Anda di halaman 1dari 7

IMPROVED ABILITY IN PREPARING RPP THROUGH HYPNOTEACHING

METHOD OF TEACHER TRAINING CURRICULUM 2013 IMPLEMENTATION IN


SUBJECT ECONOMIC OF MAKASSAR
Penulis : Mansur, HR

(International Journal Ilmu Sosial dan Ilmu Humaniora Penelitian, Vol. 5, Edisi 3, Juli
September 2017)

Reviewer : Rehanil Jannah (NIM : 11760124797)

PERMASALAHAN

Permasalahan yang dikemukakan dalam jurnal ini diperoleh informasi bahwa


pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan Kurikulum 2013 masih rendah, baik dalam
aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian. Sanjaya (2007: 1)
mengatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Ini merupakan indikasi kompetensi lemah guru di bidang pembelajaran
(kompetensi pedagogik), termasuk dalam pengembangan dan persiapan RPP sesuai dengan
Standar Proses.

TINJAUAN LITERATUR

Metode hypnoteaching terdiri dari dua kata yaitu metode dan hypnoteaching. Metode
secara harfiah berarti cara. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007: 55) metode didefinisikan
sebagai suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan
dengan pendapat ini Sanjaya (2007: 126) menyatakan bahwa metode merupakan upaya untuk
melaksanakan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata untuk tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Sementara Rusman (2010: 132)

Hypnoteaching adalah metode pembelajaran dalam memberikan materi pembelajaran/


materi pelatihan, guru atau fasilitator menggunakan teknik komunikasi yang sangat persuasif dan
sugestif dengan tujuan agar peserta didik/ peserta mudah memahami subjek bahan materi
/Pelatihan. Fasilitator yang menggunakan metode hypnoteaching dalam pelatihan dapat
menyajikan materi menggunakan bahasa alam bawah sadar, yang persuasif dan bahasa sugestif
yang membuat fokus pikiran peserta pelatihan pada materi pelatihan disampaikan oleh fasilitator.
Dengan perhatian yang tinggi dari para peserta pelatihan, ia akan tumbuh semangat dan
konsentrasi tinggi dalam pelatihan.

IKHTISAR STUDI DAN HIPOTESA

Untuk meneliti bagaimana peningkataan guru pelatihan kurikulum 2013 melalui metode
Hypnoteaching, Penelitian menggunakan sebuah tindakan berupa prosedur yang sistematis yang
dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi tentang tindakan dan konsekuensi dari
tindakan tersebut dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi (Sugiyono, 2015). Secara
khusus, penelitian ini merupakan penelitian tindakan budidaya (PTD), yaitu penelitian yang
dilakukan oleh instruktur / fasilitator yang mengajar pada kegiatan pelatihan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tindakan digunakan untuk meningkatkan kinerja.

Hipotesa yang di ambil dari penelitian ini bahwa dengan menggunakan metode
hypnoteaching di Implementasi Kurikulum 2013 pelatihan, maka kemampuan guru dalam
mempersiapkan RPP di MGMP SMA Ekonomi kenaikan Kota Makassar

METODE

Sampel

subjek penelitian adalah SMA guru ekonomi di Kota Makassar. Jumlah guru yang menjadi
subjek penelitian ini adalah 20 orang yang terdiri dari 17 perempuan dan 3 laki-laki.

Teknik pengumpulan data

1. Tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan peserta pelatihan tentang
konsep RPP dan materi pelatihan terkait dengan persiapan RPP, seperti pendekatan
ilmiah, model pembelajaran, dan penilaian hasil belajar yang diberikan sebelum tindakan
dan setelah tindakan.
2. Observasi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan peserta
pelatihan dalam penyusunan RPP yang dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan.
3. Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan / pendapat peserta
pelatihan tentang penggunaan metode hypnoteaching dalam Pelaksanaan Kurikulum
2013 pelatihan.
4. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tanggapan / pendapat
peserta pelatihan belajar di Implementasi Kurikulum 2013 pelatihan dengan metode
hypnoteaching.

Teknik Analisis Data Yang Digunakan Adalah Teknik Analisis Deskriptif,:

1. Data dalam bentuk nilai pengetahuan dan keterampilan menyusun RPP yang diperoleh
dari hasil tes dan observasi RPP dokumentasi dianalisis dengan perhitungan rata-rata
kemudian dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik (91-100), Baik (76-90), Diri (61 -
75), Medium (51 - 60), dan Kurang (≤ 50) berdasarkan Permennegpan dan RB Nomor 16
tahun 2009.
2. Data pada penggunaan metode hypnoteaching diperoleh melalui kuesioner yang diisi
oleh peserta pelatihan yang dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan
diklasifikasikan berdasarkan aspek fokus analisis untuk menentukan tingkat penggunaan
metode hypnoteaching dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013.
3. Data pada pelaksanaan pelatihan dengan metode hypnoteaching diperoleh melalui
wawancara dianalisis deskriptif kualitatif.

HASIL

Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 7 Januari 2017 diperoleh informasi bahwa
pemahaman guru dalam menerapkan Kurikulum 2013, terutama pada aspek pembelajaran dan
penilaian bagi guru yang tergabung dalam MGMP Ekonomi SMA Makassar masih relatif
rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil tes awal sebelum PTD dilakukan menunjukkan bahwa nilai
rata-rata yang dicapai dari 20 guru dengan 53. Demikian pula nilai rata-rata RPP yang dibuat
oleh guru adalah 64 atau dalam kategori cukup, yang berarti masih di bawah standar atau Baik
kategori (Permennegpan dan RB Nomor 16 2019).
Implementasi Implementasi Kurikulum Pelatihan 2013 dengan metode Hypnoteaching dilakukan
dengan langkah-langkah berikut;

1) Niat dan Motivasi Fasilitator Mengajar:

Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator selalu siap bahan yang diperlukan dan
memiliki kemampuan untuk mengatur RPP dalam kategori baik sebesar 45 persen. Persentase ini
lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi
responden tentang fasilitator mempersiapkan bahan ajar yang dibutuhkan dengan kemampuan
untuk mengatur RPP.

Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator selalu hadir tepat waktu dan memiliki
kemampuan untuk mempersiapkan RPP dalam kategori baik sebesar 65 persen. Persentase ini
lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara responden s
persepsi tentang fasilitator hadir pada waktu dengan kemampuan untuk mengembangkan RPP.
Dengan kata lain, responden yang memiliki persepsi positif dari maksud dan motivasi dari
fasilitator dalam mengajar, yang merupakan salah satu langkah pembelajaran dalam metode
hypnoteaching, cenderung memiliki kemampuan untuk mengatur RPP dalam kategori baik.

2) Mondar-mandir:

hubungan antara responden persepsi fasilitator mengajak peserta pelatihan untuk berdiri untuk
senam atau bentuk permainan lainnya untuk menjadi bersemangat dalam mengikuti pelatihan
dengan kemampuan untuk mengatur RPP dapat dilihat bahwa; Persentase responden yang
menyatakan bahwa fasilitator sering mengajak peserta pelatihan untuk berdiri untuk senam atau
bentuk lain dari bermain untuk menjadi bergairah dalam mengikuti pelatihan dan memiliki
kemampuan untuk mengatur RPP dalam kategori baik dari 65 persen. Persentase ini lebih tinggi
dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi responden
fasilitator mengajak peserta pelatihan untuk berdiri untuk senam atau bentuk lain dari bermain
agar bergairah dalam mengikuti pelatihan dengan kemampuan untuk mempersiapkan rencana
pelajaran.

Hubungan antara persepsi responden fasilitator membangun keakraban dengan peserta pelatihan
dengan kemampuan untuk mempersiapkan rencana pembelajaran dapat dilihat bahwa; Persentase
responden yang menyatakan bahwa fasilitator sering membangun keakraban dengan peserta
pelatihan dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kategori baik dari RPP dari 40
persen. Persentase ini lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara responden persepsi tentang fasilitator untuk membangun keakraban dengan
peserta pelatihan dengan kemampuan untuk mempersiapkan rencana pelajaran. Dengan kata lain,
responden yang memiliki persepsi positif dari mondar-mandir yang merupakan salah satu
langkah pembelajaran dalam metode hypnoteaching, cenderung memiliki kemampuan untuk
mengatur RPP dalam kategori baik.

3) Memimpin:

Hubungan antara persepsi responden fasilitator membangun keakraban dengan peserta pelatihan
dengan kemampuan untuk mempersiapkan rencana pembelajaran dapat dilihat bahwa;
Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator selalu memotivasi peserta pelatihan
dengan ekspresi yang bijaksana atau inspirasional dan memiliki kemampuan untuk
mempersiapkan RPP dalam kategori baik sebesar 60 persen. Persentase ini lebih tinggi dari
kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara responden

Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator selalu menggunakan bahasa yang
mudah diterima dan diikuti oleh peserta pelatihan dan memiliki kemampuan untuk
mempersiapkan RPP dalam kategori baik sebesar 65 persen. Persentase ini lebih tinggi dari
kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara responden persepsi tentang
fasilitator menggunakan bahasa yang dapat diterima dan diikuti oleh peserta pelatihan dengan
kemampuan untuk mengatur RPP. Dengan kata lain, responden yang memiliki persepsi positif
terhadap terkemuka, yang merupakan salah satu langkah pembelajaran dalam metode
hypnoteaching, cenderung memiliki kemampuan untuk mengatur RPP dalam kategori baik.

4) Menggunakan Kata-Kata Positif Ketika Menyajikan Materi Pelatihan:

Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator sering memberikan saran positif kepada
peserta pelatihan dan memiliki kemampuan untuk mempersiapkan RPP dalam kategori baik
sebesar 45 persen. Persentase ini lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara persepsi responden tentang fasilitator memberikan sugesti positif kepada
para peserta pelatihan dengan kemampuan untuk mengatur RPP.
Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator selalu berkomunikasi dengan sopan
dengan peserta pelatihan dan memiliki kemampuan untuk mempersiapkan RPP dalam kategori
baik sebesar 65 persen. Persentase ini lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa ada korelasi antara responden persepsi fasilitator berkomunikasi dengan sopan dengan
peserta pelatihan dengan kemampuan untuk mengatur RPP. Dengan kata lain, responden yang
memiliki persepsi positif dari fasilitator menggunakan kata positif yang merupakan salah satu
langkah pembelajaran dalam metode hypnoteaching, cenderung memiliki kemampuan untuk
mengatur RPP dalam kategori baik.

5) Berikan pujian kepada Peserta Pelatihan:

Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator selalu fasilitator memberikan pujian
untuk antusiasme para peserta pelatihan dan memiliki kemampuan untuk mempersiapkan RPP
dalam kategori baik sebesar 45 persen. Persentase ini lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi responden tentang fasilitator memberikan
pujian untuk antusiasme peserta pelatihan dengan kemampuan untuk mengatur RPP.

Persentase responden yang menyatakan bahwa fasilitator sering memberikan pujian untuk
antusiasme peserta pelatihan dan memiliki kemampuan untuk mempersiapkan RPP dalam
kategori baik sebesar 45 persen. Persentase ini lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi responden dari fasilitator memberikan
pujian untuk antusiasme para peserta pelatihan dengan kemampuan untuk mengatur RPP.
Dengan kata lain,

6) Modeling:

Persentase responden yang menyatakan fasilitator simpatik dan tidak menyalahkan para peserta
pelatihan dan memiliki kemampuan untuk mengatur RPP dalam kategori baik sebesar 40 persen.
Persentase ini lebih tinggi dari kategori lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi
antara persepsi responden tentang fasilitator yang simpatik dan tidak menyalahkan para peserta
pelatihan dengan kemampuan untuk mempersiapkan rencana pelajaran.
DISKUSI

1. Penelitian yang dilakukan ini kurang efisien dalam peningkatan kemampuan guru pada
pelatihan kurikulum 2013 menggunakan metode Hypnoteaching

KOMENTAR

1. Tinjauan literatur yang digunakan pada penelitian kurang efisien


2. Hipotesa yang digunakan kurang tegas
3. Cara penulisan jurnal penelitian kurang bisa dipahami dan dimengerti oleh pembaca,
seharusnya menguraikan secara detail.

Anda mungkin juga menyukai