuk mengungkap target perilaku
secara lebih mendalam. Misalnya di dalam teori yang menjadi acuan penulis,
bahwa di sana disebutkan karakteristik-karakteristik menonjol dari subjek dengan
gangguan membaca. Seperti salah mempersepsi huruf-huruf tertentu, atau
ketidakmampuan dalam membedakan beberapa bunyi seperti E (pada “len”) dan
E (pada “lebah”), atau O (pada “kosong”) dan O (pada “coro”).

Pada saat observasi dilakukan kepada subjek, tidak ada persiapan khusus
untuk mengungkap karakteristik dari seorang dyslexia, seperti mempersiapkan
bacaan yang berisi banyak huruf-huruf yang subjek dengan dyslexia sering
terbalik-balik, atau bahan bacaan yang banyak mengandung huruf vokal yang
berbunyi beda, seperti yang telah diterangkan. Sehingga karakteristik yang
menonjol dari seorang dengan dyslexia akan sangat terungkap jelas kesulitannya,
dan bisa menjadi bahan acuan treatment selanjutnya.

Di balik semua kekurangan itu, tentunya terdapat keunggulan dari proses


wawancara dan observasi yang dilakukan. Diantaranya proses yang dilakukan
telah sesuai dengan prosedur. Selain itu interviewer juga sudah mampu
menggambarkan latar belakang keluarga subjek yang bisa digali lebih lanjut.
Sehingga jika dilakukan penanganan lebih lanjut kasus ini, dapat dianilis
penyebab timbulnya kesulitan ini. Sedangkan dari operasionalisasi teori, bisa
terbilang sudah operasional dan mudah dipahami. Kelebihan lainnya, dalam
wawancara ini, interviewer mendapatkan keterangan subjek dari guru dan
ornagtua sebagai significant other untuk melengkapi dan memperkuat data-data.
Pada teknik pencatatanpun, observer tidak hanya terpaku pada satu teknik
pencatatan, namun ditambah pula dengan pencatatan narasi untuk memperkaya
dan mendapatkan data-data lebih komprehensif.

6.2. Kesimpulan

Proses observasi dan wawancara telah mengindikasikan adanya gangguan belajar


(dyslexia) pada subjek yang diamati. Namun karakteristik utama dari dyslexia itu
sendiri belum dapat dimunculkan secara utuh. Tetapi di balik semua itu,
pelaksanaan proses observasi dan wawancara ini sesuai dengan rencana yang
telah dirancang dan tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanaannya.

Daftar Pustaka
Heward, W. (2003).Exceptional Children: an introduction to special education. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Kirk. (1962). Educating Exceptional Children. U.S.A: Houghton Mifflin Company
Sattler & Hoge. (2006). Assesment of Children: Behavioral, Social, and Clinical
Foundations (fifth edition). California: Jerome M. Sattler Publisher, Inc.

Anda mungkin juga menyukai